Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74070 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tommy Tanedy
"Pertambahan penduduk disertai semakin minimnya ruang membuat pembangunan ke arah vertikal. Pembangunan ini didukung oleh perkembangan teknologi sehingga bentuk high-rise menjadi kompleks, salah satunya adalah bentuk twist. Bentuk twist ini didukung oleh sistem struktur baik dari gaya eksternal (alam) maupun gaya dari internal (bangunan dan twist). Untuk mengkaji lebih dalam pengaruh twist dan sistem struktur terhadap ruang yaitu dengan menganalisis studi kasus dengan metode deskriptif. Pada Turning Torso penggunaan ruang secara vertikal lebih banyak akibat penggunaan kantilever dan core yang tebal. Berbeda dengan The Grove dan Cayan Tower, ruang yang dihasilkan tidak terhalang oleh struktur. Selain itu, ketiga studi kasus memaksimalkan penataan ruang (free floor plan) dengan menerapkan lantai bebas kolom (free-column space) dan lantai tipikal.

The growths of population are accompanied by lack of space that makes the construction keep going through the vertical direction. This development was supported by technology that the form of high-rise is getting complex, which is the form of twist. The twisted form has to bear the external force, such as nature, and also the internal force from the twist itself. Thus, this kind of buildings need to be supported with a certain structural system. To examine more deeply the influence of twist and the structural system toward space is by analizing a case study by using descriptive method. At Turning Torso, usage of the vertical space is more due to the usage of cantilever and thick core. In contrast to The Grove and Cayan Tower, the resulting space is not hindered by the structure. In addition, this three case studies maximize the arrangement of space (free floor plan) by applying free-column space and typical floor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firna Sofia
"Pada struktur bangunan tinggi, beban yang dominan adalah beban lateral akibat beban angin dan gempa. Oleh sebab itu dibutuhkan perkuatan-perkuatan khusus guna menahan gaya tersebut. Ada beragam sistem perkuatan struktur yang dapat digunakan, salah satunya yaitu Sistem outrigger. Dimana sistem ini bekerja sebagai sistem rangka keseimbangan berupa lengan yang terikat pada core wall hingga kolom terluar bangunan. Sistem ini memanfaatkan lebar bangunan untuk memaksimalkan kekakuan karena outrigger mampu memberikan ketahanan tehadap momen guling dari gempa atau angin dan membuat gedung lebih stabil. Outrigger dapat diletakkan di beberapa tempat dan penggunaanya pun dapat lebih dari satu outrigger. Oleh karena itu dilakukan analisa berkaitan dengan hal tersebut.
Analisa yang dilakukan adalah membuat modelisasi struktur empat puluh lantai delapan varian dengan kombinasi outrigger yang berbeda-beda dengan menggunakan software structure ETABS V.9.0.7, untuk mengetahui masingmasing dari perilaku strukturnya. Kemudian melalui pengamatan perilaku struktur yang meliputi waktu getar, momen maksimum dan driftnya dapat diperoleh kesimpulan varian sistem outrigger yang paling optimal dan ekonomis dilihat dari kebutuhan tulangannya.
Dari perbandingan perilaku struktur serta perbandingan kebutuhan tulangan maka yang paling optimum diantara kedelapan varian adalah varian dengan pemasangan outrigger di ¾ tinggi struktur (outrigger diletakkan pada lantai 29-30).

In a high rise building structure, the most dominant load is lateral load, which are caused by wind load and earthquake load. Because of that reason, we utilize some special system to resist the load. There are many systems to strengthen the structure, such as outrigger system. This system works as a balanced frame like an arm, tied in the core wall through the external column of the building. This system utilizes the width of the building to maximize the stiffness, because the outrigger is able to give more resistance and stabilization from the overturning moment caused by wind and earthquake. The outrigger can be placed in some places, and we may use more than one outrigger besides. Since the requirements needed, we have to do some analysis involves to it.
The analysis is performed by doing some structural modifications of forty stories structure in eight variants of the outrigger, using the software structure ETABS V.9.0. By using this software, we analyzed some information about the structural behaviours of each modification. The information includes the Period of vibration, maximum moment, and the drift of the structure, which will be summarized which one is the most optimum and economize modification from the use of the outrigger in the several variant analyzed.
By comparing the structural behaviours and the economical of reinforcing, it concluded that the variant with outrigger at ¾ of structure high (outrigger at story 29-30) is the most optimum than the other variant.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35757
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Santoso
"Kegagalan struktur atas merupakan sebuah fenomena yang tidak diinginkan dalam sebuah proyek bangunan tinggi. Kegagalan elemen struktur dalam menahan beban, serta perbedaan mutu pekerjaan yang terlaksana dengan mutu pekerjaan yang direncanakan menjadi sebuah hal yang perlu dihindari.Penelitian ini berbicara mengenai penerapan sistem manajemen mutu yang tepat agar sasaran mutu dari setiap pekerjaan tercapai, dengan kata lain menghindari kegagalan struktur atas. Penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi penerapan sistem manajemen mutu dan kegagalan mutu pada 20 proyek bangunan tinggi. Hasil dari penelitian ini berupa lima pekerjaan dengan risiko tertinggi, sasaran mutu setiap pekerjaan struktur atas, dan tingkat implementasi setiap indikator sistem manajemen mutu.

A failure of upper structure works is unwanted in any high rise building project. The failure of the element in distributing forces, and different quality applied with the main quality plan needs to be avoided. This paper is discussing about the implementation of quality management system to fulfill building rsquo s requirements, in other words, to avoid the failure. The experiment is conducted by observing the implementation of quality management system and the failuresin 20 high rise building projects. The resultsare five upper structure works which has the highest risk, quality objectives for every upper structure works, and the level of quality management system implementation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adipradana Kouwagam
"Fokus utama skripsi ini adalah mengenai dampak bentuk twist dalam arsitektur, khususnya dari aspek struktur bangunan bertingkat tinggi. Dalam menciptakan sebuah bangunan bertingkat tinggi, ada berbagai macam sistem struktur yang dapat diaplikasikan. Namun, dengan kompleksitas bentuk twist, arsitek perlu menentukan sistem struktur apa yang tepat dan baik untuk mewujudkannya.
Metode penelitian yang digunakan adalah kajian teori dan literatur dari berbagai media, dan studi kasus menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa setelah membandingkan dengan produk twist dari alam, pemenuhan bentuk twist sebaiknya tidak hanya bertindak sebagai wajah dan hanya menjadi beban, namun menjadi terintegrasi antara bentuk dan struktur.

The main focus of this mini-thesis is about the effect of twisted form in architecture, particularly in high-rise building structure. In creating a high-rise building, there are various structural systems that can be used. However, with the complexity of twisted form, architects need to decide what structural system that would suit best to realize it.
The research method is by studying theory and literature from various media, and using the qualitative method in analyzing the case studies. After comparing with twisted product from nature, the realization of twisted form shouldn't act as a 'mask' but should integrate with the structure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51612
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prabhu Sello Aryo Jati
"Pada struktur bangunan tinggi, beban yang paling berpengaruh adalah beban lateral yaitu beban gempa dan beban angin. Inovasi-inovasi semakin berkembang agar bangunan yang dibangun efektif dalam menahan beban lateral tersebut. Penggunaan sistem outrigger merupakan salah satu inovasi yang digunakan dalam menahan beban lateral. Sistem ini memanfaatkan lebar bangunan untuk memaksimalkan kekakuan struktur. Dalam penelitian ini dilakukan analisa perbandingan kekuatan serta kekakuan dari struktur yang menggunakan sistem outrigger dengan struktur yang tidak menggunakan outrigger. Analisa yang gunakan dalam perbandingan kekuatan ini adalah analisa beban dorong statik non-linier yang lebih dikenal dengan analisa pushover. Kedua bangunan didorong hingga runtuh dengan pola beban tertentu. Sehinga didapatkan perbandingan kekuatan kedua bangunan. Dari perbandingan perilaku struktur, bangunan dengan sistem outrigger memiliki kekakuan serta kekuatan yang lebih besar. Selain itu, bangunan dengan outrigger memiliki perilaku yang lebih baik terhadap beban gempa

In high-rise building, the most influential load is lateral load which is earthquake load and wind load. Innovations is developed to make a high rise buildings effectively resist the lateral loads. Outrigger system application is one of the innovations used in the resist lateral loads. These system uses the building width to maximize the stiffness of the structure. In this study, we compare the strength and stiffness of the structure with Outrigger system and those doesn’t. The analysis that used to compare the strength of the structure was non-linear static push which more commonly known as a pushover analysis. The buildings is pushed by specific load pattern until they collapse. Then, we get the strength comparison of the 2 buildings. From the comparison of the structures behavior, buildings with Outrigger system has greater stiffness and strength. In addition, buildings with Outrigger has a better behavior against earthquake loads."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Callista Putri
"Jumlah penduduk di Jakarta mencapai 10,56 juta jiwa pada bulan September 2020. Maka dari itu, dibutuhkan gedung-gedung bertingkat sebagai pemenuh kebutuhan dari masyarakat. Dengan banyaknya limbah konstruksi yang dihasilkan oleh proyek konstruksi gedung tingkat tinggi, diperlukan adanya pengelolaan limbah konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan. Melalui fakta tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kondisi eksisting di Indonesia dan beberapa negara luar serta hambatan yang dihadapi oleh kontraktor terkait penerapan sistem pengelolaan limbah konstruksi oleh di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis arsip, serta survei wawancara dan kuisioner kepada para ahli kontraktor proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan pengelolaan limbah konstruksi yang paling banyak diterapkan di Indonesia adalah tindakan pembuangan dan yang cukup minim diterapkan adalah tindakan pemulihan. Penerapan sistem pengelolaan limbah konstruksi di Indonesia lebih baik daripada Malaysia, akan tetapi masih kurang apabila dibandingkan dengan negara Hongkong dan Spanyol. Hambatan yang dihadapi oleh kontraktor selama penerapan sistem pengelolaan limbah konstruksi di Indonesia dilihat melalui aspek ekonomi, aspek organisasi, aspek kebijakan, dan aspek teknis.

The population in Jakarta reached 10.56 million people in September 2020. Therefore, high-rise buildings are needed to meet the needs of the community. With the large amount of construction waste generated by high-rise building construction projects, it is necessary to have construction waste management to minimize the negative impacts. Based on these facts, this research was conducted with the aim of analyzing the existing conditions in Indonesia and several foreign countries as well as the obstacles faced by contractors regarding the implementation of construction waste management systems in Indonesia. The research method used is archive analysis, as well as interview surveys and questionnaires to experts in high-rise building construction project contractors in Indonesia. The results of this study indicate that the most widely applied construction waste management action in Indonesia is a disposal and the least applied is recovery action. The implementation of the construction waste management system in Indonesia is better than in Malaysia, but still lacking when compared to Hong Kong and Spain. The obstacles faced by contractors during the implementation of the construction waste management system in Indonesia are seen through economic aspects, organizational aspects, policy aspects, and technical aspects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guruh Sakti Maruli
"Sertifikat laik fungsi bangunan gedung yang selanjutnya disingkat SLF adalah sertifikat yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk menyatakan kelaikan fungsi bangunan gedung sebelum dapat dimanfaatkan. Terbitnya Surat Keputusan (SK) SLF di Daerah Khusus Ibukota Jakarta oleh Pemerintah Daerah setelah bangunan selesai dibangun pada kenyataanya membutuhkan waktu yang lama karena proses SLF tersebut yang panjang. Tujuan penelitian ini adalah identifikasi aktifitas pada proses SLF yang sering mengalami keterlambatan dan termasuk kegiatan kritis. Kemudian membentuk jadwal proses SLF dengan metode fast track yaitu kegiatan proses SLF bersamaan waktu dengan kegiatan pelaksanaan konstruksi. Setelah itu mengembangkan bentuk sistem informasi proses SLF berbasis metode fast track sehingga bisa mempercepat penerbitan SK SLF setelah bangunan selesai dibangun. Metode penelitian adalah kuantitatif menggunakan data survey responden para stakeholder dalam kegiatan proses SLF dan kegiatan pelaksanaan konstruksi. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk pengembangan sistem informasi proses SLF berbasis metode fast track yang dapat mempercepat penerbitan SK SLF setelah bangunan selesai dibangun. Dengan begitu setelah bangunan selesai dibangun maka bangunan bisa segera sah secara hukum layak untuk dimanfaatkan oleh pemilik bangunan.

A building certificate of occupancy, hereinafter abbreviated as CO, is a certificate given by the Regional Government to declare the building's function-worthiness before it can be utilized. The issuance of the CO Decree in the Special Capital Region of Jakarta by the Regional Government after the building is completed in fact takes a long time because the SLF process is long. The purpose of this study is to identify activities in the CO process that often experience delays and include critical activities. Then form a schedule for the CO process with the fast track method, namely the CO process activities at the same time as the construction implementation activities. After that, develop a form of CO process information system based on the fast track method so that it can accelerate the issuance of CO decrees after the building is completed. The research method is quantitative using survey data from stakeholders in the CO process and construction implementation activities. The result of this research is the development of an CO process information system based on the fast track method that can accelerate the issuance of CO decrees after the building is completed. That way after the building is completed, the building can immediately be legally eligible for use by the building owner."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Wahyuni
"Bangunan sebagai ruang manusia melakukan aktivitas, memiliki berbagai macam perwujudan fisik. Salah satunya yaitu bangunan tinggi, yang dapat diwujudkan dengan ditemukannya struktur rangka baja dan sistem lift. Salah satu fungsi bangunan yang diwujudkan oleh bangunan tinggi adalah corporate headquarters. Corporate headquarters sebagai kantor pusat dari sebuah perusahaan, berperan sebagai representasi wajah perusahaan di mata masyarakat, sehingga selain memiliki kebutuhan akan kualitas fungsional sebagai sebuah kantor, juga memiliki kebutuhan terutama akan kualitas puitikal berupa perwujudan identitas dan kelas perusahaan. Kecenderungan bagi bangunan tinggi corporate headquarters untuk mengutamakan pengolahan dimensi ketinggian dan bentuk massa bangunan menunjukkan upaya untuk mewujudkan kualitas puitikal yang kuat, sesuai dengan kebutuhan corporate headquarters.

Buildings as space for humans for doing their activities, have many different type of physical implementations. High-rise building is an example, that is achieved through the invention of steel structural frame and elevators. A building function that high-rise building implemented is corporate headquarters. Corporate headquarters as the central office that representing the corporation, beside has needs of standard form as a working space, also has needs of poetic form to express the corporate identity and class. The tendency of high-rise corporate headquarters buildings to emphasizing the bigness, tallness, and shape of buildings? form shows us the focus of poetical quality, in accordance with corporate headquarters needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Julius Michael
"

Pembangunan bangunan tinggi di Indonesia seiring urbanisasi yang semakin meningkat di kawasan perkotaan khususnya gedung perkantoran diatas 100meter tercatat sebesar 48% dan paling banyak dibandingkan fungsi bangunan lainnya, sehingga berdampak pada berkurangnya lahan untuk ruang terbuka hijau. Skycourt sebagai salah satu ruang terbuka hijau alternatif pada bangunan tinggi memiliki peran terhadap kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan khususnya aspek termal dan pencahayaan alami. Skycourt di wilayah iklim Tropis pada umumnya memiliki karakter ruang semi-terbuka, sehingga kondisi termal di skycourt dipengaruhi oleh perubahan iklim perkotaan yang signifikan atau dikenal dengan fenomena Urban Heat Island. Di sisi lain, skycourt sebagai peneduh eksternal fasad bangunan akan membuat distribusi pencahayaan alami semakin berkurang dan tidak merata di ruang dalam bangunan. Studi ini mengeksplorasi konfigurasi ruang skycourt yang diaplikasikan pada tiga tipologi skycourt, yaitu: Central, Corner, dan Sided yang berkaitan dengan kinerja termal dan pencahayaan alami. Ketiga tipologi tersebut merepresentasikan tipologi ruang skycourt yang secara umum digunakan pada bangunan tinggi di Indonesia. Menggunakan simulasi software CFD untuk kinerja termal dan DIALux untuk pencahayaan alami, studi ini bertujuan : (1) menemukan konfigurasi ruang skycourt yang paling efektif tehadap kinerja termal di skycourt pada masing-masing bangunan tinggi dengan tiga tipologi skycourt yang berbeda; (2) menemukan konfigurasi ruang skycourt yang paling efektif tehadap kinerja pencahayaan alami di ruang dalam bangunan yang bersebelahan dengan skycourt pada masing-masing bangunan tinggi dengan tiga tipologi skycourt yang berbeda; Studi ini menghasilkan panduan dasar mengenai konfigurasi ruang skycourt yang efektif pada bentuk skycourt bangunan tinggi yang berbeda-beda.


The construction of high-rise buildings in Indonesia along with increasing urbanization in urban areas, especially office buildings above a height of 100 meters, accounted for 48% and most compared to other building functions, resulting in reduced land for green open space. Skycourt, as one of green open space in high-rise buildings, has a role in the comfort and health of building users, especially the aspects of thermal and daylighting. Skycourt in the Tropical climate region generally has a character of semi-open space, which makes the thermal conditions in skycourt affected by significant urban climate changes or known as the Urban Heat Island phenomenon. On the other hand, skycourt as an external shading facade will make the distribution and uniformity of daylight less in space adjacent to the skycourt. This study explores the configuration of the skycourt space applied in the three skycourt typologies, namely: Central, Corner, and Sided, which are related to the thermal comfort and daylighting. These three typologies represent the typology of the skycourt that generally used in high-rise buildings in Indonesia. Using CFD software simulations for thermal performance and DIALux for daylighting, this study aims : (1) Find the most effective skycourt configuration for the thermal performance on skycourt in each high-rise building with three different skycourt typologies; (2) Find the most effective skycourt configuration for the daylighting performance of adjacent’s indoor to the skycourt in each high-rise building with three different typologies of skycourt. As a result, the basic guidelines for an effective configuration skycourt room are based on thermal comfort and daylighting in a different typology of skycourt in high-rise office buildings. 

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa
"Menurut hidrologi, lingkungan tempat hidup manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan akuatik dan lingkungan non-akuatik. Biasanya, manusia lebih memilih membangun di lingkungan non-akuatik bersifat stabil karena relatif aman dari gangguan banjir. Namun, bukan berarti membangun di lingkungan akuatik atau lingkungan akuatik bersifat labil tidak aman dari gangguan banjir. Kegiatan membangun bangunan di lingkungan semacam itu dengan memperhitungkan kondisi lingkungan terkait disebut floating architecture. Banyak hal yang perlu diperhatikan saat membangun di lingkungan akuatik atau lingkungan akuatik bersifat labil seperti karakteristik air, tipologi bangunan, sistem struktur, pemilihan material, utilitas sampai masalah korosi dan mobilitas. Penulisan skripsi ini mengkaji penerapan sistem struktur yang sesuai dengan karakteristik lingkungan. Kemudian, dikaji dengan studi kasus dari beberapa contoh bangunan floating architecture dan ditarik kesimpulan bahwa floating architecture potensial untuk dikembangkan, terutama di negara kepulauan seperti Indonesia.

Based on hydrology, the surroundings in which human lives can be classified into aquatic sphere and non-aquatic sphere. Build on a stable non-aquatic sphere is commonplace because it is low flood risk areas relative to others. However, build on an aquatic sphere or a labile non-aquatic sphere can be as safe as on a stable nonaquatic sphere. Designing and constructing buildings taken place on those spheres with several adaptations are called floating architecture. There are several things need to be considered when build on an aquatic sphere or a labile non-aquatic sphere, such as water characteristics, building?s typology, structural systems, buildings materials, utility, corrosive and mobility problems. This final term paper examine the application of structural systems suitable. Continued with the case study of some related buildings that brings to a clear conclusion that development of floating architecture has a great potential, especially for a country consisting of many islands such as Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>