Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143312 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maharhanie Septi Nugroho
"ABSTRAK
Kegiatan ekonomi informal yang dilakukan di dalam maupun di lingkungan unit rumah telah banyak dilakukan oleh masyarakat Jakarta. Fenomena ini yang disebut sebagai HBE (Home-Based Enterprise) dimana unit rumah melakukan kegiatan domestik maupun kegiatan ekonomi. Tentunya dalam hunian dengan luasan terbatas, kegiatan domestik dan ekonomi saling bercampur dan mempengaruhi interioritas penghuninya. Dengan menggunakan Kampung Cikini, Kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat, sebagai studi kasus, saya mendeskripsikan usaha penghuni untuk menyediakan ruang domestik dan ekonomi yang mampu mengakomodasi kondisi interioritasnya. Untuk itu, saya melakukan pemetaan jumlah dan lokasi HBE yang tersebar di Kampung Cikini dan memilih 5 (lima) di antaranya sebagai kasus pembahasan berdasarkan komoditas yang diperdagangkan. Dalam pembahasan, saya mengidentifikasi HBE berdasarkan pembagian komoditas yang dijual, proses adaptasi ruang kegiatan ekonomi dan domestic secara bersamaan dan mengidentifikasi kaitan adaptasi ruang tersebut dengan kondisi interioritas. Hasil deskripsi ini tidak hanya memperkaya wacana mengenai adaptasi ruang dalam hunian dengan luas terbatas, namun juga dapat member pemahaman akan pentingnya penyediaan ruang untuk kegiatan ekonomi bagi hunian masyarakat berpenghasilan rendah dan strategi spasial yang dapat digunakan agar dapat sinergis dengan kegiatan domestik.

ABSTRACT
Informal economic activities are done by the people in Jakarta either inside or outside the house units. This phenomenon is called as HBE (Home-Based Enterprise) where households do the domestic and economic activities in a house. In residential which has limited area, domestic and economic activity mix and influence the inhabitants? interiority. By using Kampong Cikini in Central Jakarta, as a case study, I attempt to describe the occupant?s enterprise to provide domestic and economic space which can accommodate their house?s interior and interiority. Thus, I am mapping the number and location of HBE in Kampung Cikini and choose 5 (five) of them as a case study based on its commodity. I identified HBE based on commodities, the process of adaptation of economic activities and domestic space and identified the relationship between the space?s adaptation an the interiority condition. I hope that the results of this writing will not only enrich the knowledge on the adaptation of residential in limited space, but also will tell about the importance of the provision of space for economic activity for the low-income communities particularly in urban slums and spatial strategies that can be used in order to synergize with domestic activities.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kubba, Sam
New York: McGraw-Hill, 2003
747 KUB s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Achmaria
"Refleksi merupakan suatu fenomena visual yang dapat menghasilkan kontradiksi pada suatu ruang. Refleksi terjadi ketika cahaya merambat melalui zat perantara yang mengenai suatu permukaan dan cahaya dipantulkan kembali ke medium asalnya. Cahaya berperan penting dalam terjadinya proses refleksi, serta elemen ndash; elemen yang terkait, seperti medium, surface dan substances. Oleh karena itu, melalui penelusuran teori refleksi diharapkan dapat menciptakan kualitas ruang yang beraneka ragam, sehingga dapat menghasilkan narasi ruang melalui visual.

Reflection is a visual phenomenon that causes a contradiction in space. Reflection happens when a light that flows through medium hit a surface and reflected back to it's medium. Light plays an important role in the occurrence of reflection process, as well as other elements, such as medium, surface, and substances. Because of that, through the study of reflection theory is hoped to created various spatial quality, so that producing space narration through visual.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Devina
"Pemukiman padat penduduk dalam area perkotaan selalu diperhadapkan dengan permasalahan keterbatasan ruang. Situasi ini mengakibatkan penggunaan ruang publik secara spesifik pada gang untuk penggunaan eksklusif dari penghuni, seperti memasak, mencuci, dan berjualan. Skripsi ini akan membahas tentang strategi pembentukan ruang publik menjadi ruang interior individu sebagai analogi dari proses mengkoleksi oleh Walter Benjamin, mulai dari memilih, membawa ke dalam, dan menampilkan. Metode kualitatif digunakan untuk melihat proses dan hasil dari interiorisasi dalam ruang publik yang dalam skripsi ini berlokasi di Kampung CikiniAmpiun, Jakarta Pusat. Melalui pembahasan ditemukan bahwa proses dan hasil dari interiorisasi individual tidak lagi terpisah satu sama lain melainkan berhubungan satu sama lain melalui relasi sosial.

High density settlements in an urban area are always confronted with the lack of space issue. This situation leads to the use of public space specifically the alley as a circulation space for exclusive uses of the inhabitants, such as cooking, cleaning, and selling. This study will discuss about the strategy of making a public space into an individual interior space as an analogy of collecting process by Walter Benjamin, from choosing, bring inside, and presenting. A qualitative method was conducted to trace the process and the result of interiorization in public space which case study was taken in Kampung Cikini Ampiun, Central Jakarta. The study revealed that the process and the result of the individual interiorization in public space are no longer separated from each other and yet they are connected by the inhabitant rsquo social relations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Hutami Tatyana
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri benda-benda milik pribadi yang ada di jalan kampung kota sebagai ruang publik, memahami mengapa dan bagaimana keruangan benda itu bisa terjadi. Benda dan tata posisinya di jalan merupakan wujud fisik akibat aktivitas sosial yang pernah terjadi. Salah satunya, aktivitas negosiasi ruang berupa toleransi, konsensus, dan konflik. Besarnya peran benda dalam aktivitas sosial sama dengan manusia, karena keruangan benda tersebut juga mampu mempengaruhi kondisi spasial jalan dan tindakan pengguna jalan lain. Karena itulah, untuk dapat meruang di jalan yang merupakan ruang publik, diperlukan negosiasi ruang agar fungsi utama jalan bisa tetap terlaksana. Terlebih apabila tingkat jumlah dan variasi aktivitas dan pengguna jalan tinggi, seperti di Gang Ampiun Cikini, Jakarta. Pada Gang Ampiun, benda-benda dapat diterima oleh pengguna jalan lain karena tiga hal; tidak menjadi gangguan, tidak memberikan kesan kumuh dan/atau berantakan, dan tidak memberikan dampak negatif. Mekanisme spasial masing-masing benda pada area tertentu di gang ini berbeda-beda dan tidak bisa digeneralisir karena masing-masing area punya kondisi sosial tersendiri. Namun, formasi benda yang terbentuk disini telah melalui serangkaian aktivitas toleransi dan konsensus, sehingga menghindari potensi konflik dan tetap memaksimalkan fungsi jalan.

ABSTRACT
The writing rsquo s objective is to track back objects of personal belongings which placed in urban kampong street as a public space, in order to understand why and how it could happen. Objects and its formation are physical trails of social activities that happened in the street. One of which, is space negotiation activities like toleration, consensus, and conflict. Objects rsquo s role in social activities are as active as human does, since objects could effect the spatial condition of the street and behaviour of other street users. Thus, to be able to present in street as public space, spatial negotiation is necessary for objects so that the street rsquo s main function can also be working. Moreover, if the amount and variation of activities and other street users are relatively high, like in Ampiun Alley Cikini, Jakarta. In Ampiun Alley, the pressence of objects are able to be tolerated by other street users because of three reasons did not become obctacle, did not give a slum like image, and did not give any disadvantages to the street. Spatial mechanism of each area of objects cannot be generalized since each area has its own unique social conditions. However, every object formation here was already been shaped through tolerance and consensus activities so that it could avoid any possible conflict and still maximize the main function of the alley itself."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana Kusuma Putri
"ABSTRAK
Budaya kolektif sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan. Ini ditunjukkan dalam proses adaptasi mereka di Bali. Adaptasi tersebut dilatarbelakangi oleh alasan dan strategi yang berbeda-beda. Strategi adaptasi yang dilakukan terbagi ke dalam tiga dimensi diantaranya adaptasi budaya (akulturasi), adaptasi sosial (asimilasi), dan adaptasi ekonomi. Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana bentuk strategi adaptasi orang Korea di Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan informan orang Korea yang memiliki latar belakang bisnis pariwisata yang berbeda. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa orang Korea di Bali mempertahankan nilai-nilai budayanya dan mampu beradaptasi dengan baik sehingga mereka bertahan hidup dalam kelompoknya. Dari tiga dimensi adaptasi yang digunakan dalam penulisan, adaptasi budaya dengan budaya kolektif menjadi faktor utama yang merujuk pada strategi adaptasi orang Korea di Bali. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan adaptasi ekonomi perannya tidak sedalam dan seintens adaptasi budaya bagi orang Korea dalam kesehariannya tinggal di Bali.

ABSTRACT
Collective culture has become a part of South Korea s life. This is shown in the process of their adaptation in Bali. The adaptation is motivated by different reasons and strategies. The adaptation strategy is divided into three dimensions including cultural adaptation (acculturation), social adaptation (assimilation), and economic adaptation. The formulation of this paper is how to form a strategy for the adaptation of Koreans in Bali. The research method used in this writing is qualitative method with depth interview techniques with Korean informants who have different tourism business backgrounds. Through this writing it was found that Koreans in Bali maintain their cultural values and are able to adapt well so that they survive in groups. Of the three dimensions of adaptation used in this paper, cultural adaptation of collective culture is the main factor that refers to Korean adaptation strategies in Bali. The results of this paper shows that social adaptation and economic adaptation are not as deep and as intensive as cultural adaptation for Koreans in their daily lives in Bali."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Aidiah
"ABSTRAK
Penggunaan niqab-yaitu pakaian yang menutupi seluruh tubuh perempuan, termasuk wajah kecuali mata-menjadi perdebatan sengit dan masalah yang kompleks. Pertumbuhan pengguna niqab bergerak progresif melawan derasnya arus informasi media massa yang memosisikan pengguna niqab sebagai ancaman dan berbahaya dengan cara mengaitkannya dengan peristiwa-peristiwa radikalisme dan terorisme. Di Universitas Indonesia (UI), dijumpai dalam jumlah kecil para pengguna niqab, sehingga mereka menjadi minoritas di tengah komunitas yang heterogen. Permasalahan yang akan angkat dalam penelitian ini adalah bagaimana cara para pengguna niqab memaknai pilihan cara berpakaian mereka dan bagaimana para pengguna niqab bernegosiasi dan beradaptasi di dalam lingkungan kampus yang heterogen. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mahasiswi ber-niqab menyampaikan pemaknaan dan pengalaman mereka ber-niqab di lingkungan kampus. Melalui penelitian lapangan dengan observasi dan wawancara mendalam kepada lima mahasiswi ber-niqab di UI, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para mahasiswi pengguna niqab memaknai pilihan berpakaian mereka sebagai praktik sunnah, atau keutamaan dalam beribadah. Selain itu, niqab juga mereka anggap sebagai alat pengontrol diri, yang juga memberikan kenyamanan serta rasa aman bagi mereka. Kehidupan dan kegiatan sehari-hari mereka tidak berubah karena menggunakan niqab. Mereka tetap berkegiatan seperti mahasiswi lainnya. Mahasiswi pengguna niqab di UI bernegosiasi dan beradaptasi dengan cara hanya menggunakan niqab di tempat dan suasana yang mendukung.

ABSTRACT
The wearing of niqab, which is a type of clothing that covers the whole part of a woman s body including the face except the eyes, has been the centre of discussions and a complex issue. The growth of niqab wearers is moving progessively against the rapid flow of information in the mass media which places niqab wearers as a threat and dangerous, in line with the intense radical incidents and terrorism. In the University of Indonesia (UI), a small number of niqab wearers is found, and therefore represent a minority group among a heterogeneous community. The issue that will be raised in this research is how the niqab wearers interpret their choice of dress and how the niqab wearers negotiate and adapt within a heterogeneous campus environment. This research aims at explaining how niqab wearers explain the meaning of niqab and their experiences in the campus area. Through observation and interviews with five students that wear niqab in UI, the result of the research shows that the students who wear niqab explain their choice of clothing as the practice of sunnah, or priority in the worship. And also as a mean of self control, which gives them feeling of comfort and a sense of security for them. Their daily lives and activities doesnt change by using the niqab. They keep doing their activities like other normal students. These students negotiate and adapts in the use of their niqab only in places and conditions that are supporting in Universitas Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Juntara Semilu Rosesar
"Percepatan laju urbanisasi dan kebijakan terkait perumahan yang kurang terencana di perkotaan menjadi salah satu penyebab munculnya permukiman kumuh kota. Pada saat yang bersamaan, kota sebagai sumber yang tidak berkelanjutan dari segi konsumsi sumber daya sehingga menjadi penyumbang produksi limbah, emisi gas rumah kaca, dan merupakan kontributor utama perubahan iklim. Kemudian permukiman kumuh kota menjadi wilayah yang lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim dibanding permukiman lainnya. Akan tetapi rumah tangga di permukiman kumuh menjadi bagian salah satu penyumbang emisi CO2 di perkotaan berdasarkan aktivitas maupun pola konsumsi masyarakat. Hal tersebut menjadi perhatian bagi pemerintah dalam inventarisasi emisi gas rumah kaca perkotaan. Sedangkan belum tersedianya data penelitian tentang emisi yang dihasikan oleh rumah tangga di permukiman kumuh kota. Sehingga studi ini bertujuan untuk mengestimasi emisi CO2 dari Sembilan sektor aktivitas rumah tangga antara lain persampahan, air bersih, air buangan, listrik, penggunaan gas elpiji, penggunaan bahan bakar bensin, biaya pendidikan, biaya rekreasi dan biaya transportasi umum. Pengambilan data melalui sampling dan wawancara masyarakat diharapkan mampu menggambarkan karakteristik dan pola konsumsi rumah tangga. Sebanyak 532 responden telah diwawancara untuk mengetahui pola konsumsi masyarakat dan 100 Kg sampah dilihat di wilayah penelitian selama 8 hari. Perhitungan emisi CO2 menggunakan faktor emisi yang ada dan sesuai dengan sektor masing-masing. Sedangkan pada sektor persampahan menggunakan Waste Reduction Model (WARM) umtuk menghitung emisi CO2 yang dihasilkan. Hasil analisis didapatkan total emisi sebesar 14.636,43 ton CO2/tahun dimana rata-rata emisi sebesar 6,87 ton CO2/orang/tahun. Persentase emisi tertinggi berada pada sektor listrik sebesar 63,77% dari total yang dihasilkan. Sementara persampahan menyumbang sebesar 6,33% emisi CO2 dari total emisi. Pengelolaan sampah seperti recycling dan composting menjadi salah satu alternative dalam menurunkan emisi CO2 dimana pada tahap tersebut dapat mereduksi emisi CO2 hingga 81% pada sektor persampahan.

The acceleration of the rate of urbanization and policies related to unplanned housing in urban areas is one of the causes of the emergence of urban slums. At the same time, cities as unsustainable sources in terms of resource consumption thus contributing to waste production, greenhouse gas emissions, and are the main contributors to climate change. Then urban slums become more vulnerable to climate change than other settlements. However, households in slums are part of a contributor to CO2 emissions in cities based on their activities and consumption patterns. This is a concern for the government in an inventory of urban greenhouse gas emissions. Whereas the unavailability of research data on emissions produced by households in urban slums. So this study aims to estimate CO2 emissions from nine sectors of household activities including solid waste, drinking water, waste water, electricity, the use of LPG gas, the use of gasoline, education costs, recreation costs and public transportation costs. Data collection through sampling and community interviews is expected to be able to describe the characteristics and patterns of household consumption. A total of 532 respondents were interviewed to find out the consumption patterns of the community and 100 kg of solid waste were identified in the study area for 8 days. CO2 emission calculations use existing emission factors with their respective sectors. Whereas the solid waste sector uses the Waste Reduction Model (WARM) to calculate the CO2 emissions produced. The results of the analysis obtained total emissions of 14,636.43 tons of CO2/year where the average emissions of 6.87 tons of CO2/person/year. The highest percentage of emissions was in the electricity sector at 63.77% of the total produced. While solid waste accounts for 6.33% of CO2 emissions from total emissions. Waste management such as recycling and composting is an alternative in reducing CO2 emissions where at that stage can reduce CO2 emissions by 81% in the waste sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia Ramadhani
"

Abstrak. Bagi beberapa individu, rumah tidak hanya digunakan sebagai tempat berlindung, namun juga sebagai tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi dan bersosialisasi (Marsoyo, 2012). Home-Based Enterprise adalah usaha yang bertumpu pada rumah tangga (Liliany, 2012)  . Dengan adanya dwifungsi rumah, kegiatan ekonomi dan domestik yang saling bercampur pada akhirnya akan mempengaruhi interioritas penghuninya. Di Indonesia, HBE menjadi salah satu badan usaha yang diterapkan dan banyak diantaranya bergerak di sektor ekonomi kreatif, salah satunya adalah produksi Batik. Studi kasus yang diambil adalah salah satu rumah HBE membatik di kawasan Trusmi Cirebon yang merupakan kawasan pusat Batik (Purwanto, 2005). Di kawasan ini terdapat banyak pengrajin batik yang menggunakan rumahnya sebagai tempat memproduksi batik. Proses pembuatan batik tulis memiliki tahapan proses dan membutuhkan ruang yang cukup luas pada tiap tahapan prosesnya. Studi kasus ini diambil dengan tujuan mengidentifikasikan adaptasi ruang pada elemen interior HBE membatik dalam menyeimbangkan kegiatan domestik dan ekonomi. Penulis mengambil sebuah sampel rumah yang melaksanakan  produksi batik tulis, yaitu jenis produksi batik yang melibatkan banyak proses yang terjadi dalam satu rumah. Dalam pembahasan, akan diidentifikasi pengaruh tahapan proses membatik terhadap adaptasi ruang yang diterapkan oleh penghuni rumah untuk menyeimbangkan kegiatan ekonomi dan domestik.

 


Abstract. For some individuals, the house is not only used as a shelter, but also as a place to carry out economic activities and socialize (Marsoyo, 2012). Home-based enterprise is a business that relies on house. With the existence of dual function at home, economic and domestic activities that are mutually mixed will ultimately affect the interiority of its inhabitants. In Indonesia, HBE is one of the implemented business entities and many of them are engaged in the creative economy sector, one of which is Batik production. The case study taken was one of the HBEs batik in the Trusmi Cirebon area which is the center of Batik (Purwanto, 2005). In this area there are many batik artisans who use their homes as places to produce batik. The process of making Batik Halus has stage processes and requires considerable space at each stage of the process. This case study was taken with the aim of identifying space adaptation to the interior elements of HBE batik in balancing domestic and economic activities. The author takes a sample of houses that carry out Batik Halus production, which is a type of batik production that involves many processes that occur in one house. In the discussion, the effects of the stages of the batik process on space adaptation applied will be identified.
 

 

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suroto
"Tesis ini mengkaji tentang pola adaptasi yang dikembangkan anggota Brimob dan keluarganya di lingkungan Asrama Brimob Kedaung Pamulang. Dari Iatar belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda mereka tinggal dalam satu Iingkungan asrama yang menekankan nilai-nilai kebersamaan dan jiwa korsa. Karena itu mereka dituntut untuk mengembangkan pola adaptasi baik terhadap Iingkungan fisik, sosial dan dalam kehidupan ekonomi sehingga terwujud suatu keteraturan sosial.
Penelitian ini mengacu pada konsep yang dikemukakan Alland, bahwa setiap masyarakat selalu mengembangkan mekanisme penanggulangan terhadap tantangan dalam proses adaptasi terhadap Iingkungannya. Dalam usaha memahami Iingkungannya, manusia mengacu pada pengetahuan budayanya untuk mengantisipasi tantangan-tantangan yang mengancam kelangsungan hidupnya, dan menentukan pilihan strategi penanggulangan guna meningkatkan daya guna bagi hidupnya. Sedangkan konsep adaptasi mengacu pada pendapat J. Bennett, yaitu adaptasi tingkah Iaku dan adaptasi sosial.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk menggambarkan pola adaptasi anggota Brimob dan keluarganya di lingkungan asrama Selanjutnya dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola adaptasi anggota Brimob dan keluarganya terhadap Iingkungan fisik, sosial dan ekonomi mempunyai karakteristik ; (1) Upaya untuk mengoptimalkan rasio antara in put (kondisi Iingkungan) dan out put (kebutuhan yang hams dipenuhi). (2) Hirarki kepangkatan tidak diterapkan secara tegas. (3) Menjaga keseimbangan kelompok. (4) Perasaan senasib dan saling membutuhkan antar sesama warga. (5) Loyalitas anggota Brimob kepada Danki masih kuat.
Pola adaptasi tersebut melahirkan sikap tolong menolong, saling menghargai dan menghormati, saling membutuhkan dan saling menjaga agar tidak terjadi konflik. Demi kepentingan bersama (ketertiban dan ketenteraman di asrama) kadang-kadang mereka harus rela mengorbankan kepentingan pribadinya (menahan perasaan dan mengendalikan diri).
Karena itu, terwujutlah keteraturan sosial dalam kehidupan mereka sehari-hari di Iingkungan asrama. Keteraturan sosial tersebut terwujud karena adanya perasaan senasib dan saling membutuhkan antar sesama warga yang tinggal di asrama. Untuk mewujudkan keteraturan sosial tersebut mereka membuat aturan-aturan atau yang disepakati dan dilaksanakan bersama sebagai landasan untuk berperilaku. Di sisi lain, agar semua warga berperilaku sesuai dengan harapan-harapan kelompok, maka mereka melakukan pengendalian sosial."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>