Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Amalina
"ABSTRAK
Latar belakang: Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut dengan insidens terbesar oleh karena itu dilakukan penelitian pencegahan karies.
Tujuan : Menganalisis efektifitas gel kompleks CPP-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorph Calcium Phosphate) + EEP terhadap remineralisasi email.
Metode: Spesimen email terdemineralisasi diberi perlakuan gel kompleks CPP-ACP + EEP konsentrasi 2, 4, dan 6%. Selanjutnya diuji kekerasan mikro menggunakan vickers microhardness tester, uji struktur mikro dan konsentrasi kalsium dan fosfor permukaan email menggunakan SEM+EDX.
Hasil dan Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan dan tidak terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan. Gel kompleks CPP-ACP +EEP tidak dapat meningkatkan remineralisasi email.

ABSTRACT
Background : Dental caries is the highest incidence oral disease the world, in order to reduce it we must focus in prevention activity research.
Aim: To analyze the effectivity of CPP-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorph Calcium Phosphate) Complex + Ethanolic Propolis Extract Gel to Enamel Remineralization.
Methods: CPP-ACP Complex + EPE with concentration 2, 4 and 6% gel were given to demineralyzed enamel slabs. The enamel surface microhardness were examined using vickers microhardness tester, enamel microstructure and calcium fosfor concentration were evaluated using SEM+EDX.
Result and Summary: No significant difference between groups and no significant difference before and after gel application.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Sulistyani
"Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005, menunjukkan bahwa 62,4% penduduk Indonesia mengalami gangguan aktivitas selama 3,86 hari dalam satu tahun, akibat karies gigi. Karies gigi adalah penyakit jaringan keras yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara proses demineralisasi di dalam rongga mulut. Berdasarkan permasalahan yang terjadi setiap tahun tersebut, penulis membuat sebuah produk yang dapat mencegah demineralisasi gigi yang merupakan faktor utama terjadinya karies gigi. Di era perkembangan teknologi medis yang semakin pesat, pencegahan suatu penyakit menjadi prioritas dibandingkan mengobati. Berdasarkan fakta tersebut, penulis membuat desain produk efektif dengan menggabungkan manfaat dari CPP-ACP dan propolis dalam bentuk gel (tooth gel). Dalam penelitian ini, penulis memilih jenis propolis yaitu Extract Ethanol Propolis (EEP) agar dapat berikatan dengan gel berbasis fase air. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi EEP. Konsentrasi EEP divariasikan menjadi 4 jenis konsentrasi yaitu 0%, 2%, 4% dan 6%. Efektivitas gel dilihat dengan melakukan beberapa pengujian seperti uji organoleptik, stabilitas pH, solubilitas tooth gel, antibakteri dan pemindaian Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil uji secara kualitatif yaitu seluruh variasi tooth gel memiliki warna dan tekstur . Selanjutnya, solubilitas tooth gel dengan konsentrasi 2% EEP dan CPP-ACP tidak menghasilkan endapan sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi zat aktif dan gel bersifat stabil. Tooth gel CPP-ACP dan EEP berada dalam pH 7 sesuai dengan pH rongga mulut. Berdasarkan hasil pengujian in vitro, tooth gel dengan konsentrasi CPP-ACP dan EEP pada konsentrasi 6% terbukti paling baik menginhibisi aktivitas Streptococcus mutans, yaitu mencapai 73,7% lebih efektif relatif terhadap kontrol negatif. Namun, tooth gel yang mengandung CPP-ACP dan 2% EEP memiliki barisan pola prisma yang baik, halus dan rata saat diidentifikasi SEM, yang secara kualitatif terbukti dapat mencegah demineralisasi gigi walaupun hasil inhibisi bakteri S. mutanS tidak sebaik 6% EEP.

Nasional Sosial Ekonomi Survey (SUSENAS) in 2005, shows that 62.4% Indonesiana population experience trouble for 3,86 days per year, due to dental caries. Dental caries is a hard tissue disease caused by imbalance between demineralization and remineralization process in oral cavity. Based on the problem that happens every year, the authors make a product that can prevent tooth demineralization which is a major factor in dental caries. In the era of the development of medical technologies, prevention is better than healing. In this study, the writer chooses kind of propolis such as Extract Ethanol Propolis (EEP) so it can bind with the gel base in water phase. Based on this fact, the author wants to make an effective product design by combining CPP-ACP and EEP in the form of gel (tooth gel). Gel CPP-ACP will be in a condition of pH 7. Independent variabel in this study is the EEP concentration. There will be four variations of concentrations such as 0%, 2%, 4% and 6%. Efectiviy of tooth gel is analysed by using some analysis such as organoleptic, pH stability, tooth gel solubility, antimicrobial and Scanning Electron Microscopy (SEM). The qualitative test result show that entire tooth gel variations have good texture and color as the expectation of this study. Furthermore, the solubility of tooth gel with a combination of CPP-ACP and EEP 2% do not produce sediment so the stability is accepted. The result of in vitro test of tooth gel showed that the concentration of CPP-ACP and EEP 6% prove their capabilities to inhibit S. mutans, which reached 73.7% more effective relative to negative control. Tooth gel containing CPP-ACP and EEP 2% has a good prism pattern and uniform pores that is smooth when identified by SEM, which qualitatively proved that the prevention of demineralization on dentin is good although the result of inhibition of S. mutans is not as good as 6% EEP."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Dwi Prakoso
"Karies gigi merupakan penyakit progresif yang terjadi akibat demineralisasi enamel gigi oleh aktivitas bakteri kariogenik yang menghasilkan asam, khususnya Streptococcus mutans. Dari berbagai penelitian, sediaan fluoride topikal terbukti memiliki efektivitas tinggi dalam menghentikan aktivitas karies gigi dengan biaya produksi yang rendah serta mudah untuk diaplikasikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan alternatif fluoride topikal NH4F 5% dengan ekstrak etanol propolis (EEP) dalam suatu sistem mikroemulsi yang memiliki stabilitas, kemampuan antibakteri dan remineralisasi yang baik dalam menghentikan aktivitas karies gigi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi 2,7% EEP; 6,3% surfaktan; dan 90,9% larutan NH4F 5% memiliki stabilitas penyimpanan terbaik. Uji antibakteri menunjukkan sediaan uji memiliki daya inhibisi pertumbuhan bakteri kariogenik sekitar 78-80%, dengan nilai konsentrasi hambat mínimum (KHM) pada pengenceran 6,25%. Hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray (EDX) menunjukkan sediaan berhasil meremineralisasi permukaan enamel gigi dengan deposit fluoride hingga 5 - 6 x dibandingkan kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sediaan mikroemulsi propolis fluoride (PF) dapat menjadi alternatif sediaan fluoride topikal yang memiliki efektivitas tinggi dalam menghentikan aktivitas karies gigi.

Dental caries is a disease caused by demineralization of tooth enamel by the activity of cariogenic bacteria that produce acid, especially Streptococcus mutans. From various studies, preparation of topical fluoride is proven to have higher efficacy in preventing dental caries with low production cost and easy to apply. The objective of this research is to formulate alternatife agent topical fluoride NH4F 5% mixed with extract ethanol propolis (EEP) in the microemulsion system that has high stability, antimicrobial activity, and remineralisation to arrest teeth caries activity.
The result shows that formulation 2,7% EEP; 6,3% surfactan; and 90,9% NH4F solution has the highest perervation stability. Antibacterial test shows three simple have ability to inhibit cariogenic bacteria development around 78-80% with mínimum inhibtory concentration (KHM) value at 6,25% dilution. Scanning Electron Microscopy (SEM) and Energy Dispersive X-Ray (EDX) result show that sample succesfuly reminerilize enamel surface with fluoride deposite up to 5 - 6 x compared by control. The conculsion from this research is microemulsion agent propolis fluoride (PF) can become topical fluoride alternatife that has high effectivity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Abdurrahman
"Latar belakang: Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi anak kelompok usia 5-9 tahun yang memiliki permasalahan gigi dan mulut yaitu 28,9%. Penyakit yang paling sering terjadi adalah karies gigi yang salah satu penyebabnya adalah plak gigi, sehingga dibutuhkan bahan yang dapat menghambat pembentukan plak gigi.
Tujuan: Mengetahui efek dari aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis dan tanpa Propolis terhadap indeks plak anak usia 7-10 tahun di SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi, Jakarta Timur.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan one group pretest-posttest design. Penelitian dilakukan dengan membandingkan rata-rata indeks plak anak sebelum dan sesudah aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis dan tanpa Propolis. Aplikasi dilakukan sekali sehari selama empat minggu. Subjek penelitian adalah 32 anak (CPP-ACP Propolis n=16; CPP-ACP n=16) usia 7-10 tahun yang dipilih melalui metode purposive sampling. Rata-rata indeks plak diperoleh dengan pengukuran menggunakan modifikasi metode indeks plak Loe dan Silness yang dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi hari ke-7, 14, dan 28.
Hasil: Kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan indeks plak setelah aplikasi selama empat minggu. Pada kelompok aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis indeks plak pada awal pemeriksaan yaitu 1,79 turun menjadi 0,97 pada hari ke-28. Sedangkan pada kelompok aplikasi CPP-ACP tanpa propolis, indeks plak pada awal pemeriksaan yaitu 1,72 kemudian pada hari ke-28 turun menjadi 1,18.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada efek dari aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis dan tanpa Propolis selama empat minggu terhadap indeks plak.

Background: According to the 2013 Basic Health Research, the proportion of children in the population of 5-9 years who had dental and oral problems was 28.9%. The most common disease is dental caries, which one of the causes is dental plaque. Therefore, materials which can inhibit the formation of dental plaque are needed.
Objective: To determine the effect of the application of CPP-ACP containing propolis and without propolis against plaque index of children aged 7-10 years at SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi, East Jakarta.
Methods: This research was a quasi-experimental study using one group pretest-posttest design. The research was conducted by comparing the plaque index mean of children before and after the CPP-ACP application containing Propolis and without Propolis. Application is carried out once a day for four weeks. The research subjects were 32 children (CPP-ACP Propolis n= 16; CPP-ACP n=16) ages 7-10 years who were selected through a purposive sampling method. The plaque index mean was obtained by measurement using a modification of the Loe and Silness plaque index method carried out before and after the application of the 7th, 14th, and 28th days.
Results: Both groups experienced a decrease in plaque index after application for four weeks. In the CPP-ACP Propolis, plaque index mean at the initial examination was 1.79 then dropped to 0.97 on the 28th day. Whereas in the CPP-ACP without Propolis, the plaque index mean at the initial examination was 1.72 then on the 28th day it dropped to 1.18.
Conclusion: There was no significant difference in the effect of the application of CPP-ACP containing Propolis and without Propolis for four weeks on the plaque index.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Ghina Andiani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Berdasarkan RISKESDAS 2013 sebanyak 28,9 anak kelompok usia 5-9 tahun yang memiliki masalah gigi, hanya 35,1 yang menerima perawatan. Penyakit gigi dan mulut yang paling sering terjadi adalah karies gigi, sehingga butuh bahan yang dapat berfungsi sebagai perawatan karies gigi anak yang mudah diaplikasikan dan terjangkau. Tujuan: Diketahuinya perbandingan aktivitas karies dentin sebelum dan sesudah aplikasi propolis fluoride serta hubungannya dengan indeks plak. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental tanpa randomisasi menggunakan data sekunder dengan metode pengambilan sampel convenience sampling. Sebanyak 183 subjek yang memiliki karies dentin dilakukan pengolesan propolis fluoride dan pemeriksaan indeks plak. Evaluasi pemeriksaan dilakukan setelah 1 bulan. Hasil: terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai median karies dentin aktif sebelum 4 permukaan/anak dan setelah 1 bulan 1 permukaan/anak diaplikasikan Propolis Fluoride. Secara statistik terdapat korelasi berpola negatif yang signifikan p=0,015 dan r=-0,177 antara indeks plak dengan persentase karies terhenti. Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas karies dentin sebelum dan sesudah aplikasi propolis fluoride serta terdapat hubungan yang signifikan dengan indeks plak.

ABSTRACT
Background According to Basic Health Research from 28,9 children aged 5 9 who had dental problems, only 35,1 children received treatment. Dental caries is the most prevalent dental problem, therefore treatment of dental caries that are easy to apply and affordable is needed. Objective The purpose of the study was to determine the comparison of dentine caries activity before and after propolis fluoride application and the correlation with plaque index. Method Design of the study was experimental study nonrandom using secondary data with convenience sampling method. A total of 183 subjects whose teeth have active dentine caries were smeared by propolis fluoride and plaque index were examined. Follow up examination were carried out after 1 month. Results There was a significant difference between the median value of active dentine caries before 4 surfaces children and after 1 month 1 surface children applicated by propolis fluoride. Statistically, there was a significant negative correlation p 0,015 and r 0,177 between plaque index with arrested dentine caries percentage. Conclusion There was a significant difference between dentine caries activity before and after propolis fluoride application and there was a significant correlation with plaque index.Keywords dentine caries plaque index propolis fluoride."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Levy Jeremy
"Silver Diamine Fluoride SDF sudah terbukti sebagai cairan yang dijadikan sebagai agen antikaries. Namun Silver Diamine Fluoride dapat meninggalkan noda hitam pada permukaan gigi dimana Silver Diamine Fluoride tersebut diaplikasikan serta menghasilkan rasa metal. Propolis Fluoride adalah salah satu temuan untuk menggantikan Silver Diamine Fluoride sebagai agen antikaries tanpa memiliki efek samping yang sama.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas antimikrobial dari Propolis Fluoride dalam menghamabat pembentukan biofilm S.mutans dan dibandingkan dengan Silver Diamine Fluoride. Terdapat 3 variasi konsentrasi dari Propolis Fluoride yang diuji yaitu 3,3 Ekstrak Propolis 2,139 Fluoride , 6,3 Ekstrak Propolis 2,139 Fluoride , dan 10 Ekstrak Propolis 2,139 Fluoride.
Metode: Suspensi S.mutans dikultur di dalam Brain Heart Infusion cair dan dan agar. Lalu suspensi diteteskan ke dalam 96-well plate dan dipaparkan dengan Propolis Fluoride lalu diinkubasi di dalam suasana anaerob selama 20 jam. Dilanjutkan dengan pemaparan kristal violet 0,5 pada 96-well plate dan pembacaan untuk mengukur besarnya Optical Density menggunakan microplate reader dengan gelombang 570 nm.
Hasil: Potensi Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride setara dengan potensi Silver Diamine Fluoride 38 . dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans. Hasil uji ANOVA dari Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride p = 0,08.
Kesimpulan: Potensi Propolis Fluoride dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans dapat disetarakan dengan potensi inhibisi Silver Diamine Fluoride 38.

Background: Silver Diamine Fluoride is a liquid that has been proven to be an anti caries agent. But it leaves a black stain on the surface of the teeth where it was aplicated and it also have a metalic taste. Propolis Fluoride is one of the finding to replace Silver Diamine Fluoride as an anti caries agent without having the same side effect.
Objective: The aim of this study is to evaluate the antimicrobial activity of Propolis Fluoride in inhibiting S.mutans biofilm formation in comparison to Silver Diamine Fluoride. There are three different variant of Propolis Fluoride concentration which is 3,3 Propolis Extract 2,139 Fluoride , 6,3 Propolis Extract 2,139 Fluoride , and 10 Propolis Extract 2,139 Fluoride.
Methods: The suspension of S.mutans were cultured in Brain Heart Infusion broth and agar. Then the suspension was shed into 96 well plate and combined with Propolis Fluoride. Later, 96 well plate were incubated in anaerobic enviroment for 20 hour. Crystal violet 0,5 then shed into the 96 well plate. The amount of biofilm inhibition were evaluated using microplate reader in 570nm wavelength to find the amount of the Optical Density OD. Then the concentration were measure in OD then converted into percentage.
Result: Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride have the same potention in inhibiting biofilm formation of S.mutans as Silver Diamine Fluoride 38. The ANOVA result for the Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride is p 0.08.
Conclusion: The potention of Propolis Fluoride in inhibiting biofilm formation of S.mutans can be compared with Silver Diamine Fluoride.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Satyanegara
"Berdasarkan Riskesdas, 25,9 masyarakat Indonesia mengalami karies gigi, banyak diantaranya berasal dari tingkat ekonomi menengah kebawah. terbatasnya fasilitas kesehatan gigi menyebabkan dibutuhkannya sistem perawatan karies yang mudah untuk diaplikasikan, dan berharga terjangkau.
Tujuan: Membandingkan kemampuan antibakteri dan remineralisasi dari Propolis Fluoride PpF dan SDF sebagai caries arresting agent pada gigi sulung.
Metode: PpF dan SDF diuji menggunakan metode Total Plate Count TPC untuk menentukan kemampuan antibakterinya. Observasi menggunakan SEM dan EDX dilakukan untuk mengetahui kemampuan antibakteri dari PpF dan SDF.
Hasil: Pada metode TPC, PpF terbukti dapat menurunkan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara signifikan. Pada metode SEM, kontrol negatif tampak lebih porus dari kontrol positif. Pada kelompok PpF, tampak pori dari proses demineralisasi tertutup dengan lapisan granulasi.
Kesimpulan: Propolis fluoride memiliki potensi yang besar untuk dijadikan alternatif SDF sebagai caries arresting agent pada karies dentin gigi sulung.

Background According to Riskesdas, 25.9 indonesians are having caries, most of them are from the lower economic groups. Limitation of the health facility led to the needs for treatment of caries that are easy to apply and affordable.
Objective To compare the antibacterial and remineralization ability of Propolis Fluoride PpF and SDF on arresting caries of primary teeth.
Methods PpF and SDF Materials are tested with Total Plate Count TPC to determine their antibacterial ability. Observations using SEM and EDX was conducted to determine PpF rsquo s dan SDF rsquo s remineralization ability.
Results In TPC method, PpF has the ability to significantly decrease the growth of Streptococcus mutans. In SEM method, negative control group looked more porous than the positive control group. In PpF group, it appears the demineralization porous is covered by granulated layer of PpF.
Conclusion Propolis Fluoride has a big potential to be an alternative for SDF on arresting dentinal caries on dentin caries of primary dentition."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sunggoro Moeis
"Penelitian dilakukan dengan tujuan memberi informasi mengenal efek pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung, mengingat hingga kini belum ada laporan mengenai hal tersebut di Indonesia. Penelitian deskriptif-analitik secara restrospektif dilakukan terhadap 114 anak berdomisili di Jakarta sejak lahir, berusia dari dua hingga lima tahun yang datang ke suatu klinik spesialis anak di Jakarta Utara. Pemeriksaan karies gigi sulung dilakukan dengan bantuan data yang berasal dari catatan medik penderita serta wawancara terbuka. Ternyata karies gigi sulung antara anak yang diberi dengan yang tidak diberi tablet fluor berbeda bermakna dengan p [ 0,05, terutama bila diberikan secara teratur pada anak. Karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor setelah usia 6 bulan dalam tahun pertama kehidupan, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor pada usia 1-6 bulan. Karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu 1-1,5 tahun, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu lebih dari 1,5 tahun. Dengan demikian penelitian ini memper--lihatkan efek positif pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung. Hal ini terutama bila diberikan secara teratur pada tahun pertama kehidupan anak dan dalam jangka waktu yang sesuai dengan periode perturnbuhan serta perkembangan gigi sulung."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T4162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Chandra
"ABSTRAK
Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia, Pemerintah telah mengambil langkah mendirikan Pusat Kesehatan Masyarakat sampai pada daerah tingkat kecamatan. Pusat Kesehatan Masyarakat ini dilengkapi dengan pelayanan kesehatan umum serta kesehatan gigi dan mulut. Fasilitas ini memungkinkan masyarakat di samping memperoleh pelayanan kesehatan umum juga pelayanan kesehatan gigi, perawatan bedah, dan pembuatan gigi tiruan.
Jenis gigi tiruan yang banyak dibuat adalah gigi tiruan lepas dengan basis resin akrilik, karena biaya pembuatannya ringan dan proses pembuatannya mudah. Berdasarkan pengamatan di klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, penderita yang telah dibuatkan gigi tiruan sebagian lepas dengan basis resin akrilik sering kembali ke klinik dengan pelbagai keluhan. Salah satu keluhan yang sering di ajukan adalah gigi tiruannya tidak dapat dipakai lagi karena gigi penjangkarannya menderita karies, atau kelainan periodontal.
Penyebab karies gigi, karang gigi dan penyakit jaringan periodontal adalah plak gigi, yaitu endapan yang dibawa oleh saliva dan diletakkan pada permukaan gigi dan mukosa.
Mengingat gigi tiruan sebagian lepas resin akrilik dibuat dengan basis yang luas, dan padanya banyak terjadi penimbunan plak, maka perlu ditelusuri apakah konstruksi tersebut mempengaruhi pembentukan plak pada gigi dan jaringan sekitarnya.
Tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepas terhadap pembentukan plak pada gigi geligi. Hasil penelitian mungkin
dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut. "
1984
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Pratiwi
"Pemerintah Indonesia, khususnya para dokter, dewasa ini giat menganjurkan kepada kaum ibu agar mengutamakan pemberian Air Susu Ibu sebagai makanan bayi, sekurang-kurangnya sampai bayi berusia dua tahun. Tujuan dari anjuran tersebut, selain untuk meningkatkan kesehatan anak, juga untuk meningkatkan kesehatan kaum ibu itu sendiri. Dalam usaha peningkatan kesehatan anak pemberian ASI sebagai makanan bayi jauh Iebih menguntungkan dari pada menggunakan jenis makanan lain Pengganti Air Susu Ibu (PASI), ASI lebih bersih, lebih mudah didapat, lebih murah, lebih bergizi, dan menjamin daya tahan tubuh bayi yang lebih balk.
Anjuran untuk kembali kejenis makanan alamiah diatas, didukung oleh bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Akan tetapi akhir-akhir ini beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan "Nursing Bottle Caries" juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu pada. Padahai karies gigi semacam itu , lebih-lebih yang tidak dirawat ; pada gilirannya akan sangat merugikan kesehatan anak.
Nursing Bottle Caries, Nursing bottle syndrome, Night Bottle syndrome, Bottle Mouth, Baby Bottle Caries, Nursing Mouth, dan Labial Caries, adalah suatu keadaan yang terdapat pada anak-anak berusia sangat muda (12 - 36 bulan), yang mempunyai kebiasaan mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohidrat, semenjak berbaring sampai tertidur.
Karies gigi jenis ini, yang keadaannya mirip "Rampant Caries", mempunyai pola yang khas. Proses terbentuknya pola tersebut erat hubungannya dengan kebiasaan pemberian makanan, yaitu diperbolehkannya anak-anak mengedot botol sampai tertidur, Menurut Para ahli, dalam tingkat keparahan yang bagaimanapun, pola Nursing Bottle Caries adalah sebagai berikut. Gigi pertama yang terkena adalah gigi insitif lateral, lingual, mesial, dan distal, setelah itu, gigi insitif lateral atas; permukaan labial, lingual, mesial, dan distal. Kemudian , permukaan oklusal gigi molar satu atas dan satu bawah, serta gigi kanan bawah. Bila kebiasaan pemberian makanan sampai anak tertidur berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi keadaan iebih lanjut, yaitu karies akan tampak pada permukaan oklusal molar dua atas serta bawah, dan yang terakhir adalah gigi insitif bawah.
Akhir-akhir ini, seperti telah diutarakan sebelumnya, beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan Nursing Bottle Caries juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu ibunya. Menurut Lawrence A. Kotlow, hal itu dimungkinkan karena sebagian besar penderita menyusu ibunya sampai berusia lebih dari dua dan tiga tahun. Dalam periode tersebut, setiap harinya mereka diperbolehkan menyusu sampai beberapa jam, dan bahkan sering tertidur dalam keadaan dimana puting susu ibu masih berada di rongga mulutnya. Peristiwa yang tersebut terakhir dapat terjadi dua sampai tiga kali perhari, dan kadang-kadang malah berlangsung sepanjang malam.
Bila penjelasan Kotlow diperhatikan dengan seksama, maka yang sesungguhnya telah terjadi adalah : pertama , bahwa ASI juga merupakan penyebab terjadinya kaies gigi. Kedua, bahwa kebiasaan pemberian makanan, dalam hal ini diperbolehkannya anak-anak menyusu ibu sampai tertidur, adalah faktor yang berperan tergadap pola khas dari jenis karies tersebut diatas. Dan Ketiga, diperbolehkannya anak-anak mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohydrat sampai tertidur, bukanlah satusatunya penyebab terjadinya karies gigi dengan pola khas pada anak-anak berusia sangat muda."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1985
T5379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>