Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retnaning Kurniawati
"Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi akibat peningkatan beban pengasuhan. Kondisi tersebut cenderung dilampiaskan kepada anak, berupa perilaku menyakiti anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres pengasuhan pada orang tua anak berkebutuhan khusus dengan peluang melakukan abuse pada anaknya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Parental Stress Scale (PSS) dan kuesioner Peluang Abuse yang valid dan reliabel. Sampel penelitian berjumlah 75 orang yang dipilih dengan teknik total sampling. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres pengasuhan dengan peluang melakukan abuse (p value= 0,028;α= 0,05). Perempuan berpeluang lebih besar untuk melakukan abuse dibandingkan laki-laki. Orang tua yang pernah mendapatkan pengetahuan tentang metode pengasuhan berpeluang lebih rendah untuk melakukan abuse. Maka, perawat perlu mengedukasi orang tua terutama ibu mengenai metode pengasuhan dan manajemen stres untuk mengurangi peluang mereka melakukan abuse.

Parents of children with special needs tend to experience higher levels of stress due to increased burden of care. This condition tends to be directed at children, such as child-injurious behavior. This study examines the relationship between parenting stress in parents of children with special needs and the opportunity to abuse his/her children. This study use descriptive method with cross sectional approach. Collecting data using Parental Stress Scale (PSS) and Opportunity Abuse questionnaires. These samples included 75 individuals who have been selected with a total sampling technique. Data were analyzed using Kruskal Wallis test.
The results showed a correlation between levels of parenting stress with a chance to abuse (p value=0.028; α=0.05). Women are higher potentially to commit abuse than men. Parents who have got knowledge about parenting are lower potentially to commit abuse. Thus, nurses need to educate parents, especially mothers about parenting and stress management to reduce their chances to commit abuse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Anggreyani
"ABSTRAK
Merawat anak berkebutuhan khusus lebih kompleks dari pada anak normal, sehingga orang tua lebih rentan terhadap stres dan membutuhkan dukungan sosial dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stres pola asuh pada orang tua anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik cross-sectional yang melibatkan 85 orang tua siswa di Sekolah Luar Biasa Kota Depok melalui metode purposive sampling dengan pendekatan convenience sampling. Pengukuran dukungan sosial keluarga menggunakan kuesioner Dukungan Sosial Keluarga yang dimodifikasi, sedangkan untuk variabel stres parenting menggunakan kuesioner standar Parental Stress Scale (PSS). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan stres pengasuhan, yaitu jika semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah stres pengasuhan yang dialami oleh orang tua (r = -0,419; p <0,0001; CI 95% ). Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi dan konseling kepada orang tua mengenai tumbuh kembang anak, serta masalah yang mungkin timbul selama menjadi parenting dan strategi efektif bagi orang tua untuk mengatasi stres.
ABSTRACT
Caring for children with special needs is more complex than normal children, so that parents are more vulnerable to stress and need social support from family. This study aims to determine the relationship between family social support and parenting stress in parents of children with special needs. This study used a cross-sectional analytic descriptive study design involving 85 parents of students at the Depok City Special School through a purposive sampling method with a convenience sampling approach. Measurement of family social support used a modified Family Social Support questionnaire, while for parenting stress variables used the standard Parental Stress Scale (PSS) questionnaire. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between family social support and parenting stress, namely if the higher the family social support, the lower the parenting stress experienced by parents (r = -0.419; p <0.0001; 95% CI). This study recommends providing education and counseling to parents regarding children's growth and development, as well as problems that may arise during parenting and effective strategies for parents to deal with stress."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Shaliha Nurisman
"Orang tua dengan anak ADHD merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami parenting stress sehingga dibutuhkan sebuah metode yang tepat untuk menurunkan keadaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dyadic coping dan parenting stress pada orang tua dengan anak ADHD. Partisipan terdiri dari 69 suami dan/atau istri yang mempunyai anak ADHD dibawah 18 tahun. Parenting stress diukur melalui PSI-SF oleh Abidin (1995), sedangkan dyadic coping diukur melalui DCI oleh Bodenmann (2008). Penelitian ini menggunakan analisis korelasi pearson dan spearman melalui SPSS ver 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dimensi negative dyadic coping yang berhubungan negatif signifikan dengan parenting stress, sedangkan dimensi common, delegated, dan supportive tidak berhubungan. Penelitian ini menyarankan untuk memperhatikan penggunaan negative dyadic coping pada orang tua dengan anak ADHD.

Parents of children with ADHD are prone to parenting stress, indicating a method is needed to tackle this condition. This study aimed to examine the relationship between dyadic coping and parenting stress among parents of children with ADHD. The participants consisted of 69 husbands and/or wives with children diagnosed with ADHD under the age of 18. PSI-SF by Abidin (1995) was used to measure parenting stress, while the DCI by Bodenmann (2008) was used to measure dyadic coping. Pearson and Spearman correlation analyses were conducted using IBM SPSS Statistics 26. The results showed that (1) there was no association between positive dyadic coping, including common, supportive, and delegated dyadic coping, and parenting stress, and (2) there was a significant positive correlation between negative dyadic coping and parenting stress among parents of children with ADHD, with a medium effect size. This study suggests the need to pay attention to the use of negative dyadic coping among parents of children with ADHD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenica Ardyaputri Martin
"Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara common dyadic coping dengan parenting stress pada orang tua dengan anak ADHD di Indonesia. Common dyadic coping adalah usaha kedua orang tua untuk melakukan proses manajemen stres bersama. Parenting stress adalah reaksi aversif yang dimunculkan orang tua ketika menghadapi tuntutan mengasuh anak. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena meskipun tingkat anak ADHD di Indonesia tinggi, namun studi mengenai hal tersebut masih minim. Penelitian dilakukan kepada 70 partisipan yang terpusat di daerah Jabodetabek di Indonesia. Sebagian besar dari partisipan merupakan perempuan berumur 31-40 tahun yang sudah menikah selama 5-10 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring dan menyebarkan kuesioner secara luring ke beberapa SLB serta Yayasan Terapi. Peneliti menggunakan alat ukur Dyadic Coping Inventory dan Parenting Stress Index - Short Form. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa common dyadic coping tidak berkorelasi secara signifikan dengan parenting stress. Common dyadic coping juga tidak berkorelasi secara signifikan dengan dua dimensi parenting stress yaitu parent-child dysfunctional interaction dan difficult child. Di lain sisi, ditemukan hubungan negatif dan signifikan antara common dyadic coping dan dan satu dimensi parenting stress yaitu parental distress.

The aim of this study is to see the relationship between common dyadic coping and parenting stress in parents with ADHD children in Indonesia. Common dyadic coping is a joint effort between parents to manage stress. Parenting stress is an aversive reaction from handling the responsibility of being a parent. It is important to study this because even though the level of ADHD children are high, studies about this in Indonesia are scarce. The study was done to 70 participants mainly from Jabodetabek area in Indonesia. Most of the participants were female, aging between 31 to 40 years old and married for 5 to 10 years. Data were taken by distributing the questionnaires online and offline through several Special Schools and Therapists. This study uses Dyadic Coping Inventory and Parenting Stress Index - Short Form. The data was analyzed using Pearson correlation. Results show that common dyadic coping is not significantly correlated with parenting stress. There is also no significant correlation between common dyadic coping and two of parenting stress dimensions, parent-child dysfunctional interaction and difficult child. On the other hand, there is a negative significant relationship between common dyadic coping and one of parenting stress dimension, parental distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anil Fasha
"Kelahiran anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam keluarga memberikan tuntutan yang lebih berat kepada orang tua. Kedua orang tua harus beradaptasi dengan beban pengasuhan dan perawatan ABK yang intens, belum lagi sebagai pasangan yang sudah menikah setiap hari harus berhadapan dengan pekerjaan rumah tangga. Beban pengasuhan yang berat dan adanya pekerjaan rumah tangga mengarah pada terjadinya stress dan bisa berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Persepsi individu terhadap keadilan pembagian pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak juga berpengaruh pada tingkat kepuasan pernikahanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara perceived fairness dan kepuasan pernikahan pada orang tua ABK. Penelitian ini diikuti oleh 146 orang tua ABK (suami atau istri) yang menjalani pernikahan pertama dan tinggal serumah bersama pasangannya dengan proporsi partisipan perempuan sebanyak 61,6% dan partisipan laki-laki sebanyak 38,4% . Partisipan diambil dengan teknik convenience sampling melalui penyebaran kuesioner secara online dan offline ke berbagai komunitas orang tua dengan ABK dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Data dianalisis menggunakan Pearson Product Moment dan hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara perceived fairness dan kepuasan pernikahan pada orang tua ABK.

The birth of a child with special needs in the family gives more weight to the parents. Both parents have to adapt to the intense burden of parenting and care for the special needs child. Not only that, as a married couple, they have to deal with household chores every day. Heavy parenting burden and household chores can cause stress and affect marital satisfaction. Individual perceptions of the fairness in the division of household chores and child care also affect the level of marital satisfaction. Therefore, this study aims to find out the relationship between perceived fairness and marital satisfaction in parents of children with special needs. This study was followed by 146 parents of special needs children who are having their first marriage and live at home together with their spouse, with the proportion of female participants being 61.6% and male participants being 38.4%. Participants was taken using a convenience sampling technique by distributing online and offline quesionnaires to various communities of parents with special needs and Speacial Needs Schools. Data were analyzed using Pearson Product Moment and the results of the analysis show that there is a significant and positive relationship between perceived fairness and marital satisfaction in parents of children with special needs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anil Fasha
"Kelahiran anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam keluarga memberikan tuntutan yang lebih berat kepada orang tua. Kedua orang tua harus beradaptasi dengan beban pengasuhan dan perawatan ABK yang intens, belum lagi sebagai pasangan yang sudah menikah setiap hari harus berhadapan dengan pekerjaan rumah tangga. Beban pengasuhan yang berat dan adanya pekerjaan rumah tangga mengarah pada terjadinya stress dan bisa berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Persepsi individu terhadap keadilan pembagian pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak juga berpengaruh pada tingkat kepuasan pernikahanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara perceived fairness dan kepuasan pernikahan pada orang tua ABK. Penelitian ini diikuti oleh 146 orang tua ABK (suami atau istri) yang menjalani pernikahan pertama dan tinggal serumah bersama pasangannya dengan proporsi partisipan perempuan sebanyak 61,6% dan partisipan laki-laki sebanyak 38,4% . Partisipan diambil dengan teknik convenience sampling melalui penyebaran kuesioner secara online dan offline ke berbagai komunitas orang tua dengan ABK dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Data dianalisis menggunakan Pearson Product Moment dan hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara perceived fairness dan kepuasan pernikahan pada orang tua ABK.

The birth of a child with special needs in the family gives more weight to the parents. Both parents have to adapt to the intense burden of parenting and care for the special needs child. Not only that, as a married couple, they have to deal with household chores every day. Heavy parenting burden and household chores can cause stress and affect marital satisfaction. Individual perceptions of the fairness in the division of household chores and child care also affect the level of marital satisfaction. Therefore, this study aims to find out the relationship between perceived fairness and marital satisfaction in parents of children with special needs. This study was followed by 146 parents of special needs children who are having their first marriage and live at home together with their spouse, with the proportion of female participants being 61.6% and male participants being 38.4%. Participants was taken using a convenience sampling technique by distributing online and offline quesionnaires to various communities of parents with special needs and Speacial Needs Schools. Data were analyzed using Pearson Product Moment and the results of the analysis show that there is a significant and positive relationship between perceived fairness and marital satisfaction in parents of children with special needs. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Azzahra Putri
"Orang tua dari anak dengan ASD mengalami stres pengasuhan yang lebih tinggi daripada anak tanpa ASD. Jika tidak diatasi dengan baik, maka stres pengasuhan bisa berdampak bagi penurunan kualitas pengasuhan, serta berkaitan dengan hubungan pasangan. Oleh karena itu, diperlukan strategi coping untuk menghadapi stres pengasuhan pada orang tua dari anak dengan ASD. Dyadic coping dapat digunakan untuk menghadapi stres pengasuhan dalam mengasuh anak dengan ASD. Dyadic coping terdiri dari positive dan negative dyadic coping. Positive dyadic coping terdiri dari supportive, delegated, dan common dyadic coping. Peneliti berfokus pada supportive dyadic coping karena menampilkan dukungan yang diberikan dan didapatkan pasangan dalam menghadapi stres pengasuhan. Tujuan penelitian adalah melihat hubungan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD. Partisipan penelitian berjumlah 82 ayah atau ibu dari anak dengan ASD di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah subskala supportive dyadic coping (by partner dan by self) dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). Hasil penelitian menampilkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). Artinya, semakin tinggi supportive dyadic coping, maka semakin rendah stres pengasuhan orang tua dengan anak ASD.

Parents of ASD children experience higher parenting stress than those without ASD children. If it doesn't dealt properly, there is a chance that parenting stress has an impact on the quality of parenting and couple's relationship. Therefore, coping strategies are needed to deal with parenting stress for parents of ASD children. Dyadic coping can be used to deal with parenting stress in rearing ASD children. Dyadic coping consists of positive and negative dyadic coping. Positive dyadic coping consists of supportive, delegated, and common dyadic coping. This study focused on supportive dyadic coping because it displays the support by self and partner in dealing with parenting stress. The purpose of this study was to assess the relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children. There are 82 fathers or mothers of ASD children in Indonesia that participated in this study. The measurement tools used in this study were the supportive dyadic coping subscales (by partner and by self) of the Dyadic Coping Inventory (DCI) and the Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). The results showed that there was a significant negative relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). That is, the higher the supportive dyadic coping, the lower the parenting stress of parents of ASD children."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Noor Azizah
"Kehadiran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membawa pengaruh bagi perkawinan. Adanya periode-periode kritis, tekanan psikososial, serta proses penerimaan terhadap anak yang hanya dilalui oleh orang tua ABK dapat membawa pengaruh bagi dinamika perkawinan. Selain itu, beratnya beban pengasuhan, perawatan dan pendidikan ABK menjadikan mereka lebih terfokus pada buah hati sehingga waktu untuk berinvestasi dalam perkawinan menjadi sedikit. Minimnya interaksi, keintiman, hingga memburuknya komunikasi antar pasangan dapat mempengaruhi kualitas hingga stabilitas perkawinan. Penelitian ini meneliti peran kepuasan perkawinan sebagai mediator dalam hubungan antara perilaku memelihara hubungan dan komitmen perkawinan. Partisipan penelitian merupakan orang tua dengan ABK yang tengah menjalani perkawinan pertama serta tinggal satu atap dengan pasangan. Walaupun demikian, hanya satu partisipan saja yang diukur dalam penelitian ini. Terdapat 142 partisipan yang didapatkan secara convenience sampling dan snowball sampling. Seluruh partisipan telah mengisi kuesioner Relationship Maintenance Behavior Measure untuk mengukur perilaku memelihara hubungan, Quality Marriage Index untuk mengukur kepuasan perkawinan, serta Marital Commitment Inventory untuk mengukur komitmen perkawinan. Dari hasil analisis mediasi ditemukan bahwa kepuasan perkawinan memedisi hubungan antara perilaku memelihara hubungan dengan komitmen perkawinan, baik komitmen personal, komitmen moral, serta komitmen struktural. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada orang tua ABK, perilaku memelihara hubungan dapat memberikan pengaruh signifikan dan menyeluruh terhadap komitmen personal, moral serta struktural apabila kepuasan perkawinan telah dirasakan oleh orang tua terlebih dahulu.

The presence of children with special needs influences marriage. The existence of critical periods, psychosocial pressure, and the process acceptance of children, that only they go through, may influence the dynamics of marriage. In addition, the heavy burden of nurturing, caring and educating children with special needs makes them more focused on their children so that they have less time to invest in marriage. The lack of interaction, intimacy, and poor communication between partners can affect the quality and stability of marriage. This study examines the role of marital satisfaction as a mediator in the relationship between relationship maintenance behavior and marital commitment. Research participants are parents with special needs children who are undergoing their first marriage and live under the same roof. However, only one participant was assessed in this study. There were 142 participants obtained by convenience sampling and snowball sampling. All participants have filled out the Relationship Maintenance Behavior Measure questionnaire to measure relationship maintenance behavior, the Quality Marriage Index to measure marital satisfaction, and the Marital Commitment Inventory to measure marital commitment. From the results through the mediation analysis, it was found that marital satisfaction mediates the relationship between relationship maintenance behavior and marital commitment, both personal commitment, moral commitment, and structural commitment. From the results of the study, it can be concluded that in parents with special needs children, relationship maintenance behavior can have a significant and comprehensive influence on personal, moral and structural commitment if marital satisfaction has been felt by parents first."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktiara Giwizadany
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Partisipan penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autistik, sebanyak 66 orang. Pengukuran coping stress menggunakan alat ukur Brief COPE yang dikembangkan oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi oleh Amanda (2014). Parenting self-efficacy diukur menggunakan subskala efficacy pada PSOC Scale yang dikembangkan oleh Johnston dan Mash (1989) dan telah diadaptasi oleh Puspitarani (2010). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Correlation diperoleh hasil koefisien korelasi antara coping stress dan parenting self-efficacy sebesar -0.054 dengan nilai signifikansi sebesar 0.668 (p>0.01). Hal ini berarti bahwa, tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Penelitian ini menemukan terdapat perbedaan skor kemampuan coping stress antara ayah dan ibu.

The objective of this research was to find the correlation between coping stress and parenting self-efficacy. The participants of this research were 66 parents of children with autistic spectrum disorder. Coping stress was measured with Brief COPE, constructed by Carver (1997) and had been adapted by Amanda (2014). Parenting self-efficacy was measured by measurement tools efficacy subscale of PSOC Scale, constructed by Johnston and Mash (1989) and had been adapted by Puspitarani (2010). The coefficient of Pearson correlation between coping stress and parenting self-efficacy was -0.054 with significance value 0.668 (p>0.01). It indicated that there were negative and no significant correlation between coping stress and parenting self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Khairiyyah
"ABSTRAK
Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang berkaitan erat dengan stres pengasuhan yang dialami ibu. Dukungan sosial diduga terkait dengan stres pengasuhan yang dirasakan ibu di keluarga miskin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dukungan sosial dengan stres pola asuh yang dialami ibu di keluarga miskin. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 113 orang, dan merupakan ibu dari keluarga miskin dengan anak usia 3-5 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan yang dirasakan ibu pada keluarga miskin.

ABSTRACT
Poverty is a condition that is closely related to parenting stress experienced by mothers. Social support is thought to be related to parenting stress felt by mothers in poor families. This study aims to determine whether there is a relationship between social support and parenting stress experienced by mothers in poor families. Participants in this study amounted to 113 people, and are mothers of poor families with children aged 3-5 years. The results of statistical tests show that there is no relationship between social support and parenting stress felt by mothers in poor families."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>