Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96820 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya May Syarah
"Indonesia merupakan negara kelima dalam jumlah insidens TB. Penelitian ini menggunakan teori ACSM (McKee 1992), model multitrack (Tufte dan Mefalopulos 2009) untuk menganalisis masalah struktural dan sosial, dan health belief model (Rosenstock et al. 1988) untuk menjelaskan perilaku kesehatan pasien. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial (ACSM) program pengendalian TB di wilayah miskin dengan Community TB Care ?Aisyiyah KPT Jakarta Barat di Kelurahan Kalianyar, Tambora, Jakarta Barat. Sebanyak 18 informan sebagai sumber data, diperoleh dengan teknik snowball. Hasilnya menunjukkan Community TB Care ?Aisyiyah KPT Jakarta Barat berhasil memperoleh dukungan pemimpin politik dan sosial di kota, kecamatan ataupun desa. Dukungan tersebut menjadi dasar mobilisasi sosial yang menghasilkan partisipasi warga kelompok untuk menyumbangkan pengobatan kepada penderita dari kalangan miskin. Intervensi komunikasi, menggunakan kombinasi komunikasi monologis dan dialogis. Melalui dua moda komunikasi tersebut di tingkat komunitas kader dan PMO yang mengikuti pelatihan dapat menyampaikan informasi tentang penyakit dan pengobatan TB, tetapi juga dengan ketulusan kader dan PMO sebagai anggota keluarga memberikan dukungan kepada penderita. Hal ini terbukti bahwa banyak keberhasilan TB community bergantung pada komunikasi interpersonal dan partisipasi relawan, tokoh masyarakat dan pengamat minum obat (PMO).

Indonesia is the fifth country in the world's related TB cases. This study used the theory of ACSM (McKee 1992), a multitrack model (Tufte and Mefalopulos 2009) to analyze structural and social issues, and Health Believe Model (Rosenstock et al. 1988) to explain the behavior of the patient-level health. The research used qualitative approach with case study method of advovacy, communication and social mobilization (ACSM) of TB control program in the poor region by community TB Care 'Aisyiyah KPT West Jakarta in Kelurahan Kalianyar, Tambora, West Jakarta. A total of 18 informants as the source of data, was obtained by the snowball technique. The result shows Community TB Care 'Aisyiyah successfully gained political and social leadership acceptance in the city, district or village level that became the basis of social mobilization that generates participation by donating the treatment of citizens or economically disadvantaged groups to the poor. Credibility of cadres and treatments supporter not only shaped by good knowledge about the disease and treatment of tuberculosis acquired through training, but also the sincerity of cadres and treatment supporter as family members. It is evident that much of its claimed success has depended on interpersonal communication and the participation of volunteers, community leaders and TB drugs observer (PMO)."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maya May Syarah
"Indonesia merupakan negara kelima dalam jumlah insidens TB. Penelitian ini menggunakan teori ACSM (McKee
1992), model multitrack (Tufte dan Mefalopulos 2009) untuk menganalisis masalah struktural dan sosial, dan health
belief model (Rosenstock et al. 1988) untuk menjelaskan perilaku kesehatan pasien. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial (ACSM) program
pengendalian TB di wilayah miskin dengan Community TB Care ‘Aisyiyah KPT Jakarta Barat di Kelurahan Kalianyar,
Tambora, Jakarta Barat. Sebanyak 18 informan sebagai sumber data, diperoleh dengan teknik snowball. Hasilnya
menunjukkan Community TB Care ‘Aisyiyah KPT Jakarta Barat berhasil memperoleh dukungan pemimpin politik dan
sosial di kota, kecamatan ataupun desa. Dukungan tersebut menjadi dasar mobilisasi sosial yang menghasilkan
partisipasi warga kelompok untuk menyumbangkan pengobatan kepada penderita dari kalangan miskin. Intervensi
komunikasi, menggunakan kombinasi komunikasi monologis dan dialogis. Melalui dua moda komunikasi tersebut di
tingkat komunitas kader dan PMO yang mengikuti pelatihan dapat menyampaikan informasi tentang penyakit dan
pengobatan TB, tetapi juga dengan ketulusan kader dan PMO sebagai anggota keluarga memberikan dukungan kepada
penderita. Hal ini terbukti bahwa banyak keberhasilan TB community bergantung pada komunikasi interpersonal dan
partisipasi relawan, tokoh masyarakat dan pengamat minum obat (PMO).
Indonesia is the fifth country in the world's related TB cases. This study used the theory of ACSM (McKee 1992), a
multitrack model (Tufte and Mefalopulos 2009) to analyze structural and social issues, and Health Believe Model
(Rosenstock et al. 1988) to explain the behavior of the patient-level health. The research used qualitative approach with
case study method of advovacy, communication and social mobilization (ACSM) of TB control program in the poor
region by community TB Care 'Aisyiyah KPT West Jakarta in Kelurahan Kalianyar, Tambora, West Jakarta. A total of
18 informants as the source of data, was obtained by the snowball technique. The result shows Community TB Care
'Aisyiyah successfully gained political and social leadership acceptance in the city, district or village level that became
the basis of social mobilization that generates participation by donating the treatment of citizens or economically
disadvantaged groups to the poor. Credibility of cadres and treatments supporter not only shaped by good knowledge
about the disease and treatment of tuberculosis acquired through training, but also the sincerity of cadres and treatment
supporter as family members. It is evident that much of its claimed success has depended on interpersonal communication
and the participation of volunteers, community leaders and TB drugs observer (PMO)."
Institut Pertanian Bogor. Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trihono
"Banyak studi yang membuktikan bahwa akses dan status kesehatan masyarakat miskin selalu lebih buruk dibandingkan akses dan status kesehatan kelompok yang lebih kaya. Banyak hal yang menyebabkan kesenjangan ini, salah satu diantaranya yang paling spesifik adalah faktor barier finansial. Pemerintah sejak tahun 1998 telah mengembangkan jaminan kesehatan masyarakat miskin (Askeskin), dengan membayarkan iuran atas nama penduduk miskin untuk jaminan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Askeskin terhadap utilisasi pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Penelitian potong lintang dilakukan untuk mengukur besarnya pengaruh pelaksanaan askeskin terhadap utilisasi pelayanan kesehatan maternal & neonatal. Lokasi penelitian di Puskesmas Surakarta Kabupaten Bogor Jawa Barat. Sebanyak 212 ibu bersalin penduduk miskin diwawancarai perilaku dan pelayanan kesehatan maternal & neonatal yang mereka dapatkan.
Penduduk miskin peserta askeskin bersalin ke bidan 2,1 (95%CI: 1-4,1) kali lebih banyak dibandingkan penduduk miskin yang belum pernah menjadi peserta. Faktor lain yang berpengaruh terhadap utilisasi persalinan oleh petugas kesehatan adalah selera atau preferensi ibu dan keadaan geografi. Ibu yang tidak merencanakan bersalin ke paraji sewaktu hamil mempunyai kemungkinan bersalin ke bidan 6,6 (95% CI: 3.4 - 12,9) kali lebih banyak dibandingkan yang tempat tinggalnya jauh dari rumah bidan. Askeskin tidak terbukti mempengaruhi pelayanan kesehatan neonatal.
Penelitian ini merekomendasikan pemerintah untuk menjamin pelayanan kesehatan maternal & neonatal bagi seluruh masyarakat, termasuk keluarga non-miskin. Direkomendasikan pula untuk secara konsisten melaksanakan kebijakan penempatan bidan di seluruh desa serta memasukkan kemitraan bidan-parahi dalam paket pelayanan kesehatan Askeskin.

Many studies showed that health access and health status of poor people is consistently worse compared to health access and status of the non-poor. Many factors influence this gap;however financial barrier in the most significant factor. The Indonesian government has been launching a health insurance for the poor (Askeskin) since the year of 1998, by paying contribution on behalf of the poor, covering health services, including maternal & neonatal.
This study aims are describing the impact of Askeskin on the utilization of maternal & neonatal health services. A cross sectional quantitative study was conducted to find the impact if Askeskin on the utilization of maternal & neonatal health services. The location of this study was Sukaraja Sub-district, Bogor District, West Java province, Indonesia. Two hundreds and twelve mothers having under 15 month old babies were interviewed about their behavior and their utilization of maternal & neonatal health services.
The Odds Ratio (OR) of utilization of health personned for birth delivery among Askeskin member was 2.1 (95% CI: 1.1-4.1) than non-covered poor people. Other factors geographic condition. Poor mother who have no preference to use traditional birth attencance (TBA) hav OR 6.6 (95% CI 3:4-12.9) compared to the poor mothers who have preference to choose TBA for birth delivery. The OR of better geographic condition (the difference of transportation for between midwife & TBA
This study recommends to cover maternal & infant health services for all mother, regardless of the poverty status, to deploy a midwife in each village, and lastly to establish partnership of midwife and TBA to strengthen maternal and neonatal care coverage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
D640
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Putri Sakinah
"Menerapkan gaya hidup sehat sangat penting untuk dilakukan meskipun kenyataannya terbalik, terutama bagi orang dewasa yang kurang mampu di daerah perkotaan yang memiliki kecenderungan untuk mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek positif dari optimisme pada perilaku promosi kesehatan orang dewasa miskin yang muncul di Jakarta karena banyak studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara optimisme dan perilaku promosi kesehatan. Peneliti menggunakan metode regresi linier untuk menguji peran optimisme terhadap perilaku promosi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, peneliti dapat menyimpulkan bahwa optimisme memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku promosi kesehatan bagi orang dewasa yang kurang mampu di Jakarta.

Applying a healthy lifestyle is very important even though the reality on the ground is inversely proportional. The poor in urban areas who are at the stage of emerging adults have a tendency to adopt unhealthy lifestyles. The purpose of this study is to examine the positive effect of optimism on the health-promoting behavior of poor people in Jakarta who are emerging adults because some previous studies prove that there is a significant positive relationship between optimism and health-promoting behavior. Researchers used linear regression research methods to see the role of optimism in health-promoting behavior. Based on the results of research and data analysis, researchers can conclude that optimism has a significant positive effect on health-promoting behavior in poor adults emerging in Jakarta. Thus, the higher the optimism, the higher the health-promoting behavior that is applied and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Putri Primadianti
"Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Pembiayaan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Depok bertanggung jawab atas pelayanan Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Non Kuota PBI sejak tahun 2017. Penelitian ini membahas mengenai gambaran manajemen dengan perspektif sistem yaitu masukan, proses, dan keluaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masukan sarana prasarana sudah cukup mendukung dan kebijakan atau pedoman menyesuaikan dengan keadaan semua pihak pelayanan, namun sumber daya lainnya seperti tenaga kepegawaian dan dana belum memenuhi kebutuhan pelayanan, serta belum ada pengembangan teknologi yang berfungsi untuk mencapai efisiensi. Pada proses pelayanan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan, serta pengawasan dan pengendalian sudah berjalan sinkron dengan pedoman yang berlaku. Pada subsistem keluaran yaitu Surat Jaminan Pelayanan dengan jumlah rata-rata 47 buah pada tahun 2017 dan meningkat secara signifikan pada tahun 2018 yaitu rata-rata 115 buah, namun belum didukung oleh indikator pencapaian mutu pelayanan. Kesimpulan penelitian adalah pelayanan Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Non Kuota PBI di Dinas Kesehatan Kota Depok telah berjalan sesuai dengan perencanaan dan pedoman yang ditentukan.

Since 2017 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Pembiayaan Kesehatan of Dinas Kesehatan Kota Depok has served the Health Insurance Payment for the Poor Community in Kota Depok. The study is about the overview of the management by using system approach, consists of the input, process, and output. This is a qualitative research and the methods are observation, in depth interview and literature review. The research shows that logistics, infrastructure and guidance as the policy are adequate, although resource such as man, money, and technology as machine hasn rsquo t used properly to enhance work efficiency. The service process which starts from planning, organizing, actuating, dan controlling are synced with the guidance. The output which is Surat Jaminan Pelayanan, the number has increased in the year 2018, but there is no official work indicator yet. The conclusion of the research is Health Insurance Payment Service Management of the Poor Community has run side by side with the planning and policy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Health insurance program for poor began since 1998 namely Social Safety Net and 2005 chabged be Health maintanance Assurance Program for Poor (PJK MM) and since 2007 become Healty Insurance for Poor (Askeskin)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Tyas Apsari Antyaning Hajeng
"Saat ini, distres merupakan masalah kesehatan mental yang cukup sering terjadi di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara health-promoting behavior, optimisme, dan distres psikologis pada emerging adults miskin di DKI Jakarta, sebagai kelompok yang rentan mengalami distres psikologis. Partisipan penelitian ini berjumlah 258 masyarakat miskin DKI Jakarta yang berusia emerging adults. Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), health-promoting behavior diukur menggunakan Health-Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II), dan optimisme diukur menggunakan Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa health-promoting behavior bukan merupakan prediktor yang signifikan dari distres psikologis (b = 0,14, SE(b) = 0,08, t = 1,89, p > 0,05), sedangkan optimisme merupakan prediktor yang signifikan dari distres psikologis (b = -0,03, SE(b) = 0,01, t = -2,88, p < 0,05). Hubungan negatif antara optimisme dan distres psikologis mengindikasikan bahwa tingkat optimisme yang semakin tinggi akan memprediksi distres psikologis yang semakin rendah.

Nowadays, distress is a mental health problem that frequently occurs in the world. The aim of this research is to examine the relationship between health-promoting behavior, optimism, and psychological distress among poor emerging adults in DKI Jakarta, as the vulnerable group to high psychological distress. Participants of this research were 258 poor emerging adults in DKI Jakarta. Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), health-promoting behavior was measured using Health Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II), and optimism was measured using Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
The result indicated that health-promoting behavior is not a significant predictor of psychological distress (b = 0,14, SE(b) = 0,08, t = 1,89, p > 0,05), whereas optimism is a significant predictor of psychological distress (b = -0,03, SE(b) = 0,01, t = -2,88, p < 0,05). The negative relationship between optimism and psychological distress indicates that higher level of optimism will predict the lower psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Asriani Putri
"Masalah kemiskinan tidak terlepas dari masalah kesehatan, keduanya memiliki hubungan yang timbal balik yang tidak dapat dipisahkan. Semakin tinggi angka kemiskinan akan semakin menciptakan kondisi kesehatan yang semakin buruk pula. Salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yaitu melalui program jaminan kesehatan guna mengatasi ketimpangan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Namun pada kenyataannya, masih terdapat ketimpangan akses terhadap pelayanan kesehatan antara masyarakat miskin dan kaya. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin periode pra dan pasca JKN tahun 2013 dan 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2013 dan 2017 dengan unit analisis individu pada kuintil 1 dan 2 yang memiliki jaminan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kunjungan rawat jalan pada masyarakat miskin mengalami penurunan dari pra JKN tahun 2013 ke pasca JKN tahun
2017, dengan rasio kunjungan tertinggi yaitu 1-3 kali. Sedangkan proporsi kunjungan rawat inap mengalami peningkatan dari pra JKN tahun 2013 ke pasca JKN tahun 2017, dengan rasio hari rawat inap tertinggi yaitu 1-10 hari. Faktor predisposisi, pemungkin, dan kebutuhan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada masyarakat periode pra dan pasca JKN Tahun 2013 dan 2017. Faktor yang paling dominan terhadap pemanfaatan rawat jalan dan rawat inap periode pra dan pasca JKN tahun 2013 dan 2017 adalah keluhan kesehatan.

The problem of poverty is inseparable from health problems, related to reciprocal relationships that cannot be resolved. The higher the poverty rate the more it will create health conditions that are getting worse. One of the governments efforts in tackling poverty is through the Health Insurance program to overcome inequality in
access to health services. But in reality, there is still an inequality in access to health services between the poor and the rich. The purpose of this study was to determine the determinants of the utilization of health services in the poor pre and post JKN period in 2013 and 2017. The study used secondary data from the results of the 2013 and 2017 National Socio-Economic Survey with individual analysis units in quintiles 1 and 2 that had health insurance. The results showed that the proportion of outpatient visits in the poor had decreased from pre JKN in 2013 to post JKN in 2017, with the highest visit ratio of 1-3 times. While the proportion of inpatient visits has increased from pre JKN in 2013 to post JKN in 2017, with the highest hospitalization ratio of 1-10 days. Predisposing, enabling, and need factors have a significant relationship with the utilization of health
services in the community before and after JKN in 2013 and 2017. The most dominant factor in the use of outpatient care and hospitalization for the pre and post JKN periods in 2013 and 2017 is health complaints.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dezi Syukrawati
"Latar belakang dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pelaksanaan kebijakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin di RSUD Kota Bekasi melalui program Askeskin dan Jamkesmas. Penelitian ini merupakkan penelitian kualitatif dengan memilih RSUD sebagai tempal Studi kasus. Data diperoleh dari dokumen, laporan pelaksanaan kegiatan dan wawancara mendalam dengan perugas rumah sakit, petugas PT Askes, petugas verifikasi independen. Dari hasil oleh data diketahui bahwa pada kunjungan gakin RSUD untuk tahun 2008 turun dibandingkan tahun 2007 tetapi biaya pelayanan, meningkat. Ditinjau dari tujuan program dlkaitkan dengan efektifitas pembiayaan, tujuan proram Askeskin dan Jamkesmas tidak tercapai, untuk itu penulis menyarankan untuk kembali menata pelaksanaan program Askeskin dan Jamkesmas di RSUD kota Bekasi untuk pelaksanaan tahun 2009 mulai dari kebijakan kota dan kebijakan RS yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan gakin, kepesertaan, penghinmgan kembali unit cost masing masing jenis pelayanannya lengkap mulai dari biaya administrasi, biaya pelayanan, biaya tindakan, dan biaya obat. Perlu dilakukan sosialisasi program baik pada masyarakat dan pelaksana kegiatan, meningkatkan fasilitas pelayanan yang khusus disediakan untuk gakin di RSUD sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan utnuk perawatan di Rumah sakit, sehingga masayarakat miskin kota Bekasi Mendapat pelayanan kesehatan yang layak sebagai warga negara.

The background of this research is to know the comparison of health service implementation of government policy in public service for poor people/families that has been doing since 1998. According to its development, this activity has changed few times. In 2007 the activity was named Askeskin Program and 2008 became Jamkesmas Program. This activity constitutes the central government program and followed up by the local government including Kota Bekasi. One of executors of this activity is RSUD Kota Bekasi. Based on the changes of this program, l wanted to exactly know the implementation of Aslceskin and Jamkesmas in RSUD Kota Bekasi. This research is qualitative research by choosing RSUD as the place of the case study. The data were compiled from documents, implementation reports, in-depth interviews with the hospital officers, PT Askes officers and independent verification officers. Based on the data, the number of visit from poor families in 2008 decreased compared witl1 in 2007, but the cost of service increased. Looking at if from the aim of the program related to the effective cost, the goal of Askeskin and Jamkesmas were not achieved so that I suggest to rearrange or reorganize the implementation of Askeskin and Jamkesmas Program in RSUD Kota Bekasi for 2009 started from local government policy, RSUD policy used in implementing health service for poor people/families, membership to the recalculation of unit cost of each service complete with the cost of administration, service, treatment and medicine. In addition, the socialization of the program not only for Community but also for the executor should be done properly. Parallel with that, the facilities of the services specifically provided for poor people/families in RSUD should be improved accordance with the minimum service standard stipulated for the hospital with the intention that the poor people in Kota Bekasi can get the proper health service as human kind."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32886
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>