Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225449 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aaron Jonathan
"Infeksi jamur infasif atau mikosis infasif pada pasien dengan kondisi sistem imunitas rendah mengakibatkan sejumlah besar morbiditas dan mortalitas. Infeksi tersebut dapat terjadi di lingkungan rumah sakit, komunitas, maupun keduanya. Sejumlah spesies jamur dapat terkonsentrasi pada lingkungan udara rumah sakit, dan dianggap sebagai agen infeksi yang mudah terhirup oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil jamur udara pada ruang rawat beberapa rumah sakit di Jakarta serta kaitannya dengan kelas perawatan. Metode penelitian berdisain potong lintang ini menggunakan pengambilan sampel secara konsekutif dari beberapa rumah sakit di Jakarta. Cawan petri yang mengandung media agar saboraud dekstrosa diletakkan di dalam ruangan rawat RS dan dibiarkan terbuka selama 15 menit, setelah itu dilakukan inkubasi dalam suhu kamar selama minimal tiga hari. Selanjutnya dilakukan proses identifikasi spesies untuk mengetahui profil jamur.
Hasil dalam penelitian ini, jamur yang diisolasi dari ruang perawatan rumah sakit pada umumnya terdiri atas lebih dari dua spesies, diantaranya: Aspergillus niger (67.5%), Candida sp. (40%), Aspergillus fumigatus (30%), Rhodoturula sp. dan Penicillium marnefei dalam jumlah sedikit. Pengamatan terhadap hubungan profil jamur dan jenis kelas ruang rawat menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas ruang rawat rumah sakit, semakin sedikit jumlah dan ragam spesies jamur yang tumbuh.
Simpulan. Profil jamur yang diisolasi dari ruang perawatan rumah sakit dalam penelitian ini terdiri atas Aspergillus niger, Candida sp, Aspergillus fumigatus, Rhodoturula sp dan Penicillium marnefei. Hubungan profil jamur dan jenis kelas ruang rawat menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas ruang rawat rumah sakit, semakin sedikit jumlah dan ragam spesies jamur yang tumbuh.

Introduction. Invasive fungal infections (invasive mycoses) in immunodeficient patients yields in more than significant number of morbidity and mortality. Such infections occur on both hospital and community settings. Several fungal species might be concentrated in the air among hospitals, and considered as infectious agent that is easily inhaled by patients. This study aims on investigating the profile of airborne fungal species in several inpatient wards chosen from several hospitals in Jakarta and the correlation between those species and the class of the wards itself. Methods this is a cross-sectional study using consecutive samplings taken from several chosen Jakarta hospitals. Petri dish containing dextrose saboraud agar are placed about 1m height above the ground and exposed to open air for 15 minutes. Afterwards, the plates are incubated at room temperature for minimum of three days. Then, samples were analyzed inside the mycology lab for species identification to investigate presenting fungal profile.
Results in this study, common species that are isolated from the respective wards consists of at least two species, including Aspergillus niger (67.5%), Candida species (40%) and Aspergillus fumigatus (30%). Other infectious species such as Rhodotorula sp and Penicillium marnefei are found as well in few numbers. Observation on the relation of fungal profile and class of inpatient wards indicates that the higher the ward class, the less number and diversity of species growing inside the plates.
Conclusion, fungal profile that are isolated from the hospital inpatient wards in this study consists of Aspergillus niger, Candida sp, Aspergillus fumigatus, Rhodoturula sp dan Penicillium marnefei. The correlation between the fungal profile and class of inpatient wards indicated that the higher the class of hospital wards, the less number and diversity of airborne fungi growing on the plates.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Basir
"Prevalensi infeksi jamur sistemik (mikosis sistemik) dilaporkan semakin meningkat serta mengakibatkan morbiditas dan mortalitas tinggi, terutama pada pasien dengan gangguan sistem imun. Mikosis sistemik dapat disebabkan oleh jamur yang berada di lingkungan masyarakat maupun rumah sakit, termasuk ruang perawatan intensif (ICU). Pada umumnya jamur kontaminan tersebut masuk ke dalam tubuh pasien melalui saluran napas (inhalasi) maupun kontaminasi peralatan di lingkungan perawatan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil jamur yang diisolasi dari udara pada ruang perawatan intensif di beberapa rumah sakit di Jakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian multisenter tentang aspergilosis invasif di ICU beberapa RS di Jakarta. Metode penelitian ini berdisain potong lintang dan pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada ruang rawat intensif di empat RS. Sampel jamur diisolasi menggunakan cawan petri mengandung media agar saboraud dekstrosa yang dibiarkan terbuka selama 15 menit di ruang perawatan, selanjutnya dilakukan proses inkubasi dan identifikasi jamur di laboratorium mikologi untuk mengetahui profil jamur yang diisolasi dari ruang perawatan tersebut. Jamur yang berhasil diisolasi dari ruang perawatan intensif pada penelitian ini umumnya terdiri atas beberapa spesies, yaitu Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), dan Candida sp. (3%). Profil spesies jamur A. niger, A. fumigatus dan Dematiaceae ditemukan di empat rumah sakit, sedangkan Rhodotorulla dan Mycelia sterilia di temukan di tiga rumah sakit. Adapun Penicillium sp. dan Candida sp. hanya ditemukan di satu rumah sakit.
Kesimpulannya, profil spesies jamur udara di ruang perawatan intensif pada penelitian ini terdiri atas Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), dan Candida sp. (3%).

The prevalence of systemic fungal infection (systemic mycosis) is increasing, and cause high number of mortality and morbidity, especially for immunocopromised patients. Systemic mycosis can be cause by fungal species found in either community or hospital environment, including intensive care unit (ICU). Generally, this fungal contaminants infect the patient's body through the respiratory tract (inhalation) as well as contamination of equipment in patient's environment.
This study aims to find out the profile of airborne fungal species that isolated from the air in intensive care unit at several hospitals in Jakarta. This study is part of a multicenter study on invasive aspergillosis in ICU at several hospitals in Jakarta. The cross-sectional study was conducted with consecutive samplings taken from ICU in four hospitals. The sample taken using petri dish containing dextrose saboraud agar that placed about 1m height and open to air for 15 minutes. Then, the process of incubation and fungal identification done in mycology laboratory to know the profile of airborne fungal species isolated from ICU. The fungal species that were isolated from the intensive care unit were consist of several species, which were Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), and Candida sp. (3%). The fungal species profile of A.niger, A.fumigatus and Dematiaceae were found in all four hospitals, while Rhodotorulla and Mycelia sterilia were found in three hospitals and Penicillium sp. and Candida sp. were only found in one hospital.
In conclusion, the profile of airborne fungal species in intensive care unit in this study consisted of Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), and Candida sp. (3%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Adhiaty Ratna Pratiwi
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah serius pada seperempat populasi manusia di seluruh dunia. Berbagai mikroorganisme penyebab infeksi berperan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien berisiko tinggi diantaranya pasien dengan gangguan imunitas dan atau kondisi sakit berat. Jamur merupakan mikroorganisme penyebab berbagai penyakit mulai dari alergi, hipersensitivitas saluran napas atau asma, maupun infeksi sistemik yang mengancam jiwa, misalnya kandidiasis sistemik, aspergilosis sistemik, serta infeksi jamur lain. Transmisi infeksi jamur sistemik biasanya melalui inhalasi spora maupun kontaminasi elemen jamur di lingkungan sekitar pasien. Keberadaan jamur di lingkungan sekitar pasien penting mendapat perhatian mengingat potensinya sebagai sumber infeksi, termasuk di lingkungan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman spesies jamur yang diisolasi dari lingkungan rumah sakit, dan merupakan bagian dari penelitian multisenter aspergilosis invasif pada pasien sakit berat di beberapa rumah sakit di Jakarta. Mengingat neonatus merupakan salah satu kelompok pasien berisiko tinggi mengalami infeksi jamur sistemik di rumah sakit, maka lokasi penelitian ini difokuskan pada lingkungan ruang perawatan intensif neonatus NICU. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada lingkungan NICU di dua rumah sakit, baik di bagian dalam maupun luar NICU. Sampel udara diambil menggunakan cawan petri berisi agar Saboraud dekstrosa selama 15 menit pada ketinggian 100-150 cm, setelah itu dilakukan inkubasi dan pengamatan selama tujuh hari di laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat delapan jenis jamur yang diisolasi dari lingkungan NICU, yaitu Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Candida sp., Dematiceae sp., Mycelia sterilia, Paecilomyces sp., Penicillium sp., and Trichosporon sp. Spesies jamur yang paling sering ditemukan adalah Mycelia sterilia dan Aspergillus fumigatus.

Infectious diseases are still a serious problem affecting a quarter of the human population worldwide. Numerous microorganisms causing infection served to increase morbidity and mortality rate in high risk patients, including immunocompromised and or critically ill patients. Fungi are microorganisms that cause a variety of diseases ranging from allergies, hypersensitivity respiratory or asthma, as well as life threatening systemic infections, such as systemic candidiasis, systemic aspergillosis, and other fungal infections. Transmission of systemic fungal infection is usually through inhalation of the spores or fungal elements contamination in the environment around the patient. The presence of fungi in the environment around the patient extremely needs attention considering its potency as a source of infection, including in a hospital environment.
This study aims to identify the diversity of fungal species isolated from the hospital environment, and is part of a multicentre study of invasive aspergillosis in patients with serious illness at several hospitals in Jakarta. Considering neonate is one group of patients at high risk of systemic fungal infections in the hospital, subsequently the location of this research is focused on the environment of neonatal intensive care unit NICU . The sample was taken consecutively in the NICU environment at two hospitals, both indoor and outdoor of the NICU. Air samples were taken using a petri dish containing Saboroud rsquo s dextrose agar for 15 minutes at a height of 100 150 cm, after it conducted incubation and observation for seven days in the laboratory.
The results showed there are eight types of fungi isolated from the NICU environment, including Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Candida sp., Dematiceae sp., Mycelia sterilia, Paecilomyces sp., Penicillium sp., and Trichosporon sp. The most commonly fungal species found are Mycelia sterilia and Aspergillus fumigatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Winarno
"Infeksi jamur nosokomial di rumah sakit terhadap pasien dengan kondisi imun yang rendah dapat memberikan dampak yang mengancam nyawa. Beberapa penelitian melaporkan kecenderungan infeksi jamur nosokomial oleh jamur udara semakin meningkat. Keterbatasan data profil jamur udara di lingkungan rumah sakit dapat menghambat pencegahan dan penatalaksanaan infeksi jamur nosokomial karena sumber infeksi tidak teridentifikasi. Penelitian ini menyelidiki keberadaan dan profil jamur udara di lingkungan luar empat rumah sakit di Jakarta, serta merupakan bagian dari penelitian multisenter aspergilosis invasif di ICU rumah sakit di Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan cawan petri berisi agar saboraud yang dibiarkan terpajan udara selama 15 menit. Proses identifikasi dilakukan setelah masa inkubasi untuk melihat profil jamur yang diisolasi: Aspergillus sp, Candida sp, Penicillium sp, Rhodotorula sp, Scedosporium sp, Paecilomyses sp, Fusarium sp, Dematiaceae sp, Mycelia sterilia, Cylindrocarpon sp, dan Curvularia sp. Profil jamur yang diisolasi pada dua cawan medium atau lebih di Rumah Sakit Persahabatan: Dematiaceae dan Aspergillus fumigatus; Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo: Dematiaceae, Aspergillus niger, A. fumigatus, dan Penicillium; Rumah Sakit UKI: Dematiaceae, Penicillium, Mycelia sterilia, Rhodotorula, Aspergillus flavus dan Candida tropicalis; sedangkan di Rumah Sakit Sulianti Saroso: Aspergillus niger, Dematiaceae, Mycelia sterilia, Aspergillus fumigatus, Cylindrocarpon, dan Aspergillus flavus.

Nosocomial fungal infections in immunocompromised patients may pose a serious threat in mortality. Evidence suggests that the trend of nosocomial fungal outbreak in hospitals were increasing with almost all nosocomial fungal outbreak was caused by airborne fungi. However, the limited knowledge regarding airborne fungi profile rendering hospitals unable to identify the source of infections and hindering hospitals to provide optimal prevention and management towards nosocomial fungal infections. This study explored the presence and profile of airborne fungi in the outdoor environment of four hospitals in Jakarta and is a part of multicenter study on invasive aspergillosis in ICU patients at several hospitals in Jakarta. In each hospital, air samples were collected via saboraud agar in petri dish opened for 15 minutes. Identification process was carried in Mycology laboratory after incubation period to identify the isolated airborne fungal profiles which are Aspergillus sp, Candida sp, Penicillium sp, Rhodotorula sp, Scedosporium sp, Paecilomyses sp, Fusarium sp, Dematiaceae sp, Mycelia sterilia, Cylindrocarpon sp. and Curvularia sp. The profile of airborne fungal species isolated on two or more media plates at Persahabatan Hospital were Dematiaceae and Aspergillus fumigatus Cipto Mangunkusumo Hospital were Dematiaceae, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, and Penicillium UKI Hospital were Dematiaceaeas, Penicillium, Mycelia sterilia, Rhodotorula, Aspergillus flavus and Candida tropicalis while at Soelianto Saroso Hospital were Aspergillus niger, Dematiaceae, Mycelia sterilia, Aspergillus fumigatus, Cylindrocarpon, and Aspergillus flavus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S70450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Furqan Agussalim
"Latar Belakang Oculomycosis didefinisikan sebagai infeksi jamur pada mata, dengan Candida albicans, Aspergillus, dan Fusarium menjadi tiga etiologi yang paling umum. Insiden tahunan oculomycosis diperkirakan mencapai 1.000.000 kasus di seluruh dunia, dengan jumlah kasus tertinggi berasal dari Asia dan Afrika. Di Indonesia, lebih dari 7,7 juta orang menderita infeksi jamur, namun sangat sedikit literatur yang meneliti prevalensi oculomycosis secara spesifik. Oleh karena itu, makalah ini mengeksplorasi sebaran spesies jamur yang diperoleh dari sampel mata pasien di Jakarta, Indonesia. Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross sectional study dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien infeksi jamur di rumah sakit di Jakarta pada tahun 2009 hingga 2020. Data tersebut disaring untuk mengetahui oculomycosis, asal sampel, dan hasil uji sensitivitas. Aplikasi program statistik untuk ilmu sosial (SPSS) 20 digunakan untuk menghitung mean, deviasi standar, dan uji-t untuk membuat representasi data secara statistik dan grafis. Hasil Terdapat 161 spesimen jamur yang dikumpulkan, 152 (94%) diantaranya diperoleh dari kornea, 5 (3,1%) vitreous humor, 2 (1,2%) alis, 1 (0,6%) fibrosis intraokular, 1 (0,6%) sekret mata. . Sampelnya adalah laki-laki sebanyak 125 orang, sedangkan perempuan sebanyak 36 orang dengan rata-rata usia 47,92 tahun. Tiga spesies dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2009-2020 adalah Fusarium (n=48), Aspergillus (56), dan Dematiaceae (14). Uji kerentanan menunjukkan bahwa Fusarium rentan terhadap vorikonazol namun resisten terhadap itrakonazol (P ≤ 0,05). Kesimpulan Fusarium, Aspergillus, dan Dematiaceae sebagai tiga penyebab paling umum infeksi mata. Mayoritas pasien adalah laki-laki dan berada dalam usia produktif. Uji kerentanan menunjukkan kerentanan banyak spesies terhadap azol dan poliena.

Introduction Oculomycosis is defined as a fungal infection of the eye, with Candida albicans, Aspergillus, and Fusarium being the three most common etiologies. The annual incidence of oculomycosis is estimated to be 1,000,000 cases worldwide, with the highest prevalence in Asia and Africa. In Indonesia, over 7.7 million people have fungal infection, yet very little literature have explored the prevalence of oculomycosis specifically. Thus, this paper explores the distribution of fungal species obtained from eye samples of patients in Jakarta, Indonesia. Method The research utilizes an analytical cross sectional study design using secondary data obtained from medical records of patients with fungal infection from hospitals in Jakarta from 2009 till 2020. The records were screened for occulomycosis, the origin of the sample, and results of sensitivity test. The statistical program for social sciences (SPSS) application 20 is used to calculate descriptive statistics and t-test. Results There are 161 fungal isolates collected, 152 (94%) of which were obtained from the cornea, 5 vitreous humor, 2 eyebrow. 125 of samples were male patients, while the remaining 36 were female, with an average age of 47.92 years. The three species with the highest number of cases from 2009-2020 are Fusarium, Aspergillus, and Dematiaceae. Susceptibility tests indicate that Fusarium was susceptible to voriconazole but resistant to itraconazole (P ≤ 0.05). Conclusion Fusarium, Aspergillus, and Dematiaceae as the three most common cause of ocular infection. Majority of patients were male and within the productive age. Susceptibility test shows susceptibility of many species to azoles and polyene."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Helmi Aziz
"Aerobiologi dari lingkungan rumah sakit merupakan cerminan kebersihan rumah sakit dan berperan dalam penyebaran penyakit infeksi. Berbagai macam kontaminan udara, seperti spora jamur, dapat menyebabkan penyakit pada pasien bila terinhalasi ataupun teringesti, terutama pada populasi pasien imunokompromais. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengevaluasi jumlah kontaminan jamur udara di dua ruang rawat imunokompromais di Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Rerata jumlah koloni di ruang rawat inap hematologi (tanpa filter HEPA) adalah 132 CFU/m3 (76 – 1085 CFU/m3) dan rerata jumlah koloni di ruang rawat intensif dewasa (dengan filter HEPA) adalah 16 CFU/m3 (8 – 42 CFU/m3). Suhu dan kelembapan relatif pernah mencapai ambang batas yang direkomendasikan di kedua ruangan. Ragi, Penicillium spp., dan Aspergillus spp. merupakan tiga kelompok jamur dengan jumlah terbanyak yang berhasil diisolasi dari kedua ruangan.

Hospital aerobiology is a reflection of hospital cleanliness and has a major role in infectious disease transmission. Several air contaminants, such as fungal spores, can cause disease if inhaled or ingested, especially in immunocompromised patients. This study is a preliminary study that aimed to evaluate the level of fungal airborne contamination in two wards in a referral hospital in Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. The mean airborne fungal colony count in the hematology ward (without HEPA filter) was 132 CFU/m3 (76 – 1085 CFU/m3) and in the intensive care ward (with HEPA filter) was 16 CFU/m3 (8 – 42 CFU/m3). Temperature and relative humidity were observed above or below the recommended level. Yeast, Penicillium spp., and Aspergillus spp. were three groups of fungi that were mostly isolated from both rooms. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I. G. K. Wijasa
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kepuasan tenaga perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penelitian survai, yang sifatnya deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Berdasarkan penelitian kepustakaan, diperoleh pemahaman bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh pelbagai keadaan seperti : prestasi kerja, pemberian penghargaan, pemberian tanggung jawab dan pemberian kesempatan berkembang.
Pola hubungan tersebut diteliti kebenarannya terhadap perawat di Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan, Jakarta. Data-data yang diperlukan, dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur, yang selanjutnya diolah serta dianalisis.
Sampel penelitian dipilih secara purposive yakni seluruh perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Bedah sebanyak 60 orang. Adapun profil perawat yang menjadi sampel penelitian adalah 86,7% merupakan perawat wanita dan 13,3% perawat pria. Sebagian besar responden (45%) telah bekerja kurang dari 10 tahun, 40% antara 11-20 tahun dan 15% telah bekerja lebih dari 20 tahun. Sebanyak 70% dari responden berusia antara 30-50 tahun dan selebihnya (30%) berusia 22-29 tahun. Dilihat dari pendidikannya, sebagian dari mereka (83,4%) responden berpendidikan SPK, selebihnya 10% berpendidikan D3 Keperawatan, 3,3% S1 Keperawatan dan 3,3% berpendidikan lain-lain yang setara dengan SPK.
Hasil penelitian tentang gambaran kepuasan kerja menunjukkan bahwa 61,7% perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUP Persahabatan Jakarta, dinyatakan telah mendapat kepuasan kerja. Sebanyak 88,3% menyatakan puas terhadap bentuk penilaian prestasi; 31,7% menyatakan puas terhadap penghargaan; 70% menyatakan puas terhadap tanggung jawab yang diberikan; 46,&% menyatakan puas terhadap kesempatan berkembang; dan 53,3% menyatakan puas terhadap pekerjaannya.
Selain dari pada itu didapatkan pula gambaran faktor intrinsik perawat yang dinyatakan telah mendapatkan penilaian prestasi amat baik 41,7%; yang diberi penghargaan 43,3%; yang diberi tanggung jawab 43,3% dan yang diberi kesempatan berkembang 11,7%.
Setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square terhadap hubungan keempat faktor intrinsik dan kepuasan kerja, ternyata hanya ada dua faktor intrinsik yang menunjukan hubungan bermakna yakni: faktor prestasi kerja (x=3,72469, df=1 dan c=O,05) dan faktor tanggung jawab (x=4,5.1776, df 1 dan c=0,05).
Oleh karena itu dari hasil penelitian ini, disarankan kepada Pimpinan RSUP Persahabatan Jakarta untuk mempertahankan dan menyempurnakan pola penilaian prestasi dan pemberian tanggung jawab kepada perawat dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja serta secara bertahap meningkatkan/memperbaiki pola pemberian penghargaan dan pemberian kesempatan berkembang agar lebih bermakna.

The objective of this study is to get information about job satisfaction of the nurses working in the hospital wards, of Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta. In this respect, a descriptive correlative field research was conducted by utilizing a Cross Sectional approach.
Based on literature study, it was found that job satisfaction is influenced by various conditions such as work performance, reward achievement, responsibility of growth.
In this study, such correlation patterns were observed to a number of nurses working in the surgery wards of RSUP Persahabatan, Jakarta. The necessary data were collected trough a structured questionnaire which were then processed and analyzed.
Samples of the study were selected purposively, those are 60 nurses working in surgery wards, consisting of females, (86,7%) and males (13,3%). A part of them (45%) had worked for less than 10 years, 40% between 11 and 20 years and 15% for more 20 years. Of the total respondents, 70% were 30 to -50 years old and the rest (30%) were between 22 and 29 years old. According to the educational background, most respondents (83,4%) graduated from the Nursing High School (SPK), 10% from Nursing Academy, 3,3% from the University and 3,3% from other institutions equal to the Nursing High School.
This study of job satisfaction found that 61,7% of the respondents, nurses in the surgery wards of RSUP Persahabatan Jakarta, said they had got satisfaction. Of the total respondents, 88,3% were satisfied with the performance; assessment with the reward achievement (31,7%); with the responsibility their job (70%); the possibility of growth (46,7%); and with the job (53,3%).
Besides, the study also found some intrinsic factors of the respondents which were stated as having the best performance (41,7%); rewards (43,3%); responsibility (43,3%) and possibility of growth (11,7%).
Having done the bivariat analysis by utilizing the Chi-Square statistical test on the correlation of the four intrinsic factors and job satisfaction, there were only two intrinsic factors showing significant correlation namely performance assessment factor (x=3,72469, df1 and a=0,05 and responsibility factors (x=4,51776, ,:11 and a-0,05).
Based on the study results and in order to increase job satisfaction of the nurses, it is suggested to RSVP Persahabatan Jakarta management to maintain the patterns of existing working system and to improve gradually the patterns of responsibility, reward achievement and possibility of growth so that it correlate to the nurse's performance assessment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yana Zahara
"Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan yang bermutu terhadap klien. Perawat pelaksana merupakan tenaga yang berkontribusi langsung terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada klien. Faktor-faktor motivasi kerja merupakan salah satu yang mempengaruhi kinerja perawat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor motivasi kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Penelitian menggunakan proportionate random sampling yang telah memenuhi kriteria inklusi, yaitu sebanyak 100 perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap RSPAD Gatot Soebroto. Instrumen yang digunakan adalah motivasi kerja, karakteristik individu dan kinerja perawat pelaksana yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Uji validitas dan reliabilitas untuk instrumen motivasi kerja nilai alpha = 0,792 dan instrumen kinerja nilai alpha = 0,737.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada 3 subvariabel motivasi kerja yang ada hubungan signifikan dengan kinerja perawat yaitu : hubungan interpersonal (p = 0,001; OR = 4,345), supervisi (p = 0,000; OR= 72,952) dan penghasilan/gaji (p = 0,004; OR = 7,304). Sedangkan variabel karakteristik individu menunjukkan 2 variabel yang ada hubungan signifikan dengan kinerja adalah pendidikan perawat pelaksana (p = 0,029; OR = 7,567) dan umur (p = 0,001; OR = 25,948). Adapun subvariabel yang dominan berhubungan dengan kinerja perawat adalah supervisi (OR = 72,952), setelah dikontrol variabel umur, penghasilan/gaji dan tingkat pendidikan.
Penelitian ini merekomendasikan supervisi dengan pendekatan struktur organisasi yaitu kepala instalasi yang memiliki garis komando ke kepala subinstalasi dan ke kepala ruangan keperawatan agar melakukan penilaian kinerja secara terencana, terstruktur dan berkala serta memberikan umpan balik sehingga dapat memperbaiki kinerja perawat, yang akhirnya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dan pelayanan kesehatan rumah sakit pada umumnya.

Nursing service is an integral part from the health services and responsible to give quality nursing care to the client. Staff nurse is a contribution worker directly to the quality of the services for the client. The work motivation factors is one of factors which influence the work of nurse. This research is a descriptive quantitative by a cross sectional design which aiming to know relationship between the work motivation factors with staff nurse performance inpatient wards in RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Research used a proportionate random sampling which fulfilled an inclusion criterion; it was almost 100 staff nurse at inpatient wards in RSPAD Gatot Soebroto. The instruments which is used including work motivation, individual characteristic and staff nurse performance which have been modified and available of research needs. Validity and reliability test of work motivation instrument by alpha value 0,792 and performance instrument by alpha value 0,737.
This research result indicated 3 sub variables of work motivation which related significantly by nurse performance including interpersonal relation (p = 0,001; OR = 4,345), supervision (p=0,000; OR=72,952) and incomes or salary (p=0,004; OR=7,304). While individual characteristic variable indicated 2 variables which related significantly by performance is education of staff nurse (p=0,029; OR=7,567) and age (p = 0,001; OR = 25,948). There are dominant subvariable conected with staff nurse performance is supervision (OR = 72,952), after it was controlled by variables of age, incomes or salary and education level.
This research recommended a supervision by organization chart approach including head of installation who has a command line to head of sub installation and head of nursing rwards do assessment of performance by planning, structural and periodical and also giving feedback so it can improve nurse performance, and especially to improve nursing service and hospital health service generally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Raisita Damalia Mari
"Kualitas tidur yang tidak memadai dapat berdampak buruk terhadap kinerja pekerjaan perawat, yang akan berimbas pada keselamatan pasien dan keselamatan perawat itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan potong lintang pada 120 perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong yang dipilih dengan total sampling. Kualitas tidur diukur dengan kuisioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kinerja diukur dengan kuisioner kinerja perawat yang dimodifikasi dari kuisioner Royani.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Cibinong (p=0,002, α= 0,05). Skor total PSQI pada perawat yang berkinerja baik lebih rendah 1,42 poin dibanding yang berkinerja kurang baik. Kegiatan untuk meningkatkan kualitas tidur dan kinerja perlu diprogramkan oleh perawat dan manajemen rumah sakit melalui pengaturan jadwal kerja yang sesuai dan peningkatan sumber daya perawat melalui sekolah, serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kualitas tidur dan kinerja perawat.

Poor sleep quality and sleep deprivation adversely impact work performance, patient safety and nurse safety. This study aims to identify the relationship between sleep quality and performance of nurses in implementing nursing care. The study design was cross-sectional analytic approach to the 120 nurses in the inpatient hospital Cibinong selected with a total sampling. Quality of sleep was measured with a questionnaire The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and the performance is measured by the performance of the nurse questionnaire modified from the questionnaire Royani.
The results of this study indicate that there is a relationship between sleep quality and nurse?s performance in implementing nursing care in inpatient wards Cibinong hospital (p = 0.002, α = 0.05). PSQI total score on the nurse who performs well 1,42 points lower than the poor performers. Activities to improve the quality of sleep and performance need to be programmed by nurses and hospital management through appropriate setting work schedules and increased resource of nurses, as well as the further research related to sleep quality and performance of nurses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Naura Vathania
"ABSTRAK
Infeksi nosokomial dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, terutama di ruang operasi dan ICU, di mana terdapat aktivitas yang tinggi. Perlu adanya pemantauan dan penjagaan kualitas udara secara bakteriologi sebagai cerminan dari kondisi kebersihan di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas udara secara bakteriologi di ruang operasi di beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya sebagai salah satu langkah pencegahan infeksi nosokomial. Desain penelitian ini adalah retroprospektif dengan menggunakan data yang bersumber dari UKK PPM LMK FKUI. Data diperoleh dari 217 pemeriksaan di ruang operasi dan 5 pemeriksaan di ICU yang dilakukan di 17 rumah sakit selama Januari 2018-Juni 2019. Pada tahun 2018, dari 137 pemeriksaan di ruang operasi, 120 (87,59%) di antaranya memenuhi standar baku mutu dan dari 4 pemeriksaan di ICU, 1 (25%) di antaranya memenuhi standar baku. Pada tahun 2019, dari 80 pemeriksaan di ruang operasi, 70 (87,50%) di antaranya memenuhi standar baku dan dari 1 pemeriksaan di ICU, 1 (100%) memenuhi standar baku. Mayoritas ruang operasi di rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya memiliki kualitas udara secara bakteriologi yang sudah baik, tetapi ICU memiliki kualitas udara yang tidak memenuhi standar baku mutu.

ABSTRACT
Nosocomial infection is known to increase morbidity and mortality of patients, especially in operating room (OR) and intensive care unit (ICU) as they have high rate of activities that may risk in infection. Monitoring and maintenance of bacteriological quality of air are needed as they can reflect the actual condition of hygiene in hospital. The aim of this study is to know the bacteriological quality of air in several hospitals in Jakarta and the greater area of Jakarta. It is expected that the results of this study can become a basis in taking preventive measures against nosocomial infection. The design of this study was retroprospective. Data were collected from 217 examinations in OR and 5 examinations in ICU done in 17 hospitals between January 2018 and June 2019 by UKK PPM LMK FKUI. In 2018, among 137 results collected in OR, 120 (87,59%) fulfilled the requirement of bacteriological quality of air and among 4 examinations done in ICU, 1 (25%) also fulfilled the requirement. In 2019, among 80 examinations done in OR, 70 (87,50%) fulfilled the requirement and among 1 check done in ICU, 1 (100%) also fulfilled the requirement. It is concluded that the bacteriological quality of air in majority of OR in hospitals in Jakarta and its greater area is good, but that in ICU is not."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>