Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pemetaan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD): Studi Kasus di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Indonesia. Upaya pencegahan DBD terus dilaksanakan oleh dinas kesehatan lokal, meskipun masih didapati sejumlah kendala teknis seperti sistem surveilans yang masih lemah. Keadaan ini harus diperbaiki karena sistem surveilans telah menjadi bagian penting di dalam proses pembuatan keputusan tentang penanggulangan DBD dengan menggunakan informasi berbasis bukti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pemetaan endemis penyakit dengue menggunakan sistem informasi geografis (GIS) untuk mengoptimalkan sistem surveilans di tingkat kabupaten. Sebagian besar kasus menunjukkan bahwa DBD menyerang penduduk usia produktif yang tinggal di kawasan perkotaan dengan tingkat perkembangbiakan jentik yang tinggi. Arah pergerakan penyakit adalah difusi lokal. Kabupaten Karawang adalah kawasan dataran rendah yang rawan banjir. Musim hujan dimulai pada akhir Oktober dan berakhir pada awal Mei, tetapi peningkatan kasus DBD terjadi pada pergantian dari musim hujan ke musim panas. Ini membuktikan bahwa kelembapan di Kabupaten Karawang mendukung perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, dan program pencegahan dengue memerlukan peran serta masyarakat dan harus mengutamakan wilayah publik seperti sekolah dan kantor, mengingat banyaknya kasus dengue pada penduduk usia produktif. GIS mampu menghasilkan peta faktor risiko dan peta persebaran kasus yang dapat digunakan di dalam proses perencanaan dan evaluasi program pemberantasan dengue berbasis wilayah. GIS sangat berguna untuk surveilans penyakit berbasis lingkungan, intervensi kesehatan, dan strategi pencegahan penyakit.

The DHF prevention efforts have been continually conducted by the local health office, but some technical obstacles such as surveillance system is still very weak, and this is known as an important part in decision making process to handle the problem using evidence based information. The research objective is to obtain information on dengue endemic mapping through GIS (Geographic Information Systems) to strengthen district surveillance system in district level. Most DHF cases occur in the productive age and located in urban areas with the larva-free rate is low. The direction of movement of the case are local diffusion. Karawang district is a low-lying areas prone to flooding. The rainy season occurs in late October to early May, but the rise of dengue cases at the turn of the rainy season to dry season, this indicates that the humidity in Karawang district supports the mosquito vector breeding. Foging will only kill adult mosquitoes, dengue control programs need to involve community participation and emphasized on public areas like schools and offices because a lot of dengue cases occurred in the productive age. GIS is capable of producing a map factors of risk and map of the case to allow for planning and evaluation of area-based dengue eradication program. GIS is useful in surveillance environmentally based disease, health interventions, and disease prevention strategies."
Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Ridwan
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah merupakan masalah kesehatan di Indonesia sejak tahun 1968 sampai sekarang. Ada beberapa daerah yang sudah ada penurunan tetapi sebagian wilayah Indonesia malah dari tahun ke tahun terus meningkat angka kesakitan penyakit ini. Di Kabupaten Bandung selama 3 tahun terakhir dari tahun 2011 sampai 2013 angka kesakitan DBD terus meningkat yaitu sebesar 1078 tahun 2011, 1127 tahun 2012 dan tahun 2013 1240 penderita. Permasalahan peningkatan penderita disebabkan banyak kendala atau permasalahan salah satunya adalah lemahnya sistem kewaspadaan dini terhadap KLB DBD. Deteksi Dini KLB DBD adalah suatu sistem pemantauan wilayah setempat yang bisa mendeteksi peningkatan kasus disuatu wilayah berdasarkan katagori KLB yang tertuang di dalam Permenkes No. 1501 Tahun 2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Penelitian dilakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan menerapkan pendekatan model prototyping dalam membangun model sistem informas kesehatan. Penelitian ini menghasilkan rancangan basis data dan desain prototype dari sistem informasi kesehatan penyakit demam berdarah dengue dengan deteksi dini KLB DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, sehingga deteksi awal kejadian luar biasa penyakit demam berdarah dengue bisa diketahui pada saat melakukan input data sebelum pengolahan data untuk pembuatan laporan Kabupaten Bandung.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a health problem in Indonesia since 1968 until now. There are several existing areas decreased but parts of Indonesia, even from year to year increase in morbidity of this disease. In Bandung District during the last 3 years from 2011 to 2013 number of DHF cases continue to rise in the amount of 1078 in 2011, 1127 in 2012 and 1240 of 2013 patients. Problems caused an increase in patients with many obstacles or problems one of which is the lack of an early warning system against dengue outbreak. Early detection of outbreaks of dengue fever is a local area monitoring system that can detect an increase in cases of outbreaks in a region based on the categories set out in the Minister Regulation No. 1501 Year 2010 Concerning Certain Communicable Disease Type Potential Outbreak and Response Efforts.
The study was conducted using qualitative research design with prototyping models approach in building models health information system. This research resulted in the design of the database and prototype design of health information systems dengue fever with early detection of dengue outbreak in Bandung District Health Office, so that early detection of outbreaks of dengue fever can be known at the time of the input data before data processing for the manufacture of report Bandung district.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erfaningsih
"Dalam menjalankan sistem INA-CBG's pihak rumah sakit harus membangun komunikasi yang baik antara tim dokter, petugas koding serta manajemen untuk mengurangi variasi pelayanan dan pilih layanan yang paling cost efective dengan membuat dan menjalankan Clinical Pathway serta mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya, untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu. Data dari Rumah Sakit Anisa Citeureup Bogor menunjukkan bahwa rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan diagnosa DHF demam berdarah lebih besar dari rata-rata dari paket INA-CBG. Ini bisa menjadi kerugian untuk rumah sakit. Untuk meningkatkan efisiensi dan mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan, maka perlu dikembangkan media untuk membantu klinisi dalam memberikan informasi untuk mendukung keputusannya dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk penerapan Clinical Pathway yang terintegrasi dengan rencana pelayanan kesehatan dan berisi semua langkah yang dilakukan oleh pasien dari masuk rumah sakit sampai keluar dari rumah sakit. Berdasarkan informasi tersebut, maka aplikasi dapat menjadi solusi untuk mengakomodasi permasalahan tersebut dan dapat menjadi pembanding antara Clinical Pathway yang akan diterapkan di Rumah Sakit Annisa dengan INA-CBG's yang diterapkan pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan membuat perancangan aplikasi clinical pathway berdasarkan sistem INA-CBG, dengan menggunakan pendekatan sistem pada Rumah Sakit Anisa Citeureup Bogor.

In running the INA CBG system, hospitals should establish good communication between doctors, coding and management staff to reduce service variation and select the most cost effective services by creating and operating the Clinical Pathway and promoting quality control and cost control to produce services Quality. Data from Anisa Citeureup Bogor Hospital showed that the average cost of health services with DHF diagnostics dengue was greater than the average of the INA CBG package. This could be a disadvantage for the hospital. To improve the efficiency and quality in providing health services, it is necessary to develop media to assist clinicians in providing information to support their decision in providing health services in the form of Clinical Pathway application integrated with health service plan and contains all steps taken by the patient from hospital admission Got out of the hospital. Based on the information, the application can be a solution to accommodate the problem and can be a comparison between Clinical Pathway to be applied at Annisa Hospital with INA CBG 39 s applied by the government. The purpose of this research is to analyze and make the application of clinical pathway application based on INA CBG system, using system approach at Anisa Citeureup Bogor Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elva Idriani
"Latar Belakang: Tesis ini membahas pengembangan Sistem Informasi Kewaspadaan Dini DBD diDinas Kesehatan Kota Padang.Tingginya angka kesakitan dan kematian DBD mengakibatkan dampak sosial danekonomi. Usaha penanggulangan DBD belum efektif dan efisien menekan kejadian DBD. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan prototipe SistemInformasi Kewaspadaan Dini DBD, sehingga dapat diketahui adanya potensi resikoDBD di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padang.
Metode: Pengembangan sistempada penelitian ini menggunakan System Development Life Cycle SDLC metodeRapid Application Development dengan pilihan model sistem prototiping.
Hasil:Pengembangan sistem informasi dilakukan dengan melibatkan pengguna, sehinggasesuai dengan kebutuhan pengguna. Input sistem dilakukan oleh puskesmas dan kader.Penyajian informasi berupa tabel, grafik dan peta yang menampilkan situasi resikoDBD di wilayah kerja Kota Padang. Sistem informasi ini dapat diakses secara onlinemelalui smartphone maupun komputer.
Kesimpulan: Pengembangan sistem informasikewaspadaan DBD dapat memudahkan pengambilan keputusan dan perencanaan diDinas Kesehatan Kota Padang.

Background: High morbidity and mortality of dengue fever result in social and economicimpact. Dengue prevention efforts have not been effective and efficient to suppress the incidenceof DHF. This study aims to design and develop prototype Early Alertness Information SystemDHF, so it can be known the potential risk of DHF in the work area of Padang City HealthOffice.
Method: System development in research using System Development Life Cycle SDLC method of Rapid Application Development with choice of prototyping system model.
Results: The development of information systems is done by involving the users, as needs ofusers. System input is done by puskesmas and cadres. The data is processed and analyzedautomatically by the system, then verified by the health service for subsequent display on thedashboard page. Dashboard form consists of tables, charts and maps showing the situation ofDHF risk in the work area of Padang City. This information system can be accessed online viasmartphone or computer.
Conclusions: Development of Early Alertness Information SystemDHF can facilitate decision making and planning in Padang City Health Office.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"the increasing of dengue fever disease cases has taken a lot of victims. along with the rains, epidemic, which is infected by Aedes aegypti mosquito, expand massively in Indonesia. data in public health department Bandung mention amount of dengue fever cases since January 2004 until April 2004 have reached 2283 case with 18 cases pass away. there is special guidance for society, elite figure, health worker, and the related sector in order to prevent andlimit the spreading of dengue fever disease. however, until today the effort has not been reduced infection number. activity to prevent and eradicate of dengue fever disease ought to be supported by powerful information system in order to control and manage dengue fever disease case effectively. when infectious disease happened, traditionally, sureilans epidemiology mark petients location on the paper map, and store patients data base in computer. but this method cannot build the link between patients data base with spatial data. therefore, at this research will be developed a new method by using information system which base on both textual and geographical reference. with this design implementation the improvement in detection speed, management and control from infectious of dengue fever disease faster in the next period so that easier to consider specific precaution. this geographical information system also serve the purpose of the appliance assist to prevent the movement of disease to environmet through buffering meachanism. to facilitate related party obtain information, this application provide information which can be accessed through base on web intranet."
JTIT 5:1 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Ardiati
"Skripsi ini membahas mengenai pengembangan sistem informasi pencatatan dan pelaporan Demam Berdarah Dengue (DBD) berbasis komputer di Puskesmas Beji Kota Depok pada tahun 2009. Metode yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah Model Prototyping Level 0 sampai Level 1. Hasil penelitian menyebutkan bahwa masalah dalam sistem informasi pencatatan dan pelaporan DBD di Puskesmas Beji adalah belum digunakannya sistem informasi dan manajemen basis data dalam penyimpanan datanya. Masalah tersebut menyebabkan proses pengolahan data DBD menjadi informasi membutuhkan waktu yang cukup lama dan belum optimal. Kesimpulannya pengembangan sistem informasi pencatatan dan pelaporan DBD berbasis komputer di Puskesmas Beji diperlukan untuk membantu dalam manajemen data DBD dan mempercepat proses pengolahan data DBD menjadi informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan monitoring dan evaluasi program DBD.

The focus of this study is about computer based system information development of recording and reporting Dengue Hemmorghic Fever (DHF) in Local Government Clinic of Beji, Depok City. The methode of this study is use prototyping model to develop system. The result of this study is problem of recording and reporting DHF dat in Local Government Clinic of Beji, Depok City that have not using system information and databased management system that causes more time in proccessing and displaying the outputs. The conlusion is computer based computer based system information development of recording and reporting Dengue Hemmorghic Fever (DHF) in Local Government Clinic of Beji, Depok City needs to develop. It can helps to reduce time in proccessing and displaying the outputs, also to helps program monitoring and evaluating."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Continued geographic expansion of dengue viruses and their mosquito vectors has seen the magnitude and frequency of epidemic dengue/​dengue hemorrhagic fever (DF/​DHF) increase dramatically. Recent exciting research on dengue has resulted in major advances in our understanding of all aspects of the biology of these viruses, and this updated second edition brings together leading research and clinical scientists to review dengue virus biology, epidemiology, entomology, therapeutics, vaccinology and clinical management."
Wallingford, Oxfordshire, UK : CABI, 2014
616.918 52 DEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz
"Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya di Kota Tasikmalaya yang telah menjadi daerah endemis DBD. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kejadian DBD di Kota Tasikmalaya tahun 2014. Penelitian ini merupakan analisis lanjutan dari data surveilans BBTKL-PP Jakarta tahun 2014 yang menggunakan desain studi cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah penderita DBD dan masyarakat di sekitar rumah penderita dengan radius 200 meter. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi DBD di Kota Tasikmalaya adalah 0,13%. Prevalensi DBD tertinggi ditemukan pada penduduk berumur di bawah 41 tahun (76,19%), berjenis kelamin perempuan (71,4%), berpendidikan rendah (57%), tidak bekerja (57,94%), berpengetahuan rendah (85,71%), berperilaku berisiko (61,9%), memiliki rumah dengan suhu sekitar 28-32oC (66,7%) dan kelembaban udara di luar kelembaban berisiko (95,2%).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) remains a major public health problem in Indonesia, especially in Tasikmalaya City which has become endemic area. This study aims to determine the picture incidence of dengue in Tasikmalaya City in 2014. This study is a follow-up analysis of BBTKL-PP Jakarta’s surveillance data in 2014 that uses a cross sectional study design. Samples were DHF patients and communities around the homes of people with a radius about 200 meters. The results of this study showed that the prevalence of dengue in the Tasikmalaya City is 0.13%. The highest prevalence of dengue was found in the population with age under 41 years (76.19%), female (71.4%), with low education (57%), did not have work (57.94%), knowledgeable low (85.71 %), risk behavior (61.9%), have a house with a temperature of about 28-32oC (66.7%) and the humidity outside humidity at risk (95.2%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Jakarta Utara merupakan daerah dengan insidens demam berdarah dengue (DBD) tinggi di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat DBD masyarakat khususnya guru sekolah perlu diberikan pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan mengenai pertolongan pertama DBD pada guru swasta di Jakarta Utara. Desain penelitian ini adalah pre-post study dan data diambil pada tanggal 22 September 2011. Semua guru yang hadir saat penyuluhan dijadikan subyek penelitian. Data diambil dengan kuesioner yang berisi lima pertanyaan mengenai pertolongan pertama sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses dengan SPSS versi 11,5 dan diuji dengan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan dari 82 responden, guru perempuan 34 orang (41,5%) dan laki- laki 48 orang (58,5%). Hasil pre-test, guru yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 3 orang (3,7%), cukup 13 orang (15,9%), dan kurang 66 orang (80,5%). Pada post-testjumlah guru dengan pengetahuan baik menjadi 5 orang (6,1% ), cukup 26 orang (31,7%), dan kurang 51 orang (62,2%). Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,01). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru mengenai pertolongan pertama DBD.

Abstract
North Jakarta has high incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF). To reduce DHF mortality and morbidity, teachers need to be educated on DHF first aid. The purpose of this research is to determine the effectiveness of health education on DHF first aid on private teachers in North Jakarta. Research design was pre-post study and data was taken on September 22nd, 2011. Teachers who attended the session were taken as subjects. Data was taken by questionnaires consisting of 5 questions about DHF first aid, and was tested before and after the education. Data was processed using SPSS version 11.5 and tested with marginal homogeneity. Out of 82 respondents, 34 (41.5%) were female teachers and 48 (58.5%) were male teachers. Pretest results showed level of nowledge as follows: 3 (3.7%) were good, 13 (15.9%) were moderate, and 66 (80.5%) were poor. After the education, it was as follows: 5 (6,1%) were good, 26 (31.7%) were moderate, and 51 (62.2%) were poor. Marginal homogeneity showed significant difference on knowledge before and after the education (p<0.01). To conclude, health education is effective to increase knowledge on DHF first aid."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aspas Aslim
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Jawa Barat pada tahun 1995 terjadi 3140 kasus DBD dengan Cale Fatality Rate (CFR) 3,9%. Di Kabupaten Indramayu setama 5 tahun terakhir (1992 - 1996), jumlah kasus DBD makin tinggi dan wilayah endemis DBD makin luas.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerawanan DBD di Kabupaten Indramayu, serta mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian dibuat rencana pengendalian DBD di Kabupaten Indramayu.
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan DBD dilakukan dengan memetakan wilayah endemis DBD tahun 1992-1996 dan menguji hubungan antara kerawanan DBD dengan kepadatan penduduk.
Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah kerawanan DBD menyebar menyusuri jaringan jalan propinsi, yang kemudian diikuti dengan penyebaran di sepanjang jalan kabupaten. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan antara kerawanan DBD dengan mobilitas penduduk. Dengan uji X2 terbukti bahwa kepadatan penduduk berhubungan secara bermakna. dengan tingkat kerawanan DBD. Ditinjau dari segi pelayanan kesehatan, terlihat bahwa pelayanan promotif dan preventif (fogging, abatisasi, pemberantasan sarang nyamuk) untuk mengendalikan DBD masih belum memadai.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan justru setelah terjadi suatu kasus DBD, sehingga tidak berfungsi sebagai tindakan promotif dan preventif.
Disimpulkan bahwa 1). tingkat kerawanan DBD di Kabupaten Indramayu tahun 1992-1996 semakin meningkat, meskipun masih ada 68 desa yang selama 5 tahun tersebut tetap berstatus sebagai desa potensial DBD; 2). tingkat kerawanan DBD berhubungan dengan mobilitas dan kepadatan penduduk; dan 3). upaya promotif dan preventif belum dilaksanakan secara memadai, sehingga tidak menghasilkan efek promotif dan preventif.
Disarankan untuk mengupayakan pengendalian DBD dengan 3 strategi utama yaitu 1). meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat akan masalah DBD 2). meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan vektor DBD, terutama melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk; dan 3). memanfaatkan berbagai institusi kemasyarakatan yang ada untuk menggerakkan masyarakat dalam pengendalian DBD di Kabupaten Indramayu.
Sebagai langkah tindak lanjut akan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyampaikan hasil analisis yang telah dilakukan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu.
2. Membuat rencana kerja operasional yang rinci, serta mengusulkannya kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap DBD dengan memanfaatkan berbagai jalur komuikasi, yaitu radio daerah, dan pertemuan-pertemuan lintas sektoral atau R.apat Koordinasi Kabupaten yang dilaksanakan pada setiap tanggal 17.
4. Mengintensifkan dan memperluas cakupan fogging masal sebelum masa penularan (SMP) di semua desa endemis.
5. Melakukan abatisasi nasal setiap tiga bulan sekali di semua desa.
6. Mengintensifkan pelaksanaan fogging fokus segera setelah dilaporkan adanya kasus DBD.

Assessment of Dengue Hemorrhagic Fever's Endemicity at the Village Level in Indramayu District 1992-1996 and Development of Strategy and Plan of Action for Controlling Dengue Hemorrhagic Fever in Indramayu DistrictDengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the public health problems in Indonesia. In 1995, there was 3140 DHF cases in West Java with the case fatality rate of 3.9%. During the last 5 years (1992-1996) there was an increased case in Indramayu District, as well as a wider endemic areas.
This study aimed to assess the endemic of DHF in Indramayu District, and identify its potential related factors. Based on the results, a strategy and plan of action for controlling DHF in Indramayu District will be developed.
It was found that the endemic areas spread out along the province road, and followed by its spread along the district road. This result indicated that the people's mobility had some association with the DHF's endemic. The X2 tests showed a significant association between the DHF's endemic and the population density. Through a qualitative assessment, it was also found that promotive and preventive measures (fogging, abatisation, vector control) were not applied adequately, so that their function as promotive and preventive measures were not met.
It was concluded that 1). during 1992-1996 the DHF's endemic in Indramayu District was worse; 2). the DHF's endemic associated with the people's mobility and population density; and 3). promotive and preventive measures for controlling DHF's vector were not applied adequately.
It was suggested to control DHF in Indramayu District through 3 main strategies, i.e. 1). to improve the community's knowledge and awareness on DHF; 2). to improve community participation in controlling DHF's vector, and 3). to use any community's institution in controlling DHF.
Several follow up activities were planned to be done:
1. To report the result of this assessment to the governmental head of Indramayu District (Bupati).
2. To make a detail and comprehensive plan of action for controlling DHF in Indramayu District.
3. To improve the community's knowledge and awareness on DHF by using any means of communication such as district's radio and regular monthly intersectoral coordination meeting.
4. To intensify and extensity mass fogging in all endemic areas.
5. To do a mass abatisation in all villages.
6. To intensify focal fogging soon after a DHF case is reported.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>