Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joula Timisela
"Dukungan sosial diperlukan perempuan positif HIV untuk menghadapi stigma HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV pada perempuan positif HIV. Desain penelitian ini yaitu potong lintang analitik. Sampel penelitian berjumlah 106 perempuan positif HIV, berusia 15-60 tahun. Penilaian dukungan sosial menggunakan kuesioner MOS-SS yang telah dimodifikasi, sedangkan penilaian terhadap stigma HIV menggunakan kuesioner Berger Stigma Scale versi bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV (p=0,024, α:0,05). Dari kelima bentuk dukungan sosial, ditemukan dukungan instrumental (p =0,043), dukungan informasional (p˂ 0,0001), dukungan integritas sosial (p=0,011) berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan emosional (p=0,061) dan dukungan penghargaan (p=0,881) tidak berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan sosial yang paling memengaruhi stigma HIV (OR 11,64). Dukungan sosial dapat direkomendasikan sebagai salah satu intervensi untuk mengurangi stigma HIV, dengan prioritas utama pada dukungan informasional.

Social support is needed by HIV-positive women to face the HIV stigma. This study aimed to identify the correlation between the social support and the HIV stigma in HIV-positive women. This research applied a cross sectional analytic design. The sample were 106 HIV-positive women, aged 15-60 years. The social support assessment used a modified MOS-SS questionnaire, while the assessment of the HIV stigma used the Indonesian version of Berger Stigma Scale questionnaire.
The results showed that there was a correlation between the social support and the HIV stigma (p=0,24 α: 0.05). Among five forms of social support, the instrumental support (p=0.043), informational support (p˂ 0.0001), and support for social integrity (p=0.011) were correlated to the HIV stigma. While emotional support (p=0.061) and rewarding support (p=0.881) were not correlated to the HIV stigma. The informational support was the most influencing factor of the HIV stigma (OR 11,64). Giving social support can be recommended as one of the interventions to minimize the HIV stigma, with the informational support as the priority.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T44818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat stigma dan diskriminasi tenaga kesehatan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta menentukan faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Indonesia dengan menggunakan metode potong lintang. Delapan puluh sembilan tenaga kesehatan diikutsertakan dalam penelitian yang dipilih secara purposif. Analisis korelasi, analisis varian (Anova) dan analisis t-test digunakan sesuai dengan jenis data. Model analisis linier berganda digunakan untuk menentukan faktor prediktor munculnya stigma dan diskriminasi pada tenaga kesehatan.
Hasil: Didapatkan bahwa stigma dan diskriminasi masih tinggi pada tenaga kesehatan. Analisis bivariat didapatkan bahwa jenis tenaga kesehatan, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berpengaruh secara bermakna terhadap tingkat stigma (p < 0,05). Jenis tenaga kesehatan, status perkawinan, umur, pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berpengaruh secara bermakna terhadap tingkat disriminasi (p < 0,05). Model regresi linier berganda mendapatkan bahwa jenis tenaga kesehatan, dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berhubungan dengan stigma (R2 = 0,230), sedangkan pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV berhubungan
dengan disriminasi (R2 = 0,119).
Kesimpulan: Ketakutan irasional terhadap penularan HIV dan jenis tenaga kesehatan merupakan faktor prediktor munculnya stigma sedangkan pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV merupakan faktor prediktor munculnya diskriminasi pada tenaga kesehatan terhadap ODHA.

Abstract
Background: The aim of this study was to identify the level of stigmatized and discriminatory attitudes towards people living with HIV (PLHIV) among health care workers (HCWs) and the factors that influenced these attitudes.
Methods: This research was conducted at Dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh, Indonesia. A cross-sectional study design was adopted for this research. Eighty nine HCWs were included in this study and they were selected purposively. Correlation analysis, analysis of variance and independent sample t test analysis was used according to the type of data. Finally, a multiple linear regression model was used to identify the predictor factor for stigmatized and discriminatory
attitudes. Results: We found that the level of stigmatized and discriminatory attitudes was high. Bivariate analysis showed that
type of HCW, education, marital status, knowledge on transmission and prevention of HIV and irrational fear of HIV transmission were significant related with stigmatized attitudes (p < 0.05). Type of HCW, marital status, age, knowledge on transmission and prevention of HIV and irrational fear of HIV transmission indicated significant (p < 0.05) differences
in the levels of discriminatory attitudes. A multiple linear regression model identified type of HCW and irrational fear of HIV transmission correlated with stigmatized attitudes (R2 = 0.230) and knowledge on transmission and prevention of HIV correlated with discriminatory attitudes (R2 = 0.119). Conclusion: Irrational fear of HIV transmission and type of HCW are significant predictors to stigmatized attitudes; knowledge on transmission and prevention of HIV is a predictor to discriminatory attitudes towards PLHIV among HCWs."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Fakultas Kedokteran], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Sri Suyanti
"Stigma diri pada orang dengan HIV/AIDS merupakan suatu mekanisme bertahan hidup yang ditujukan untuk melindungi diri dari stigma eksternal. Stigma dan diskriminasi pada ODHA dapat berujung pada ketidaksetaraan dalam kehidupan sosial yang dapat mengakibatkan rendah diri, pikiran dan perilaku penolakan terhadap diagnosis yang berkorelasi terhadap terjadinya depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi logo, terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga terhadap stigma diri dan depresi pada ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasy-experiment pre test - post test design. Responden dalam penelitian ini dipilih dengan tehnik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS sebanyak 60. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat, analisis kesetaraan dengan chi-square dan independent t test serta analisis hubungan dengan menggunakan paired t test.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan secara bermakna stigma diri, depresi dan ketidakpatuhan pengobatan secara bermakna dan peningkatan secara bermakna pada makna hidup (p value < 0,05) setelah diberikan terapi logo, terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga. Semua ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS mengalami stigma diri, depresi, ketidakpatuhan pengobatan dan makna hidup tidak optimal sebelum dilakukan intervensi. Kombinasi terapi logo, terapi penerimaan komitmen dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan untuk diberikan sebagai paket terapi dalam penanganan stigma diri dan depresi pada ODHA.

Stigma itself on people with HIV / AIDS is a survival mechanism that is intended to protect themselves from external stigma. Stigma and discrimination against people living with HIV can lead to inequalities in social life which can lead to low self-esteem, thoughts and behaviors that correlate rejection of the diagnosis to the onset of depression. The purpose of this study was to know the effect of the logo therapy, therapy acceptance of commitments and family psycho-education on self stigma and depression housewives with HIV/AIDS.
The study design used is a pre-experiment quasy test-post test design. Respondents in this study were selected by purposive sampling technique. The sample in this study is a housewife with HIV/AIDS as much as 60. Analysis of the data in this study using univariate and bivariate analysis, equity analysis with chi-square and independent t test and correlation analysis using paired t test.
The results showed a significant reduction in the stigma of suicide, depression and treatment noncompliance significantly and increased significantly in the meaning of life (p value <0.05) after therapy is given logo, acceptance commitment therapy and family psychoeducation. All the housewives with HIV/AIDS are stigmatized suicide, depression, treatment of non-compliance and the meaning of life is not optimal before the intervention. Combination therapy logo, therapy acceptance of commitments and family psycho-education is recommended to be given as a treatment package to address stigma and depression in people living with HIV themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Damayanti
"Hidup sebagai perempuan single parent dengan HIV positif memunculkan beragam stigma dimasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran stigma pada perempuan single parent dengan HIV positif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriftif dengan pendekatan konten analisis. Tehnik pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam yang dilakukan pada 13 partisipan. Tehnik sampling yang digunakan purposive sampling. Data dianalisis dengan tehnik analisis konten konvensional.
Hasil penelitian membentuk 5 tema yaitu:1) mengalami stigma internal, 2) mengalami stigma eksternal dan diskriminasi, 3) memiliki anak sebagai motivator hidup tertinggi, 4) mengalami kelelahan fisik berlebih, 5) mengalami masalah dalam memulai interaksi dengan calon pasangan hidup baru.
Kesimpulan penelitian ini adalah perempuan single parent mengalami stigma ganda dengan status sebagai single parent dan HIV positif. Pada penelitian ini direkomendasikan bahwa perempuan single parent dengan HIV membutuhkan dukungan yang lebih, dibandingkan perempuan HIV yang lain, oleh karena double stigma yang mereka emban.

Life as a single parent women with HIV positive experienced various stigma in community. This study aimed to obtain a picture stigma felt by single parent women with HIV-positive. This study used qualitative methods with the content analysis approach. The participants ware recruited with purposive sampling. In depth interviews conducted with 13 participants, single parent woman with HIV positive in Bandar Lampung city Lampung province. Data were analyzed by conventional content analysis techniques.
Finding showed five themes, as follows : 1) having an internal stigma, 2) having external stigma and discrimination, 3) having children as a highest life motivator, 4) excessive physical fatigue, 5) having problems in getting started interaction with prospective new life partner.
The finding highlight that single parent women experience double stigma , due in their status as HIV positive and as single parent. The present study suggest that single parent women need more support stsyems, compared with women living with HIV another, because of the double stigma they have.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Arista Dana Paramitha
"Penelitian ini ingin melihat pengaruh keterbukaan diri dan stigma terhadap keberfungsian keluarga pada orang dengan HIV/AIDS dalam konteks kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan alat ukur The General Disclosiveness Scale yang dikembangkan oleh Wheeless dan Grotz untuk mengukur keterbukaan diri; alat ukur Berger HIV Stigma Scale yang dikembangkan oleh Berger, Ferrans, dan Lashley untuk mengukur stigma; dan alat ukur Family Assessment Device yang dikembangkan oleh Epstein untuk mengukur keberfungsian keluarga. Partisipan pada penelitian berjumlah 62 orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
Penelitian ini menunjukkan bahwa keterbukaan diri tidak berpengaruh terhadap keberfungsian keluarga yang dimiliki orang dengan HIV/AIDS ? = 0,78, p < 0,05 . Sedangkan stigma memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap keberfungsian keluarga orang dengan HIV/AIDS ? = -0,36, p < 0,05.

The aim of the study is to examine the effect of self disclosure and stigma towards family functioning on people living with HIV AIDS in daily context. This is uses The General Disclosiveness Scale developed by Wheeless and Grotz for self disclosure measurement Berger HIV Stigma Scale developed by Berger, Ferrans, and Lashley for stigma measurement and Family Assessment Device developed by Epstein for family functioning measurement. Participants totalled 62 people living with HIV AIDS.
Result indicated that self disclosure did not have effect to family functioning on people living with HIV AIDS 0,78, p 0,05 . However stigma have negative effect to family funtioning on people living with HIV AIDS 0,36, p 0,05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firhan Nurfalah
"ABSTRACT
HIV/AIDS merupakan penyakit kegawatan yang paling berdampak pada perempuan dengan prevalensi penderita yang terus bertambah. Salah satu langkah penting untuk menurunkan penyebaran adalah dengan meningkatkan kepatuhan minum ARV. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hubungan antara stigma dengan kepatuhan minum ARV. Sampel penelitian adalah perempuan dengan HIV yang berusis >18 tahun dan sudah minum ARV minimal 6 bulan. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 120 responden. Hasil penelitian dianalisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stigma dengan kepatuhan minum ARV p value = 0,045; OR 2,274; 95 CI 1,081-4,669 perempuan dengan stigma rendah berpeluang 2,247 kali lebih patuh terhadap ARV dibandingkan perempuan dengan stigma tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pelayanan agar lebih mampu menjaga privacy dan perawat mampu mneingkatkan harga diri perempuan dengan HIV sehingga stigma internal yang mereka rasakan berkurang. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian pada perempuan di wilayah lain atau pada laki-laki sebagai pembanding.

ABSTRACT
HIV AIDS is the most emerging disease affecting women with an increasing prevalence of patients. One important step to reduce the spread is to improve ARV adherence. The purpose of this study is to illustrate the relationship between stigma and ARV adherence. The study sample was women with HIV who were 18 years old and had been taking ARVs for at least 6 months. The design of this study using cross sectional with consecutive sampling method involving 120 respondents. The results of the study were analyzed by Chi square showed a significant association between stigma with ARV drug adherence p value 0.045 OR 2.274 95 CI 1.081-4.669. Women with low stigma were 2.247 times more likely to adherence to antiretroviral therapy than women with high stigma . This study is expected to be useful for services to better maintain the privacy and nurses are able to increase the self esteem of women with HIV so that the internal stigma they feel is reduced. Suggestions for future researchers are to conduct research on women in other regions or in men as a comparison."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suryaman
"Keterbukaan status HIV menjadi faktor penting bagi ODHA LSL, selain dapat meningkatkan support system juga dapat mencegah transmisi HIV diantara kelompok kunci ODHA LSL, namun perceived stigma HIV dan harga diri dapat menjadi faktor penghambat pengungkapan status HIV pada ODHA LSL. Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasi hubungan perceived stigma HIV dan harga diri dengan keterbukaan status HIV pada ODHA LSL. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan melalui online dan melibatkan sampel sebanyak 250 ODHA LSL di Kota Bandung. Instrumen yang digunakan yaitu Brief Scale for HIV Self Disclosure, 12 Item Short Version of the HIV Stigma Scale, dan Rosenberg Self Esteem Scale. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived stigma HIV dengan keterbukaan status HIV (p-value 0.013), dan terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dengan keterbukaan status HIV (p-value 0.024). Namun pada saat pemodelan akhir multivariat dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan secara langsung antara perceived stigma HIV (p-value 0.910) dan harga diri (p-value 0.930) dengan keterbukaan status HIV. Hanya pada saat kedua variabel tersebut berinteraksi hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan dengan keterbukaan status HIV (p value 0.017). Hubungan perceived stigma HIV dan keterbukaan status HIV akan lebih besar lagi, jika ODHA LSL memiliki harga diri rendah (OR=4.02). Intervensi untuk perawatan lanjutan yang memfokuskan pada peningkatan harga diri dan menurunkan perceived stigma HIV perlu dilakukan kedepannya dalam upaya meningkatkan tingkat keterbukaan status HIV pada populasi ODHA LSL.

HIV status Disclosure is an important factor for MSM-PLWHA, besides being able to improve the support system it can also prevent HIV transmission among key groups of MSM-PLWHA, but the perceived HIV stigma and self-esteem can be a factor inhibiting HIV status disclosure in MSM-PLWHA. The purpose of this study was to identify relationship between perceived HIV stigma and self-esteem with HIV status disclosure among MSM-PLWHA. This research is a quantitative research with cross sectional design which is conducted online and involves a sample of 250 MSM-PLWHA in Bandung. The instruments used were the Brief Scale for HIV Self Disclosure, 12 Item Short Version of the HIV Stigma Scale, and Rosenberg Self Esteem Scale. The results of bivariate analysis showed that there was a significant relationship between perceived HIV stigma and HIV status disclosure (p-value 0.013), and there was a significant relationship between self-esteem and HIV status disclosure (p-value 0.024). However, when the final multivariate modeling was carried out, the results showed that there was no direct relationship between perceived HIV stigma (p-value 0.910) and self-esteem (p-value 0.930) with HIV status disclosure. Only when the two variables interacted did the results show a significant relationship with HIV status disclosure (p value 0.017). The relationship between perceived HIV stigma and HIV status disclosure would be even greater if MSM-PLWHA had low self-esteem (OR = 4.02). Interventions for follow-up care that focus on increasing self-esteem and reducing the perceived stigma of HIV need to be done in the future in an effort to increase the level of HIV status disclosure in the population of MSM-PLWHA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Martiana
"Pendahuluan: Kelompok LSL merupakan salah satu kelompok beresiko dengan persentase tertinggi dengan peningkatan yang cepat untuk HIV . Terapi satu-satunya yaitu ARV untuk menurunkan mortalitas, mengalami kendala tentang kepatuhan konsumsi obat. Pengetahuan tentang ARV, stigma, dan keterbukaan status HIV pada kelompok LSL dinyatakan sebagai penghalang dari kepatuhan terapi ARV.
Metode : Cross sectional study pada 175 ODHA LSL. Hasil: Mayoritas responden memiliki pengetahuan ARV baik 76,6 , stigma tinggi 51,4 , keterbukaan status HIV rendah 70,9, dan tidak patuh ARV 52. Pada analisis bivariat ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada tingkat pengetahuan dan stigma terhadap kepatuhan ARV p=0,010; p=0,043. Pada analisis multivariat, tingkat pengetahuan menjadi faktor paling signifikan OR=2,817 kemudian stigma OR=0,510.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya intervensi untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi ARV dan mencegah internalisasi stigma. Keterbukaan status HIV tetap menjadi hal penting untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyebaran HIV.

Introduction The MSM group is one of the highest risk groups with the fastest increase in HIV . The only therapy for HIV, antiretroviral therapy ART to reduce mortality is having difficulty to maintanance the adherence. Knowledge of ART, stigma, and disclosure of HIV status is known as barriers prior ART adherence.
Method Cross sectional study with 175 PLWH MSM. Results The majority of respondents had good ART knowledge 76,6, high stigma 51,4, low disclosure 70,9, and non adherence to ART 52. In bivariate analysis, there was significant correlation in ARV knowledge and stigma to ART adherence p 0,010 p 0,043. In multivariat analysis, knowledge of ARV became the most significant factor OR 2,817 and stigma OR 0,510.
Suggestions from this study are necessary to increase patient rsquo s knowledge about ART and prevent stigma internalization. The disclosure of HIV status remains important part of providing health care and HIV prevention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Kurnia Sari
"Dampak HIV/AIDS menimbulkan stres pada orang dengan HIV/AIDS. Salah satu cara untuk mengurangi stress adalah mencari dukungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan tingkat stress orang dengan HIV/AIDS dikota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional terhadap 77 orang dengan HIV/AIDS dengan menggunakan metode pengampilan sampel consequtive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu Medical Outcomes Sosial Support Survey HIV (MOSS-HIV) dan Perceives Stress Scale HIV (PSS-HIV).
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa dukungan sosial yang diterima responden tergolong tinggi (55,8%) dan tingkat stress responden berada dalam kategori stress berat (80,5%). Hasil analisis bivariat menemukan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stress (p value < 0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan dukungan sosial sebagai salah satu cara untuk membantu orang dengan HIV/AIDS menurunkan tingkat stressnya, dengan memberikan prioritas yang lebih pada dukungan materi.

The impact of HIV / AIDS cause stress to people living with HIV/AIDS (PLWHA). Way to reduce stress is to seek social support. The purpose of this study was to determine the relationship of social support and stress levels of people with HIV / AIDS in Depok city. The study design was descriptive correlation with cross sectional study of 77 people with HIV / AIDS by using a consequtive method sampling. Instruments used namely Medical Outcomes Survey of Social Support HIV (HIV-MOSS) and Perceives HIV Stress Scale (PSS-HIV).
The results of this study found that the social support received by respondents is high (55,8%) and stress levels of respondents mostly were in severe stress (80,5%). The results of the bivariate analysis found that there is a relationship between social support and stress levels (p value <0.05). The results of this study recommend social support as a way to help people with HIV / AIDS reduces the stress level, by giving higher priority to the material support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Cahyadi Nurdin
"Stigma merupakan salah satu masalah psikososial pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang menimbulkan dampak negatif karena dapat menghalangi ODHA untuk mencari pertolongan konseling, mendapatkan pelayanan medis dan psikososial, serta mengambil langkah preventif untuk mencegah penularan ke orang lain. Stigma yang diinternalisasi (perceived stigma) juga berhubungan dengan depresi, menurunnya kualitas hidup, serta buruknya adherens terapi pada ODHA.
Berger HIV Stigma Scale merupakan intrumen yang digunakan untuk mengukur perceived stigma pada ODHA. Pada penelitian ini dilakukan uji validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan) instrumen Berger HIV Stigma Scale versi Bahasa Indonesia serta penyusunan versi singkat instrumen tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen Berger HIV Stigma Scale sahih dan handal dalam menilai perceived stigma pada populasi ODHA di Indonesia. Versi singkat instrumen juga memiliki kehandalan yang baik dan skornya berkorelasi kuat dengan versi lengkap instrumen.

Stigma is one of the psychosocial problems in people living with HIV/AIDS (PLWHA) which generates negative impacts because it prevents them from seeking counseling, getting medical and psychosocial service, and taking steps to prevent transmission to others. Internalized stigma (perceived stigma) is also associated with depression, decreased quality of life, and poor adherence to therapy in PLWHA.
Berger HIV Stigma Scale is an instrument for measure perceived stigma in PLWHA. In this study, we perform validity and reliability testing of Indonesian version of Berger HIV and abridge this instrument.
The results of this study indicate that Berger HIV Stigma Scale valid and reliable in measuring perceived stigma in PLWHA population in Indonesia. Abridged version of that instrument also has good reliability and its scores strongly correlated with the full version of the instrument.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T59118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>