Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Febrianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara psychological well-being dan identitas nasional pada remaja yang tinggal di kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia. Sebagai tambahan, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran tingkat psychological well-being dan identitas nasional pada remaja di kedua negara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Psychological well-being diukur menggunakan Ryff?s Scale of Psychological Wellbeing yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Sapto Ashardianto dkk di tahun 2012 sedangkan identitas nasional diukur menggunakan Collective Self- Esteem. Responden penelitian ini berjumlah 298 orang yang terdiri dari 149 orang Malaysia dan 149 orang Indonesia. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa psychological well-being berkorelasi secara signifikan dengan identitas nasional (r = 0.624; p = 0.000, signifikansi pada L.o.S 0.01) untuk responden Indonesia sedangkan pada Malaysia (r = 0.607; p = 0.000, signifikansi pada L.o.S 0.01). Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat psychological well-being seseorang maka menunjukkan semakin tinggi pula identitas nasionalnya.

This study was conducted to find the correlation between psychological well-being and national identity in adolescence that lives in the border area of Indonesia and Malaysia. In addition, this research also aimed to depict psychological well-being and national identity among adolescence in these countries. This research used quantitative approach. Psychological well-being was measured using the Ryff 's Scale of Psychological Well-being adopted from previous research by Sapto Ashardianto et al. in 2012, and national identity was measured using the Collective Self-Esteem. The participant of this research are 298 people consist of 149 people of Malaysia and Indonesia 149 people. The main result of this research showed that psychological well-being correlated significantly with national identity (r = 0.624; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01) for the Indonesia participant and in Malaysia (r = 0.607; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01) , That is, the higher psychological wellbeing of one?s own, the higher his/her national identity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S62032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Firoh
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara religious coping dan psychological well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Banyaknya pengalaman negatif yang dialami oleh remaja panti asuhan, membuat remaja tidak berdaya yang berpengaruh pada kesejahteraan psikologis. Oleh karena itu, penting bagi remaja panti asuhan untuk mampu melakukan coping yang efektif agar psychological well-being mereka menjadi lebih baik, salah satunya dengan penggunaan religious coping. Penelitian ini bersifat korelasional dengan menggunakan sampel remaja panti asuhan usia 12 - 20 tahun dan telah menetap setidaknya selama satu tahun di panti asuhan N = 138, laki-laki = 70. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Ryffs Scales of Psychological Well-Being untuk mengukur psychological well-being dan Brief RCOPE untuk mengukur religious coping. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara positive religious coping dan psychological well being r = .397, p < .01, dan hubungan negatif yang signifikan antara negative religious coping dan psychological well-being r = -.194, p < .05.

The purpose of this study is to find out the relationship between religious coping and psychological well being in adolescents at orphanages in Jakarta. The number of negative experiences happened to adolescents in orphanages, it makes them helpless and affects their psychological well being. Therefore, it is important for them to be able in performing effective coping to enhance their psychological well being, one of the way by the use of religious coping. This study was correlational by using a sample of adolescents orphans aged 12 to 20 years and has been living for at least one year in an orphanage N 138, male 70. The instruments used in this study were Ryff 39 s Scales of Psychological Well Being to measure psychological well being and Brief RCOPE to measure religious coping. The result of correlation analysis shows that there is a significant positive correlation between positive religious coping and psychological well being r .397."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyatun Ni`mah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perceived partner affirmation dengan forgiveness pada emerging adulthood. Sebanyak 191 responden dengan kriteria individu berusia 18 sampai 25 tahun dan sedang berpacaran minimal 6 bulan, mengisi kuesioner alat ukur partner affirmation (Partner Affirmation Scale) dan forgiveness (TRIM). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki perceived partner affirmation rata-rata dan forgiveness yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara perceived partner affirmation dengan forgiveness (r = -0,208 , p < 0,05).

The aim of this research was to examine the relationship between perceived partner affirmation and forgiveness among emerging adulthood. A total of 191 respondents age 18-25 years old, currently involved in a dating relationship for minimum 6 months, complete questionnaires on partner affirmation (partner affirmation scale) and forgiveness (TRIM Inventory). In this research, the results points out that the respondents have moderate perceived partner affirmation and high motivation on forgiveness. The result of this research also indicate a positive and significant relationship between perceived partner affirmation and forgiveness (r = -0,208 , p < 0,05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wulandari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Novanana
"Teknologi informasi dan komunikasi 1CT internet, merupakan fenomena panting di tengaa masyarakat. internet membawa dampak positif dan negatif yang patut mendapat perhatian. Di era globalisasi informasi merupakan komoditas panting yang dapat membuat suatu negara menjadi maju dalam bidang perdagangan, pemerintahan dan' pendidikan, Negara-negara di asia dengan tingkat penggunaan internet yang cukup tinggi adalah Taiwan dan Cina. Indonesia dalam hal ini berada dalam posisi yang sangat tertinggal. Indonesia sudah harus mampu bersaing dalam bidang teknologi informasi untuk dapat bertahan di era globalisasi. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara menguasai teknologi informasi dengan baik dan benar. Latar belakang inilah yang mendorong dilaksanakannya penelitian mengenai internet.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembentukan komunitas virtual di kalangan remaja, pola perilaku remaja dalam mengakses internet, aspek-aspek yang berkorelasi dengan intensitas siswa-siswi sekolah menengah umum selaku remaja dalam mengakses internet dan merumuskan suatu strategi pemberdayaan siswa-siswi sekolah menengah umum di bidang ICT.
Penelitian ini dilakukan dengan penarikan sampel Purposif dan dengan metode deskriptif korelasi. Responden berjumlah 182 orang yang diambil dari tiga sekolah yang berada di kawasan Jakarta Selatan, yaitu Sekolah Menengah Umum Negeri 8 Jakarta, Sekolah Menengah Umum Tarakanita I Jakarta dan Madrasah Aliyah Sa'adatudarain Jakarta.
Dilema yang dihadapi oleh para pengguna internet sekarang ini adalah dunia tanpa batas tersebut rentan terhadap dampak negatif seperti penyalahgunaan internet. Baik para orang tua maupun guru di sekolah masih merasakan bahaya internet untuk anak didik mereka. Para siswa dengan leluasa dapat mengakses situs-situs pornografi maupun perjudian. Pembatasan yang sampai saat ini dilakukan oleh orang tua dan guru di sekolah adalah dengan memberikan bekal keagamaan berupa keimanan dan perbuatan yang baik guna mencegah perbuatan yang tercela. Hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan siswa-siswi tersebut akan berbuat di luar jalur yang baik dan benar dan karena usia mereka tergolong remaja dimana rasa keingintahuan mereka sangat besar, oleh karena itu kondisi yang dihadapi saat ini tidak cukup untuk memberikan rasa aman bagi orang tua dan guru di sekolah dalam memberikan kebebasan berinternet.
Bagi siswa-siswi yang duduk di bangku sekolah menengah umum sudah saatnya untuk dapat menggunakan internet sebagai teknologi informasi secara tepat. Karena selama ini terlihat bahwa penggunaan internet semata hanya untuk hiburan saja bagi beberapa pihak selain dari pengguna yang berasal dari dunia bisnis. Dunia bisnis tidak terlepas dari informasi terutama informasi yang bersifat aktual dan kompetitif yang dapat menunjang pertumbuhan bisnis mereka dan dalam memenangkan persaingan bisnis.
Oleh karena itu peran pemerintah dalam dunia sibernetika ini menjadi sangat panting. orang tua dan sekolah kerap merasa takut untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi sekolah menengah umum dikarenakan kurangnya informasi yang mereka terima mengenai internet serta belum adanya program pemberdayaan siswa-siswi di bidang teknologi informasi yang tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Retno Widiastuti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1985
S2073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cole, Luella
New York: Holt Rinehart and Winston, 1959
155.5 COL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Konopka, Gisela
Englewood, NJ: Prentice-Hall, 1966
155.5 Kon a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama bagi anak sehingga memeiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sikap dan perilaku anak sehari-hari....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Majolika Syakira Devi
"Eksplorasi identitas dalam transisi ke masa perkembangan dewasa muda pada remaja akhir dapat menimbulkan stres yang menghambat keberfungsian dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dapat menimbulkan gejala gangguan psikologis apabila tidak memiliki psychological adjustment yang baik. Social identity merupakan salah satu aspek konsep diri yang terbentuk oleh kelompok sosial, dan menjadi salah satu sumber pengembangan identitas yang penting. Dengan prevalensi peer group yang memiliki peran besar dalam pengembangan identitas pada masa remaja, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara social identity pada remaja akhir dalam kelompok teman sebaya dengan psychological adjustment. Pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sampling secara daring dengan menggunakan Social Identity Scale dan BASE-6 pada 160 partisipan dengan rentang umur 18 hingga 20 tahun (N = 160; M = 19,04; SD = 0,751). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara social identity dan psychological adjustment. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa psychological adjustment yang baik tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya social identity remaja akhir dalam kelompok teman sebaya.

Exploration of identity during the transition to young adulthood in late adolescence can lead to stress that hinders daily functioning and may even cause symptoms of psychological disorders if good psychological adjustment is not present. Social identity is an aspect of self-concept formed by social groups and is an important source of identity development. Given the significant role peer groups play in identity development during adolescence, this study aims to examine the relationship between social identity in late adolescence within peer groups and psychological adjustment. Data collection was conducted using convenience sampling online, utilizing the Social Identity Scale and BASE-6, with 160 participants aged 18 to 25 years (N = 160; M = 19,04; SD = 0,751). The results of this study indicate that there is no significant relationship between social identity and psychological adjustment. It can be concluded from this study that good psychological adjustment is not related to the high or low social identity of late adolescents within peer groups."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>