Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasanuddin
"Permintaan sulfur dalam negeri semakin meningkat hingga 220 ribu ton pada 2014 atau setara dengan 72 juta US dollar. 70% sulfur yang ada saat ini merupakan by product dari minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan juga terbatasnya eksplorasi untuk penambangan sulfur menjadi pertimbangan untuk meningkatkan produksi sulfur dalam negeri. Proses pemurnian sulfur alam dengan sistem kontiniu dan tekanan tinggi yang telah ada, proses Frasch, membutuhkan modal dan biaya operasional yang besar. Proses Frasch membutuhkan air hingga 57 m3 untuk setiap ton sulfur yang dihasilkan dan juga biaya yang mahal. Pada penelitian sebelumnya dilakukan modifikasi proses produksi sulfur menggunakan autoclave dengan sistem batch untuk mereduksi biaya operasional dan dapat dilakukan pada skala kecil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses ini dapat memurnikan batuan dengan kemurnian tinggi tetapi yield yang dihasilkan kurang optimum Pada penelitian ini dilakukan injeksi gas karbondioksida ke dalam sistem sebagai media transfer panas tambahan. Karbondioksida juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan difusifitas uap air untuk penetrasi ke dalam formasi batuan yang membantu untuk melelehkan sulfur sehingga meningkatkan yield sulfur yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi untuk proses pemurnian adalah pada suhu 140oC, tekanan injeksi karbondioksida sebesar 30 psi, rasio air dan batuan sebesar 10ml/g, serta lama waktu operasi 6 menit dengan yield dan kemurnian yang didapatkan masing-masing sebesar 86,8% dan 99,82%.

Demand of sulfur in Indonesia is increasing throughout the years reaching 220 thousand tones equivalent with 72 millio US Dollar in 2014. Nowadays, 70% of sulfur is coming from byproduct of petroleum industry. As long as the depletion of oil and gas resoources and the limited of exploration of sulfur mining as the consideration to enrich the production of sulfur in domestic.The existing sulfur purification process with continue system and high pressure, Frasch process, requires high capital and operational cost. Frasch process needs water up to 57 m3 in order to get one tone of sulfur. On the previous research, modified sulfur production process used autoclave in batch system to reduce the operational cost in order to use by small industry. The result is that process can purify sulfur with high purity but, the yield itself is not optimal. In this research, carbondioxyde is injected as an addition of heat transfer. In addition, carbon dioxide has an ability to enrich the diffusivity of steam to penetrate rock formations. The injection of carbon dioxide in this system can help in melting sulfur faster in order to increase the yield itself. Based on this research, the operation condition to purify sulfur is 140 oC of temperature, 30 psi of CO2 injection, 10 ml/g of ratio between water and native sulfur ore with 6 minutes of process. The result of yield and purity are 86,8% and 99,82%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Saputra
"Tingkat impor sulfur Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini diakibatkan produksi sulfur dalam negeri yang tidak dapat memenuhi demand sulfur dalam negeri dan kurangnya eksplorasi proses produksi sulfur. Sekitar 70%
dari sulfur yang ada saat ini diproduksi dengan Proses Claus sebagai by-product proses pengolahan petroleum dan minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan terbatasnya eksplorasi penambangan sulfur menjadi pertimbangan peningkatan proses produksi sulfur Indonesia. Indonesia sebagai daerah Ring of Fire memiliki kekayaan melimpah berupa batu sulfur alam melimpah hanya digunakan sebagai campuran semen ataupun cinderemata. Salah satu metode pemurnian sulfur dari batuan sulfur alam yang ada saat ini ialah Proses Frasch yang memerlukan biaya investasi dan operasional yang besar. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan proses sulfur dari batuan sulfur alam dengan menggunakan modifikasi Proses Frasch berupa sistem batch. Proses ini dirancang untuk industri kecil menengah di mana digunakan autoclave dengan uap air sebagai media pengekstraksi. Pada penelitian ini, didapatkan yield dan tingkat kemurnian optimum sulfur yang diekstraksi dengan modifikasi Proses Frasch terhadap beberapa variabel seperti ukuran mesh,
suhu, rasio air per batu sulfur, dan waktu ekstraksi. Penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif proses untuk mengekstraksi sulfur dari batuan sulfur menggunakan sistem batch berupa autoclave.

Indonesia's sulfur import rates is increasing annually. The reason of the increases are Indonesia domestic sulfur production can't fulfill domestic sulfur
demand and lack of sulfur production process exploration. About 70% of sulfur that has been produced nowadays used Claus Process which are byproduct of oil and petroleum industry. But, decreasing amount of fossil fuel resources and limited exploration of sulfur production processes are some factors to consider to increase domestic sulfur production. Indonesia as Ring of Fire area has so many
natural resources, one of them is sulfur which barely used as mixture of cements or souvenir. One of purification method to produce sulfur from sulfur ores is Frasch Process which needs big investment and operational cost. Therefore, in this research are designed sulfur purification method from sulfur ores using Modified Frasch Process in form of batch system. This process is designed to be suitable for low-medium scale industry which using autoclave with pressurized steam as extraction medium. In this research will be obtained optimum condition to extract sulfur using modified Frasch Process towards some variables such as mesh filter size, water volume per grams sulfur ores ratio, extraction temperature, and extraction time. It is hoped that this research could give alternative process to extract sulfur from sulfur ores using autoclave as batch system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Amirudin
"ABSTRAK
Prinsip pemurnian sulfur dari batuan sulfur alam salah satunya adalah dilakukan dengan pemanasan menggunakan Proses Frasch. Hal ini karena titik leleh sulfur (119,6 oC) yang tergolong reatif rendah. Proses ini memerlukan injeksi steam berlebih kedalam batuan sulfur alam untuk melelehkan kandungan sulfur dan memisahkan dari pengotornya. Pada penelitian ini dilakukan proses permunian sulfur dari batuan sulfur alam dalam sistem batch dengan steam autoclave agar proses lebih cepat dan dapat dijalankan dalam skala lab. Penelitian terakhir menggunakan steam autoclave menunjukan yield sulfur hasil pemurnian masih belum maksimal, yaitu hanya 72% dari massa batuan sulfur awal pada kondisi optimumnya dan 80% pada kondisi maksimalnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini selain menggunakan steam juga dilakukan preinjeksi gas nitrogen kedalam sistem. Gas nitrogen meningkatkan jumlah media yang mentransfer panas pada sistem sehingga terjadi peningkatan transfer panas dan juga sebagai medium pre-heating sehingga batuan sulfur akan mengalami peningkatan suhu sebelum dilelehkan dengan media transfer panas steam. Kondisi operasi dengan suhu 140oC, tekanan gas nitrogen 30 psi, rasio air-batuan 10 ml/gr, dan waktu operasi 4-5 menit menunjukkan hasil terbaik dengan yield 82-84,67% dengan kemurnian 99,86-99,94%.

ABSTRACT
One of method in sulfur purification process from native sulfur is Frasch Process that using heat treatment principle. It can be done caused by the melting point of sulfur that low enough, about 119,6oC. This process needs injection of superheated steam continuously into the deposit of sulfur at the underground. The sulfur will melt due to the melting point and separate from the residues. There has been a research about batch sulfur purification from the natural sufur ore by using steam autoclave, but the yield of the process is still not efficient enough. Therefore, at this research using pre-injection of nitrogen as additional and pre-heating medium in order to enhance the yield. The operation of sulfur purification process at 140oC, nitrogen pressure 30 psi, ratio 10 ml/gr, and 4-5 minutes time operation has shown the best result with yield 82-84,67% and concentration of sulfur 99,86-99,94%."
2016
S62651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasandika Ganiarsa
"ABSTRAK
Indonesia memiliki potensi cadangan sulfur yang besar namun belum dimanfaatkan dengan baik karena penguasaan teknologi yang minim. Teknologi komersial produksi sulfur dari cadangan alamnya yang paling sering digunakan adalah proses Frasch yang menggunakan continuous steam sehingga membutuhkan dana operasional, modal, serta penguasaan teknologi yang tinggi. Proses pemurnian sulfur secara batch dalam steam autoclave merupakan alternatif yang dapat menggantikan proses Frasch. Tetapi, penelitian yang ada menunjukan yield sulfur hasil pemurnian belum maksimal, yaitu hanya 80% pada kondisi maksimalnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini gas CO2 akan diinjeksikan ke dalam autoclave sebelum sistem dipanaskan. Gas CO2 berfungsi untuk meningkatkan kalor yang ditransfer ke batuan sulfur, sehingga menyebabkan lebih banyak sulfur yang dapat terlelehkan dan terpisahkan dari pengotornya. Selain itu, gas CO2 juga dapat meningkatkan suhu batuan sulfur sebelum dilelehkan oleh steam. Gas CO2 yang digunakan adalah sebesar 10, 20, dan 30 psi. Rasio volume air terhadap padatan yang digunakan adalah sebesar 4, 7, dan 10 ml/g serta waktu pemanasan yang digunakan adalah selama 2, 4, dan 6 menit pada suhu 140oC dan menggunakan saringan 50 mesh. Pada penelitian ini, terbukti bahwa preinjeksi gas CO2 dapat meningkatkan yield sulfur hingga menjadi 90% pada kondisi yang sama ketika tidak ada gas CO2. Tetapi di sisi lain, keberadaan CO2 juga menurunkan tingkat kemurnian sulfur hasil pemurnian.

ABSTRACT
Indonesia has enormous sulfur reserve potential that hasn?t been utilized to its maximum due to lack of technology mastery. Frasch process is the major commercial technology to produce sulfur from its natural ore, but the use of continual steam needs high investment and operational cost as well as advanced technology. Sulfur purification in batch in steam autoclave is an alternative to Frasch process. However, recent research show that the process yield is only 72% in its optimum condition and 80% in its maximum. Therefore, in this research, CO2 gas is preinjected to autoclave before the system heating process is started. CO2 gas is used to enhance the heat transferred to the natural sulfur ore, hence more sulfur will be melted and separated from its residues. CO2 gas is also capable of raising the ore temperature before it?s melted by the steam. In this research, CO2 gas is used in 10, 20, and 30 psi. The ratio of water and ore is 4 ml/g, 7 ml/g, and 10 ml/g while the heating time is 2, 4, and 6 minutes under the condition of 140oC and 50 mesh filter. This research conclude that CO2 preinjection enhance the sulfur yield in to 90% in the same process without CO2 gas present. But on the other hand, CO2 gas decrease sulfur purity percentage."
2016
S64491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandhi Alamsyah
"ABSTRAK
Sulfur merupakan salah satu komoditi utama dalam berbagai industri kimia, seperti industri asam sulfat, kosmetik, dan farmasi. Saat ini, Indonesia masih mengimpor sulfur. Padahal, Indonesia memiliki deposit sulfur alam yang besar. Proses pemurnian sulfur komersil saat ini memiliki biaya operasional yang besar karena harus menginjeksikan steam kontinu dan instalasi peralatan yang mahal. Pada penelitian sebelumnya dilakukan modifikasi proses produksi sulfur menggunakan autoclave dengan sistem batch untuk mereduksi biaya operasional dan dapat dilakukan pada skala kecil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses ini dapat memurnikan batuan dengan kemurnian tinggi tetapi dengan yield yang kurang optimum. Pada penelitian ini dilakukan injeksi gas nitrogen ke dalam sistem untuk meningkatkan transfer kalor ke batuan sulfur sehingga memperbesar yield sulfur yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi optimum untuk proses pemurnian adalah pada suhu 140oC, rasio volume air/massa batuan sebesar 10 ml/g, tekanan gas nitrogen sebesar 30 psi, dan lama waktu injeksi 6 menit. Yield dan kemurnian yang didapatkan masing-masing sebesar 82,8% dan 99,72%.

ABSTRACT
Sulfur is one of the main commodities in various industrial chemicals, such as sulfuric acid industry, cosmetics, and pharmaceuticals. Currently, Indonesia is still importing sulfur. In fact, Indonesia has a large deposit of natural sulfur. Commercial sulfur production process has a significant operational cost due to must inject steam continuously and expensive equipment installations. Based on the research, the modification of sulfur production process using autoclave with batch systems can reduce operational costs and can be implemented on a small scale. The study concluded that this process can purify rocks with high purity but with less optimum yield. In this research, nitrogen gas will be injected into the system to increase the yield of sulfur. Based on the research results, the optimum conditions for the production process is at temperature of 140oC, ratio of water volume/ores mass of 10 ml/g, injected pressure of 30 psi, and the duration of injection of 6 minutes. Yield and purity were obtained respectively by 82.8% and 99.72%."
2016
S63733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Angel Mutiara
"Kandungan maksimum sulfur pada jenis solar dengan angka setana 51 di Indonesia adalah sebesar 300 ppm. Kandungan sulfur tersebut masih jauh di bawah standar internasional berdasarkan standar Euro VI, yaitu mencapai hingga 10 ppm, atau dikenal sebagai ultralow-sulfur diesel. Senyawa sulfur pada solar harus diturunkan karena memiliki dampak negatif terhadap mesin, lingkungan, maupun kesehatan manusia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan sulfur pada solar adalah dengan menggunakan desulfurisasi oksidatif katalitik (Cat-ODS). Metode Cat-ODS dapat mengoksidasi sulfur menjadi sulfon yang lebih polar sehingga dapat lebih mudah dihilangkan pada proses pemisahan berikutnya, yaitu sentrifugasi. Selama ini, proses Cat-ODS dan sentrifugasi dilakukan di dalam alat yang terpisah. Pada penelitian ini, proses Cat-ODS akan dilakukan di dalam prototipe reaktor-sentrifugasi yang merupakan gabungan dari CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) dan sentrifugal ekstraktif sehingga proses dapat berlangsung secara kontinu. Penelitian ini dilakukan untuk menguji ODS pada prototipe reaktor-sentrifugasi dengan menggunakan solar Pertamina Dex, katalis asam asetat, dan oksidator kalium permanganat. Variabel yang akan divariasikan pada penelitian ini adalah suhu oksidasi 30, 50, 70 oC, rasio volume solar dengan katalis (V/V) 5:1, 10:1, 15:1, 20:1, kecepatan pengadukan 200, 300, 400, 500 rpm, serta waktu tinggal 2, 3, 4, 5 menit. Setelah itu, solar akan dianalisis kandungan sulfurnya dengan menggunakan metode Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil persentase desulfurisasi terbaik pada penelitian ini adalah 19,67% yang diperoleh pada kondisi suhu oksidasi 70 oC, rasio volume solar dengan katalis 20:1, kecepatan pengadukan 300 rpm, dan waktu tinggal 5 menit.

The maximum sulfur content in diesel fuel with a cetane number of 51 in Indonesia is 300 ppm. That sulfur content is still far below international standards based on Euro VI standards, which reach up to 10 ppm, otherwise known as ultralow-sulfur diesel. Sulfur compounds in diesel fuel must be reduced because they have a negative impact on engines, the environment, and human health. One method that can be used to reduce the sulfur content in diesel fuel is by using catalytic oxidative desulfurization (Cat-ODS). The Cat-ODS method can oxidize sulfur to become a more polar sulfone so that it can be more easily removed in the next separation process, which is centrifugation. So far, the Cat-ODS and centrifugation processes have been carried out in separate equipment. In this study, the Cat-ODS process will be carried out in a prototype centrifugation reactor which is a combination of a CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) and an extractive centrifuge so that the process can take place continuously. This research was conducted to test the ODS on a prototype centrifugation reactor using Pertamina Dex diesel fuel, acetic acid catalyst, and potassium permanganate oxidizer. Variables that will be varied in this research are the oxidation temperature of 30, 50, 70 oC, volume ratio of diesel fuel and catalyst (V/V) 5:1, 10:1, 15:1, 20:1, stirring speed of 200, 300, 400, 500 rpm, and residence times of 2, 3, 4, 5 minutes. After that, diesel fuel will be analyzed for its sulfur content using the Fourier Transform Infrared (FTIR) method. The best desulphurization percentage result in this study was 19.67% which was obtained at an oxidation temperature of 70 oC, a volume ratio of diesel fuel and catalyst of 20:1, a stirring speed of 300 rpm, and a residence time of 5 minutes."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiano Fuadi
"ABSTRAK
Reduksi karbotermik nikel laterit dengan penambahan sulfur adalah salah satu inovasi untuk meningkatkan produksi nikel dunia. Sulfur dapat meningkatkan recovery nikel melalui pembentukan senyawa sulfida yang mampu meningkatkan pertumbuhan partikel logam dan menghambat terperangkapnya nikel di dalam forsterit. Penelitian ini menerapkan penambahan sulfur murni pada campuran nickeliferous sintetis dan reduktor batu bara subbituminous. Ball mill dan mortar digunakan untuk mengoptimalkan pencampuran. Penambahan sulfur pada campuran menggunakan mortar menurunkan recovery nikel dari 21,55% menjadi 12,14%. Namun untuk penambahan sulfur dan pencampuran menggunakan ball milling selama 10 jam, terjadi peningkatan recovery mencapai 31,10%. Hasil karakterisasi XRD dan struktur mikro menggunakan SEM menunjukkan ikatan antara nikel dengan sulfur membentuk NiS. Unsur besi sebagian besar masih dalam bentuk senyawa oksida dan hanya sedikit yang membentuk feronikel. Pencampuran nickeliferous sintetis menggunakan ball mill akan diamati keefektifannya untuk menyerupai bijih nikel laterit yang terbentuk dari alam.

ABSTRACT
The addition of sulfur on carbothermic reduction of nickel laterite ore is one of the innovations to increase world nickel production. Sulfur can improve the recovery of nickel by the formation of sulfide compounds that increase metal particle growth and inhibit the trapping of nickel in forsterite. This research applies the addition of pure sulfur in a mixture of synthetic nickeliferous and subbituminous coal as reductant. Ball mill and mortar were used to optimize mixing. The addition of sulfur on mixture by a mortar mixing decreased nickel recovery from 21.55% to 12.14%. But for the addition of sulfur by ball milling process for 10 hours, there was an increase of recovery to 31.10%. Results of XRD and SEM characterization shows the bond between the nickel with sulfur to form NiS. The iron is still largely in the form of oxides and a few forms of ferronickel. The effectiveness of synthetic nickeliferous mixing by ball mill will be investigated in order to correspond with laterite nickel ore.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariny Rosyada Azmy
"Pembakaran batu bara di pembangkit listrik menghasilkan polutan yang salah satunya sulfur dioksida. Sulfur dioksida dapat menyebabkan batuk, sakit tenggorokan, mengi, sesak napas, sesak dada hingga menyebabkan edema, bronkopasme, dan pneumonitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besaran risiko kesehatan pada pekerja akibat pajanan konsentrasi SO2 pada pekerja di PLTU Suralaya. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 pekerja yang diambil secara purposive sampling. Hasil pengukuran sulfur dioksida rata-rata di empat titik sebesar 0.0335 mg/m3 dan masih dibawah baku mutu. Hal penelitian ini menunjukkan nilai intake dari pajanan SO2 pada pekerja didapatkan nilai rata-rata sebesar 0.00047 mg/kg/hari sedangkan nilai besaran risiko yang didapatkan sebesar 0.0187 yang artinya tingkat risiko pada pekerja masuk ke dalam kelompok aman. Hasil proyeksi terhadap tingkat risiko pada tahun ke 5 hingga tahun ke 30 mengalami peningkatan. Pekerja juga mengalami gejala gangguan pernapasan diantaranya batuk, dahak, sesak napas, mengi, nyeri dada, dan napas berat. Pentingnya upaya preventif pada pekerja di PLTU agar dapat meminimalisir pajanan SO2 dengan menggunakan APD serta pihak PLTU dapat mengembangkan teknologi modern agar meminimalisir polutan akibat pembaran batu bara.

Burning coals in power plants produces pollutants, one of which is sulfur dioxide. Sulfur dioxide can cause coughing, sore throat, wheezing, shortness of breath, chest tightness, edema, bronchospasm, and pneumonitis. This research aims to estimate the amount of health risk in workers due to exposure to SO2 concentrations in workers at the PLTU Suralaya Banten. This research uses the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method. The sample in this research was 7 workers who were taken by purposive sampling. The average sulfur dioxide measurement results at four points are 0.0335 mg/m3 and are still below the quality standard. The results of this research indicate that the intake value of SO2 exposure in workers obtained an average value of 0.00047 mg/kg/day while the value of the magnitude of risk obtained was 0.0187 which means that the risk level for workers is included in the safe group. The results of the projections of the level of risk in the 5th to 30th years have increased. Workers also experience symptoms of respiratory problems including chough, phlegm, shortness of breath, wheezing, chest pain, and heavy breathing. The importance of preventive efforts for workers at PLTU in order to minimize SO2 exposure by using PPE and the PLTU can develop modern technology to minimize pollutants due to coal burning
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungging Hidayat
"Pemilihan proses Tail Gas Treatment yang tepat dan efisien menjadi permasalahan bagi pabrik pengolahan gas alam. Superclaus, salah satu proses sulfur recovery, menjawab permasalahan tersebut dengan mengeliminasi proses Tail Gas Treatment pada skema SRU konvensional. Input proses Superclaus adalah acid gas 2,54 MMSCFD dengan kandungan hidrogen sulfida mencapai 41% berhasil memperoleh kembali sulfur lebih dari 96% dan kemurnian sulfur mencapai 99,9%. Kadar H2S di gas buang dapat diturunkan hingga 0 ppm. Kapasitas produksi adalah 52,96 ton per hari. Biaya modal untuk SRU Superclaus sebesar 101,5 milyar rupiah dan biaya operasional sebesar 15,6 milyar rupiah per tahun.

Selection of an appropiate and cost effective Tail Gas Treatment is a challenge for natural gas plant. Superclaus, one of sulfur recovery process, able to solve this problem by eliminating Tail Gas Treatment process at SRU conventional scheme. Feed stream of Superclaus is acid gas 2.54 MMSCFD with hydrogen sulfide 41% mole able to recover sulfur more than 96% and sulfur purity reach 99.9%. Levels of H2S in flue gas can be reduced to 0 ppm. Production capacity is 52.96 tonne per day. Capital expenditure for SRU Superclaus is 101.5 billion IDR and operational expenditure is 15.6 billion IDR per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>