Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Sasak language, as classified by mahsun, has four dialects namely dialect a-a, dialect a-a. Each dialects consists of some subdialects. Each dialect varies structurally; that is, in term of its phonological system, morphological system and syntactic system. In a formal discussion on standardization of Bahasa sasak held at kantor bahasa Provinsi NTB in 2009, it is agreed that dialect a-a considered to be standard dialect of bahasa sasak. Thus, this study is aimed at describing some possible difficulties of learning bahasa sasak in the level of phonology, morphology and syntax. This study merely reveals some comparison examples between dialect a-a dan dialect a-a"
MBSN 6:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berjudul bentuk fatis dalam bahasa sasak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk fatis oleh penutur bahasa sasak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan empiris untuk mengkaji makna bentuk fatis yang digunakan oleh penutur asli bahasa sasak. Informan dipilih dari penutur bahasa sasak dialek ngeno-ngene di desa bagik papan. Selanjutnya, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif yang meliputi wawancara, transkripsi dan analisis teks. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan eksplorasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk fatis dalam penutur bahasa sasak relevan dan sesuai dengan teori tentang komunikasi fatis oleh malinowski dan teori fungsi bahasa interpersonal oleh halliday."
MBSN 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Bahasa sasak merupakan salah satu bahasa dengan penutur paling banyak di Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahasa sasak digunakan oleh etnis sasak sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa ini masuk dalam kelompok bahasa Bali-Sasak-Sumbawa. Kajian standardisasi bahasa sasak termasuk ejaannya mengunakan pertimbangan lingusitik dan sosiolingustik. Hasilnya, dialek ae memiliki peluang untuk dijadikan ejaan standar. Selain menggunakan pertimbangan linguistik dan sosiolinguistik, dialek ini juga memiliki penutur paling banyak dibandingkan dengan dialek yang lain. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa prinsip, yaitu prinsip kehematan, kejelasan, semangat persatuan, dan integritas sosial. Di lain pihak, unsur-unsur dari dialek lainnya diambil untuk kepentingan standardisasi dan pembelajaran. "
MBSN 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marrison, Geoffrey E.
Leiden: KITLV Press , 1999
899.222 09 MAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mintosih
Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999
899.211 SRI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984
499.221 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Balai Pustaka, 2001
R 499.221 3 KAM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"No one disputes that possession of language is one of the most distinctive of all human cultural attributes. The most
fundamental argument has to do with the nature of language as social practice. An attempt to divorce language from its
cultural context is to ignore the social circumstances which give it resonance and meaning. In the case of Sasak,
language use reinforces the existing status differential and social value of language associated with the group. This
perspective is employed, in this paper, to tackle the issue of Sasak language and culture."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Saharudin
"Artikel ini menjelaskan kohesivitas sosial masyarakat Sasak tradisional yang tercermin dalam kategori dan ekspresi linguistiknya, khususnya pada domain modal sosial. Selanjutnya, bagaimana nilai-nilai kohesivitas sosial itu bertransformasi dalam modal sosial masyarakat Sasak sekarang. Kategori dan ekspresi linguistik dimaknai sebagai bentuk kategorisasi lingual dan ungkapan verbal dalam domain modal sosial, yang mana di dalamnya tersimpan berbagai sistem pengetahuan masyarakat Sasak mengenai kohesivitas sosial. Sementara itu, transformsi dalam kajian ini dimaknai sebagai bentuk pergeseran atau perubahan pada struktur permukaan (transformasi lingual) dan juga pada struktur dalam (perubahan prilaku) masyarakat Sasak. Untuk tujuan tersebut, digunakanlah pendekatan etnosemantik, yakni memeriksa kosakata-kosakata tertentu dalam bahasa yang mereka gunakan pada ranah sosial dan memiliki kaitan dengan konsep modal sosial. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan paling tidak ada tiga macam modal sosial masyarakat Sasak yang menjadi landasan nilai-nilai kohesivitas sosialnya: (1) modal sosial yang merujuk kepada bentuk interaksi- interaksi, (2) modal sosial yang merujuk kepada bentuk institusi, dan (3) modal sosial yang menunjuk kepada norma- norma. Adapun kecenderungan transformasi sosial yang terjadi lebih dikarenakan oleh adanya (i) tuntutan kualifikasi baru, (ii) bergesernya peran profesi, (iii) munculnya stratifikasi kompleks dalam masyarakat Sasak dewasa ini, dan (iv) adanya berbagai kelembagaan baru yang diterapkan oleh negara dan lebih didukung oleh sistem kekuasaan formal.

This article presents the social cohesiveness of traditional Sasak reflected and expressed in their linguistics, particularly at social capital domain, and to transform it to the current social capital of Sasak people. The category and linguistic expressions are considered to be the lingual category forms and the verbal expressions in the social capital domain, in which it is kept various knowledge systems of the social cohesiveness of Sasak people. Transformation in this study is defined as a shift at the surface structure (the lingual transformation) and deep structure (the behaviour transformation) of Sasak people, it is used the ethnosemantic approach, by investigating certain vocabularies in the language they use in the social domain having relationship with the social capital. This study reveals three social capitals of Sasak people becoming the base of values: (1) the social capital referring to the interactional forms, (2) to the institutional forms, and (3) to the norms. Furthermore, the social transformation tendency is caused by (i) the new qualification needs, (ii) the shift of professional role, and (iii) the existence of the complexity stratification, and (iv) the existence of new various institutions formed by the governments and the formal system power."
STKIP Qamarul Huda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , 1995
499.221 5 STR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>