Ditemukan 64954 dokumen yang sesuai dengan query
Rosa Diniari
"Gender role socialization is a process of becoming a women or a man, which person will behave as a male or a female as is expected by society. Usually, women carry out their domestic tasks while men play the instrumental tasks. The gender stereotypes create gender hierarchy where men are higher and powerful than women. The gender hierarchy influenced by patriarchy culture. This ideology presents in every facet of living such as law, politics, economy, education, religion, family and occupation. It is shown in many evidences of inequality and discrimination against women.
Recently there is equality between men and women in daily life. She or he should choose whether to take the gender difference-based role or not. "Androgyny" is an interesting notion to be discussed. Sociological point of view identifies to the human roles which are no longer gender-based. The issue would be families start to transmit androgyny values to the members, so that androgyny society can be realized in the future, to reduce the patriarchy culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Annisa Anindya
"Penelitian ini berawal dari keresahan peneliti atas pembagian gender maskulin dan feminin yang membuat laki-laki dan perempuan dalam beberapa hal menjadi pihak yang harus tunduk dengan tatanan sosial dan budaya masyarakat. Laki-laki, mengalami krisis identitas terkait posisinya secara personal dan komunal di dalam masyarakat dan karakter androgini menjadi pilihan dalam menunjukkan identitasnya. Identitas gender androgini dapat dilihat melalui gender performativity dan fashion. Untuk itu, penelitian ini menggunakan fenomenologi dalam melihat pengalaman laki-laki androgini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, androgini merupakan identitas gender dan juga androgini secara psikologis merupakan bentuk kecerdasan emosi; kedua, keluarga yang konvensional dan lingkungan yang sex-type memunculkan identitas gender androgini; ketiga, media cenderung mengkomodifikasi androgini salah satunya melalui fashion; dan keempat, setiap individu memiliki keunikan dalam mengekspresikan fashion dan gender performativity.
This research come from researcher restless thought about masculine and feminine binary. This gender binary somehow makes men and women as part of the society have to adjust themselves to social and cultural norms. Men gets identity crisis on their personal and communal life, therefore they create androgini identity gender. Androgini identity gender can be seen on gender performativity and fashion. This research use phenomenology to observe androgyny men life experience. The result shows, first, androgyny is emotional intellectual that is related to psychological character development; second, conventional family and sex-type environment create androgynous person; third, media shows androgyny on fashion as commodity; and fourth, every human being has her/his own uniqueness on fashion and gender pervormativity; one of their appearance shows androgynous characteristics."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43794
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Christina Natalia
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Gender Diversity pada Dewan Direksi dan Dewan Komisaris dan Komisaris Independen dengan pengungkapan informasi. Adanya keragaman gender (gender diversity) dalam Dewan Direksi dan Dewan Komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengungkapan informasi kepada masyarakat melalui pengawasan yang lebih baik. Untuk menguji hubungan tersebut digunakan metode regresi linier berganda dengan menggunakan sampel sebanyak 53 perusahaan manufaktur tahun 2008, 2009 dan 2010. Penelitian menyimpulkan bahwa jumlah Dewan Direksi, ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset, dan struktur modal yang diukur dengan rasio leverage secara bersama-sama mempengaruhi pengungkapan informasi secara keseluruhan. Persentase jumlah wanita pada dewan direksi dan dewan komisaris ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi.
This study aims to examine the relationship Gender Diversity on the Board of Directors and Board of Commissioners. The existence of gender diversity in Board of Directors and Board of Commissioners is expected to improve the quality of disclosure through a better supervision. To examine the relationship, this study uses multiple linear regression method using 53 samples manufacturing companies in 2008, 2009, dan 2010. This research concludes that size of BOD, company size measured by total aset and capital structure influence the overall disclosure. Percentage number of women on Board of Directors and Board of Commissioners not significantly has influence on disclosure of information."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T34662
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fatma Bandar Alkhaldi
"Iklan memiliki peran sentral dalam merefleksikan dan mengonstruksi realitas masyarakat. Di Indonesia, iklan seringkali menampilkan bias gender yang berimplikasi negatif pada langgengnya kultur patriarki di masyarakat. Meskipun telah ada upaya hukum dan etika periklanan, permasalahan ini masih berlanjut karena budaya patriarki terus diproduksi dan direproduksi melalui iklan, media, dan masyarakat. Penulis melihat pentingnya sarana untuk meminimalisasi bias gender yang terjadi, salah satunya melalui penerapan pedagogi feminis bagi calon pengiklan. Sejumlah studi di negara-negara maju menunjukkan bahwa pedagogi feminis dapat menjadi instrumen kunci untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam praktik periklanan, terutama sebagai sarana sosialisasi preventif.
Advertising plays a central role in reflecting and constructing societal reality. In Indonesia, advertisements often portray gender bias, negatively impacting the perpetuation of patriarchal culture. Despite legal and ethical efforts in advertising, the issue persists as patriarchal culture continues to be produced and reproduced through advertisements, media, and society. The author recognizes the importance of tools to minimize gender bias, including the application of feminist pedagogy for prospective advertisers. Numerous studies in developed countries indicate that feminist pedagogy can be a key instrument in achieving gender equality in advertising practices, particularly as a preventive socialization tool."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Atikah Dhyah Prameisti
"This paper is constructed and designed to develop further understanding about gender through Judith Butler’s idea of performativity. Exploring ideas and perspectives about gender on the show called RuPaul’s Drag Race in which commodifies the idea of gender parody. The data collection is gathered through secondary data through series of the episodes of RuPaul’s Drag Race as a literature review with narrative review approach. While correlating other relevant gender studies journal, book, research and theories such as from Judith Butler’s as a literature review methods. Resulting that the commodification of drag on RuPaul Drag Race that gender is performative through the repetitive acts and habitus.
Makalah ini dibangun dan dirancang untuk mengembangkan pemahaman lebih tentang gender melalui gagasan performativitas Judith Butler. Menggali perspektif tentang gender di acara bertajuk RuPaul's Drag Race yang mengkomodifikasi ide parodi gender. Pengumpulan data dikumpulkan melalui data sekunder melalui pemurtaran episode dari RuPaul Drag Race sebagai kajian literatur dengan pendekatan ulasan narasi. Sambil mengkorelasikan jurnal studi gender, buku, penelitian relevan lainnya, dan teori seperti dari Judith Butler sebagai metode tinjauan literatur. Disimpulkan bahwa adanya komodifikasi Drag pada acara RuPaul’s DRag Race, bahwa gender adalah performative berdasarkan aksi dan habitus."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Prabowo Bayu Waskito
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1986
S2112
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Wafa Hasnaghina Ulfah
"Konsep biner adalah salah satu konsep yang telah mengakar dalam tatanan sosial masyarakat. Konsep tersebut menjadi salah satu bidang yang diteliti dalam kaitannya dengan keberlangsungan sistem dominasi, hierarki, dan ketimpangan gender sebagai norma. Artikel ini ditulis untuk menguji konsep biner tersebut dalam perspektif melakukan gender dalam film berjudul 303 (2018) karya Hans Weingartner untuk menyelidiki lebih dalam konstruksi heteronormativitas dan hierarki gender pada dua pemeran utama film ini. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan upaya menggali, memahami, dan menjabarkan representasi budaya berkaitan dengan masalah yang disebutkan di atas. Analisis ini menyoroti konstruksi konsep biner dan dikotomi peran pada kedua pemeran utama dalam film yang saling terkait dalam mengkonstruksi heteronormativitas dan hierarki gender satu sama lain. Analisis ini juga menemukan bahwa film ini melihat ketidaksetaraan gender sebagai hasil dari negosiasi dan kesepakatan dalam peranan tersebut.
The gender binary has been entrenched within society for decades. This concept is primarily used to investigate and explain how domination, hierarchy, and gender inequality is sustained in a culture as norms. In this article, I analyse this concept with the doing gender perspective in a movie called 303 (2018) by Hans Weingartner to investigate the construction of heteronormativity and gender hierarchy on the main actors. Using qualitative methods, this article will explore, explain, and describe the cultural representations that related to the problems mentioned above. This analysis sheds light on the construction of the gender binary concept and the dichotomy on the main actors roles are interrelated in creating heteronormativity and their gender hierarchy. Also, the findings illustrate the construction of gender inequality this film has, as a result of negotiations and agreement on these roles."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Chanter, Tina
London: Continuum, 2006
305.420 1 CHA g
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
New York: Guilford Press, 1993
155.33 PSY
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Isaura Putri Maharani
"Androgini di Indonesia masih terbilang tabu karena tampilannya yang tidak sesuai dengan ideologi gender yang berlaku. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa gaya androgini tidak sesuai dengan konstruksi maskulinitas dan feminitas di Indonesia, sehingga fenomena androgini di Indonesia masih terbilang baru dan dianggap tabu. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat bagaimana ekspresi androgini ditampilkan oleh kaum muda di Jakarta. Penelitian ini berargumen bahwa androgini dimaknai sebagai
gender neutral, yaitu tampilan maskulin atau feminim dengan ekspresi yang tidak terlihat condong ke arah maskulinitas dan feminitas tersebut.
Temuan penelitian ini adalah ekspresi gender androgini ditampilkan melalui gaya hidup, kosmetik, dan perilaku. Selain itu ekspresi gender juga ditampilkan secara berlawanan dengan stereotip identitas gendernya untuk menciptakan penampilan yang netral (
gender neutral) dan sesuai dengan makna dari penampilan androgini. Dalam prosesnya androgini laki-laki mengalami tekanan sosial berupa perundungan dan pengucilan yang disebabkan oleh ideologi gender yang tertanam di masyarakat, sementara androgini perempuan tidak mendapatkan masalah secara sosial mengenai penampilannya. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam.
Androgyny in Indonesia is still classified as taboo because it is not in accordance with the prevailing gender ideology. Previous studies show that androgyny is not suitable with masculinity and femininity construction in Indonesia, so that androgynous phenomena are still fairly new and considered taboo. Therefore this study wanted to see how androgynous responses were presented by young people in Jakarta. This study shows that androgyny is interpreted as gender neutral, a masculine or feminine appearance with expressions that do not look more in masculine or feminine. The findings of this study is androgyny is expressed through lifestyle, cosmetics, and behavior. In addition, gender expression also fully opposes the stereotype of gender identity to create a neutral appearance and in accordance with the meaning of androgynous appearance. Male androgyny had social pressure into abuse and exclusion caused by gender ideologies involving the community, while female androgyny do not get social problems regarding their making. This study uses qualitative methods by collecting data through in-depth interviews."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library