Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Hariyani
"Kampanye kian marak dilakukan dengan menggunakan media sosial, tidak terkecuali kampanye lingkungan. Berdasarkan kajian-kajian sebelumnya keefektifan kampanye dengan menggunakan media sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti adanya administrator online yang aktif, adanya sosialisasi tambahan yang dilakukan secara offline, dan juga terlibatnya pengikut/followers di media sosial secara aktif. Namun, tulisan ini melihat kampanye lingkungan di media sosial dapat efektif dari sisi lain yaitu dari jaringan sosial. Kajian ini melihat bagaimana jaringan sosial berperan dalam membuat efektif kampanye lingkungan di media sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa kajian ini menambahkan penemuan dari kajian-kajian sebelumnya yang berbicara mengenai faktor yang membuat efektif kampanye lingkungan dengan menggunakan media sosial sebagai media komunikasinya. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan studi kasus pada kampanye melawan asap yang diinisiatori oleh BEM UI 2015 untuk membentuk sebuah aliansi dengan menggandeng beberapa organisasi di UI dan juga dari luar UI. Pengambilan data dalam studi ini dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan-informan tertentu berdasarkan kriteria yang penulis tetapkan dan melakukan observasi terhadap akun media sosial yang digunakan untuk menyebarluaskan kampanye melawan asap. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa keterlibatan peran jaringan di media sosial mempengaruhi efektifitas kampanye melawan asap, serta hubungan sosial antar organisasi yang tergabung dalam aliansi gerakan melawan asap terbentuk berdasarkan jaringan perasaan/sentiment.
Campaigns nowadays are oftenly carried through social medias, including campaigns concerning the environment. Based on previous studies, effectivity of campaigns through social medias were affected by many factors, such as the activity of the online administrator, additional socialization that were carried off-line, and also the involvement of the active followers in social medias. However, this paper views environmental campaign in social medias could be effective if viewed from another side, that is social network. This study sees how social network can improve the effectivity of environmental campaigns in social medias,therefore it's safe to say that this study brings an addition to previous studies related to factors that influenced the effectivity of environmental campaigns that utilized social medias as a channel of communication. The method used for this paper is qualitative method, with case study on Melawan Asap (Fight the Haze) campaign initiated by BEM UI (Executive Board of Students of University of Indonesia) in 2015 to form an alliance consisting several organizations from inside and outside of the university. Collection of data for this study was done with in-depth interviews with certain informants, based on a criteria established previously by the author, beside an observation upon social media accounts that were used for Fight the Haze campaign. The result shows that the involvement of networks in social media affects the effectivity of Fight the Haze campaign. Also, the social relation between organizations that are united under the alliance of Fight the Haze campaign are based on sentimental network."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dahnia Rakhmasari
"Penelitian ini mendeskripsikan tentang Peran Media sosial sebagai sarana dalam Kampanye Politik dan Pembentukan Personal Brand bagi Joko Widodo sebagai sarana untuk mempengaruhi pemilih pemula dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Data Pemilih Pemula diambil sampel 100 orang di SMA di (Lima) Wilayah DKI Jakarta, dengan memberikan kuesioner pertanyaan terdiri dari 3 (tiga) variabel, yaitu : Media Sosial, Personal Brand dan Keputusan Memilih.
Metode Penelitian yang digunakan adalah Analisis kualitatif yang didukung data hasil survey, data akan ditabulasikan kemudian digunakan untuk menjelaskan implikasi antar variabel. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara mendalam dengan informan serta adanya acuan teori-teori sebagai dasar pemikiran penelitian yang selanjutnya di triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Wawancara dengan Nara Sumber dilakukan terhadap Ir. Joko Widodo (Mantan Gubernur DKI Jakarta sekarang Presiden RI), Alexander Ferry (Founder Jasmev), Jose Rizal (Founder Politicawave) dan Bapak Eko Haryadi (Humas Pemprov DKI Jakarta). Teori-teori yang digunakan dalam analisis Tesis yaitu: Statistik Deskriptif, Kampanye Politik, Teori Kharismatik, Brand Personality, Teori Media Baru, Teori Keputusan Memilih dan Ketahanan Politik.
Penelitian ini melihat bagaimana relevansi keberhasilan Jokowi dalam menerapkan Konsep Personal Branding yaitu Positioning, Differensiasi dan Brand Image (PDB) dalam menaikan popularitasnya sehingga Pemilih Pemula memberikan suaranya pada Pilkada DKI Jakarta 2012 kemarin dan berhasil membawa Jokowi menuju kemenangan. Dihubungkan dengan Ketahanan Politik, akan diteliti apakah Media sosial dapat efektif mendukung Ketahanan Politik atau sebaliknya akan menjadi ancaman bagi Ketahanan Politik Wilayah DKI Jakarta.

This research describe about the role of social media as one of Political Campaign tools that had been chosen by Jokowi and successfully brought big impacts for early voters in choosing Jokowi as a DKI Jakarta Governor. Sample Data were taken for 100 high school students by giving the questionnaire. Questions consists of 3 variables: Social media, Personal branding and votes decision.
Research method used is qualitative analysis supported with Survey and used to explain the implications between variables. Another techniques which used to collect the data was by in-depth interviews with informants and the existence of reference as basic theories thought that research next in triangulation source to test the credibility of the data and checking the data has been obtained through several sources done. With in-depth Interviews with sources: Ir. Joko Widodo (Former Governor DKI Jakarta), Alexander Ferry (Founder of JASMEV), Jose Rizal (Founder Politicawave), Eko Haryadi (Public Relations Pemprov DKI Jakarta). Analysis using some theories are: Descriptive statistics, a political campaign, charismatik theory, brand personality, the theory of new media, political decision theory.
This research is to learn the relevance of Jokowi in applying the concept of personal banding that are: positioning, differentiation and the brand image (GDP) so that voters give their vote on Jakarta Governor Election 2012 and succeeded in carrying jokowi to victory. Along with the political resilience,whether social media can be effective to support the political resilience or vice versa, will be a threat to the political resilience in DKI Jakarta.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Maliki
"Perkembangan internet di Indonesia telah mencapai 400 persen sejak tahun 2000 (kominfo.go.id, 2012) sejalan dengan itu, mendorong pertumbuhan penggunaan media sosial. Pengguna facebook yang mencapai 39 juta anggota (socialbakers.com, 2012) dan pengguna twitter hampir mencapai 30 juta anggota (semiocast.com, 2012). Penggunaan media sosial sebagai sarana kampanye politik pada PILKADA DKI Jakarta 2012 marak digunakan. Pasangan Cagub-Cawagub berasumsi bahwa kampanye di media sosial dapat meningkatkan perolehan suara, sementara dari hasil observasi yang dilakukan penulis urutan kepopuleran pasangan Cagub-Cawagub tidak sesuai dengan urutan hasil perolehan suara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kampanye politik di media sosial berpengaruh terhadap opini yang terbentuk pada PILKADA DKI Jakarta. Data di ambil dari pengguna media sosial dengan proses sampling sebanyak 278 pengguna. Perkiraan tingkat kesalahan pengambilan sample sebesar 6%. Teknik pengolahan data menggunakan SPSS 17 sebagai alat bantu mengolah data. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: No Show, On Lookers, New Comers, Cliquers, Mix-n-Minglers, Sparks, Kampanye Bersih, Kampanye Hitam, Kampanye Negatif.

Internet growth in Indonesia has reached 400 percent since 2000 (kominfo.go.id, 2012) along with it encourage the growth of social media usage. Facebook users has reached 39 million members (socialbakers.com, 2012) and twitter users approximately 30 million members (semiocast.com, 2012). Using of social media for political campaigns in Jakarta ELECTION 2012 rapidly adopted. Couple Cagub-Cawagub assume that campaigns in social media can be increase the number of votes meanwhile base on the observation that already taken, popularity of Cagub-Cawagub does not comply with the order of voting results. This research aimed to determine whether political campaigns in social media and its effect to opinion that making: case study Jakarta Election 2012. Data taken from social media users with the process of sampling as much as 278 users. Estimated sampling error rate in 6%. Data processing techniques using SPSS 17 as a tool for data processing. The variables used in this study are: No Show, On Lookers, New comers, Cliquers, Mix-n-Minglers, Sparks, Clean Campaign, Black Campaign, Negative Campaign."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Nuari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh terpaan kampanye capres dan cawapres di media sosial terhadap partisipasi pemilih pemula pada pemilihan presiden 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (quantitative methods) dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sampel dari penelitian ini sebanyak 150 mahasiswa FISIP UI dari 8 departemen angkatan 2011-2014. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa bentuk kampanye di media sosial memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi pemilih pemula pada pemilihan presiden 2014.

This research is purposely made for describing the influence between campaign president and vice president in social media on beginner voter participation of presidential election in 2014. This research used quantitative methods, which is questionnaire being used as research instrument. Thus, 150 students of FISIP UI, from 8 departments (2011-2014) were being sample in this research. The result of this research explained if campaign president and vice president in social media shows strong relationship with beginner voter participation of presidential election in 2014."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priya Falaha Muttaqien
"Kampanye permanen yang dilakukan oleh politisi selebriti melalui media sosial youtube memerlukan keterlibatan penontonnya. Komentar penonton yang diberikan dalam vlog merupakan bentuk keterlibatan. Penelitian ini mengkaji Kehadiran Sosial Kampanye Permanen Politisi Selebriti dalam channel media sosial Youtube. Penelitian ini menggunakan framework Kehadiran Sosial dari Lowenthal. Studi ini menggunakan analisis isi untuk memahami fenomena yang diteliti. Data didapatkan dari komentar 3 video vlog yang dipilih, terkumpul 27.087 komentar untuk dianalisis. Penelitian ini menemukan bahwa Affective Responses merupakan respons dominan yang diberikan oleh penonton vlog Ganjar. Hasil ini sejalan dengan temuan Lowenthal. Interactive response dan Cohesive Responses sangat tergantung dari materi vlog dan dinamika interaksi penonton. Bentuk dukungan pada kolom komentar berkorelasi dengan narasi vlog, sementara bentuk penolakan masih pada pendukungan pasangan capres lain dan isu negatif yang lekat dengan Ganjar.

Permanent campaigns carried out by celebrity politicians via YouTube social media require the involvement of the audience. Viewer comments given in vlogs are a form of involvement. This research examines the social presence of Permanent Campaigns Celebrity Politicians on YouTube social media channels. This research uses Lowenthal's social presence framework. This study uses content analysis to understand the phenomenon. Data was obtained from comments on 3 selected vlog videos, collecting 27,087 comments for analysis. This research found that Affective Responses was the dominant response given by vlog viewers. This result is in line with Lowenthal's findings. Interactive response and cohesive response really depend on the vlog material and the dynamics of audience interaction. The form of support in the comments column is correlated with the vlog narrative, while the form of rejection is still in support of other presidential candidates and negative issues related to Ganjar."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Rosita Said
"ABSTRAK
Kasus kekerasan seksual di Indonesia meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kondisi ini tidak diikuti oleh perlakuan yang sesuai baik dari pemerintah maupun masyarakat. Para penyintas masih memilih diam daripada melaporkan kasus mereka untuk ditangani lebih lanjut karena takut dianggap sebagai pembawa aib bagi keluarga. Lingkungan yang tidak bersahabat bagi penyintas kekerasan seksual mendorong organisasi nonprofit untuk meluncurkan kampanye sosial anti kekerasan seksual guna memberi dukungan terhadap penyintas kekerasan seksual. Artikel ini mengkaji kampanye anti kekerasan seksual di Indonesia, yaitu kampanye MulaiBicara yang dimulai oleh Lentera Sintas Indonesia dan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 16HAKTP yang diinisiasi oleh Komnas Perempuan sebagai perbandingan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan antara kampanye MulaiBicara dan kampanye 16HAKTP, di mana kampanye MulaiBicara lebih berfokus pada aktivisme media sosial. Meskipun demikian, kedua kampanye dinilai penting sebagai upaya resistensi terhadap proses pembungkaman penyintas kekerasan seksual.

ABSTRACT
The number of sexual violence cases in Indonesia is increasing compared to the previous year. But the situation has not been handled well by the government nor the society. The survivors of sexual violence still choose to be silent about it rather than to report their case to the authority, mostly caused by the fear of being seen as a disgrace to their family. This unfriendly environment for sexual violence survivors encouraged nonprofit organizations to make a move and released anti sexual violence social campign in hope it will give some support to the survivors. This article examines anti sexual violence social campaign in Indonesia, MulaiBicara that was started by Lentera Sintas Indonesia and 16 Days of Activism Against Gender Violence 16HAKTP which was initiated by National Commission on Violence Against Women as comparison. The result shows that there are a few differences between two campaigns, where the former is more focused on their social media activism. However, both MulaiBicara and 16HAKTP are important as they show resistance attempt of the sexual violence survivor to the silencing process."
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Aprilliana Purwaningtyas
"ABSTRAK
Tahun 2014, Greenpeace membuat sebuah video kampanye berjudul ldquo;LEGO: Everything is NOT awesome. rdquo; yang bertujuan untuk memutuskan kerjasama antara LEGO dengan Shell, perusahaan minyak dan gas yang diketahui memiliki rencana untuk melakukan eksplorasi pengeboran minyak di Kutub Utara. Tiga bulan setelah kampanye tersebut diluncurkan, CEO LEGO, J rgen Vig Knudstorp mengumumkan bahwa LEGO akan tetap melanjutkan kontrak kerjasama dengan Shell yang telah diperbaharui pada tahun 2011, namun LEGO tidak akan melanjutkan kerjasama setelah kontrak tersebut habis. Makalah ini mengulas video kampanye tersebut menggunakan metode ldquo;Dragonfly Effect rdquo; yang dicetuskan oleh Aaker dan Smith 2011 . Hasilnya. video ldquo;LEGO: Everything is NOT awesome. rdquo; telah memenuhi empat kemampuan yang terdapat dalam model ldquo;Dragonfly Effect rdquo;.

ABSTRACT
In 2014, Greenpeace launched a video as a campaign entitled ldquo LEGO Everything is NOT awesome. rdquo calling LEGO to end its partnership with Shell, an oil and gas company which planned to exploit Arctic rsquo s oil. Three months after this campaign was launched, LEGO CEO, J rgen Vig Knudstorp announced that LEGO would honour its existing deal with Shell, which began in 2011 but they will not renew the contract with Shell when the present contract ends. This article examines that campaigning video using ldquo Dragonfly Effect rdquo model developed by Aaker and Smith 2011 . As a result, ldquo LEGO Everything is NOT awesome. rdquo video has met four wings of ldquo Dragonfly Effect rdquo model. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Yusrina Azzahra
"Dengan perkembangan teknologi, media sosial muncul sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan kesadaran dan menyebarkan pengetahuan tentang berbagai masalah di ruang online. Karena media sosial dapat memfasilitasi komunikasi many-to-many, sebuah organisasi dapat menggunakannya untuk kampanye advokasi sosial mereka yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menyebarkan pengetahuan dalam berbagai subjek. I Am Okay adalah salah satu contoh kampanye advokasi sosial di media sosial yang mengadvokasi masalah kesehatan mental remaja. Guo dan Saxton mengemukakan bahwa media sosial membantu pekerjaan advokasi organisasi, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan media sosial I Am Okay berdasarkan model advokasi berbasis media sosial oleh Guo dan Saxton. Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari konten dan aktivitas pada akun Instagram I Am Okay. Dari pengumpulan dan analisis data, ditemukan bahwa I Am Okay dapat mengkomunikasikan kerja advokasi mereka ke jaringan audiens dengan memanfaatkan fitur di Instagram.

With the expansion of technology, social media emerged as a powerful tool to raise awareness and spread knowledge about issues in online spaces. As social media can facilitate many-to-many communication, an organization can use it to raise awareness and spread knowledge in multiple subjects for its social advocacy campaign. I Am Okay is one example of a social advocacy campaign on social media advocating youth mental health issues. As Guo and Saxton argue that social media help organizations with their advocacy work, this research aims to analyze the utilization of social media of I Am Okay based on Guo and Saxton's social media-based advocacy model. The data for this research is collected from content and activities on I Am Okay Instagram account. From the data collection and analysis, it is found that I Am Okay can communicate with a network of audience about its advocacy work by utilizing the features on Instagram."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Paramitha Radhyani Putri
"Selama beberapa tahun terakhir, media sosial dan influencer telah menjadi tren pemberontakan dalam industri komunikasi. Di antara platform lain, Instagram telah mendapatkan popularitasnya sebagai saluran terbaik untuk merek yang bekerja dengan komunitas influencer untuk tujuan kampanye. Kampanye #NoFilterNoFuture oleh BRITA adalah salah satu dari sekian banyak contoh kampanye sukses luar biasa yang memanfaatkan influencer media sosial dan juga Instagram sebagai platform untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial, yaitu polusi plastik laut. Artikel ini akan memeriksa bagaimana influencer media sosial dapat digunakan sebagai strategi yang efektif untuk merek untuk mempromosikan masalah sosial.
Over the past few years, social media and influencers have been an uprising trend within the communications industry. Amongst other platforms, Instagram has gained its popularity as the best channel for brands that work with the influencers community for campaign purposes. The #NoFilterNoFuture campaign by BRITA is one of the many examples of an astoundingly successful campaign that utilizes social media influencers as well as Instagram as a platform to raise awareness about a social issue, that is, ocean plastic pollution. This article is going to examine how social media influencers could be use as an effective strategy for brands to promote a social issue. 

"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Septenia Sibuea
"Terdapat banyak produk kecantikan yang mengklaim dirinya peduli akan lingkungan, baik yang berasal dari brand lokal (Indonesia) maupun impor. Salah satu dari brand itu adalah Love Beauty & Planet, yang resmi merilis produknya di Indonesia pada tahun 2019. Dengan banyaknya pesaing, Love Beauty & Planet Indonesia melakukan berbagai teknik pemasaran agar dapat memenangkan pasar, contohnya dengan praktik humas pemasaran. Instagram adalah satu dari beberapa media yang digunakan oleh Love Beauty & Planet Indonesia untuk menerapkan humas pemasaran dan menyebarkan informasi terkait produk. Penelitian ini dibuat untuk mendeskripsikan penerapan humas pemasaran pada kampanye ramah lingkungan #SmallActsofLove oleh Love Beauty & Planet Indonesia. Melalui akun Instagram @lovebeautyandplanet_id, Love Beauty & Planet melakukan publikasi untuk mendukung kampanye. Konten yang dibagikan @lovebeautyandplanet_id antara lain rilis produk, giveaway, edukasi, ulasan, ajakan untuk merawat bumi, tips dan trik, quotes, branding produk, dan kegiatan/acara. Pola penyajian konten adalah menggunakan warna cerah yang sesuai dengan kemasan produk, pemilihan kata dengan campuran bahasa Indonesia dan Inggris yang terkesan santai namun tetap sopan, dan nada positif pada kalimat yang terdapat di caption maupun visual dari setiap unggahan. Pembahasan pada konten selalu berkaitan dengan konsep ramah lingkungan dan pembahasan tersebut sering dikaitkan dengan keunggulan produk.

There are many beauty products that claim themselves as environmentally friendly, both from local (Indonesian) and imported brands. One of these brands is Love Beauty & Planet, which officially released its products in Indonesia in 2019. With so many competitors, Love Beauty & Planet Indonesia uses various marketing techniques to win the market, for example by practicing marketing public relations. Instagram is one of several media used by Love Beauty & Planet Indonesia to implement marketing public relations and disseminate information about the products. This study was made to describe the practice of marketing public relations in the environmentally friendly campaign, #SmallActsofLove by Love Beauty & Planet Indonesia. Through the Instagram account @lovebeautyandplanet_id, Love Beauty & Planet publishes to support the campaign. The content shared by @lovebeautyandplanet_id includes product releases, giveaways, education, reviews, encouraging the audience to care about the earth, tips and tricks, quotes, branding, and events. The content is using bright colors that match the product packaging, mix Indonesian and English language to make an informal yet polite impression, and positive tones in the captions and visuals of each upload. The content is always discussing environmental related topics and often associated it with product advantages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>