Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Syifa Adiba
"Penyensoran buku merupakan Penelitian ini mengkaji tentang representasi penyensoran buku dalam novel The Book Thief. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses, mekanisme, dan kebijakan penyensoran buku di tengah Perang Dunia II di Jerman yang anti Yahudi. Metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis isi digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran penyensoran buku dengan menganalisis unsur naratif berupa unit konteks, sebagai unit analisis penelitian, kemudian diidentifikasi berdasarkan teori. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan penyensoran buku akan membawa keterbatasan ranah pemikiran pada manusia.

This thesis focused on representation of book censorship in The Book Thief novel. This study is aimed to portray process, mechanism, and policy of book censorship in the middle of World War II in Germany that anti-Jewish. Qualitative based research with content analysis is used in this study to get an image of book censorship within analysis of narrative element in context unit form. The result of this study shows that book censorship act will bring limited realm of human thought."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talyta Chita Rumpoko
"Thesis ini menganalisis perubahan yang ada di film adaptasi Percy Jackson and the Olympians: The Lightning Thief (2010) beserta efek dari perubahan-perubahan tersebut terhadap penggambaran karakter perempuan ketika dibandingkan dengan teks sumber (2005). Penelitian ini akan menilai tingkat validitas opini para penggemar yang cenderung memihak novel dibandingkan dengan film adaptasinya. Dengan mengetahui hal ini, penonton dapat melihat bahwa berbeda dengan opini publik, keputusan akan perubahan yang ada di dalam film adaptasi Percy Jackson (2010) membuat representasi perempuan menjadi lebih kompleks. Dengan ini, penulis berharap penonton akan menganalisis film adaptasi lebih lanjut sebelum menetapkan pendapat dan memperlakukan adaptasi bukan hanya sebagai salinan dari teks sumber, tetapi sebagai adaptasi itu sendiri. Artikel ini menggunakan penilitian kualitatif, analisis textual, serta mise-en-scène untuk menganalisis data.

The focus of this study is to analyze alterations that are made in the movie adaptation Percy Jackson and the Olympians: The Lightning Thief (2010) and the effect that it brings to the depiction of female characters when being compared to the source text, Percy Jackson and the Olympians: The Lightning Thief (2005). This study assesses the validity of fan preference for the novel over the movie. Knowing this will allow the audience to see that despite the popular belief, the decision to make changes in the movie adaptation create a more complex female representation. This article uses qualitative research, textual analysis, as well as mise-en-scène to analyze the data. The researcher suggests that audience will analyze movie adaptation further and treat adaptations as adaptations, not as mere copies of its original text."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Marianna
"ABSTRAK
Heimat merupakan konstruksi sosial yang esensial bagi diaspora. Konstruksi tersebut mengikat diaspora dengan lingkungan yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap proses identifikasi diri. Konstruksi Heimat terhadap diaspora dapat kita lihat melalui film dokumenter Yes, I Am, yang mengangkat kisah tentang konflik budaya yang dialami tiga pemusik Afro Jerman selama tinggal di Jerman serta bagaimana Reunifikasi Jerman mempertemukan mereka untuk bersatu melawan diskriminasi warna kulit dan ras yang masih terjadi di Jerman. Film ini sangat menarik karena terdapat lagu karya ketiga pemusik tersebut yang memvisualisasikan kisah hidup mereka. Konstruksi makna Heimat dalam film akan dianalisis berdasarkan beberapa adegan dan satu lagu dalam film dengan menggunakan teori circuit of culture Stuart Hall mengenai representasi dan identitas.
hr>
ABSTRACT
Heimat is an essential social construction for the diaspora. This construction binds the diaspora to the environment which can have a major influence on the process of self-identification. We can see the Heimat construction on the diaspora through the documentary Yes, I Am, which raises the story of the cultural conflicts experienced by three German Afro musicians while living in Germany and how German Reunification brought them together to unite against the discrimination of skin color and race that still occurs in Germany . This film is very interesting because there are songs by the three musicians who visualize their life stories. The construction of Heimat's meaning in the film will be analyzed based on several scenes and one song in the film using Stuart Hall's circuit of culture theory of representation and identity."
2017
S69116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Marianna
"ABSTRAK
Heimat merupakan konstruksi sosial yang esensial bagi diaspora. Konstruksi tersebut mengikat diaspora dengan lingkungannya yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap proses identifikasi diri. Konstruksi Heimat terhadap diaspora dapat kita lihat melalui film dokumenter Yes, I Am, yang mengangkat kisah tentang konflik budaya yang dialami oleh tiga pemusik Afro-Jerman selama tinggal dan tumbuh di Jerman serta bagaimana Reunifikasi Jerman, yang membawa serta pergerakan radikal Neo-Nazi, mempertemukan mereka untuk bersatu melawan diskriminasi warna kulit dan ras yang masih terjadi di Jerman. Film ini sangat menarik karena terdapat lagu-lagu karya ketiga pemusik tersebut yang ditampilkan untuk memvisualisasikan kisah hidup mereka. Konstruksi makna Heimat dalam film akan dianalisis berdasarkan beberapa adegan dan lagu dalam film dengan menggunakan teori circuit of culture Stuart Hall mengenai representasi dan identitas.

ABSTRACT
Heimat is an essential social construction for diaspora. The social construction ties diaspora and its environtment which affecting the process of self identification. The Heimat construction of the diaspora can be seen through documentary fim Yes, I Am, which shows us story about cultural conflicts experienced by three Afro German musicians during their life in Germany and how the German Reunification drew them up together to make anti discrimination movement. Yes, I Am presents story not just from the actors, but also from the songs that visualized their life. Meaning construction of Heimat will be analysed based on some scens and one song from the film using Stuart Halls rsquo circuit of culture about representation and identity. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ricka Putri Suteja
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas jenis, makna, ranah sumber, dan ranah sasaran metafora. Data yang digunakan adalah kitab Ratapan pada Alkitab berbahasa Jerman versi Lutherbibel 2017. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan jenis dan makna metafora dalam kitab Ratapan berbahasa Jerman, mendeskripsikan ranah sumber yang terdapat dalam kitab Ratapan berbahasa Jerman. Data penelitian mencakup bab satu kitab Ratapan dari total keseluruhan lima bab yang di dalamnya terdapat tujuh metafora.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan melalui metode kepustakaan yang bersifat deskriptif-analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis metafora yang paling sering muncul dalam Kitab Ratapan berbahasa Jerman adalah personifikasi. Ranah sumber yang paling sering muncul adalah manusia. Ranah sasaran yang muncul adalah perasaan.

ABSTRACT
This study discusses type, meaning, source domain, and source target of metaphor. The data is from the book of Lamentations in the Lutherbibel version of the German Bible 2017. The purpose of this study is to explain the type and meaning of metaphor in the book of Lamentations in the German Bible and describe the source target contained in the book Lamentations. The research data includes chapter one of the book Lamentations from a total of five chapters in that there are seven metaphors.
This research is a qualitative research conducted through descriptive-analytical literature. The result shows that the type of metaphor that most often appears in the book. The most commonly used source domain is human. The target domain that commonly used is feeling."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sri Indah Suryani
"Sastra merupakan institusi sosial yang tidak terlepas dari politik dan ideologi. Politik dan ideologi tersebut dapat menjadikan sastra sebagai media propaganda. Der Giftpilz merupakan salah satu hasil karya sastra yang menjadi media propaganda. Buku anak itu memiliki ideologi dan tujuan politik Nazi. Dalam upaya mengetahui bentuk propaganda yang terdapat dalam buku ini, teknik-teknik yang digunakan dapat membantu menggambarkan bentuk propaganda yang digunakan pengarang pada buku ini. Propaganda dalam sastra memperlihatkan bahwa sastra adalah media komunuikasi massa yang dapat membentuk opini masyarakat luas.

Literature is a social institution that can not be separated from politics and ideology. Politics and ideology can make literature as a medium of propaganda. Der Giftpilz is one of literature works which became a medium of propaganda. This children's book has Nazi ideology and political goals. In an effort to determine the form of propaganda in this book, the techniques that are used bye author can help to describe the form of propaganda. Propaganda in the literature shows that literature is the mass communication media whom can shape the public opinion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin Anggitasari
"Film merupakan salah satu bentuk karya sastra yang efektif menyampaikan ideologi atau suatu pemikiran kepada masyarakat luas. Film Ode to My Father yang diproduksi pada tahun 2014 merupakan salah satu film Korea Selatan yang tidak hanya menampilkan kembali peristiwa sejarah dengan rentang waktu masa perang Korea hingga Korea modern tetapi juga mengandung representasi jangnam atau anak laki-laki pertama dalam keluarga Korea di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori semiotika Roland Barthes. Penelitian bertujuan untuk mengetahui makna representasi atas nilai-nilai jangnam dalam film Ode to My Father dan untuk mengetahui makna konotasi, denotasi, serta mitos atas nilai-nilai jangnam yang ditampilkan dalam film Ode to My Father. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi jangnam yang ditampilkan dalam film Ode to My Father antara lain mendampingi orang tua dalam mengasuh adik-adik, menjadi pengganti ayah sebagai kepala keluarga, sikap siap bekerja keras untuk kepentingan keluarga, sikap teguh hati dan berkepribadian tangguh, sikap rela berkorban untuk kepentingan keluarga, dan bertanggung jawab untuk memimpin ritual tradisi dalam lingkup keluarga.

Film is a type of literary work that can effectively spread an idea or an ideology to a larger audience. One South Korean movie from 2014, Ode to My Father, not only depicts historical occurrences from the Korean War to contemporary Korea, but also features a representation of jangnam, or the first son in a Korean family. Roland Barthes' semiotic theory approach is used with a qualitative descriptive analytic method in this study. The goals of this study are to understand the significance of how Jangnam values are represented in the movie Ode to My Father and to understand the connotation, denotation, and mythical interpretations of Jangnam values displayed in the movie. The results of this study indicate that the representation of jangnam shown in the film Ode to My Father includes accompanying parents in raising younger siblings, being a substitute for the father as the head of the family, being ready to work hard for the benefit of the family, having a firm heart and having a tough personality, being willing to sacrifice for the benefit of the family, and is responsible for leading traditional rituals within the family."
Depok: 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Illahi Ramadhan
"Max Havelaar: of de koffieveilingen der Nederlandsche handelsmaatschappij (1976) merupakan film hasil karya sutradara asal Belanda, Fons Rademakers, sekaligus film hasil adaptasi novel karya Multatuli dengan judul serupa yang terbit pada tahun 1860. Pada awalnya peluncuran film ini sempat menimbulkan kontroversi dari kalangan masyarakat Indonesia karena kesan yang muncul saat menonton bukanlah seperti menonton film anti-kolonialisme, melainkan sekadar kisah tentang seorang pejabat pemerintah Belanda yang baik dan konfliknya dengan Belanda. Seakan-akan hanya memperlihatkan orang Belanda yang digambarkan sebagai orang baik dan orang Indonesia sebagai penjahat. Kontroversi ini menimbulkan permasalahan bagaimana sebenarnya kolonialisme serta rasisme direpresentasikan pada film Max Havelaar. Penelitian ini ditujukan agar dapat mengetahui adanya nilai-nilai rasisme dalam film Max Havelaar yang merepresentasikan budaya kolonialisme pada masa Hindia Belanda. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik dokumentasi-observasi, dengan teori semiotika oleh Roland Barthes untuk menganalisis pemaknaan tanda rasisme melalui sistem pemaknaan denotatif (denotation), konotatif (connotation) dan meta-bahasa (metalanguage) atau mitos. Hasil dari penelitian ini berupa tiga fakta rasisme dalam film Max Havelaar yaitu; (1) perbudakan serta eksploitasi terhadap bangsa pribumi, (2) prasangka buruk antar bangsa Belanda dan pribumi, dan (3) diskriminasi terhadap bangsa pribumi.

"Max Havelaar: of de koffieveilingen der Nederlandsche handelsmaatschappij" (1976) is a film by Dutch director, Fons Rademakers, as well as a film adaptation of Multatuli's novel with the same title which was published in 1860. At first the release of this film caused controversy among Indonesian people because the impression that emerged when watching it was not like watching an anti-colonialism film, but simply a story about a good Dutch government official and his conflict with the Dutch. It's as if it only shows Dutch people as good people and Indonesians as criminals. This controversy raises the problem of how colonialism and racism are actually represented in Max Havelaar film. This research is aimed at finding out the existence of racist values in the Max Havelaar film which represents the culture of colonialism during the Dutch East Indies. The research method used is qualitative with documentation-observation techniques, with semiotic theory by Roland Barthes to analyze the meaning of signs of racism through denotative, connotative and metalanguage or myth systems. The results of this research are three facts about racism in the Max Havelaar film, namely; (1) slavery and exploitation of native peoples, (2) prejudice between Dutch and native peoples, and (3) discrimination against native peoples."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardhana
"Penelitian ini membahas jenis, makna, ranah sumber, dan ranah sasaran metafora yang terdapat dalam Kitab Kidung Agung pada Alkitab berbahasa Jerman dan Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis dan makna metafora yang ada dalam kitab Kidung Agung pada Alkitab berbahasa Jerman dan Alkitab berbahasa Indonesia dilihat dari aspek semantis, dan memaparkan persamaan dan perbedaan ranah sumber dalam kitab Kidung Agung pada Alkitab berbahasa Jerman dengan Alkitab berbahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis metafora yang paling sering muncul dalam Kitab Kidung Agung berbahasa Jerman dan Indonesia adalah simile, sedangkan ranah sumber yang paling sering muncul adalah hewan, dan ranah sasaran yang paling sering muncul adalah anggota tubuh.

This essay discusses type, meaning, source domain, and source target of metaphor in the book Songs of Solomon in the German and Indonesian Bible. The aim of this research is to describe type and meaning of metapher in the book Songs of Solomon in the German and Indonesian Bible from the semantic aspect, and to explain the similarities and differences of source domain and source target of metapher in the book Songs of Solomon in the German and Indonesian Bible. This research is a qualitative and library research. The result of the research shows that the most commonly used type of metaphor in the book Songs of Solomon in the German and Indonesian Bible is simile, the most commonly used source domain is from the animal world, and the most commonly used source target is from the human organ."
2015
S60798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>