Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sartika Setiawan
"[ABSTRAK
Kebutuhan akan layanan data pada jaringan telekomunikasi terus meningkat, jumlah trafik data setiap tahun selalu bertambah sedangkan trafik voice cenderung sudah jenuh. Teknologi 4G LTE (Generasi ke-empat Long Term Evolution) sebagai teknologi jaringan telekomunikasi terbaru dari 3GPP (Thrid Generation Pathnership Project) mampu memberikan kecepatan dan kapasitas lebih baik dari teknologi sebelumnya. Implementasi 4G LTE ini menjawab tantangan trend kebutuhan akan layanan data yang terus meningkat. Dalam proses implementasinya terdapat 2 tantangan besar yaitu terbatasnya lebar pita frekuensi di 1800 Mhz dikarenakan harus berbagi dengan sistem eksisting 2G DCS 1800 Mhz, dan kondisi demografi Indonesia yang bervariasi. Model dibangun dengan mengkombinasikan tipe area dengan lebar pita yang digunakan mulai dari 3 Mhz, 5 Mhz, 10 Mhz, 15 Mhz dan 20 Mhz. Dengan melakukan simulasi pada berbagai tipe area di Jabodetabek dan berbagai lebar pita frekuensi dihasilkan lebar pita yang berbeda pada masing-masing area berdasarkan aspek teknis (coverage dan kapasitas) dan kelayakan ekonomi yang diharapkan.

ABSTRACT
The need for data services in telecommunication network continues to increase, payload of data traffic every year is always increasing while the voice traffic is saturated. 4G LTE (fourth-generation Long Term Evolution) as the latest technology telecommunication networks of the 3GPP (Third Partnership Generation Project) is able to provide the speed and capacity better than previous technologies. 4G LTE implementation answering the challenge of increment data needed. In the process of implementation, there are two major challenges, the limited bandwidth at 1800 MHz due to be shared with existing 2G systems DCS 1800 MHz, and demographic conditions of Indonesia that different from one area to another area. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. By simulating the various types of areas in Greater Jakarta and various bandwidth generated different bandwidths in each area based on the technical aspects (coverage and capacity) and the expected economic feasibility., The need for data services in telecommunication network continues to increase, payload of data traffic every year is always increasing while the voice traffic is saturated. 4G LTE (fourth-generation Long Term Evolution) as the latest technology telecommunication networks of the 3GPP (Third Partnership Generation Project) is able to provide the speed and capacity better than previous technologies. 4G LTE implementation answering the challenge of increment data needed. In the process of implementation, there are two major challenges, the limited bandwidth at 1800 MHz due to be shared with existing 2G systems DCS 1800 MHz, and demographic conditions of Indonesia that different from one area to another area. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. The model is built by combining the type of area with the bandwidth used ranging from 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz and 20 MHz. By simulating the various types of areas in Greater Jakarta and various bandwidth generated different bandwidths in each area based on the technical aspects (coverage and capacity) and the expected economic feasibility.]"
2015
T45563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Hendartono
"Perkembangan telekomunikasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. kemajuan dalam telekomunikasi ini seiring dengan peningkatan jumlah pengiriman data. Hal ini memicu munculnya era broadband yang dapat mengatasi masalah pengiriman data yang lebih besar dengan waktu yang lebih cepat. Teknologi LTE (Long Term Evolution) merupakan salah satu teknologi dari era broadband yang dapat menawarkan kecepatan akses data mencapai 100 Mbps atau sekitar 4 kali kecepatan teknologi HSPA+.
LTE akan diimplementasikan di Indonesia secara komersial meskipun hingga saat ini masih dalam tahap uji coba. Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam implementasi LTE di Indonesia adalah alokasi frekuensi. LTE memang memberikan beberapa alternatif alokasi frekuensi yang dapat digunakan seperti 700, 850, 900, 1800, 2100 dan 2600 MHz dan dengan lebar pita yang dapat disesuaikan yaitu 1.4, 3, 5, 10 dan 20 MHz. Dengan melihat kondisi saat ini di pita frekuensi tersebut di Indonesia maka salah satu alokasi frekuensi yang dapat digunakan untuk implementasi LTE dalam waktu dekat ini adalah pada pita frekuensi 2100 MHz.
Implementasi LTE pada pita frekuensi 2100 MHz di Indonesia mempunyai beberapa opsi regulasi. Hasil dari penelitian ini adalah opsi regulasi MVNO dengan menggunakan 3 operator sebagai MNO dengan beberapa MVNO. Strategi alternatif dalam penerapan opsi regulasi tersebut adalah dengan menyediakan alokasi frekuensi sebesar 20 MHz untuk setiap operator yang akan digunakan untuk implementasi LTE. 3 operator yang menjadi MNO ini adalah operator yang memiliki market share terbesar di Indonesia. Strategi alternatif ini memiliki beberapa tahapan dalam implementasinya baik dalam menentukan kebijakan dari sisi regulator maupun penerapannya dari sisi operator.

The development of telecommunication is currently progressing very rapidly. advance in telecommunication is in line with the increasing amount of data delivery. This is triggered the emergence of the era of broadband that can overcome the problem of larger data transmission with a faster time. LTE (Long Term Evolution) technology is one of the era of broadband technology that can offer data access speeds up to 100 Mbps, or about 4 times the speed of HSPA technology.
LTE will be commercially implemented in Indonesia even though it is still in the trial phase. One of the things which become problems in the implementation of LTE in Indonesia is the allocation of frequencies. LTE does provide some alternative allocation of frequencies that can be used such as 700, 850, 900, 1800.2100 and 2600 MHz and adjustable bandwidth is 1.4, 3, 5, 10 and 20 MHz. By looking at current conditions in the frequency band in Indonesia is one of allocation of frequencies that can be used to implement LTE quickly is at 2100 MHz.
Implementation of LTE on 2100 MHz frequency band in Indonesia has several regulatory options. The results of this research is the regulation of MVNO with 3 operator as MNO and several operator as MVNO. Alternative strategies in the application of regulatory options is to provide a frequency allocation of 20 MHz for each operator to be used for the implementation of LTE. The operator which has the largest market share in Indonesia. Alternative strategy has several stages in its implementation both in determining the policy of the regulator and the application of the operator.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30236
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Arief Wibowo
"Teknologi LTE (Long Term Evolution) mampu memberikan efisiensi spektrum yang lebih baik dari teknologi seluler sebelumnya [1] dan bisa menjadi solusi trafik telekomunikasi seluler yang diprediksikan meningkat di dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, trafik komunikasi mobile data seluler untuk tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 meningkat dengan kisaran kenaikan 55% sampai dengan 80%. Sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar seperti Indonesia [7], India sudah memprediksikan peningkatan trafik seluler akan terjadi di masa mendatang dengan menetapkan National Telecom Policy 2012 yang salah satu isinya menjamin ketersediaan layanan komunikasi data bergerak dengan kecepatan download minimum sebesar 2 Megabit per second (Mbps) pada tahun 2020 [9]. Apabila Indonesia ingin menetapkan hal yang sama (kecepatan download minimum sebesar 2 Mbps) maka dapat diprediksikan kebutuhan frekuensi beberapa operator seluler Indonesia adalah sebesar 399 MHz.
Salah satu pita frekuensi penerapan teknologi LTE yaitu pita frekuensi 2600 MHz digunakan oleh layanan Broadcasting Satellite Service (BSS). Meski demikian, pemerintah telah mengidentifikasi bahwa band frekuensi 2600 MHz merupakan potensi yang dapat digunakan untuk telekomunikasi bergerak pita lebar (mobile broadband). Terkait hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah menganalisa posisi teknologi LTE di pita 2600 MHz dengan menggunakan metode SWOT serta kelayakan alokasi frekuensinya dengan menggunakan metode QSPM.
Berdasarkan hasil analisa SWOT, teknologi LTE berada dalam Kuadran I analisa SWOT. Posisi ini menunjukkan bahwa teknologi LTE memiliki Kekuatan dan Peluang yang lebih besar bagi suatu operator telekomunikasi. Hasil analisa tahap lanjut metode QSPM memperlihatkan bahwa Opsi Alokasi B yaitu penerapan teknologi LTE menggantikan teknologi satelit di pita frekuensi 2600 MHz layak untuk dilakukan dengan nilai terbesar yaitu 143,945. Dukungan untuk implementasi LTE juga dapat dilihat dengan total nilai Opsi Alokasi D untuk status quo yang paling kecil dengan hanya -3,047. Secara umum, responden mendukung untuk diterapkannya teknologi LTE baik bersamaan dengan satelit maupun tidak.

LTE (Long Term Evolution) technology is able to provide better spectral efficiency than previous cellular technologies [1] and could be a solution to the predicted cellular telecommunication traffic increases in the world including Indonesia. In Indonesia, mobile communications data traffic in 2012 compared to 2011 increased within range of 55% to 80%. As the country with the largest population like Indonesia [7], India have predicted an increase in mobile traffic is going to happen in the future by establishing the National Telecom Policy 2012 that ensures the availability of mobile data communication services with minimum download speed of 2 megabits per second (Mbps) in 2020 [9]. If Indonesia wants to set the same (minimum download speed of 2 Mbps), the predicted frequency needs for some Indonesian cellular operator is equal to 399 MHz.
A frequency band for LTE technology implementation is 2600 MHz, currently being used by service Broadcasting Satellite Service (BSS). However, the government has identified that 2600 MHz frequency band is potential for mobile broadband telecommunications. Related to this, the aim of this study was to analyze the position of LTE technology on 2600 MHz frequency bands by using the SWOT method and the frequency allocation feasibility by using the QSPM method.
Based on SWOT analysis result, LTE technology appears in Quadrant I SWOT analysis. This position shows that LTE technology has greater strength and opportunities for a telecom operator. Advanced stage of the analysis, QSPM method shows that the Allocation Option B for LTE technology implementation replacing satellite technology in the 2600 MHz frequency band is feasible with the highest value 143.945. Support for LTE implementation can also be seen with total value of Allocation Option D for the status quo is the smallest with only -3.047. In general, respondents supported the implementation of LTE technology along with satellite or not.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarto
"Penelitian ini mengajukan rancang bangun antena slot microstrip multiband pada frekuensi 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz dan 5800 MHz untuk Aplikasi RFID dan komunikasi pita lebar. Antena dirancang menggunakan perangkat lunak berbasis Finite Integration Technique (FIT), dengan teknik pencatuan saluran mikrostrip 50 Ω. Antena dibuat pada substrate FR4 dengan ukuran 95 x 85 x 1.6 mm3. Pada perancangan ini antena dibentuk dari slot persegi panjang dikombinasikan dengan strip bentuk U dan L pada sebuah patch persegi panjang agar dapat menghasilkan empat pita frekuensi. Prototipe antena ini telah difabrikasi untuk dilakukan validasi melalui pengukuran.
Hasil pengukuran menunjukkan karakteristik multiband pada pita frekuensi 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz dan 5800 MHz. Pada standar bandwidth di S11 = -10 dB, antena menghasilkan bandwidth antara 923 s.d. 925 MHz pada frekuensi resonansi 924 MHz, antara 1700 s.d. 1900 MHz pada frekuensi resonansi 1800 MHz, antara 2400 s.d 2485 MHz pada frekuensi resonansi 2450 Mhz dan antara 5725 s.d 5875 MHz pada frekuensi resonansi 5800 Mhz. Hasil pengukuran antena menunjukkan karakteristik pola radiasi menyerupai hasil simulasi pada empat pita frekuensi yang diajukan pada perancangan antena ini.

This research proposes design of multiband microstrip slot antenna at the frequency of 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz and 5800 MHz aiming at RFID applications and broadband communications. The antenna is designed by using a commercial software based on the Finite Integration Tecnique (FIT), with 50 Ω microstrip line feeding technique. The antenna is designed on FR4 substrate with the size of 95 x 85 x 1.6 mm3. In this design, the slot antenna is formed by rectangular slots combined with U and L shape strip combination on a rectangular patch in order to obtain four frequency bands. The prototype antenna has been fabricated for basic validation by conducting measurement.
The measurement results show that the multiband characteristics occur at the frequency bands 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz and 5800 MHz. As for the standard -10 dB impedance bandwidth, the antenna provides bandwidth between 923 to 925 MHz at 924 MHz resonant frequency, between 1700 to 1900 MHz at 1800 MHz resonant frequency, between 2400 to 2485 MHz at 2450 MHz resonant frequency and between 5725 up to 5875 MHz at 5800 MHz resonant frequency. The measurement results show that the antenna radiation patterns agree with the simulation results at each frequency band as it has been proposed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferri Julianto,author
"Pada penelitian ini dirancang High efficiency Concurent Multiband RF Power Amplifier Class-E dengan teknologi CMOS 0.18um type N, yang beroperasi pada frekuensi GSM 900 MHz, GSM 1800 MHz, WIMAX 2300 Mhz, dan LTE 2600 Mhz, dengan menggunakan dua metode perancangan. Rancangan pertama menggunakan metode multiband Class-E Power Amplifier yang konvensional, dan perancangan kedua dengan menambahkan rangkaian Driver Stage untuk menghasilkan Insertion loss yang lebih besar. input matching dan output matching dirancang dengan menggunakan komponen lumped.
Tujuan dari perancangan ini adalah untuk mencapai Insertion loss (S21) bernilai lebih besar dari 15 dB dan Return loss (S11) dibawah -15 dB, Tegangan supply 5 Volt, memenuhi standar kestabilan (K > 1), dan Power Added Efficiency >50%, Rancangan ini disimulasikan menggunakan program Advanced Design System (ADS).
Hasil simulasi perancangan dengan metode rangkaian driver stage mempunyai nilai S21 sebesar 21.934 dB, 25.581 dB, 21.798 dB, dan 19.997 dB pada frekuensi 900MHz, 1800MHz, 2300MHz, dan 2600MHz. Serta nilai S11 sebesar -15.270 dB, -24.404 dB, -19.974 dB, dan -16.584 dB pada frekuensi 900MHz, 1800MHz, 2300MHz, dan 2600MHz. Dan nilai maksimum PAE sebesar 52.98% pada frekuensi-frekuensi tersebut.

In this research is designed High efficiency Concurent Multiband RF Power Amplifier Class-E with 0.18𝜇m CMOS type N, which operates at GSM 900 MHz, GSM 1800 MHz, WIMAX 2300 MHz, and LTE 2600 MHz, using two method of design. First design is using a Conventional Multiband Power Amplifier Class-E and the second design is by adding a Driver Stage to the circuit to achieve much higher Insertion loss. The input matching and output matching is design using lumped component.
The aim of this design is to achieve result of Insertion loss) above 15 dB and Return loss below -15 dB, supply voltage 5 V, power added efficiency above 50%, this design is simulated using Advanced Design System (ADS).
The simulation results using a driver stage circuit shows that S21 of 21.934 dB, 25.581 dB, 21.798 dB, dan 19.997 dB was obtained at 900MHz, 1800MHz, 2300MHz, and 2600MHz. And S11 of -15.270 dB, -24.404 dB, -19.974 dB, and -16.584 dB was obtained at 900MHz, 1800MHz, 2300MHz, and 2600MHz. In terms of maximum PAE was obtain 52.98% at those frequencies.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wildan
"Tahun ini Telkomsel dihadapkan pada tekanan untuk melakukan implementasi teknologi 4G LTE untuk memperkuat layanan data broadband. Padahal, sumber daya spektrum dan bandwidth yang tidak tersedia. Spot area dan waktu yang tepat menjadi pilihan untuk implementasi 4G LTE. Walaupun menimbulkan risiko, implementasi teknologi tersebut diyakini dapat meningkatkan image dan corporate value serta dapat menunjang profitabilitas Telkomsel dengan mengoptimalkan layanan data broadband dari teknologi 4G LTE. Tesis ini bertujuan untuk menetapkan metode dan parameter yang digunakan dalam membangun sebuah model pemilihan spektrum, bandwidth, spot area dan timing yang tepat untuk implementasi teknologi 4G LTE di Jakarta, studi kasus di PT. Telkomsel.

This year Telkomsel faced with the pressure to implement technology to strengthen its 4G LTE broadband data services. In fact, the spectrum and bandwidth resources are not available. Spot area and time of choice for 4G LTE implementation. Although potentially risky, implementation of these technologies is believed to improve corporate image and provide added value to the corporate value and can support Telkomsel profitability by optimizing the broadband data services of 4G LTE technology. This thesis aims to establish methods and parameters that can be used to build a model of electoral spectrum, bandwidth, spot area and timing for 4G LTE technology implementation in Jakarta with a case study in PT. Telkomsel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T41125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yossy Racka Permana
"Lahirnya jaringan 4G LTE dengan segala kelebihannya dapat menjanjikan komunikasi data bergerak super cepat. Saat ini di Kota Depok telah hadir teknologi 4G LTE yang dapat dinikmati oleh beberapa kalangan. Namun, pada kenyataanya ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas sinyal 4G. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kualitas sinyal dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti jarak BTS ke titik sampel, kerapatan bangunan, dan penggunaan tanah. Penggunaan analisis keruangan secara deskriptif menghasilkan suatu model keruangan kualitas sinyal 4G LTE di Kota Depok.
Hasil penelitinan menunjukkan bahwa kualitas sinyal yang baik terdapat pada daerah yang dekat dengan BTS di sekitar permukiman dengan tingkat kerapatan bangunan yang rendah. Kualitas sinyal yang kurang baik berada di bagian Timur dan Barat Kota Depok, Untuk model keruangan kualitas sinyal 4G di Kota Depok menunjukan bahwa daerah dengan kualitas sinyal 4G yang baik berada pada daerah yang dekat dengan BTS di sekitar permukiman dengan kerapatan bangunan yang rendah.

The rise of 4G LTE networks with all the benefits can promise super fast mobile data communications. Currently in Depok has been present 4G LTE technology that can be enjoyed by a few people. However, in reality there are many factors that can influence of signal 4G quality This study aims to determine the relationship between signal quality with influencing factors such as BTS distance to sample point, building density, and land use. The use of spatial analysis descriptively resulted in a spatial model of signal quality 4G LTE in Depok City.
The results of the research indicate that good signal quality is present in areas close to base stations in the settlements with low building density. Quality of signal are in the East and West Depok City. For the spatial model of signal quality 4G in Depok City shows that areas with good 4G signal quality are located in areas close to the BTS in the vicinity of settlements with low building densities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Riansyah
"ABSTRAK
Trafik data saat ini terus bertumbuh secara eksponensial, yang didorong dengan makin berkembangnya data nirkabel wireless data dan penggunaan smartphone yang terus bertumbuh. Untuk mendukung perkembangan pemakaian trafik data, semua operator terus mengembangkan jaringan 4G LTE . XL Axiata sebagai salah satu operator besar di Indonesia telah secara resmi mengkomersialkan layanan internet cepat 4G LTE secara nasional di Indonesia.Sejak layanan LTE diluncurkan, masih banyak pelanggan yang belum beralih menggunakan layanan LTE, meskipun handset sudah memiliki kemampuan 4G LTE . Di jaringan XL Axiata, handset 4G yang pernah berada di jaringan 4G LTE kurang dari 30 . Sisanya tidak pernah berada di jaringan 4G, atau hanya berada di jaringan 2G dan 3G saja.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi Big Data di XL Axiata dengan membandingkan biaya investasi yang dikeluarkan untuk implementasi Big Data dengan peningkatan trafik dan revenue yang didapat dengan berpindahnya pelanggan dengan handset 4G yang sebelumnya tidak pernah berada di jaringan 4G hanya di jaringan 2G dan 3G ke jaringan 4G. Analisis meliputi analisis teknis, ekonomi dan bisnis. Analisis dilakukan di 6 kota besar di Indonesia: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar selama 8 bulan Mei ndash; Desember 2016 . Dari hasil perhitungan, kenaikan trafik yang didapat di 6 kota tersebut rata-rata adalah sebesar 16.17 .
ABSTRACT
The current data traffic continues to grow exponentially, driven by the growing wireless data and the use of smartphones. To support the development of data traffic consumption, all the operators continue to develop a 4G network LTE . XL Axiata as one of the major operators in Indonesia has formally commercialize fast Internet service 4G LTE in Indonesia.Since the launch of LTE services, there are still many customers who have not switched to use LTE services, although the handset has the capability of 4G LTE . In XL Axiata network, only less than 30 of handset 4G that has been connected in 4G network, the rest are never connected to 4G network, or just in 2G or 3G networks only.The purpose of this study is to analyze the implementation of Big Data in XL Axiata by comparing the investment cost incurred for Big Data implementation with increasing traffic and revenue gained by switching customers with 4G handset which previously never been on 4G network only in 2G and 3G networks to a 4G network. The analysis includes technical, economic and business analysis. The analysis was conducted in 6 major cities in Indonesia Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya and Denpasar for 8 months May December 2016 . From the calculation, the increase of traffic obtained in 6 cities is an average of 16.17 ."
2017
T47886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deris Riyansyah
"Kebutuhan pelanggan akan layanan multimedia broadband dengan kecepatan akses yang lebih cepat terus meningkat, bukan tidak mungkin layanan 3G yang ada saat ini sudah tidak dapat lagi memenuhi harapan pelanggannya. Walaupun masih menjadi pertanyaan tentang sampai dimana batasan bentuk layanan multimedia broadband dimasa mendatang, teknologi LTE diharapkan dapat mewadahi memberikan solusi layanan yang terintegrasi baik layanan eksisting maupun layanan masa depan. Implementasi LTE sebagai teknologi wireless broadband akan sangat menarik, khususnya di daerah DKI Jakarta dengan luas wilayah 740,28 km2 dan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa.
Pendekatan dilakukan dengan perhitungan kapasitas dan analisa ekonomi kelayakan investasi penyelenggaraan layanan LTE. Perhitungan kapasitas menunjukan bahwa BTS LTE yang diperlukan di DKI Jakarta adalah sebanyak 455. Pertumbuhan pelanggannya broadband Telkomsel diperkirakan mencapai 7.000 user per bulan, angka churn rate di asumsikan 10%, analisa NPV menunjukan angka positif dan analisa IRR didapat sebesar 52%. Analisa pacback periode menunjukan lama waktu kembalinya modal adalah selama 4 tahun 2 Bulan. Dengan demikian proyek ini layak untuk di implementasikan.

Customer requirement of broadband multimedia services with more high speeds access rise faster, it is not impossible that 3G services now are no longer able to meet the expectations of customers. Although still become a question where is the boundaries of broadband multimedia services in the future, LTE technology expected to facilitate providing integrated service solutions both existing services and future services. LTE implementations as broadband wireless technology will be very interesting, particularly in the DKI Jakarta area with a total area of 740,28 km2 and a population of approximately 10 million people.
The approach done by calculating the capacity, and economic analysis of investment feasibility for LTE services. Capacity calculations show that the LTE base stations required 455 in DKI Jakarta. Telkomsel?s broadband subscriber growth expected to reach 7000 users per month, the rate of churn rate is assumed 10%, NPV analysis shows positive figures and analysis obtained 52% IRR. Pacback analysis showed long periods of time is the return of capital over four years. And 2 Month. Thus this project are feasible to implement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T39603
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Sugiharto
"ABSTRAK
Teknologi telekomunikasi seluler telah berkembang ke generasi keempat, yaitu jaringan 4G. Meskipun hampir semua operator penyedia layanan telekomunikasi seluler telah menyatakan bahwa mereka siap dengan jaringan 4G, pada kenyataannya, tidak semua area di kota Yogyakarta tercakup oleh layanan jaringan 4G. Kondisi ini dikeluhkan oleh banyak pengguna. Kinerja jaringan 4G di wilayah Yogyakarta perlu ditelusuri lebih lanjut sehingga pemanfaatannya lebih optimal dan tidak mengecewakan pengguna jaringan. Penelitian ini menganalisis kinerja jaringan 4G LTE dari berbagai operator layanan telepon seluler di wilayah Kota Yogyakarta, diwakili oleh dua operator. Parameter kinerja yang diukur adalah Daya Sinyal Referensi yang Diterima (RSRP) dan Kualitas Referensi Sinyal yang Diterima (RSRQ). Dalam studi ini tes drive dilakukan untuk menentukan kualitas sinyal seluler di berbagai daerah yang mewakili daerah perkotaan, suburban dan perkotaan padat di kota Yogyakarta. Dari hasil pengukuran tes drive, kesimpulan dari hasil tes untuk operator A, RSRP nilai maks -57dBm, RSRP min -117 dBm, RSRP rata-rata -85.35dBm, RSRQ max -4 dBm, RSRQ min -23 dBm, dan RSRQ rata-rata -13,02 dBm. Sedangkan untuk operator B diperoleh nilai maks RSRP -51 dBm, RSRP min -105 dBm, RSRP rata-rata 76,92 dBm, RSRQ max -4 dBm, RSRQ min -21 dBm, dan RSRQ rata-rata -8,94 dBm."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2019
600 JIA XI:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>