Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulia Saptini
"ABSTRAK
ASEAN Economic Community (AEC) dibentuk sebagai salah satu pilar dalam mencapai ASEAN Vision 2020. Salah satu tahapan untuk mencapai AEC adalah penghapusan tarif impor pada sektor prioritas integrasi pada akhir tahun2007 untuk ASEAN-6 dan 2012 untuk CMLV.
Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak kebijakan penghapusan tarif terhadap perdagangan Indonesia dengan ASEAN-5 pada produk sektor prioritas integrasi denganpendekatan model graviti dan menggunakan data panel dalam kurun waktu 2000-2014.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya kebijakan penghapusan tarif, ekspor Indonesia secara umum tidak meningkat tetapi impor Indonesia dari ASEAN justru mengalami peningkatan sehingga dengan adanya AEC Indonesia tidak diuntungkan dan posisi Indonesia justru masih menjadi pasar bagi negara ASEAN lainnya.

ABSTRACT
ASEANEconomic Community (AEC) is formedasone of the pillarsin achieving theASEANVision2020.One of the stagestoreach theAECisthe elimination ofimport tariffs onpriorityintegration sectorin late 2007forASEAN-6 and 2012forCMLV.
This study aims to analyzethe impact ofthe elimination oftariffson trade ofIndonesiatoASEAN-5 on product of priority integration sectorswith thegravitymodel approachusing panel datain the period2000-2014.
From this study it can be concluded that the elimination of tariff policy, Indonesian exports in general have not increased but Indonesia's imports from ASEAN have increased so that with the AEC Indonesia disadvantaged and the position of Indonesia it is still a market for other ASEAN countries.
"
2016
T45394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonny Pradana
"Dengan diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) pada tanggal 31 Desember 2015 membuat perdagangan internasional antar negara ASEAN menjadi tidak ada hambatan. Untuk dapat meningkatkan pangsa pasar ekspor dan mempertahankan pasar dalam negeri khususnya pada sektor industri elektronika agar industri elektronika lokal dapat tumbuh maka diperlukan kebijakan industri untuk menjaga iklim usaha nasional. Oleh karena itu diperlukan peta daya saing masing-masing negara ASEAN.
Dalam penelitian ini akan digunakan empat metode pengukuran daya saing industri yaitu Trade Specialization Index (TSI), Acceleration Ratio (AR), Market Share (MS), dan Revealed Comparative Advantage (RCA). Penelitian ini menghasilkan peta daya saing industri produk elektronika dan posisi industri elektronika indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya.

With the implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) on December 31, 2015 make international trade among ASEAN countries will be no tariff barriers. To be able to increase exports and maintain market share in the domestic market, especially in the sectors of the electronics industry that the local electronics industry can grow, industrial policy is needed to keep the national business climate. Therefore we need a map of the competitiveness of each ASEAN country.
In this study will be used four methods of measuring the competitiveness of the industry, namely Trade Specialization Index (TSI), Acceleration Ratio (AR), Market Share (MS), and the Revealed Comparative Advantage (RCA). This research produced a map of the competitiveness products of industrial electronics and Indonesian electronics industry position with other ASEAN countries.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini mengkaji masalah kesiapan sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.Metode kajiannya menganalisis dan membandingkan beberapaindikator ekonomi makro dengan negara ASEAN lainnya, terutamafokus pada tenaga kerja yang berimplikasi pengakuan kualifikasi danketerampilan, serta mobilitas tenaga kerja terampil di wilayah ASEAN.Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi pemasokterbesar tenaga kerja di ASEAN. Tingkat pendapatan berada di posisi pendapatan menengah meskipun masih rendah(lower middle incomecountry). Posisi IPM sedikit lebih baik dibandingkan dengan Vietnam,Cambodia, Laos, dan Myanmar"
JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Mutaqin
"This thesis examines whether implemented AEC 2015 measures have a significant effect on ASEAN industrialization, by comparing the trend of industrialization before and after ASEAN has AEC Blueprint which was implemented since 2008. We find that implementation of AEC blueprint during 2008-2016 did not give any effect to of manufacturing employment (mnfemp) relative to total employment and nominal manufacturing value added (mnva) relative to total GDP. Even, share of the real manufacturing value added (rmva) in the period of AEC blueprint implementation is less than the prior period in 2000-2007. The gap between on paper and actual implementations, unutilized trade agreement by private sectors due to documentation complexities, and the rising of non-tariff barriers become possible explanation why AEC 2015 measures did not give effect to ASEAN manufacturing sector.

Tesis ini menganalisa apakah implementasi kebijakan AEC 2015 memiliki akibat yang signifikan terhadap industrialisasi di ASEAN, dengan membandingkan perkembangan industrialisasi sebelum dan sesudah ASEAN memiliki cetak biru AEC, dimana cetak biru tersebut sudah dipraktikkan sejak tahun 2008. Kami menemukan bahwa pelaksanaan cetak biru AEC selama 2008-2016 tidak memberikan efek ke pekerjaan industri (mnfemp) relatif terhadap total pekerja dan nominal nilai tambah industry (mnva) relatif terhadap total PDB. Bahkan, nila tambah real industri pada periode implementasi cetak biru AEC lebih rendah dari periode sebelum cetak biru. Perbedaan antara rencana dan implementasi, kesepakatan dagang yang tidak dimanfaatkan sektor swasta karena keruwetan dokumen, dan naiknya hambatan non-tarif adalah penjelasan rasional mengapa kebijakan AEC 2015 tidak memberi efek terhadap sektor industri di ASEAN."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Haqqo Hidayah
"Indonesia merupakan negara terbesar kedua pengekspor kopi instan di dunia setelah Brazil. Integrasi ekonomi merupakan langkah yang penting bagi pencapaian ASEAN Economic Community (AEC) yang berdaya saing dan dapat berperan aktif dalam ekonomi global. Kopi instan adalah salah satu makanan olahan kopi yang merupakan produk ekspor unggulan Indonesia serta termasuk dalam perdagangan barang dari 12 Priority Integrated Sector (PIS) untuk AEC.
Tesis ini meneliti hal apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi Indonesia dan strategi Market Intelligence seperti apa yang harus dilakukan untuk memperkuat posisi Indonesia di AEC dan mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara pengekspor kopi instan kedua di dunia.
Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan cara menganalisis faktor lingkungan eksternal dan internal. Data kuantitatif digunakan untuk memperkuat hasil analisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis PESTEL, analisis Teori Berlian dari Porter, analisis Rantai Nilai dan Pemetaan Kompetitif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopi instan Indonesia sudah berdaya saing saat ini, namun ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian terkait kebijakan dan strategi yang digunakan karena akan mempengaruhi daya saing kopi instan Indonesia kedepannya. Strategi Market Intelligence dapat dilakukan dengan peningkatan teknologi desain kemasan, pengembangan jaringan ekspor dan penguatan promosi untuk kopi ins.

Indonesia is the second largest exporter of instant coffee in the world after Brazil. Economic integration is an important step to achieve competitiveness of ASEAN Economic Community (AEC) so that, it could take an active role in the global economy. Instant coffee is a processed food from Indonesian export commodities of superior products which are included in the trade in goods of 12 Priority Integrated Sector (PIS) for the AEC.
The focuses of this study are to examine what the government do can to improve the welfare of Indonesian coffee farmers and what kind of Market Intelligence strategy should be implemented to strengthen the position of Indonesia in the AEC and to maintain Indonesia's position as the second instant coffee exporting country in the world.
This research uses qualitative approach by analyzing internal and external environment. Quantitative data is used to support the result of analysis. Analysis were performed using PESTEL analysis, Porter?s Diamond Theory analysis, Value Chains analysis and Competitive mapping. Data collection techniques are done by doing literature study and interviews.
The result shows that the instant coffee of Indonesia is already competitive, still there are somethings that need more attention related to the policies and strategies used because it will affect the competitiveness of Indonesia?s instant coffee in the future. Market Intelligence strategy can be done by improving the technology for packaging design, developing the network of export and strengthening promotion for instant coffee.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Subroto
"Tulisan ini mengkaji masalah kesiapan sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Metode kajiannya menganalisis dan membandingkan beberapa indikator ekonomi makro dengan negara ASEAN lainnya, terutama fokus pada tenaga kerja yang berimplikasi pengakuan kualifikasi dan keterampilan, serta mobilitas tenaga kerja terampil di wilayah ASEAN. Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi pemasok terbesar tenaga kerja di ASEAN. Tingkat pendapatan berada di posisi pendapatan menengah meskipun masih rendah (lower middle incomecountry). Posisi IPM sedikit lebih baik dibandingkan dengan Vietnam, Cambodia, Laos, dan Myanmar"
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
507 JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: The ASEAN Secretariat, 2016
337.1 ASS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sani Suliantoro
"Tesis ini membahas mengenai perkembangan perusahaan industri jasa intelijen privat (IJIP) di Indonesia, dalam rangka menghadapi ancaman dan tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai dampak diberlakukannya MEA di kawasan Asia Tenggara. Tesis ini melakukan analisis dengan membentuk skenario penguatan terhadap IJIP di Indonesia, guna menghadapi ancaman dan tantangan ini.
Tesis ini merupakan produk akademik yang menggunakan metode riset intelijen kualitatif, dengan studi kasus peran PT. WCG sebagai bagian dari IJIP dalam menghadapi perkembangan dan kebutuhan akan industri jasa intelijen privat di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan PT. WCG mampu menjadi kekuatan dalam mengimbangi IJIP di Indonesia yang masih didominasi asing.

This thesis discusses about the development of the private intelligence service industries (IJIP) in Indonesia, in order to deal with the threats and challenges faced by Indonesia as a result of the implementation of the AEC in Southeast Asia. This thesis conducted an analysis by formed a strengthening scenario of the private intelligence service industries in Indonesia, in order to face the threats and challenges that comes.
This study is an academic product that used a qualitative intelligence research, which analyzes the role of PT. WCG as a part of a private intelligence service industries in facing development and the need for the private intelligence service industries in Indonesia as the case study. The results of this study showed that PT. WCG is able to become a force to counterbalance the private intelligence services industries in Indonesia whose still dominated by foreign companies.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Sawery Gading Dzetaj Notonegoro
"Sejak 31 Desember 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah secara formal didirikan. Melalui MEA, negara anggota ASEAN berkomitmen untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang berlandaskan aturan hukum. Sebagai integrasi ekonomi regional, MEA didirikan dengan dukungan dari berbagai instrumen hukum yang telah disepakati oleh para negara anggota, khususnya ATIGA, AFAS dan ACIA. Mengingat keanggotaan negara anggota ASEAN dalam WTO, mereka juga memiliki komitmen pada sistem perdagangan multilateral WTO untuk memastikan relevansi dan kompatibilitas instrumen-instrumen hukum tersebut dengan aturan dalam WTO. Satu-satunya instrumen hukum pendukung MEA yang telah dinotifikasi kepada WTO adalah ATIGA, berdasarkan Enabling Clause. Penelitian ini meragukan relevansi dari notifikasi ATIGA berdasarkan Enabling Clause sekarang ini, karena terdapat beberapa negara anggota ASEAN yang tidak lagi dapat dikategorikan sebagai negara berkembang. Berdasarkan analisis kompatibilitas, aturan dalam ATIGA dan AFAS cukup sesuai dengan aturan dalam Pasal XXIV GATT 1994 dan Pasal V GATS. Untuk itu penelitian ini mendesak ASEAN untuk menggunakan kewenangannya untuk mengajukan notifikasi kepada WTO atas ATIGA berdasarkan Pasal XXIV GATT 1994, dan atas AFAS berdasarkan Pasal V GATS. Diharapkan dengan diajukannya notifikasi tersebut, negara anggota ASEAN dapat mengambil manfaat dari MEA tanpa mengesampingkan komitmennya pada WTO, dan MEA dapat terealisasikan sebagai pelengkap dalam pencapaian tujuan sistem perdagangan multilateral WTO. Selain itu penelitian ini merekomendasikan ASEAN untuk menjadikan pendekatan yang berlandaskan aturan hukum sebagai karakteristik utama ASEAN dalam merealisasikan MEA. Bila ASEAN terus bergantung pada keinginan politik dari setiap negara anggota atau organ institusional, maka ASEAN akan kehilangan kredibilitasnya sebagai organisasi yang berlandaskan aturan hukum.

Since 31 December 2015, the ASEAN Economic Community (AEC) has been formally established. Through AEC, the ASEAN member states (AMS) are committed to turn ASEAN into a rules-based single market and production base. As a regional economic integration, AEC is based on legal instruments agreed by the AMS, especially ATIGA, AFAS and ACIA. Considering the position of the AMS as members of the WTO, they are also committed to the multilateral trading system of the WTO to ensure the relevance and compatibility of those legal instruments with the WTO rules. The only legal instrument related to the AEC that has been notified to the WTO is ATIGA, based on the Enabling Clause. The research argues that the relevance of the notification for ATIGA based on the Enabling Clause is questionable, due to the fact that some ASEAN member states no longer fall within the category of developing countries. Based on a compatibility analysis, the provisions in the ATIGA and AFAS are quite compatible with the Article XXIV of the GATT 1994 and Article V of the GATS. With that being said, this research urges ASEAN to utilise its authority to submit notifications to the WTO for ATIGA based on Article XXIV of the GATT 1994, and for AFAS based on Article V of the GATS. The research believes that the submission of the notifications will allow the AMS to gain benefits from the AEC without undermining their commitment to the WTO, and that the AEC will be realised as a complement in achieving the objectives of the multilateral trading system of the WTO. Moreover, ASEAN is recommended to consider the rules-based approach as a primary feature of engagement within ASEAN. If ASEAN keeps relying on the political will of its member states or institutional organs, ASEAN will lose the credibility as a rules-based organisation.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T45196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri, 2010
382.911 IND c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>