Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136820 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kanya Pratita Wanaditya
"ABSTRAK
Film merupakan media yang dapat merekam arsitektur secara menyeluruh. Secara visual film membentuk alur yang membuat penontonnya mengikuti dan dapat menangkap citra yang digambarkan. Apa yang ditampilkan dalam film tidak selalu sama dengan kenyataan, tetapi bisa saja berupa citra yang sengaja ditanamkan dalam bentuk utopia yang dianggap lebih ideal. Citra utopis sebuah latar tempat dalam film paling mudah ditangkap melalui kondisi fisiknya. Maka, skripsi ini akan membandingkan elemen fisik dari sebuah latar pada film dengan kondisi tempat yang nyata menggunakan teori citra kota oleh Kevin Lynch. Kemudian, elemen fisik tersebut dikaitkan dengan teori utopia oleh Thomas More serta aplikasinya dalam suburbia Amerika oleh Nezar AlSayyad, ditambah beberapa penyesuaian dengan konteks kampung di Indonesia. Citra ideal kampung ini akan memperlihatkan utopia yang dibuat senyata mungkin agar lebih menarik dan membuat masyarakatnya seolah berada di film tersebut.

ABSTRAK
Film is a medium that could record architecture in a comprehensive way. Film creates a story that will guide the spectators to see the images of the space given. What is shown in a film is not always a reality. It could consist of unreal images which seem to be the idealized version of a place, hence, a utopia. The utopian images of a place can be seen easily in the physical elements. This paper will compare the physical elements of a place in the film and in real life using the theory of images of the city by Lynch. Then, these elements will be linked to the theory of utopia by Thomas More and its application in American suburban by Nezar AlSayyad, with some adjustments with the kampung context in Indonesia. The ideal images of the kampung will show the utopia which is made as real as possible to be more enjoyable while attracting people as if they were in the"
2016
S65022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Kurniawati
"Penelitian ini merupakan penelitian mengenai gaya komunikasi antarbudaya. Budaya-budaya yang melatarbelakangi komunikasi dalam penelitian ini adalah budaya Jawa, budaya Betawi, dan budaya Tionghoa. Komunikasi yang diteliti merupakan komunikasi yang terjadi dalam film animasi Adit dan Sopo Jarwo. Film animasi tersebut tayang setiap hari di MNC TV pada pukul 13:00 WIB dan 17:30 WIB. Selain dapat disaksikan di televisi, film animasi tersebut juga dapat diakses melalui saluran Youtube. Komunikasi antarbudaya dalam film itu dianalisis menggunakan teori intercultural style choice dari Gudykunst dan Stella Ting-Toomey 1986. Teori tersebut mengelompokkan gaya komunikasi ke dalam empat jenis, yaitu: direct dan indirect; elaborate, exacting, dan succinct; personal dan contextual; serta instrumental dan affective.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gaya komunikasi apa yang digunakan oleh orang-orang ketika mereka melakukan komunikasi dengan orang lain yang berlatar belakang budaya berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh yang berlatar belakang budaya Jawa banyak menggunakan gaya komunikasi indirect dalam tuturannya. Hal ini mereka lakukan karena sebagai penganut budaya Jawa, mereka menganggap tuturan yang disampaikan secara direct itu tidak menampakkan kesopanan. Tokoh dengan latar budaya Tionghoa dan Betawi lebih banyak menggunakan gaya komunikasi direct dalam tuturannya walaupun mitra bicara mereka yang berlatar budaya Jawa menyampaikan sesuatu dengan gaya indirect. Hal tersebut mereka lakukan karena budaya Tionghoa dan Betawi sama-sama menganut prinsip keterbukaan. Khusus budaya Tionghoa, prinsip keterbukaan itu agak sulit dijalankan jika hal yang ingin disampaikan adalah kabar yang kurang menyenangkan bagi penerimanya.
Gaya komunikasi elaborate dan succinct tidak banyak digunakan dibandingkan dengan gaya komunikasi exacting dalam film ini karena seluruh budaya Jawa, Betawi, dan Tionghoa cenderung mengatakan sesuatu dengan apa adanya exacting. Gaya komunikasi personal digunakan oleh tokoh Tionghoa untuk menunjukkan kekuasaannya. Hal itu dilakukan demi menyelamatkan bisnis dari gangguan pegawai yang tidak disiplin. Tokoh berlatar belakang budaya Jawa paling banyak menggunakan gaya komunikasi instrumental, sedangkan tokoh berlatar belakang budaya Betawi dan Tionghoa paling banyak menggunakan gaya komunikasi affective.

This research is a research on intercultural communication style. Cultures background of communication in this research are Javanese, Betawi, and Chinese. Communication under study is a communication that occurs in animated films Adit and Sopo Jarwo. The animated film is aired every day on MNC TV at 13 00 pm and 17 30 pm. In addition to being watched on television, the animated film can also be accessed via the Youtube channel. The intercultural communication in the film was analyzed using intercultural style choice theory from Gudykunst and Stella Ting Toomey 1986. The theory groups communication styles into four types, namely direct and indirect elaborate, exacting, and succinct personal and contextual as well as instrumental and affective.
This study aims to see what communication styles people use when they communicate with others of different cultural backgrounds. The data collection is done by using technique and note.
The results of this study indicate that the character of a cultural background Java using a lot of indirect communication style in his speech. This they do because as followers of Javanese culture, they consider the speech delivered in direct it does not show decency. People with cultural backgrounds Tionghoa and Betawi more use of direct communication style in the speech even though their speakers who are based on Javanese culture convey something with indirect style. This they do because Chinese culture and Betawi both adheres to the principle of openness. Especially Chinese culture, the principle of openness is a bit difficult to run if the thing to say is the news that is less fun for the recipient. The elaborate and succinct communication styles are not widely used compared to the exacting communication styles in this film because all of the Javanese, Betawi, and Chinese cultures tend to say things by themselves exacting.
The style of personal communication is used by Chinese figures to show their power. It was done to save the business from undisciplined employee interference. People of Javanese cultural background use the most instrumental style of communication, while the cultural background of Betawi and Tionghoa most used the style of affective communication."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frisia Soraya
"Kampung kota merupakan salah satu bentuk permukiman kumuh yang terdapat di kota-kota besar seperti halnya di Jakarta. Kampung kota ini timbul akibat urbanisasi yang datang dari seluruh pelosok tanah air yang sebagian besar terdiri dan masyarakat desa berpenghasilan rendah dan memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah. Hal ini terus menerus melanda kota-kota besar seperti Jakarta sehingga banyak warga yang tinggal di permukiman-permukiman padat penduduk. Pada permukiman kampung kota tersebut banyak sekali masalah-masalah yang timbul, dan masalah yang ada biasanya merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menempati permukiman tersebut. Padahal kesehatan merupakan sesuatu yang berharga dan harus dimiliki oteh manusia untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Kumuh sering sekali dikaitkan dengan penyakit. Penyakit yang timbul di permukiman kampung kota antara lain penyakit saluran pernapasan, penyakit kulit dan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Hal-hal tersebut timbul karena utilitas seperti sarana air bersih, saluran air kotor, pengudaraan serta sinar matahari tidak terencana dengan baik. Jadi hams dipikirkan suatu sistem utilitas sehat pada suatu permukiman kampung kota agar permukiman tersebut dapat menjadi sehat dan layak dihuni.

Kampung Kota represent one of dirty form settlement which is in metropolis city such as Jakarta, this Kampung Kota appeared as result of incoming urbanization from entire remote area in Indonesia, mostly consisted of the village society which is have low salary, low education and low skilled. This matter continuously happened knock over metropolis city like Jakarta, many people live in dense settlement. At Kampung Kota settlement there are a lot of problem arised, and the problem generally represent society health problem. Besides of that, health is valuable and must possessed by human being to do their activity everyday. Slum very often related to a disease. Disease which is arising in Kampung Kota settlement for example bronchi disease, skin disease and disease which is because of mosquito, The things immerge from utility such as clean water, dirty aqueduct, air and also the sunshine which is not unplanned. So, must be thought a healthy utility system at Kampung Kota settlement and then the settlement can become health and dwelt competent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Broek, W. Palmer van den
"Serat wiwaha jarwa menceritakan tentang Arjuna yang sedang bertapa, kemudian memperoleh senjata (panah) Pasopati. (Lihat Arjuna wiwaha)."
Betawi: Kantor percetakan kangjeng Gupermen, 1868
BKL.0176-CW 5
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Fajrini
"Film berperan sebagai media representasi utama yang digunakan oleh para ahli sejarah dalam menampilkan kembali ruang kota di masa lalu lewat nostalgia. Memori-memori memberikan identitas ruang dalam set film sebagai karakter utama sehingga memunculkan ruang lain yang bersifat imajiner, salah satunya merupakan ruang utopia. Ruang utopia masa lalu di dalam film direpresentasikan lewat simbol yang menjadi kunci utama dalam mengaitkan plot cerita dan mengandung nilai-nilai tradisional yang dapat mendukung keadaan utopia masa lalu sebagai tema utama representasi. Skripsi ini menggunakan 2 film berbeda yang diproduksi dalam 15 tahun terakhir, Pleasantville (1998) dan Midnight in Paris (2011) untuk melihat bagaimana representasi yang dihadirkan terhadap ruang kota utopia masa lalu berdasar pada persepsi personal.

Films are used, by historian, as the primary media of representing urban space in the past through nostalgia. Memories are the main characteristics of the identity in film set space. Hence the production of another space, an imaginary space, the utopia. Utopian space of the past in films are represented in symbols which become the key in story plots. These contain traditional values that enhances the utopia state of the past as the representation main theme. This writing utilises two different films which are produced within the last fifteen years, “Pleasantville” (1998) and “Midnight in Paris” (2011), in order to analyze how the representation of the past utopian urban space are based on personal perception."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Azis
"Tesis ini tentang Polisi dan kebijakanya dalam menangani tawuran antarkampung di indramayu. Perhatian atau fokus penelitian adalah pada Pencegahan Tawuran Antarkampung Oleh Polres Indramayu. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, yaitu dengan cara mengamati setiap gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari dari obyek penelitian. Pengamatan terlibat terhadap kehidupan warga desa-desa yang pemah mengalami tawuran, kehidupan para anggota polisi pada saat dinas dan diluar jam dinas. Penelitian dengan metode Kualitatif dan pendekatan etnografi dimaksudkan untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada sesuai dengan maknanya dari sudut pandang mereka, dalam hal ini warga desa, anggota Polres dan Polsek di wilayah penelitian.
Hasil penelitian mendiskripsikan bahwa, tawuran antar kampung terjadi akibat banyaknya penyandang masalah sosial yang disebabkan oleh adanya pembangunan, dimana pembangunan memberikan perubahan sosial dan budaya pada masyarakat. Perubahan sosial dan budaya merupakan dampak dari penggunaan kemajuan teknologi dibidang transportasi, komunikasi dan teknologi dalam pembangunan, sehingga prilaku masyarakat dalam bersaing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mengarah pada konflik yang destruktif. Sebab lain adalah dad faktor sejarah, faktor sumber daya manusia yang berkualitas rendah, banyaknya angka pengangguran dan kurangnya kesempatan kerja.
Kebijakan pimpinan Polres dalam menangani tawuran antarkampung adalah dengan menyamakan persepsi tentang "tawuran" dan upentingnya keamanan", bagi daerah yang sedang membangun, kepada Pemerintah Daerah, DPRD dan Masyarakat. Mengangkat masalah tawuran menjadi masalah bersama, tawuran sebagai masalah sosial, sehingga penanganannya memerlukan keterpaduan. Keterpaduan antara Pemerintah dan Masyarakat dalam menangani tawuran, temyata mampu meredam tawuran. Hal ini disertai dengan kesadaran warga masyarakat akan kebutuhan rasa aman, sehingga warga dengan penuh kesadaran membantu pemerintah untuk mewujudkan rasa aman. Kebijakan pemolisian yang dilaksanakan oleh polres indramayu menggunakan model pemolisian reaktif, pemolisian ini dilakukan untuk menangani kejahatan yang telah muncul. Pemolisian seperti ini mengedapankan penegakkan hukum, tujuanya adalah untuk memberikan efek jera kepada para pelaku tawuran. Kebijakan tersebut telah berhasil meredam terjadinya tawuran antarkampung, tetapi belum bisa mencegah terjadinya tawuran. Kebijaksanaan Pemolisian Reaktif tidak dapat diterapkan untuk mencegah tawuran, karena kebijakan demikian hanya memberikan efek deference sesaat saja, bahkan penanganan tawuran model ini bisa menimbulkan konflik baru. Dalam melakukan pencegahan tawuran, bentuk kegiatan pemolisian yang tepat adalah comunity policing (pemolisian komuniti)."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nurul Probowati
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan dan menjelaskan proses transformasi dan reproduksi masyarakat di Kampung Laweyan dan mengungkap implikasispasialnya dengan digunakan metode observasi kualitatif. Kampung Laweyan merupakan permukiman tradisional yang bercorak sosio-kultural. Mengalami beberapa kali fase transformasi yang ditandai pada naik turunnya perkembangan perekonomian di Laweyan. Eksistensi Laweyan sangat erat dikaitkan dengan batik
sebagai komoditas utama. Dominasi kegiatan perdagangan dan industri batik di Kampung Laweyan mempengaruhi norma masyarakat dalam memanfaatkan ruang bermukim di kampung. Namun dalam proses perkembangannya Kampung Laweyan mengalami dinamika sosial yang diindakasi memiliki implikasi spasial terutama pada ruang bertinggal. Perkembangan perdagangan batik yang dibarengi dengan
pesatnya perkembangan Kota Surakarta dikhawatirkan tidak terkendali, bahkan dapat berakibat terhadap hilangnya jatidiri Kampung Laweyan yang sesungguhnya adalah sebagai ruang bertinggal. Suatu kerangka pemikiran yang melibatkan konsep produksi ruang dan strukturasi masyarakat digunakan untuk mengungkap transformasi dan reproduksi masyarakat yang terjadi dari data yang diperoleh melalui informasi dan pengamatan di lapangan.
Melalui analisis terungkap bahwa masyarakat Kampung Laweyan mengalami imbas positif dan negatif dalam proses modernisasi dan perkembangan kota. Melalui kekuatan ekonomi, masyarakat Kampung Laweyan memainkan peranan dalam sistem sosial sebagai agen yang menghasilkan suatu agensi (kemampuan) dari hubungan hubungan berupa praktik sosial yang berulang antar agen dalam setiap tahapan
proses transformasinya.
Dari situ ternyata banyak sekali ditemukan permasalahan spasial yang diakibatkan proses perkembangan masyarakat. Semakin berkembangnya sistem ekonomi hybrid di Laweyan dikhawatirkan akan menggeser eksistensi kampung Laweyan sebagai ruang bermukim, namun justru menjadi ruang komersial baru. Untuk itu dalam
pengembangannya, perlu sinergi antar aktor Laweyan dalam menjaga eksistensi ruang bermukim di Laweyan, hingga eksistensinya sebagai permukiman komunitas pembatik tetap terjaga.

ABSTRACT
The main purpose of this research is describe and explain the process of transformation and reproduction of the community in Kampung Laweyan and reveal spatial of implication with used qualitative methods of observation. Kampung Laweyan is a traditional settlement that have socio-cultural pattern. Undergone several phases of transformation that marked with the rise and fall of economic development in Laweyan. Laweyan existence is closely associated with batik as the main commodity. The domination of trade and batik industrial activities in
Kampung Laweyan have affecting society norms for the use of living space in the village. But within the development process of Kampung Laweyan have got a social dynamics that have indication spatial implications, especially on housing space. The rade Batik developments is coupled with the rapid development of Surakarta Town have a fear to be uncontrolled town, so can even lead to the loss of village identity as
real Kampung Laweyan is a housing space. A framework involving the concepts of production and structuration of space is used to reveal the transformation of society and the reproduction of society that occurred from the data obtained through the information and observations in the field.
Through the analysis revealed that the society of Kampung Laweyan has
experiencing positive and negative impact in the process of modernization and development of the city. Through economic power, the society of Kampung Laweyan can play a role in the social system as an agent that produces an agency (ability) from the relations of the recurrent form of social practice among agents in each
stage of the transformation process.
However, there have founding a lot of problems resulting from the process of spatial development of society. The continued development of hybrid economic system in Laweyan is feared would shift the Kampung Laweyan existence as a living space, but instead become the new commercial space. Because of its development, it is necessary the good synergy between actors Laweyan in maintaining the existence of
living space in Laweyan, until its existence as a residential society of batik is maintained."
2011
T29922
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Febriani
"Zaman Meiji juga disebut sebagai Zaman Kesusastraan Pulang Kampung. Kampung Halaman pada zaman Meiji bergeser dari yang semula berarti ' seseorang dilahirkan dan dibesarkan menjadi daerah pedesaan. Pergeseran ini berhubungan urbanisasi besar-besar yang terjadi pada zaman Meiji, yang diilhami oleh paham shin shusse ( mencari kesuksesan, nama besar0. paham ini tertulis dalam buku kumon no Susume dan Saikoku Risshihen yang mengajurkan para muda untuk Cari risshim shusse di Tokyo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Afrianti
"Kegiatan perbaikan kampung sebagai usaha peningkatan kualitas hidup dari sebuah kampung telah banyak dilakukan di Indonesia. Sekian banyak kegiatankegiatan perbaikan telah dilaksanakan, namun pada kenyataannya ada kegiatan yang tidak mampu untuk memperbaiki kehidupan masyarakat kampung tersebut dan ada pula yang mendapat penghargaan merupakan latar belakang dalam penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berisi uraian mengenai kampung, sejarah dan definisinya; Hubungan antara permukiman dan makna perbaikan kampung, dan pendekatan perbaikan kampung dan dampak terhadap kualitas kampung setelah masa perbaikan (pascakegiatan perbaikan)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Witjaksono Sridadi
"ABSTRAK
Pada dasarnya pembangunan merupakan suatu proses kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan dukungan sepenuhnya kepada program-program pembangunan Program perbaikan kampung (proyek MHT) yang dilaksanakan oleh Pemerintah DKI Jakarta diharapkan dapat menstimulir dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi yang dinyatakan dengan keikutsertaan mereka dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan sarana hasil program perbaikan kampung (proyek MHT) tersebut Tulisan ini ingin mengetahui tingkat partisipasi masyarakat Menteng Tenggulun dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan sarana hasil program perbaikan. kampung (proyek MI-IT) dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi partisipasi masyarakat Menteng Tenggulun tersebut Perolehan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan rnetode penelitian lapangan dengan mengambil kepala keluarga sebagai responden dan aparat BAPPEM MHT dan aparat Kelurahan Menteng sebagai informan Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat partisipasi masyarakat Menteng Tenggulun dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan sarana hasil program perbaikan kampung (proyek MHT) ternyata rnasih rendah Dan variabel usia, penghasilan, pendidikan dan lama tinggal mempengaruhi partisipasi masyarakat Menteng Tenggulun dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan sarana hasil program perbaikan kampung (proyek MHT) dengan tingkat hubungan yang lemah Hasil penelitian juga memperlihatkan temuan baru berupa adanya faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat Menteng Tenggulun yaitu antara lain faktor ketentuan formal tentang perencanaan proyek MHT dari BAPPEM MHT yang kurang membeni kesempatan kepada masyarakat Menteng Tenggulun untuk berpartisipasi, faktor tersedianya tenaga untuk pelaksana proyek MHT, dan faktor kurang berperannya organisasi-organisasi sosial di kampung Menteng Tenggulun"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>