Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yovela
"In the last few years, people from various age group are looking for orthodontic treatment, among them are adult. Adult patients in comparison with children or adolescent, have different condition in regard to their teeth and periodontal tissue. These differences will affect treatment plan we are making for adult patients. Orthodontic treatment for adult patients requires the use of light force, bondable tube and ligature wire. These steps are taken as an effort to overcome chief complaint and to prevent periodontal breakdown."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
"

Bila dilihat semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi (Stovia) di Surabaya tahun 1928 maka adanya 2 Guru Besar bidang Periodontologi akan terasa amat langka apalagi bila dibandingkan dengan jumlah dokter gigi yang ada < 10.000 dokter gigi) serta penduduk Indonesia yang 200 juta jiwa. Selama hampir 69 tahun baru ada 2 Guru Besar, namun bila dilihat dart berkembangnya Ilmu ini, maka cabang ilmu Kedokteran Gigi ini merupakan cabang ilmu yang retatif masih baru dikembangkan yaitu sejak tahun 1960. Kelangkaan itu ditambah dengan banyaknya dokter gigi yang kurang berminat masuk di bagian ini, karena secara finanslil dianggap kurang menguntungkan. Kalau Prof. Aryatmo mengatakan bahwa ahli Blologi Kedokteran sama dengan ahli "perkodokan" maka di kalangan dokter gigi menganggap bahwa ahli di bidang Periodontologi sama dengan ahli "perjigongan" (istilah Surabaya ahli "pergudalan"). Namun dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para dokter gigi sudah menyadari akan pentingnya ilmu ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya dokter gigi yang mengambil spesialis bidang periodontologi baik dari kalangan ABRI, Depkes maupun kalangan pendidikan.

Hadirin yang saya hormati

Selama kebanyakan masyarakat hanya mengenal cabut gigi, tambal gigi, gigi palsu dan akhir-akhir ini mulai populer meratakan gigi (ortodonsi) yang oleh kebanyakan remaja sering digunakan untuk menunjukkan status sosial dari orang tuanya karena harganya yang cukup aduhai mahalnya.

Lalu apakah sebenarnya Periodontologi itu ?

Periodontologi yang berasal dad kata Per yang artinya pinggir/sekeliling, odont yang berarti gigi, logi = logos yang berarti ilmu. Jadi Periodontologi adalah ilmu (cabang ilmu kedokteran gigi) yang mempelajari pengetahuan dari jaringan sekitar gigi yang.terdiri dari jaringan gusi, tulang penyangga gigi, jaringan ikat di sekitar gigi dalam keadaan sehat dan sakit, sekaligus melakukan cara pencegahan dan perawatan penyakitnya. Untuk selanjutnya penyakit ini disebut "penyakit periodontal".

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa penyakit periodontal ditandai dengan terjadinya kerusakan tulang dan dalam keadaan lanjut gigi menjadi goyang. Terjadinya kegoyangan gigi sering kurang diperhatikan oleh masyarakat karena tidak disertai rasa sakit. Kegoyangan gigi yang tidak/kurang diperhatikan maka lama-kelamaan akan lepas dengan sendirinya.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0448
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

"
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva belum banyak diteliti. Tujuan: Menganalisis hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal melalui kadar kortisol pada mahasiswa program spesialis FKG UI. Material dan metode: Pemeriksaan Graduate Dental Environtmental Stress (GDES), indeks periodontal (indeks periodontal modifikasi Russel), dan kadar kortisol dengan ELISA assay terhadap 38 subjek. Hasil : Tidak terdapat hubungan antara stres akademik dengan kadar kortisol (p=0,431), stres akademik dengan status penyakit periodontal (p=0,727), dan kadar kortisol dengan status penyakit periodontal mahasiswa spesialis FKG UI (p=0,347), Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara stres akademik dengan status penyakit periodontal melalui kadar kortisol.
, Background : Relationship between stress and periodontitis with cortisol hormone in crevicular gingival fluid have not been studied. Objective : Analyzed relationship between academical stress spesialist students to periodontal status in relation to level of cortisol hormone in gingival crevicular fluid. Material and Methods : 38 subjects examined stress by Graduate Dental Environment Stress; periodontal condition by modified Russel periodontal index, levels of hormone cortisol by ELISA. Result : Relationship between stress and periodontitis (p=0,727), stress and cortisol hormone (p=0,431), cortisol hormone and periodontitis (p=0,347) were not significant. Conclution : No relationship between stress, periodontitis, and level of cortisol hormone.
]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Astrid Dinda Renata
"Interleukin 6 merupakan sitokin yang berperan penting dalam patogenesis periodontitis. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa polimorfisme promotor gen IL-6 berpengaruh terhadap kerentanan host terhadap penyakit periodontitis. Untuk mengetahui hubungan polimorfisme promotor gen IL-6 - 174G/C dengan tingkat keparahan periodontitis dilakukan penelitian menggunakkan 103 sampel DNA yang terdiri dari 23 kontrol sehat, 9 periodontitis ringan, 41 periodontitis sedang dan 30 periodontitis berat yang dianalisis dengan metode PCR-RLFP. Hasil penelitian ditemukan 100 genotip GG dan 3 genotip GC, tidak ditemukan genotip CC. Tes Kolmogorov-Smirnov menyatakan P=0,773 dan P=0.662 sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara polimorfisme promotor gen IL-6 -174G/C dengan tingkat keparahan periodontitis.

Interleukin 6 is a cytokine that plays a major role in the pathogenesis of periodontitis. Studies have shown that polymorphisms of IL-6 gene promoter affects host susceptibility to periodontitis. To evaluate the correlation of gene promoter polymorphism IL-6-174G/C with severity of periodontitis, 103 stored DNA samples consist of 23 healthy controls, 9 mild periodontitis, 41 moderate periodontitis and 30 severe periodontitis were analyzed by PCR-RLFP, resulting distribution of 100 GG genotypes, 3 GC genotypes, and CC genotype wasn?t found. Kolmogorov-Smirnov?s test was performed (P=0.773, P=0,662), concludes that there was no correlation between polymorphism promoter gen IL-6-174G/C with severity of periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang:Stres dapat diimplikasikan sebagai faktor risiko terhadap penyakit periodontal, yang dapat dilihat melalui kadar Interleukin-1β (IL-1 β). Tujuan: Menganalisa hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal berdasarkan kadar IL-1β pada mahasiswa FKG UI program profesi. Material dan metode:Pemeriksaan Dental Environtmental Stress (DES), indeks periodontal (indeks modifikasi Russel), dan kadar IL-1β dengan ELISA assay terhadap 38 subjek. Hasil:Perbedaan bermakna pada hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1βmahasiswa profesi dokter gigiFKG UIKesimpulan:Terdapat hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1β, namun hubungannya dengan stres akademik belum dapat dibuktikan.
, Introduction: Stress condition was implicated as one of risk factor to periodontal disease, that can be assesed by Interleukin-1β (IL-1β) level.Objectives: To analyzethe relationship between academical stress to periodontal status and IL-1β. Material and methods: 38 subjects were measuredfor perceived stress using The Dental Environment Stress (DES); periodontal condition using modified Russel periodontal index, and level of IL-1β in GCFusing ELISA assay.Results:A significant differences was only showed in the relationship between IL-1βto periodontal status. Conclusion:There is a relationship between IL-1β level to periodontal status, but not to academic stress.
]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Low oral health literacy has been associated with poor awareness and understanding of oral health care needs among diabetes patients. Specifically, the association between diabetes and periodontal disease is not known to them. Objective: To develop a literacy-appropriate health education package to create public awareness on periodontal
disease and diabetes. In spite of the rising prevalence of both diseases, many people remain unaware of their early signs and relationship with each other. Methods: We divided the study into three phases: needs assessment, development of the package and evaluation of the package. Phase 1 was conducted via a Focus Group Discussion (FGD) involving periodontitis patients with diabetes recruited from the UKM Dental Faculty patient list. For phase 2, we developed three video clips of 5-minutes duration each, based on the themes that emerged from the FGD. Phase 3 was conducted using a set of self-administered questionnaires distributed to the public and patients. Results: Sixty
respondents viewed the videos and at least 95% found them interesting, easily understood, useful and satisfactory. There were however some suggestions for improvement. Conclusion: The health education package developed in this study was literacy-appropriate for the general public and should be made accessible to them. "
Faculty of Dentistry, Universiti Kebangsaan Malaysia, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Haniyah
"Latar belakang: Crossbite merupakan salah satu maloklusi yang sering ditemukan di masyarakat. Crossbite dapat menyebabkan trauma oklusi yang dapat memperberat penyakit periodontal. Masih jarang dijumpai penelitian yang langsung menghubungkan pengaruh crossbite terhadap jaringan periodontal.
Tujuan penelitian: Menganalisis hubungan crossbite dengan status periodontal.
Metode: Penelitian cross-sectional pada 68 subjek normalbite dan 68 subjek crossbite menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 20010-2015. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.
Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna p>0,05 rerata resesi gingiva, kehilangan perlekatan, dan perdarahan gingiva pada subjek normalbite dibandingkan dengan subjek crossbite. Terdapat perbedaan bermakna.

Background: Crossbite is one of the most common malocclusion found in the society. Crossbite is a potential cause of trauma from occlusion and can be a cofactor of periodontal diseases. However, research on the effects of crossbite on periodontium is still rare.
Objective: To analyze the relationship between crossbite and periodontal status.
Method: A cross sectional study of 68 subjects with normalbite and 68 subjects with crossbite using dental records of patients in Klinik Integrasi RSKGM FKG UI during 2010 2015. Data was statistically analyzed by Mann Whitney test.
Result: There were no statistically significant differences p 0,05 in the mean values of gingival recession, loss of attachment, and gingival bleeding between normalbite and crossbite groups. However, statistically significant difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dibart, Serge
"Summary:
Practical Periodontal Diagnosis and Treatment Planning offers its readers a step-by-step guide to diagnosing and planning treatment for periodontal patients through the latest evidence-based"
Ames, Iowa: Wiley-Blackwell, 2009
617.632 DIB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"[Deep bite merupakan maloklusi kedua terbanyak terjadi setelah crowding. Penelitian mengenai dampak deep bite terhadap jaringan periodontal masih jarang dilakukan. Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh deep bite terhadap status periodontal pada gigi anterior maksila dan mandibula. Metode: penelitian analitik potong lintang menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI dengan kasus deep bite dan normal bite masing-masing 50 data. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) rerata kedalaman poket, kehilangan perlekatan, resesi gingiva antara normal bite dengan deep bite (uji Mann Whitney). Kesimpulan: terdapat pengaruh deep bite terhadap status periodontal gigi anterior maksila dan mandibula, Deep bite is the second most frequent malocclusion occurs. Research on the effects of deep bite to the periodontal status are still rare. Objective: Knowing the influence of deep bite to the periodontal status on maxillary and mandibular anterior teeth. Methods: A cross-sectional analytical study using medical records of patients in Peridontal Clinic with deep bite and normal bite each 50 data. Result: There were significant differences the average pocket depth, attachment loss, gingival recession (p<0,05) between normal bite and deep bite (Mann Whitney). Conclusions: there is influence of deep bite on periodontal status of maxillary and mandibular anterior teeth]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>