Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aswita Wulandari
"ABSTRAK
Jepang mengimpor 440,000 ton kopi setiap tahunnya. Dilihat dari perspektif teknik lingkungan, limbah kopi dengan jumlah yang besar akan berakhir di landfill atau incinerator. Tiap pabrik kopi menghasilkan 10-20 ton limbah kopi per-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi potensi biogas dari limbah kopi dan Hydraulic Retention Time (HRT) yang sesuai untuk Anaerobic Digestion (AD) limbah kopi. Penelitian ini menggunakan metode Biochemical Methane Potential (BMP) Assay untuk investigasi potensi biogas dan bioreaktor anaerobik kontinyu sebagai simulasi AD.
Metana yang diperoleh dari kandidat terbaik adalah 0.03 m3 CH4 (STP) / kg VSinitial dengan laju konversi metana sebesar 61%. Limbah kopi harus diolah terlebih dahulu hingga mempunyai 78% kadar air dan TS yang 8% lebih tinggi daripada inokulumnya (sludge teh) yaitu masing-masing 1.27% dan 1.19%. Reaktor yang dijalankan dengan HRT 8 hari (Kondisi 2) hasilnya lebih stabil dibandingkan HRT 4 hari (Kondisi 4 hari). Karena ada beda yang signifikan antara dua kondisi, tiap kondisi dapat diulas secara terpisah. Berdasarkan grafik dari pengamatan reaktor, HRT 8 hari (Kondisi 2) dinilai lebih stabil daripada HRT 4 hari (Kondisi 1). Pada akhirnya, terbukti bahwa pengolahan dengan HRT lebih lama lebih baik daripada HRT yang pendek.

ABSTRACT
Japan imports 440,000 tons of coffee annually. From environmental engineering point of view, considerable amount of coffee waste will end up overwhelmingly in landfills or incinerator. Each coffee factory generates 10-20 tons of coffee waste per day. The purpose of this research are to investigate the biogas potential of coffee waste and suitable Hydraulic Retention Time (HRT) for Anaerobic Digestion (AD) of coffee waste. This research was approached using Biochemical Methane Potential (BMP) assay for biogas potential investigation and anaerobic bioreactor continuous experiment for simulation.
Methane yield obtained from the best candidate was 0.03 m3 CH4 (STP) / kg VSinitial with methane conversion rate at 61%. Coffee waste should be pre-treated until it has 78% moisture content and 8% higher TS from the inoculum (tea sludge) which is 1.27% and 1.19% respectively. Reactor run under HRT 8 days (Condition 2) produced more stable result compared to HRT 4 days (Condition 1). Since there was a significance difference between both condition, each condition could be reviewed independently. Based on the resulting graph from reactor observation, HRT 8 days (Condition 2) was found more stable, thus, more preferable than HRT 4 Days (Condition 1). In the end, it was proved that high OLR treatment can perform better in longer HRT.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidina Putri Utami
"Spent coffee ground atau SCG adalah limbah yang dihasilkan dari proses brewing kopi dan merupakan jenis limbah yang paling banyak dihasilkan dari proses pembuatan minuman kopi. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah ini dapat menjadi permasalahan lingkungan karena mengandung beberapa senyawa bersifat toksik seperti kafein dan tanin serta dapat memperbesar masalah timbulan sampah. Dengan estimasi produksi kopi sekitar 650.000 ton pada tahun 2018, limbah kopi yang dihasilkan di Indonesia sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai refuse derived fuel RDF dalam bentuk pelet karena ukurannya yang kecil namun kerapatannya sangat tinggi sehingga membuat penyimpanan dan penanganannya lebih mudah dan efisien. Namun belum ada penelitian yang membahas mengenai perbedaan karakteristik jenis kopi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuat pelet SCG dari dua jenis kopi robusta dan arabica dengan variasi penambahan binder masing-masing 0, 2 dan 5. SCG dikeringkan dan diayak untuk mendapatkan partikel berukuran maksimum 0,85 mm. Pelet dibuat dengan diameter 8 mm menggunakan alat cetak yang ditekan dengan extruder bertekanan maksimum 4 ton. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa SCG robusta memiliki kerapatan yang lebih tinggi karena kandungan lignin yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan arabica. Penambahan binder meningkatkan kadar air dan daya tahan serta menurunkan kadar volatil dan kadar abu pelet. Berdasarkan pengujian terhadap beberapa variasi penambahan binder, kualitas pelet SCG arabica dan robusta terbaik adalah tanpa penambahan binder. Pelet arabica dan robusta masing-masing memiliki nilai kalor sebesar 4772 dan 4342 kkal/kg. Berdasarkan hasil perhitungan potensi energi, pemanfaatan SCG robusta dan arabica sebagai RDF di Indonesia menghasilkan energi sebesar 7,81 juta GJ/tahun.

Spent coffee ground or SCG is waste generated from brewing process and is the most generated type of coffee waste from coffee drink production. If it is not treated well, waste generation in landfill will increase and environmental problems may occur because of its toxic content. With 650.000 tonnes estimation of total coffee production in 2018, coffee waste in Indonesia is very potential to be utilized as refuse derived fuel RDF . Among various forms of solid RDF, pellet has the smallest particle size and biggest bulk density so it can be easier and more efficient to be handled and stored. However, limited research work has been conducted on pellet according to its type of bean. Hence, this study will investigate the properties of SCG as a potential feedstock for refuse derived fuel RDF according to two types of coffee beans robusta and arabica with 0, 2 and 5 binder addition to each type of bean. The SCG have been dried and sieved to obtain particles of maximum size 0,85 mm. Each blending variations of binder and type of bean constructed as a cylindrical pellet with a diameter of 8 mm using a pelletizer pressed with an extruder. SEM analysis shows that robusta has more density than arabica because of its higher lignin content. Binder addition to the SCG increased moisture content and durability as well as decreased volatile and ash content of the pellet. The result shows both arabica and robusta pellet has better quality without binder addition. Calorific value of arabica and robusta pellets are 4772 and 4342 kcal kg, respectively. The energy that can be generated from utilization of robusta and arabica SCG as RDF in Indonesia is 7,81 million GJ year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Nurrahmawati
"Banyak perusahaan software house di Indonesia yang rontok sebelum mencapai usai 5 tahun, kami mensinyalir perusahaan tersebut tidak mampu untuk bersaing terutama diakibatkan karena tidakmampunya manajemen atau tim perusahaan untuk membuat perencanaan yang terperinci dan detail serta kemampuan membuat perkiraan biaya yang tepat. Kedua masalah utama ini dapat menyebabkan perusahaan software house menjadi:
1. Menderita kerugian, mengalami penambahan waktu pengembangan software karena tidak sesuai dengan rencana semula yang terdapat di proposal;
2. Cash flow miss-management, karena ketidaktepatan penyerahan jasa mengakibatkan ketidaktepatan jadwal pembayaran dari klien perusahaan;
3. Kehilangan kesempatan untuk mencari klien baru akibat tidak tersedianya tenaga kerja untuk mendapatkan ataupun mengerjakan klien yang baru (opportunity cost).
Sebagai salah satu software house terkemuka di Indonesia, BaliCamp, tempat kami melakukan penelitian, juga terjadi hal serupa. Kami melihat beberapa hal yang panting seperti cost projection atau perkiraan biaya proyek yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasi yang dimaksud menjadi sangat kritis untuk kelangsungan perusahaan karena berdampak langsung kepada masa depan perusahaan.
Salah satu proyek yang cukup besar (45% total sales tahun 2002) di Bali Camp adalah proyek pengembangan aplikasi AEGIS ("ACC Enterprise Global Information System"). Didalam proyek ini lah, kernampuan Balicamp untuk melakukan cost projection yang kami sorot menjadi inti dan masalah penelitian kami. Kami ingin melihat apakah BaliCamp juga memiliki kesulitan untuk cost projection yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan akibat salah perkiraan atau estimasi biaya yang dibutuhkan untuk menyerahkan solusi yang dimaksud pada waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Permasalahan Identifikasi permasalahan:
1. Bagaimana BaliCamp membuat suatu perkiraan kos (cost projection) pertama kali ketika membuat proposal atau kontrak kerja?
2. Berapa gap variance antara anggaran dan biaya yang aktual?
3. Apakah mungkin dilakukan perbaikan metode perkiraan kos untuk mengetahui posisi akhir dan profitabilitas proyek?
Tujuan penelitian
Penelitian ini bersifat kajian teoritis dan bertujuan sebagai berikut:
1. Membantu memberikan panduan kepada manajemen BaliCamp untuk membuat
2. cost projection yang terus menerus diperbaiki seiring dengan berjalannya proyek; Membantu memberikan gambaran kepada manajemen BaliCamp mengenai profitabilitas dari proyek AEGIS bagi BaliCamp.
Manfaat penelitian
1. Kami mengharapkan, penelitian ini dapat memberikan masukan berupa panduan untuk membuat sebuah cost projection yang lebih akurat untuk mengukur biaya pengembangan solusi IT;
2. Memberikan gambaran evaluasi profitabilitas dari proyek AEGIS yang sedang berjalan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat kajian data analisis dan terbatas pada data yang tersedia, karena ditujukan sebagai pembentukan model awal untuk mendapat koefisien dari model yang akan digunakan yakni model Man Power dari Roetzheim dan Roetzheim Index (RI) untuk menghitung project profitability, kedua model digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas jasa pengembangan solusi IT yang ditawarkan Bali Camp kepada pelanggannya, ACC. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah:
1. Studi literatur;
2. Analisa data;
3. Wawancara"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zulfikar
"Titik kritis dalam menjaga kontinuitas sistem pasokan dan distribusi industri hilir bahan bakar minyak (BBM) terletak pada efisiensi distribusi depot-depot BBM. Dengan pemberlakuan persaingan usaha pada industri hilir, kebebasan penentuan harga BBM dan gas bumi, dan berakhirnya tugas pelayanan publik (public service obligation) PT Pertamina (Persero) berdasarkan ketentuan Undang-Undang nomor 22 tahun 2001, maka pertimbangan aspek ekonomi, diantaranya dari aspek keuangan dan potensi bisnis terhadap suatu depot BBM menjadi penting. Depot Solo di Kota Surakarta direkomendasikan oleh Tim Evaluasi Pertamina untuk ditutup dan dipindahkan ke Depot Rewulu di Kota Yogyakarta. Depot Solo merupakan langkah awal serangkaian kebijakan reformasi pada Depot-Depot PT Pertamina (Persero).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengevaluasi Depot Solo dan mengevaluasi rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu berdasarkan pertimbangan aspek keuangan dan potensi bisnis. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis manfaat Depot Solo dan rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dan aspek keuangan dan potensi pasar bisnis, (2) Menganalisis biaya Depot Solo dan rencana relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dari aspek keuangan dan potensi pasar bisnis, dan (3) Menganalisis rasio biaya dibandingkan terhadap manfaat yang diperoleh dari Depot Solo dan rencana relokasi pasokan BBM dari Depot Solo ke Depot Rewulu ditinjau dari aspek keuangan dan potensi pasar bisnis.
Lokasi penelitian adalah Depot Solo yang berada di kota Surakarta, propinsi Jawa Tengah dan Depot Rewulu yang berada di propinsi Daerah Istimewa (D.L) Yogyakarta. Periode analisis biaya manfaat dilakukan selama 21-27 tahun dengan tingkat depresiasi asset sebesar 5% per tahun menggunakan metode garis lurus (straight line). Data diolah menggunakan Excell 2003. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis sensitivitas dari perhitungan rasio-rasio keuangan gross benefit cost ratio (gross BIC ratio), net benefit cost ratio (net BIC ratio), net present value (NPV) dan internal rate of return (MR). Analisis potensi pasar bisnis BBM dilakukan dengan menggunakan pendekatan parameter pola pasokan dan distribusi BBM, penyaluran BBM (thruput), tujuan lhruput BBM, biaya per liter lokasi, sarana dan fasilitas, dan sumberdaya manusia.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa Depot Solo dan Depot Rewulu sensitif terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh peningkatan biaya total, terutama peningkatan landed cost. Depot Solo dan Depot Rewulu juga sensitif terhadap dampak positif dari peningkatan harga jual output. Depot Rewulu memperoleh manfaat keuangan yang lebih besar dibandingkan Depot Solo, tetapi Depot Solo layak pada perhitungan skenario normal, skenario harga jual output meningkat sebesar 10%, skenario produksi menurun sebesar 10%, dan skenario kondisi present worth factor sebesar 20%. Relokasi Depot Solo ke Depot Rewulu tidak layak pada empat dari enam skenario, kecuali pads skenario peningkatan harga jual output sebesar 10% dan penggunaan present worth factor sebesar 20%. Ditinjau dari aspek bisnis, potensi bisnis Depot Solo teridentifikasi besar. Depot Rewulu yang direncanakan akan menjadi lokasi relokasi Depot Solo, teridentifikasi mempunyai kemampuan daya dukung jaringan yang tinggi. Depot Rewulu juga dianggap berpotensi bisnis yang besar. Depot Madiun dan Depot Cepu yang menjadi penampung relokasi Depot Solo ternyata mempunyai potensi bisnis yang rendah, meskipun Depot Madiun dan Depot Cepu mempunyai kemampuan daya dukung jaringan yang sama-sama normal sebagaimana kelompok kemampuan Jaya dukung jaringan dari Depot Solo.
Rekomendasi untuk PT Pertamina (Persero) adalah Depot Solo tidak perlu ditutup atau riskan direlokasikan ke Depot Rewulu, efisiensi produksi untuk mengurangi biaya pokok produksi perlu senantiasa dijaga, terutama faktor penyusutan akibat masalah teknis dan penyusutan akibat masalah tenaga kerja, dan perlu upaya untuk mencari BBM impor yang murah dan berkualitas baik untuk mengurangi biaya distribusi Depot, terutama untuk menekan landed cost.

The critical point of supply and distribution system of fuel is how to distribute fuel efficiently in context of `Depot' role. As we know well Depot is a supply point of fuel distribution into fuel station (SPBU). Before deregulation period, most of a Pertarnina's Depot were building with non economic factors consideration, not feasible as a supply point and became inefficient sources. Referred to the new regulation known with Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 of fuel business that stressing to free competitive business in down stream, economic market price of fuel and gasoline as well as to terminate of PT Pertamina's (Persero) role as an entity of public service obligation doer, so that economic factors like finance aspecs and business potential of a Depot very important to be considered. Depot Solo located in Surakarta has been recommended by 'Tim Evaluasi Pertamina' to be terminated and relocate its operation to Depot Rewulu in Yogyakarta. This decision is first priority to do in PT Pertamina (Persero) reformation policies that will follow with suitable treatment to another Depot.
This study generally focus on evaluating existing condition of Depot Solo in context with relocation program of its operation to Depot Rewulu base on financial and business potential as two of important factors. The objective of this study especially to: (1) Benefit analysis of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu base on financial and marketplace potential, (2) Cost analysis of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu base on financial and marketplace potential, and (3) Cost benefit ratio analysis that acquired of relocation program of its operation from Depot Solo to Depot Rewulu based on financial and marketplace potential.
Study is conducted in Depot Solo located in Surakarta, Central of Java province and Depot Rewulu located in Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta province. Cost benefit analysis period of time as long as 21 years with asset depreciation level is 5% per annum using straight line method. Data analyzed using descriptive analysis and sensitivity analysis of financial factors like gross benefit cost ratio (gross BC ratio), net benefit cost ratio (net BC ratio), net present value (NPV) and internal rate of return (IRR). Analysis of market potential is using with supply and distribution parameters, fuel thruput, objective thruput of fuel, cost per litre location, means and facilities of Depot, and human resource factors.
The result has described from sensitivity analysis show up that both Depot Solo and Depot Rewulu were sensitive with negative impact by increasing of total cost, and landed cost. Depot Solo and Depot Rewulu were also sensitive with positive impact by increasing of output price. Depot Rewulu has a bigger benefit compare with Depot Solo, but in the other hand Depot Solo is feasible to operate base on scenario 1 (normal situation), scenario 2 (price of output increase 10%), scenario 4 (production decrease 10%, and scenario 6 (present worth factors 20%). This fact is incompatible with Pertamina's plan which will terminate Depot Solo operation, because it is feasible to continue its operation. So that, there is no any reasons to continue analysis related with relocation processes of Depot Solo operation to Depot Rewulu. This rejection is strengthened with result of cost benefit analysis, where both Depot Solo and Depot Rewulu are not feasible base on financial aspect as per scenario 3 (total cost increase 10%), and scenario 6 (landed cost increase 10%). Again, if we refer to business aspect, market potential of Depot Solo is identified big. Preparation of Depot Rewulu as area of relocation of Depot Solo_is jdefltified has a high distribution_system of fuel and very potential in fuel business in the future. It is different with Depot Madiun and Depot Cepu that also choose as an another alternative for relocation area that has low business potential of fuel, even if Depot Madiun and Depot Cepu has a good distribution system of fuel like system distribution of Depot Solo it self.
Some suggestions for management of PT Pertamina (Persero) are relocation of Depot Solo to Depot Rewulu area is not significant, production efficiency to reduce cost is a better choice than relocation operation of Depot Solo, and it is important to consider another alternative like import of fuel product if import price is lower than domestic price to reduce distribution cost significantly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Gibran Rachimadhi
"ABSTRAK
Pengembangan Kawasan Monas telah direncanakan sesuai dengan Keputusan Presiden no.25 Tahun 1995. Namun pada tahun 1998 pengembangan tersebut menjadi terhenti dikarenakan adanya krisis moneter. Saat ini pengelola Kawasan Monas ingin melanjutkan kembali pengembangan tersebut sesuai dengan masterplan yang ada. Sehingga sebagai bahan pertimbangan dalam melanjutkan pengembangan Kawasan Monas diperlukan suatu penelitian mengenai kelayakan apakah pengembangan ini perlu untuk dilakukan. Penelitian untuk uji kelayakan proyek pengembangan ini dengan menggunakan metode analisis biaya manfaat. Hal tersebut dikarenakan didalam proyek pemerintah lebih mengedepankan manfaat dibandingkan profit yang diterima. Dalam penelitian ini didapatkan nilai manfaat yang tidak terlihat dari pengembangan Kawasan Monas sebesar Rp 42.017.808.000 dan dengan biaya pengembangan sebesar Rp 387.243.999.397 sehingga dengan nilai ini didapatkan hasil analisis biaya manfaat sebesar 1,49 yang mana menandakan bahwa proyek pengembangan ini layak untuk dilakukan

ABSTRACT
Monas Area Development has been planned in accordance with the Presidential Decree No.25 of 1995. However, in 1998 the development came to a standstill due to the financial crisis. Currently the Monas area want to resume the development in accordance with the existing masterplan. So as consideration in the continuing development of Monas area, required a feasibility study on whether this development needs to be done. Research to test the feasibility of this development project using cost benefit analysis. That is because the government project is more utilitarian than the profit earned. In this study, the value of benefits which are not visible from the development area of Monas are Rp 42,017,808,000 and development costs amounted is Rp 387 243 999 397. So based on these values, showed a point from cost benefit analysis is 1.49 which indicates that the development project is feasible to do."
2016
S66884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medita Ervianti
"Kecacatan merupakan salah satu indikator beban penyakit kusta. Risiko kecacatan akibat kusta tidak hanya terjadi pada kasus baru kusta, tetapi juga selama pengobatan dan setelah selesai pengobatan. Metode pengamatan berperan untuk mengendalikan tingkat cacat pada penderita yang telah selesai pengobatan. Metode pengamatan pasif diterapkan di Indonesia sejak tahun 1982. Pada tahun 2009, metode pengamatan semi aktif diterapkan di Kabupaten Pasuruan. Belum diketahui metode pengamatan yang lebih efektif biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya antara metode pengamatan pasif dan metode pengamatan semi aktif setelah selesai pengobatan kusta dalam pengendalian tingkat cacat. Efektivitas dan biaya pada masing-masing metode dihitung dan dilihat berapa rasio efektivitas biaya dalam pengendalian tingkat cacat. Hubungan faktor-faktor seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tipe kusta, riwayat reaksi, pencegahan cacat, perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat serta faktor apa yang paling dominan juga diteliti. Desain penelitian adalah cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan metode pengamatan semi aktif lebih efektif biaya dibandingkan dengan metode pengamatan pasif. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan antara pencegahan cacat dan perawatan diri dengan pengendalian tingkat cacat. Sedangkan hasil multivariat menyatakan perawatan diri sebagai faktor yang mempengaruhi.

Disability is one of indicator of the leprosy burden. The risk of disability due to leprosy, not only in new cases of leprosy, but also during treatment and after release from treatment. Surveillance is one of method to control level of disability in patients who had completed treatment. Passive surveillance implemented in Indonesia since 1982. In 2009, the semi-active surveillance applied in Pasuruan. Not yet known which surveillance is more cost-effective.
This study aims to analyze the cost-effectiveness of the passive and semi-active surveillance after release from leprosy treatment in controlling the level of disability. The effectiveness and cost of each method was calculated and seen the cost-effectiveness ratio to the control of the level of disability. Relationship of factors such as age, education level, knowledge level, economic level, type of leprosy, history of reactions, defect prevention, self-care by controlling the level of disability and what is the most dominant factor is also studied. The study design was cross-sectional.
The results showed semi active surveillance more cost-effective than passive surveillance. Based on the results of the bivariate analysis, there is a relationship between defect prevention and self-care by controlling the level of disability. While the results of the multivariate declared self-care as a affected factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Pahyat Darma Dewa R.
"ABSTRAK
Pesatnya perkembangan usaha dalam bidang property dewasa jai, khususnya pada proyek pembangunan perumaban dan perkantoran telah membust pare pengembang berlomba untuk mendapatkan basil yang terbaik dengan biaya yang paling ekonomis guna mendapatkan kauntungan yang relatif cukup besar. Salah satu komponen utama dalam pencapain tujuan tersebut adalah akurasi dan kecepatan dalam menganalisa jumlah kebutuhan bahan yang diperlukan ba.ik berupa berupa material maupun tenaga kerja yang digunakan secara benar dan effisien.
Selain itu banyakuya analisa yang dipakai untuk menentukan harga satuan pekerjaan dan penggunaan program aplikasi seperti Primavera Project Planner, Microsoft Project Time Line dan sebagainya menjadikan pertimbangan tersendiri dalam menentukan besarnya harga yang dipakai dalam suatu tender atau pengajuan harga borongan pekerjaan.
Dalam karya tulis ini, penulis bermaksud untuk membuat suatu sistim perancangan software yang dapat mengoptimalkan kemampuan program Primavera Project Planner dalam merencanakan dan menganalisa anggaran biaya serta jumlah kebutvhan bahan material dan tenaga kerja yang diperlukan untuk membangun suatu rumah maupun bangunan iainnya secara cepat dan effisien dengan menggunakan Database Manajemen System (DBMS) yang berorientasi pada Object Oriented Programming ( OUP ) dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic.
Software ini mampu membuat daftar harga bahan bangunan dan upah dari beberapa daemb di Indonesia, menentukan jumlah dan harga satuan pekerjam bangunan dengan penggunaan koef eien bahan yang dibutuhkan sesuai keinginan pemakai sekaligus m emb uat rekapitulasi harga.borongan, tampilan dan hasiI akhir yang dihasilkan dalam bentuk laporan tersaji dalam bentuk tabel - Label yang tersusun dengan balk dan rapi sehingga mudah untuk dipahami, kernaimpuan untuk berintegrasi dengan software Microsoft Office, serta manfaaf dan kelebihan laixmya Yang nnana dalam kesempatan ini penulis tidak dapat mengmvikan satu persatu. Dengan demikian kendala - kendala yang ada pada saat ini dapat kits atasi secara baik.
Peagalokasian data yang ten&uktur secara baik dan benar dapat mempermudah kits dalam melakukan perubahan atau analisa terhadap parameter yang kits gunakan dalam membuat perlaraau harga satuan suatu bangunan. Dengan dernikian kesulitan yang ada ketika melakukan analisa biaya pekerjaan dapat diperkecil.

"
2001
S35678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Marliasari Turmudhy
"Sebagai salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) selama ini keberadaannya belum mampu menjadi tulang punggung sumber penerimaan daerah. Tidak efisiennya BUMD tercermin pada kecilnya laba bersih yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, BUMD khususnya Perusahaan Daerah harus dapat menjalankan perusahaannya dengan lebih efisien. Atas dasar itu, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya penyusunan anggaran terhadap efisiensi biaya pada Perusahaan Daerah di Propinsi DKI Jakarta.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas adalah Gaya penyusunan anggaran yang terdiri dari partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan tingkat kesulitan anggaran: Sedangkan variabel tidak bebas adalah efisiensi biaya yang dilihat dari perbandingan realisasi biaya dengan anggaran biaya pada tahun anggaran 2001.
Penelitian ini dilaksanakan di 5 (lima) Perusahaan Daerah yang berjenis jasa, yang meliputi PD. Pasar Jaya, PD. Dharma Jaya, PD. Wisata Niaga Jaya, PD. Pembangunan Samna Jaya dan PD. Pengolahan Air Limbah Jaya. Penelitian ini melibatkan 48 responden yang terdiri dari Kepala Bidang/Divisi dan Kepala Cabang/Unit.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi logistik dikotomi pada taraf signifikan a = 10%. Namun, sebelumnya dilakukan analisis faktor terhadap item-item pertanyaan dari gaya penyusunan anggaran. Hasil dan analisis faktor menunjukkan 7 faktor yang terbentuk, dan kemudian faktor-faktor tersebut diberi nama F1 : Partisipasi dalam Kejelasan tujuan anggaran, F2 : Umpan Balik - khusus, F3 : Tingkat kesulitan anggaran, F4 : Evaluasi anggaran, F5 : Partisipasi penyusunan anggaran dalam hal pengawasan, F6 : Umpan balik anggaran - umum, F7 : Partisipasi penyusunan anggaran sebagai tanggung jawab jabatan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gaya penyusunan anggaran berpengaruh terhadap efisiensi biaya pada signifikan a = 0.10, dimana 3 dari 7 faktor yang terbentuk mempunyai pengaruh terhadap efisiensi biaya, yaitu F2, F3 dan F6. Implikasinya adalah semakin banyak umpan balik baik yang umum maupun yang khusus dan semakin tinggi tingkat kesulitan, maka para manajer semakin termotivasi untuk mencapai anggaran yang telah ditetapkan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan A. Muthalib
"Telah kita ketahui bahwa masalah biaya pada proyek-proyek jasa konstruksi adalah merupakan masalah utama yang harus menjadi perhatian dan harus dikendalikan secara maksimal. Dalam tulisan ini penulis ingin meneliti lebih mendalam tentang sumber-sumber risiko penyimpangan biaya, dan difokuskan pada komponen biaya subkontraktor, yang merupakan komponen biaya terbesar dari seluruh biaya proyek, sehingga penyimpangan sedikit saja akan mempengaruhi kinerja proyek secara keseluruhan. Kemudian dengan pendekatan Monte Carlo diidentifikasikan sumber-sumber risiko yang signifikan yang dapat menimbulkan penyimpangan biaya pada komponen-komponen pekerjaan sub-Kontraktor, dan berdasarkan atas sumber-sumber risiko tersebut nantinya dapat digunakan untuk mempertajam estimasi biaya dan pengendalian di lapangan, yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja proyek yang optimal.

As all ready we know that the cost problem al the construction projects in the main problem that need more attention and must be controlled maximally. In this description the writer like to analyzing more detail about the cost leaks risk sources, and being focused to the sub contractor component cost, which is the biggest component cost from all project cost, in order there is a little leaks could influenced of vitality project mostly. Than with Monte Carlo purpose be identification significant risk sources that could make leaking cost to the sub contractor components job, and according that risk sources could be used to accurate cost estimation and at the field controlling, that in the end will get the optimal vitality project."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Yuanita
"Proyek konstruksi sangat ditentukan oleh kualitas proses pengendalian guna menghasilkan salah satu tujuannya yaitu biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Penyimpangan biaya seringkali terjadi pada tahap pelaksanaan proyek yang disebabkan oleh berbagai komponen biaya seperti material, alat, tenaga kerja, overhead dan subkontraktor sehingga mengakibatkan cost overrun. Dari setiap komponen biaya tersebut diidentifikasi indikator cost overrun yang mempengaruhi penyimpangan biaya. Pada penelitian ini diidentifikasi indikator cost overrun pada penyimpangan biaya tenaga kerja yaitu upah kerja dan tunjangan, biaya lembur dan shift, biaya asuransi, serta biaya transport dan akomodasi.
Untuk memperbaiki penyimpangan biaya diidentifikasi penyebab dan dampak penyimpangan biaya yang terjadi. Dampak penyimpangan biaya berpengaruh terhadap penurunan kinerja biaya tenaga kerja proyek. Dalam penelitian ini dilakukan analisa resiko untuk mengetahui dampak-dampak yang berisiko signifikan dalam menurunkan kinerja biaya. Setelah itu dilakukan analisa statistik terhadap dampak basil analisa resiko dengan bantuan perangkat lunak SPSS var. 11 untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut.
Hasilnya adalah kombinasi dampak keterlambatan dalam pelaksanaan dan dampak tambahan biaya pekerja paling berpengaruh terhadap penurunan kinerja biaya tenaga kerja dengan pengaruh menurunkan kinerja biaya adalah 94,4%. Kedua dampak tersebut beresiko signifikan jika terjadi di lapangan.

Construction Project determined by the quality of controlling process to produce one of its aim which is the expense cost equal to the planned cost. Cost overrun happen in contraction project stage caused by the cost component such as material cost, labor cost, overhead, equipment and subcontractor. Identification the indicator cost overrun from each cost component is the first step. In this thesis, the indicator of labor cost overrun are wage, overtime, insurance and acomodation.
To fix cost overrun, identify the cause and impact first. The impact of cost overrun can cause the decrease of labor cost performance. Risk analysis is done to find out the risk of impact. Statistical analysis is needed to be done in this thesis with software SPSS Version II to find the correlation of dependent variable and the independent variable.
The most significant impacts are combination delay in construction and additional worker cost. These impacts combination can cause 94.4% decrease in labor cost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T8534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>