Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vivi Nurul Shovia
"ABSTRAK
Pantai merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan. Garis pantai dianggap satu bentuk yang mengalami proses paling dinamis, dan abrasi serta akresi adalah proses yang berlangsung terus menerus terhadap garis pantai. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika abrasi dan akresi yang terjadi di pantai Teluk Banten dan hubungannya dengan faktor-faktor fisik daratan dan lautannya. Pengukuran abrasi dan akresi sangat penting sebagai pengetahuan terkini yang dapat mendukung tahapan awal dalam mitigasi bencana pesisir. Abrasi dan akresi didapatkan dengan overlay garis pantai tahun 1998 dengan 2014 hasil ekstrak dari peta RBI,citra Landsat OLI 8 dan citra resolusi tinggi Quickbird. Luas, laju, jarak perubahan, dan panjang garis pantai yang mengalami keduanya dianalisis berdasarkan segmen (segmen 1, 2, 3, dan 4). Variabel yang digunakan antara lain variabel fisik daratan yaitu topografi, geologi, penggunaan lahan, dan garis pantai, sedangkan variabel fisik lautan diantaranya gelombang, arus, pasang surut dan batimetri. Faktor daratan menjadi fokus analisis dalam penelitian ini tetapi tidak pula mengenyampingkan faktor-faktor dari lautan. Hasil penelitian menunjukan abrasi pantai Teluk Banten terjadi di desa Pamengkang sampai Terate dan desa Domas sampai Linduk dengan luas abrasi 259.36 Ha, laju 4.5 ? 41.8 m/thn, dan jarak abrasi 23 ? 628 m. Sedangkan akresi terjadi di desa Banten yaitu bagian Tengah Teluk dengan luas 26.24 Ha, laju 0.3 ? 11.4 m/th, dan jarak akresi 5-172 m. Dari hasil analisis didapatkan bahwa keseimbangan karakteristik fisik pantai (darat maupun laut) memberi pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya proses abrasi dan akresi di pantai Teluk Banten.

ABSTRACT
The beach is a transition area between land and sea. The coastline is considered one form of that experienced the most dynamic processes, abrasion and accretion is a process that continuesly to the coastline. This study wanted to find out how erosion and accretion that occurred in the Gulf coast of Banten and its relationship to physical factors land and oceans. In this study, abrasion and accretion seen through changes in the coastline in 1998 with 2014 extracted from Rupa Bumi Indonesia map, Landsat OLI 8 and high resolution Quickbird imagery. Abrasion and accretion is calculated based on the area, rate, distance changes, and long coastline experienced both and segmented analysis (segment 1, 2, 3 and 4). Variables used among other physical variables that land topography, geology, land use and coastline, while the physical variables such ocean waves, currents, and tides. Factors of land became the focus of analysis in this study, but does not also rule out the factors of the ocean. Physical factors mainland have a considerable influence on the amount of abrasion and accretion process. The results showed the gulf coast of Banten has been experiencing abrasion and accretion, where abrasion occurs in Pamengkang until Terate and Domas until Linduk but dominated in Domas until Linduk with 259.36 ha, the rate of 4.5 - 41.8 m / yr, and abrasion distance 23-628 m, While the accretion occurs in Banten, namely Central part of the Gulf with an area of 26.24 ha, the rate of 0.3 - 11.4 m / year, and the distance accretion 5-172 m. In the first segment is any part of the Western Gulf coastal reclamation. From result analysis, it was found that the balance of characteristic of coast have the great effect to process abrasion and accretion going on nicely in the coastal of Banten Gulf.
"
Universitas Indonesia, 2015
S61772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwaningsih
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas lamun, ikan dan plankton di perairan Kepuh, Teluk Banten. Penelitian ini dilakukan menggunakan transek site untuk lamun, pengambilan sampel ikan dengan jaring bondet, dan plankton dengan menggunakan plankton net (Kitahara dan Norpac) serta pengukuran kualitas air sebagai parameter lingkungan. Data yang dikumpulkan dipelajari struktur komunitasnya dengan menghitung komposisi jenis, kepadatan dan indeks ekologi (keanekaragaman dan dominansi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Kepuh, Banten, Ditemukan 4 spesies lamun dan yang dominan adalah E. acoroides dengan nilai indeks dominansi 0,6 dan nilai indeks keanekaragaman 0,7 serta kepadatannya 616 tunas/m2. Species ikan yang dominan adalah Siganus canaliculatus dengan nilai indeks dominansi 0,15 dan indeks keanekaragaman 2,4 serta kepadatannya 435 individu ikan. Plankton terdiri dari fitoplankton yang dominan adalah Nitzschia dengan nilai indeks dominansinya 0,137 dan indeks keanekaragaman 2,37 serta kepadatannya 4.500.608 sel/m3 dan zooplankton yang dominan adalah Calanus dengan nilai indeks dominansinya 0,16 dan nilai indeks keanekaragaman 2,18 serta kepadatannya 2.246 individu/m3.

ABSTRACT
research on community structure of seagrass, fish and plankton in Kepuh coastal, Banten Bay has been conducted. This research was conducted using the transect method for seagrass, sampling fish with nets Bondet , and plankton using plankton net ( Kitahara and Norpac) as well as the water quality measurements of environmental parameters . Data collected studied the community structure by counting the species composition , density and ecological indices ( diversity and dominance ).
The results showed 4 seagrass species found. The dominant speciesof seagrass was Enhalus acoroides, the dominance index was of 0.6 and diversity index was 0.7 and density was 616 shoots/m2 . The dominant fish species was Siganus canaliculatus, the dominance index values of 0.15 and 2.4 as well as the diversity index , and density was 435 fish specimens . Plankton consists of dominant phytoplankton was Nitzschia, dominance with an index was 0.137 and diversity index was 2.37 and density 4.500.608 cel/m3 and is the dominant zooplankton Calanus with dominance index was 0.16 and the value of diversity index 2.18 and density 2.246 individu/m3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T37663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elrin Meivian Mongi
"Perubahan iklim yang terjadi saat ini dikarenakan oleh aktifitas antropogenik dari penggunaan energi dan industri dalam mempengaruhi suhu dan iklim bumi. Perubahan suhu dan perubahan iklim yang terjadi di bumi dapat berdampak pada keempat dimensi yaitu ketersediaan, stabilitas, akses dan pemanfaatan ketahanan pangan. Ketersediaan produk perairan akan bervariasi melalui perubahan ekosistem, produksi, distribusi spesies dan habitat. Perubahan iklim yang terjadi saat ini disebabkan oleh aktivitas manusia dalam menggunakan energi dan industri yang berpengaruh pada suhu dan iklim Bumi. Perubahan tersebut dapat berdampak pada empat aspek penting dalam ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, stabilitas, akses, dan pemanfaatan. Masalah dalam penelitian ini adalah penurunan produksi udang. Tujuan penelitian adalah Menganalisis pengaruh luas tambak, pengetahuan petambak, produksi udang, kualitas air tambak, luas mangrove terhadap produktivitas tambak; Menganalisis pengaruh nilai produktivitas tambak terhadap nilai total ekonomi udang dan nilai total ekonomi mangrove; Memformulasikan model wanamina udang vaname berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem dinamik. Hasil dari penelitian ini adalah Nilai Total Ekonomi Mangrove yang di dapat secara ekonomi lebih menguntungkan daripada Nilai Total Ekonomi Udang. Kesimpulan penelitian ini adalah Konsep wanamina udang vaname merupakan budidaya perikanan berkelanjutan yang mengkuantifikasikan nilai manfaat mangrove menjadi nilai ekonomi. Bauran dari rehabilitasi mangrove dan budidaya kultivan menghasilkan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk mitigasi dampak perubahan iklim.

The current climate change is caused by anthropogenic activities related to energy use and industrial processes, which affect the temperature and climate of the Earth. Changes in temperature and climate can impact the four dimensions of food security: availability, stability, access, and utilization. The availability of aquatic products will vary due to changes in ecosystems, species production, distribution, and habitat. The current climate change is caused by human activities in energy use and industry, which have an influence on the Earth's temperature and climate. These changes can have an impact on four crucial aspects of food security: availability, stability, access, and utilization. The problem addressed in this research is the decline in shrimp production. The research aims to analyze the influence of pond area, farmers' knowledge, shrimp production, pond water quality, and mangrove area on pond productivity; analyze the impact of pond productivity on the total economic value of shrimp and the total economic value of mangroves; and formulate a sustainable model for vannamei shrimp farming. The method used in this research is dynamic systems. The results of this research show that the Total Economic Value of mangroves is economically more beneficial than the Total Economic Value of shrimp. The conclusion of this research is that the concept of sustainable vannamei shrimp farming, known as "wanamina," quantifies the benefits of mangroves into economic value. The combination of mangrove rehabilitation and culturing practices generates economic value that can be used for mitigating the impacts of climate change."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sukiswo Setiadi
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Saleha
"Kabupaten Brebes memiliki garis pantai sepanjang 73 km, lima kecamatan yang mengalami abrasi seluas 2.115,39 ha dan akresi seluas 2.905,29 ha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resiliensi masyarakat, perubahan garis pantai, dan menyusun konsep resiliensi masyarakat dalam pengelolaan abrasi dan banjir rob. Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat resiliensi masyarakat dan analisis overlay menggunakan perangkat lunak ArcGIS untuk mengetahui tingkat perubahan garis pantai. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa resiliensi masyarakat berada pada tingkat yang baik, aspek pemulihan pasca bencana menunjukkan nilai indeks resiliensi 3.86 atau 77,21%. Tingginya tingkat resiliensi ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan. Perubahan garis pantai Desa Kaliwlingi dari tahun 2006 ke 2021 bersifat pluktuatif dengan total penambahan daratan sebesar 79,40 ha serta luasan hutan mangrove baru yaitu 280 ha. Resiliensi masyarakat yang dibangun melalui hubungan sosial masyarakat yang baik dan terorganisir menjadi modal dalam pengelolaan abrasi dan banjir rob. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan serta dukungan infrastruktur fisik diperlukan untuk menahan laju abrasi dan banjir rob yang sangat tinggi dalam rangka meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan

The northern coastal area of ​​Brebes Regency with 73 km length of coastline which is divided into five sub-districts have experienced abrasion an area of ​​2,115.39 ha. At the same time it, accretion occured with total 2,905.29 ha. The purpose of this study was to determine the level of community resilience, shoreline changes after, and the concept of community resilience to abrasion and tidal flooding. Quantitative approach is used to determine the level of community resilience and overlay analysis using ArcGIS software to determine the level of shoreline change. From the results of the study, it was concluded that the resilience of the people was at a good level, especially from the post-disaster recovery aspect with a resilience index value of 3.86 or 77.21%. This high level of resilience is able to increase people's income in a sustainable manner. The change in the coastline of Kaliwlingi Village has experienced additional land in a period of 15 years from 2006 to 2021 with total area of 79.40 ha and has succeeded in creating 280 ha of new mangrove. Community resilience that is built through good and organized community social relations becomes the capital in the management of abrasion and tidal flooding. Provision of knowledge and skills, as well as physical infrastructure support, is needed to withstand the very high rate of abrasion and tidal flooding to minimize the impact of losses caused."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusuf
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25455
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman
2007
T39454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaya Wijaya
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumampouw, Silta N
"ABSTRAK
Pantai adalah wilayah dimana berbagai kekuatan alani yang berasal dari laut,
darat dan udara sabng beiinteraksi dan menciptakan bentuk pantai yang kita lihat
sekarang. Bentuk pantai ini beisifat dinamis dan selalu berubali, diinana pembalian ini
dapat teijadi secara alaniiaii yang diakibatkan oleh gelombang, ams dan cuaca ataupun
perubalian yang teijadi sebagai akibat ulah inauusia.
Masalali yang dibalias dalani penelitian ini adalah karakteristik morfologi Pantai
Banten berdasarkan pada ukuran butir sedimen pantai, bentuk medanj gelombang laut
dan endapan sungai yang berniuara di Teluk Banten seita bagaimana pengaruh dari
karakteristik morfologi pantai terhadap penyebaran bentos atau organisme, khususnya
hewan bentik berdasarkan emp'at filum yang ada, yang liidup di pantai Banten tersebut.
Ukuran butir sedimen pantai yang terdapat di Pantai Banten adalah lempung,
pasir, dan kerikil kasar di pantai tengah seita campuran sedimen pasu- cangkang moUusca
dan lempung di pantai timur detigan bentuk medan pada uraumnya adalah datar atau
landai, hanya di Pantai Pulau Dua bentuk medannya agak teijal. Endapan sungai terbesar
terdapat di wilayah pantai tengah di dekat Kali Banten. Tinggi rata-rata gelombang di
Pantai Banten antara 0,106-2,751 meter dengan tinggi maksimum antara 0,181-4,145
meter, dimana gelombang laut yang cukup besar teijadi di pantai timur sehingga wilayah
ini mengalami pengikisan atau abrasi pantai.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, karakteristik morfologi yang ada di wilayah
Pantai Banten yaitu pantai lumpur, pantai pasu- dan pantai batu. Pantai lumpur terdapat
di Bojonegara sampai dekat Pulau Dua (pantai tengah). Pantai pasu- terdapat di pantai
timur dari Tanjung Pontang sampai dekat Kali Kemayungau, dan pantai antara Kali
Kemayungan sampai dekat Pulau Dua (pantai tengah). Pantai batu hanya terdapat di
pantai Pulau Dua.
Filum bentos yang paling banyak ditemukan di Pantai Banten adalah filum
mollusca, polychaefa dan knistosea. Mollusca banyak terdapat di pantai timur dimana
pantainya meiaipakan pantai pasir. Polychaefa dan Krustasea banyak terdapat di pantai
tengah yang pantainya meiupakan pantai lumpur. Echinodermata kuraug banyak
terdapat di Pantai Banten ini.
Pantai barat Banten tidak dapat digambarkan dalam peta, kareua wilayah
pantainya sudah mengalami perubalian yang menjadi wilayah industri sejak tahun 1992.
Pantai Bojenegara sudah mengalami pembalian menjadi pelabuhan peti kemas untuk
bongkar muat barang-barang pabrik. Oleh karena itu pantai barat Banten tidak dapat
dimasukkan dalam analisa kai akteristik morfologi pantai ini."
1998
S33823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>