Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zubaidah
"Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) adalah bukti kepemilikan hak pemakaian tempat usaha (kios) di pasar yang dimiliki oleh Pedagang pasar. SHPTU memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Oleh karenanya diharapkan SHPTU dapat dijadikan jaminan kredit sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 2009 tentang Pengelolaan Area Pasar. Namun faktanya, meskipun Bank dapat menerima SHPTU sebagai jaminan, Bank hanya menerima SHPTU sebagai jaminan tambahan. Keberatan bank untuk menerima SHPTU sebagai jaminan kebendaan memiliki alasan yang kuat, sebab SHPTU bukanlah hak kebendaan melainkan hak perorangan. Mengingat SHPTU tidak diatur dalam B uku II KUH Perdata, SHPTU bukan merupakan bukti kepemilikikan kios serta SHPTU lahir dari perjanjian antara pedagang pasar, developer dan PD Pasar Jaya. Lebih lanjut SHPTU juga memiliki kesamaan unsur dengan sewa-menyewa sebagaimana pada pasal 1548 KUH Perdata. Karena SHPTU bukan hak kebendaan, maka SHPTU tidak dapat dijadikan jaminan dengan menggunakan pranata jaminan kebendaan. Tesis ini menggunakan metode penelitian normatif yuridis dengan menambahkan unsur empiris, dengan analisis data secara kualitatif. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa SHPTU bukan hak kebendaan, namun mengingat SHPTU memiliki nilai ekonomis dan dapat dialihkan, maka diharapkan pemerintah dapat segera menjawab kebutuhan masyarakat (Para Pedagang Pasar) terhadap adanya suatu pranata jaminan yang dapat mengakomodir SHPTU kios sebagai jaminan kredit.

The Certificate of Right to Use a Business Place (SHPTU) is an evidence of the proprietary of right to use a business place (stall) in the market that owned by market traders. SHPTU has a high economic value. Therefore, SHPTU is expected to be a credit guarantee as contained in the Local Regulations of Jakarta Capital City Number 3, 2009 about the Management of Market Area. Nevertheless, the Bank could accept SHPTU as the guarantee, but the fact is the Bank only accepts SHPTU as an additional guarantee. The bank's objection to accept SHPTU as a material gurantee has a strong reason, that is SHPTU is not a material right, it is an individual right. Considering, SHPTU is not contained in the Second Book of Civil Code, SHPTU is not an evidence of the proprietary of the stall, also SHPTU is created from the agreement between the market traders, developers and PD Pasar Jaya. Furthermore, SHPTU also has a similarity with leasing as contained in the article 1548 of Civil Code. SHPTU is not a material right, thus, SHPTU cannot be a guarantee by using a material guarantee instituation. This thesis uses a juridical normative research method by adding an empirical element and qualitative data analysis. Based on the analysis result, SHPTU is not a material right, yet, SHPTU has an economic value and could be diverted. Therefore, the goverment should fulfill people's need (the market traders) toward the existence of guarantee instituation that could accomodate SHPTU of the stall as a credit guarantee."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T44872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hestu Prahara
"ABSTRAK
Tesis ini mengulas keterikatan tempat (place attachment) pada orang-orang
Bojong, Kelurahan Pondokcina, Kota Depok atas lingkungan tempat tinggal
mereka dalam konteks transformasi socio-ekonomi dan perubahan lanskap fisik
akibat pembangunan kota. Dalam deskripsi etnografis yang saya gambarkan,
perubahan tersebut dilihat oleh orang Bojong dalam oposisi rural-urban yang
dikontraskan tak hanya dalam bayangan spasial namun juga temporal.
Pertumbuhan kota lantas dievaluasi secara moral melalui oposisi tersebut dimana
kota dibayangkan dalam situasi degradasi moral yang bersitegang dengan
idealisasi rural sebagai lokus kohesi sosial. Dengan menggunakan perspektif
lanskap, tempat dilihat dalam konstruksi sosialnya dimana persitegangan antara
setting yang diidealisasikan dalam imaji (background) dan aktualisasi yang
tertuang dalam kehidupan nyata (foreground) terjadi dalam mengondisikan
pengalaman keterikatan orang pada tempat. Dalam penelitian ini space of place
tetap hadir sebagai sebuah potensialitas dalam menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi dalam pertumbuhan kota. Lebih lanjut, lanskap merupakan mnemonic
device dari relasi sosial dimana dalam materialitasnya terkandung akumulasi dari
tindakan resiprositas yang secara kontinyu direkognisi dan direkonstitusi melalui
narasi dan praxis.

ABSTRACT
This thesis elaborate the anthropological discussion of place attachment among
the Bojong peoples, Pondokcina District, Depok City, within their locales they
occupy in the context of socio-economic transformation and physical landscape
changes as a consequences of city’s growth. Within the ethnographic description I
explore how those changes perceived by Bojong peoples with the opposition of
rural-urban which contrasted spatially and temporally. Hence, the city’s growth
was being evaluated morally by using that opposition. Using ‘landscape’
perspective, I am trying to explain how places are perceived as social construction
in which involving a tension between idealized or imagined (background) against
the actuality of everyday, real, ordinary life is cast (foreground). In this research,
space of place apparently still exists as a potentiality against the changes in the
city’s growth. Furthermore, in the elaborations, landscapes play a role as
mnemonic device of social relation in which within its materiality contains the
accumulation of the act of reciprocity that has to be recognized and reconstituted
continually through narrations and praxis."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dafa Nurbaskara
"Keterikatan tempat mengacu pada ikatan emosional dan ikatan fungsional  positif yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tempat. Dalam perkembangannya, ikatan sosial juga berpengaruh terhadap keterikatan tempat yang dimiliki oleh seseorang. Ketiga faktor tersebut secara bersamaan akan menghasilkan sense of place yang didefinisikan sebagai ikatan antara manusia dengan tempat yang tercipta berdasarkan pengalaman bermakna terhadap tempat. Sense of place dapat mempengaruhi perilaku individu pada suatu tempat dan salah satunya adalah penciptaan budaya. Batik merupakan seni budaya khas Indonesia yang penciptaannya dipengaruhi oleh interaksi antara manusia dengan tempat melalui adat istiadat dan karakteristik fisik lokasi. Kota Surakarta merupakan kota pedalaman yang perkembangan batiknya memiliki keterkaitan erat dengan keraton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan motif batik di Kota Surakarta berdasarkan keterikatan tempat yang dimiliki oleh pengusaha terhadap kampung batik yang ada di Kota Surakarta. Metode sampling yang digunakan adalah penetapan kuota 50 % dari total pengusaha batik yang memproduksi dari hulu hingga hilir. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi literatur, sedangkan pada tahapan analisis data menggunakan teknik analisis konten, metode triangulasi sumber data, dan teknik interpretasi. Hasil dari penelitian ini adalah keterikatan tempat pengusaha batik terhadap kampung batik tergolong kuat yaitu pada skala intensionalitas sense of place 5 hingga 7. Terkait penentuan motif batik sebagian besar pertimbangannya didasarkan atas dasar tren di masyarakat dan permintaan khusus konsumen. Perihal hubungan keterikatan tempat dengan penciptaan motif batik adalah semakin kuat keterikatan tempat pengusaha batik, maka mereka cenderung tetap memproduksi batik klasik tradisional sebagai bentuk pelestarian budaya dan identitas khas Kota Surakarta.

Place attachment refers to the emotional attachment and positive functional attachment that individuals have to a place. In its development, social ties also affect the attachment to a person's place. These three factors will simultaneously produce a sense of place which is defined as a bond between humans and places created based on meaningful experiences of places. Sense of place can influence individual behavior in a place and one of them is the creation of culture. Batik is a typical Indonesian cultural art whose creation is influenced by the interaction between humans and places through customs and the physical characteristics of the location. The city of Surakarta is an inland city whose batik development is closely related to the palace. This study aims to determine the determination of batik motifs in the city of Surakarta based on the attachment of the place owned by the entrepreneur to the batik village in the city of Surakarta. The sampling method used is the determination of a quota of 50% of the total batik entrepreneurs who produce from upstream to downstream. Data was collected using interviews, observation, and literature studies, while at the data analysis stage, content analysis techniques, data source triangulation methods, and interpretation techniques were used. The result of this study is that the attachment of the batik entrepreneur to the batik village is quite strong, namely on a sense of place intentionality scale from 5 to 7. Regarding the determination of batik motifs, most of the considerations are based on trends in society and special consumer demands. Regarding the relationship between place and the creation of batik motifs, the stronger the attachment to the place of batik entrepreneurs, they tend to continue to produce traditional classical batik as a form of preserving the culture and identity of Surakarta City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rizky Putri Amalia
"Jalan Braga merupakan salah satu jalan bersejarah di Kota Bandung dan merupakan bagian dari kawasan cagar budaya yang memiliki daya tarik tersendiri karena sejarah serta bangunan peninggalan masa kolonial yang kini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Jalan yang pada dahulu dikenal sebagai jalanan elit karena berbagai pertokoan kelas satu, kini mengalami banyak perubahan dan permasalahan seperti banyaknya bangunan terbengkalai dan kemacetan yang sering kali terjadi dan belum dapat diselesaikan. Hal ini dapat berdampak pada munculnya berbagai persepsi masyarakat Kota Bandung terhadap Jalan Braga yang dapat dilihat dari place brand image yang terbentuk di Jalan Braga berdasarkan kondisi masa kini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi lapang dan mental map. Hasil wawancara kemudian dilakukan triangulasi dengan observasi lapang, studi literatur, artikel daring serta jawaban informan dengan topik yang sama guna meningkatkan derajat kepercayaan pada data yang didapatkan sehingga hasil penelitian dapat dipercaya. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan terdapat beberapa brand image yang terbentuk di Jalan Braga yakni Jalan Braga kini disebut sebagai “Kota Tua”, “Kota Wisata”, “Pusat Kuliner” yang termasuk pada brand image positif serta “Pusat Kemacetan” dan “Tempat Kumuh” yang termasuk pada brand image negatif. Brand image positif tersebar di seluruh segmen Jalan Braga sedangkan brand image negatif hanya terdapat di segmen 3 dan 4.

Braga Street is one of the historical streets located in Bandung. It is part of a cultural heritage area that is attractive because of its historical value and colonial heritage buildings that have been designated as cultural heritage buildings. The street was once renowned as an elite street due to its many first-class shops, but it is now undergoing various changes and problems including many abandoned buildings and frequent traffic jams. These changes and problems can cause a variety of perceptions among Bandung people as evidenced by the place brand image that has formed on Braga Street in response to present circumstances. This research is qualitative research with data collection techniques such as in-depth interviews, field observations, and mental maps. The results of the interviews were triangulated with field observations, literature studies, online articles, and answers from other informants on the same topic. The results showed that there are numerous brand images formed on Braga Street such as “Old Town”, “Tourism City” and “Culinary Center” which are included in the positive brand images. On the other hand, “Congestion Center”, “Slum Place” are included in the negative brand images. Positive brand images are spread in all segments of Braga Street while the negative brand images can only be found in segment 3 and 4."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wulandari
"Kota merupakan ruang huni bagi penduduknya. Keberadaan penduduk sangat mempengaruhi perkembangan sebuah kota. Ditinggalkannya kota oleh penghuni secara terus menerus dan dalam kurun waktu tertentu, dikenal sebagai fenomena penyusutan urban. Fenomena penyusutan urban juga dapat terjadi karena suatu kawasan tidak dapat memenuhi kebutuhan penghuninya. Dalam skripsi ini saya akan membahas penyebab terjadinya fenomena penyusutan urban melalui teori pembentukan ruang pusat ekonomi dalam suatu kota, hubungan antar pusat ekonomi tersebut, serta kemampuan kota dalam memenuhi kebutuhan penduduknya.
Melalui metode studi literatur, saya jadikan fenomena penyusutan urban di Italia sebagai salah satu preseden pembahasan dalam skripsi ini. Untuk menambah pemahaman, saya juga membahas Kota Muntok, Bangka Belitung, yakni kota yang pernah kehilangan penduduk akibat anjloknya harga timah dunia. Muntok mengalami kasus penyusutan urban disebabkan oleh (1) kurangnya persebaran area pusat ekonomi sehingga menyebabkan aglomerasi keramaian hanya pada titik-titik tertentu, dan (2) tidakmampunya kawasan dalam memenuhi kebutuhan penghuni, sedangkan kawasan berpotensi lainnya belum terolah, sehingga penduduk Muntok lebih memilih bermigrasi ke kawasan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

City is living place for citizen. Existence of citizen is important for city?s development. In urban context, the migration a lot of people, constantly, in the one period of time, is called Urban Shrinkage Phenomenon. Urban Shrinkage Phenomenon is also caused by city?s inability providing the citizen needs. I will study the cause of Urban Shrinkage Phenomenon by place making theory of economic center in the city, connectivity between urban economic center, and urban ability to provide the needs of citizen.
Based on literature study method, this thesis presents Urban Shrinkage Phenomenon in Italia as a precedent study. To obtain a deep understanding of Urban Shrinkage Phenomenon, I also provide the study of Kota Muntok, Bangka Belitung, city whose ever lose its citizens caused by the world big tin crash. As a result, Urban Shrinkage in Muntok is caused by (1) lack of economic centers that make space agglomeration and dissemination, and (2) urban inability to provide citizen needs, whereas some potential area are abandoned, ended by the migration of Muntok?s citizen, to another city, to get their needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Amalia Ichsani
"Sense of place merupakan perasaan tertentu yang dimiliki individu terhadap suatu tempat yang dihasilkan oleh interaksi orang tersebut dengan suatu tempat. Sense of place dapat mendorong visualisasi tempat yang dalam hal ini merupakan representasi mental seseorang terhadap tempat termasuk citra kota. Citra kota merujuk pada bagaimana orang membentuk persepsi spasial lingkungan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sense of place mahasiswa Indonesia terhadap citra Kota London. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan purposive sampling. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam, pemetaan mental, dan observasi. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis konten, teknik interpretasi, dan triangulasi sumber data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ruang kognitif mempengaruhi berkembangnya sense of place antara mahasiswa Indonesia dengan Kota London melalui pengetahuan, pengalaman dan interaksi. Skala intensionalitas menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia di London mampu mengetahui berada di suatu tempat hingga dapat mengidentifikasi diri dengan tujuan tempat. Jenis hubungan dengan tempat didominasi oleh hubungan commodified. Berdasarkan sense yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap tempat tertentu, mahasiswa dapat mengenali elemen-elemen citra kota berdasarkan subjektivitas mereka, termasuk elemen landmark, nodes, path, district, dan edge. Tempat yang dikenali sebagai elemen citra kota umumnya berkaitan dengan faktor keakraban mahasiswa dengan tempat, dan faktor fisik elemen yang menonjol dan menarik perhatian

Sense of place is a certain feeling that an individual developed towards a place that is generated by the person's interaction with a place. Sense of place can encourage the visualization of a place, which in this study, is a person's mental representation of a place, including the image of a city. City image refers to how people form spatial perceptions of the urban environment. This study aims to determine the sense of place of Indonesian students towards the image of the City of London. The method used in this research is qualitative with purposive sampling. In-depth interviews, mental mapping, observation, and literature study were conducted to gather data. Data analysis was carried out using content analysis techniques, interpretation techniques, and data source triangulation. The results of this study indicate that cognitive space influences the development of a sense of place between Indonesian students and the City of London through knowledge, experience and interaction. The intentionality scale of Indonesian students in London ranges from having knowledge of being located in a place to being able to identify themselves with the place goals. The type of relationships with place is dominated by commodified. Based on the sense that students have towards certain places, they can identify London’s city image based on their subjectivity, including the elements of landmarks, nodes, paths, districts, and edges. Places that are visualized as elements of city image are generally related to factors of students' familiarity with places, and physical factors of the element that are outstanding and eye-catching"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Shabrina Zatalini
"Pandemi COVID-19 mengubah dinamika hubungan antara manusia dan tempat melalui penerapan pembatasan sosial. Padahal, tempat merupakan hal yang krusial bagi komunitas untuk berkumpul dan berkegiatan. Hal tersebut mendorong pentingnya resiliensi bagi komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara place attachment dan resiliensi komunitas di masa pandemi COVID-19. Pengukuran place attachment menggunakan alat ukur dari Williams dan Vaske (2003), dan resiliensi komunitas diukur dengan CCRAM-28. Penelitian ini merekrut 152 partisipan yang merupakan anggota komunitas berbasis minat dan kegiatan yang memiliki tempat berkumpul. Ditemukan bahwa place attachment berkorelasi secara positif dan signifikan terhadap resiliensi komunitas, dan berkontribusi sebesar 25,8% terhadap varians resiliensi komunitas. Masing-masing dimensi dari place attachment juga ditemukan berperan dalam memprediksi resiliensi komunitas.

The COVID-19 pandemic is changing the dynamics between people and places through the application of social distancing. Meanwhile, place is crucial for the community to gather and execute their activity. This encourages the importance of resilience for the community. This study aims to look at the relationship between place attachment and community resilience during the COVID-19 pandemic. Measurement of place attachment used a measurement tool from Williams and Vaske (2003), and community resilience was measured by CCRAM-28. This study recruited 152 participants who were members of an interest and activity-based community that had a collective gathering place. It was found that place attachment was positively and significantly correlated with community resilience, and contributed 25.8% to the variance of community resilience. Each dimension of place attachment was also found to predicts community resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiet Mugi Lestari
"ABSTRAK
Keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal akan berbeda, sesuai dengan karakteristik tempat dan karakteristik penduduk. Dengan membagi wilayah penelitian Kelurahan Kampung Melayu menjadi dua, yaitu wilayah tidak banjir dan wilayah banjir, tujuan penelitian ini adalah menganalisis keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat. Kuesioner self-administered menggunakan skala likert disebar secara random pada 400 penduduk. Analisis statistik menggunakan distribusi frekuensi dan Structural Equation Modelling SEM . Hasil dari penelitian menunjukkan penduduk cenderung memiliki keterikatan tempat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk yang lahir di lingkungan tempat tinggal dengan lama tinggal 10 tahun atau lebih dan memiliki rumah adalah faktor keluarga untuk penduduk di wilayah tidak banjir dan faktor fisik serta faktor sosial di wilayah banjir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal terbentuk karena dimensi tempat dimaknai tidak hanya dalam setting fisik, namun juga secara sosial yaitu adanya ikatan keluarga dan hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.

ABSTRACT
Place attachment on neighborhood differs according to place characteristics and person characteristics. By dividing the research area of Kelurahan Kampung Melayu into flood area and non flood area, this research aims at analyzing place attachment on neighborhood and analyzing factors influencing the place attachment. Self administered questionnaires using likert scale were distributed randomly to 400 residents. Statistical analysis is carried out using frequency distribution and Structural Equation Modeling SEM . Result of the study shows that residents tend to have place attachment to their neighborhood. Factors influencing place attachment on residents born in the neighborhood with length of stay 10 years or longer and having house are family factor for residents living in non flood area and physical factor as well as social factor for residents in flood area. This research concludes that place attachment on neighborhood is formed because dimension of place is interpreted not merely physically but also socially, namely the existence of family ties and social relationship with people in the neighborhood."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Evania Aditya
"Tulisan ini menelusuri dinamika place ballet sebagai interaksi spasial keseharian manusia yang berkontribusi terhadap perubahan place attachment. Place ballet dipahami sebagai rutinitas interaksi keseharian yang dialami secara unconscious yang dapat menghasilkan rasa familiaritas dan attachment terhadap situasi, elemen spasial, dan tempat tertentu. Place ballet berjalan dalam tempat yang memiliki singularitas secara tetap sehingga rutinitas kemudian berulang dalam kesehariannya dengan interaksi yang cenderung sama dan memproduksi memori sebagai landasan place attachment. Namun, replikasi interaksi spasial keseharian berjalan secara dinamis sehingga memungkinkan hadirnya disrupsi dan absensi rutinitas; menghasilkan rasa conscious yang kemudian mengubah place attachment. Tulisan ini membahas film The Truman Show (1998) karya Peter Weir sebagai penelusuran dinamika interaksi spasial keseharian dan proses perubahan dari place attachment menjadi detachment yang terjadi dalam film. Skripsi ini mengidentifikasi perkembangan kondisi consciousness yang berubah seiring dengan terjadinya dinamika place ballet. Sehingga hal ini memicu perubahan keberadaan place attachment, mengubah peran dan existential insideness manusia dalam place.

This study explores the dynamics of place ballet as the phenomenon of encounters in human’s daily life contributing to the shift in place attachment. Place ballet’s contribution as unconscious encounters in everyday routines result in a sense of familiarity and attachment towards a certain situation, elements, and place embodied in memory. In theory, place ballet achieves singularity through the repetitiveness of encounters occurring in everyday routines. However, there is a limitation on replicating everyday encounters, thus bringing disruptions in the everyday routine and evoking consciousness in the repeating of routine and the absence of place ballet. This study explores the shifting of everyday encounters, evoking the character’s consciousness of space and the shift from place attachment into detachment, as presented in the movie The Truman Show (1998) by Peter Weir. This paper identifies the shifting of a sense of consciousness as human interacts with the dynamics of place ballet, evoking shift in place attachment. The shifted perceptions of everyday encounters and place attachment on some degree indicates change in the feeling of existential insideness and human’s role in place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>