Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Faris Eryando
" ABSTRAK
Kemah merupakan sebutan bagi kawasan hunian sementara dengan naungan
sederhana yang biasanya terbuat dari material tipis seperti terpal atau jenis membran
lain. Naungan sederhana ini digunakan sebagai tempat perlindungan dari ancaman di
area rekreasi. Berdasar kepada teori-teori mengenai pengalaman, ruang, dan,
ineteraksi manusia dengan ruang, di skripsi ini saya menjabarkan pengalaman ruang
saat pendakian gunung dan menganalisis makna ruang bagi manusia. Melalui tulisan
ini saya juga mencoba meneliti kebutuhan manusia akan naungan berdasarkan
kegiatan pendakian gunung.

ABSTRACT
Camp refers to an area filled with temporary dwellings made of thin materials
such as membrane. Nowadays, these kinds of dwelling are used to protect men from
threats on recreational area. Refering to theories about experience, space, and
interaction between human and space, I look through space experiences in mountain
hiking trip to find their influences to the meaning of space and place for men. This
writing also observe how men fulfill their needs of shelter based on mountain hiking
experience.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Evry Jelita
"Gunung Gede merupakan salah satu gunung api aktif di Jawa Barat dengan jumlah pendaki terbesar di Indonesia. Gunung ini memiliki aspek pembentuk karakteristik fisik berupa atraksi, fasilitas, dan aksesibilitas yang berbeda pada ketiga jalur pendakiannya. Perbedaan karakteristik fisik pada ketiga jalur pendakian resmi menuju puncak Gunung Gede menyebabkan adanya perbedaan pemilihan jalur pendakian oleh pendaki. Melalui metode analisa spatial dan deskriptif yang diperkuat dengan teknik Digital Elevation Model (DEM) pada pengolahan datanya maka diperoleh hasil bahwa pada jalur pendakian Cibodas memiliki karakteristik atraksi dan fasilitas yang beragam, jalur pendakian Gunung Putri memiliki karakteristik aksesibilitas yang sangat curam dan pendek ketika menuju puncak Gunung Gede, sedangkan jalur pendakian Selabintana tidak memiliki karakteristik fisik yang dominan.

Mount Gede is an active volcanic in West Java that had biggest amount of trackers in Indonesia. The mountain had many aspects to shape the physical characteristics which is consist of attractions, facilities, and accessibilities inside the third tracking routes. The differentiation between attractions, facilities, and accessibilities along those tracking routes in Mount Gede consequently made different amount of the trackers. This research used spatial analysis, descriptive, and Digital Elevation Model?s techniq to process the data. The result shows that, Cibodas?s track had much variation in attractions and facilities to shaped the physical characteristics, Gunung Putri?s track had the extreme access to shape it, and Selabintana?s track had nothing to shape the physical characteristics."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34128
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Gunung Gede Pangrango merupakan taman nasional terbaik di Pulau Jawa....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ernita Sari
"Vegetasi mempunyai beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk dapat
hidup dengan optimal Faktor-faktor yang memungkinkan keberadaan suatu
vegetasi di suatu wilayah adalah faktor edafis, fisiografis, klimatis dan biotis
(Polunin, 1990).
Perubahan vegetasi sejalan dengan pertambahan ketinggian dari permukaan
laut (elevasi), namun masih banyak faktor-faktor iklim yang penting dalam
lingkungan pegunungan, terrnasuk jumlah dan penyebaran curah hujan, cahaya
dan singkapanlexposure lereng (Loveless, 1989).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagal wilayah penelitian
tergolong sebagal Hutan Hujan Tropis Pegunungan (Loveless, 1989), yang
memungkinkan terdapatnya variasi vegetasi hutan dalam zona sub montana,
montana maupun sub alpin (Novinita, 1992).
Permasalahan yang ingin diutarakan adalah bagaimana penyebaran vegetasi di
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, sehubungan dengan kondisi
ketinggian, curah hujan serta penyinaran matahari pada musim hujan dan
kernarau. Satuan analisis yang akan dipergunakan adalah lereng.
Yang dimaksud dengan vegetasi adalah tumbuhan yang belum mendapat
pengaruh, campur tangan, serta rekayasa manusia. Vegetasi yang akan diamati
diklasiflkasikan mengacu pada Dansereau (1957) dalam Cohn (1969), dan
Yamada 0977 yang kemudian diolah, yaitu : Vegetasi Al, lapisan pertama,
tinggi Iebihlsama dengan 25 m, batang kayu keras, Vegetasi AZ lapisan
kedua, tinggi kurang dari 25 m, pohon, batang kayu keras, tidak termasuk
conifer, Vegetasi B, lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, batang kayu keras,
daun jarum/conifer, Vegetasi C, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, batang
keras atau lunak, (semak herba, perdu, pakis, palma, bambu), Vegetasi D,
lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, menumpang pada tumbuhan lain (paku,
epifit, liana), Vegetasi E, lapisan bawah, tinggi kurang dari I m, (rumputrumputan,
alang-alang), Vegetasi F, lapisan bawah, tinggi kurang dari 0,1 m,
(lumut, jamur). Vaniabel yang akan dilihat adalah ketinggian dan faktor klimatis, yaitu curah
hujan serta penyinanan matahani pada musim hujan dan musim kemarau.
Penyinaran matahani yang akan dilihat adalah rata-rata lama penyinaran
matahari dalam 1 bulan. 100% berarti rata-rata tiap hari 8 jam.
Untuk menjawab permasalahan pada penehitian mi dilakukan penampalan peta,
dengan mengacu pada data-data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal PHPA Taman
Ui Nasional Gunung Gede-Pangrango, beberapa eneI itian -te dahu lu, serta
diperkuat meIaui survey lapangan dengan metode sampel yang mewakUi setiap
lereng. Hasil analisa akan disajikan secara diskriptif dengan bantuan peta, tabel
serta diagram.
Hasil yang diperoleh dari penelitian mi dapat diringkas menjadi:
- Setiap vegetasi mempunyai region tersendini untuk ditempat, dan
didominasi. Khusus vegetasi Al clan A2 mempunyai kesamaan, tenluas pada
region ketinggian, curah hujan clan lama penyinaran matahari pada kedua
musim yang sama, di setiap lereng.
- Setiap vegetasi tidak selalu menempati dan mendominasi region setiap
variabel yang sama pada lereng yang berbeda.
- Keanekaragaman vegetasi adalah sebagal benikut:
- Keanekaragaman vegetasi maksimal
lereng utara,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.000 - 2.400 rn), yaitu vegetasi
Al, A2, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada kedua musim, serta
lama penyinaran matahani sedang clan tinggi pada kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.700 - 1.800 rn), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan tinggi pada musim hujan, curah
hujan sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah clan sedang pada musim hujan, Oan lama penyinaran
matahari sedang pada musim kemarau.
lereng s&atan,
pada region sub montana (meliputi ketinggian 1.000 - 1.100 m), dan region
montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, B, C,
D, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahani rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari
sedang clan tinggi pada musim kemarau.
lereng barat,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 m), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan clan
curah hujan rendah clan sedang pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah clan sedang pada kedua musim.
- Keanekaragaman vegetasi minimal:
lereng utara,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah, sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah padá kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.500 - 1.700 m), yaitu vegetasi
A2, B, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada kedua musim, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, lama
penyinaran matahari sedang pada musim kemarau.
lereng selatan,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 3.000 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah dan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah pada kedua musim.
lereng barat,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan, curah hujan rendah
dan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah
pada kedua musim."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Ari Utami
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Saefrudin
"Meskipun taman nasional berperan penting dalam mendukung aktivitas manusia, kesadaran masyarakat masih rendah karena mereka umumnya mengabaikan dan meremehkan manfaat dari hutan. Kondisi ini meningkatkan tekanan terhadap lingkungan. Tujuan dari studi ini adalah untuk meninjau beberapa studi terdahulu, menentukan metode yang tepat dan menyusun panduan penilaian ekonomi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Meskipun taman nasional ini memiliki keunikan, taman nasional ini dinilai terlalu rendah oleh studi terdahulu. Kelebihan dari Metode Penilain Kontingensi membuat metode ini sesuai untuk diterapkan pada manfaat konservasi keanekaragaman hayati dan air. Apilkasi sebelumnya dari Metode Biaya Perjalanan menyarankan bahwa manfaat rekreasi dari TNGGP dapat dinilai dengan metode ini. Taksiran Nilai yang didapat dari penerapan metode yang disarankan dapat membantu pemerintah dan pengelola TNGGP dalam pengalokasian sumber daya untuk meningkatkan perlindungan terhadap taman nasional ini.

Although national park plays an important role in supporting human activities, people?s awareness still remains low because they are often neglected and underestimate forest benefits. This condition leads to more pressures on the environment. The objective of this study is to review several previous studies, to determine the suitable method and to construct total economic valuation guidelines of the Gunung Gede Pangrango National Park (GGPNP). Although, this national park has unique features, it was undervalued previous studies. Advantages of Contingent Valuation Method make this method suitable to be applied in biodiversity conservation and watershed values. Moreover, Travel Cost Method previous applications suggest that recreational benefit in GGPNP can be evaluated using this method. The estimated value provided by application of the proposed method is supposed to help the government and GGPNP management allocating their resources to increase this national park protection."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T38633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Sadewa Cahyaputra
"ABSTRAK
Karakteristik fisik jalur pendakian Gunung Rinjani dilihat dari bentang alam serta tutupan lahan dari jalur Sembalun dan Senaru. Bentang alam dilihat dari geologi, bentuk medan, dan vegetasi alami yang terdapat di setiap jalur. Sedangkan untuk tutupan lahannya dilihat dari kerapatan vegetasinya serta perubahan tingkat kerapatannya. Dengan metode analisis deskriptif dan diperkuat dengan melihat perubahan nilai NDVI pada tahun 2001, 2007, dan 2013 dapat diperoleh perubahan kerapatan vegetasi. Selain dari itu dapat dilihat juga perbedaan jenis vegetasi yang terdapat di setiap wilayah ketinggian. Wilayah ketinggian dibagi menjadi 500-1.000 mdpl, 1.001-2.000 mdpl, 2.001-3.000 mdpl sampai dengan 3.000 mdpl dimana di tiap tiap wilayah ketinggian dapat dilihat karakteristik fisiknya.

ABSTRACT
The physical characteristic of Mount Rinjanis hiking track is seen from landscape and landcover in Sembalun and Senaru hiking track. The landscape itself is include the geology, landform, and vegetation in the track. For the landcover, its seen from the vegetation dense and the change of the vegetation dense. With descriptive spatial analysis and using NDVI differencing in 2001, 2007, and 2013, weve got the change of vegetation dense. We could classify the vegetation change in every height region. The height region will be classify as 500-1.000 asl, 1.001-2.000 asl, 2.001-3.000 asl and  3.000 asl for see the physical characteristic in every heigh region."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2000
S33767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yogatama
"Penelitian ini membahas tentang tingkat kerentanan letusan Gunung Gede pada daerah sekitar Gunung Gede dan juga tingkat risiko bencana letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas dengan menghitung pengaruh faktor bahaya, kerentanan dan kapasitas. Untuk menghasilkan kelompok desa rentan yang memiliki kemiripan data digunakan metode K-Means Cluster. Terdapat 44 desa/kelurahan di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi yang berada di wilayah bahaya letusan Gunung Gede. Desa yang memiliki tingkat kerentanan tinggi memiliki karateristik lokasi berbatasan langsung dengan lokasi puncak Gunung Gede sehingga faktor bahaya menjadi faktor utama tingginya tingkat kerentanan disuatu desa, karateristik ini dimiliki oleh desa-desa di Kabupaten CIanjur. Kerentanan tinggi juga ditemukan pada daerah - daerah yang tidak berbatasan langsung dengan lokasi Gunung Gede namun memiliki tingkat kerentanan tinggi dikarenakan faktor kerentanan sosial,ekonomi dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan desa lain, karateristik ini dimiliki oleh desa-desa di Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Kota Sukabumi. Nilai perkiraan kerugian akibat letusan Gunung Gede di Kecamatan Cipanas diperkirakan sebesar Rp 251,29 MilIar. Risiko letusan gunung gede dengan kelas risiko tinggi memiliki karateristik kerugian yang tinggi akibat bahaya letusan dan memiliki tingkat kerentanan tinggi. Desa dengan risiko rendah memiliki karateristik sebagian besar variabelnya memiliki nilai dibawah rata-rata dan juga memiliki kapasitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa lain.

This study discusses the vulnerability of the eruption of Mount Gede in the area around Mount Gede and also the level of risk of the eruption of Mount Gede in District Cipanas with calculate the influence of factors hazards, vulnerabilities and capacities. The generate of susceptible vilages that have similar data using KMeans Cluster. There are 44 villages in Cianjur and Sukabumi district who are in the danger zone eruption of Mount Gede. Villages that have a high of vulnerability has a characteristic location immediately adjacent to the location of the summit of Mount Gede, so the main danger factor to the high level of vulnerability factors sector in the village, this characteristic is owned by the village - the village in Cianjur. And also high vulnerability was found in the area - areas not directly adjacent to the location of Mount Gede, but has a high degree of vulnerability due to the vulnerability factors of social, economic and physical higher than other villages, this characteristic is owned by the village - the village in Sukabumi district directly adjacent to the Sukabumi City. Estimated value losses due to the eruption of Mount Gede in Cipanas district is estimated at Rp 251.29 billion. The risk of big volcanic eruptions with a high risk class has a characteristic high losses due to the danger of the eruption and has a high of vulnerability. Villages with a low risk of having most of the characteristics variables have a value below the average and also has a higher capacity than the other villages."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42618
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>