Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211649 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruswan Rasul
"[ABSTRAK
Perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk suatu kota, menyebabkan permintaan akan pelayanan prasarana perkotaan meningkat pula, seperti pembangunan jalan raya, penyediaan kawasan permukiman dan pusat-pusat pelayanan umum, seperti tempat-tempat perdagangan, perkantoran, rumah sakit, sekolah dan lain-lain.
Hal ini akan mengubah sifat permukaan tanah yang sebelumnya dapat meresapkan air, menjadi sukar/tidak dapat meresapkan air, sehigga volume limpasan hujan akan bertambah besar. Karena sistem drainase kota yang kurang baik serta badan air penerima, seperti sungai dan waduk sudah terlewati daya tampungnya, maka limpasan hujan tadi menjadi penyebab terjadinya banjir di kawasan tersebut.
Secara konvensional konsep pengelolaan limpasan hujan pada suatu kawasan perkotaan berdasarkan pada gagasan bagaimana mengalirkan limpasan hujan secepat mungkin keluar dari kawasan tersebut langsung ke badan air penerima. Untuk mengatasi masalah limpasan hujan, dapat diterapkan konsep pengembangan lahan berwawasan lingkungan melalui pendekatan inovatif berbasis ekosistem yang dikenal sebagai konsep “Low Impact Development (LID)” yaitu pengembangan suatu sistem pengelolaan yang memperkecil laju dan volume limpasan hujan untuk menahan dan memperlambat aliran limpasan hujan masuk kebadan air, sekaligus memberi kesempatan air meresap kedalam tanah sebagai salah satu cara untuk pengisian kembali air tanah, tanpa menyebabkan timbulnya genangan/banjir pada kawasan tersebut
Dalam rangka pengelolaan limpasan hujan dan pelestarian sumberdaya air, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta telah menerbitkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 115 Tahun 2001, Tentang Pembuatan Sumur Resapan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Namun sejak Perda tersebut diundangkan, pelaksanaan peraturan belum berjalan dengan baik.
Untuk menanggapi masalah ini, dilakukan penelitian dengan tujuan: (a)
untuk mengetahui tingkat peranserta masyarakat dan pihak-pihak yang terkait lainnya (stakeholders) dalam kegiatan pengelolaan limpasan hujan, (b) memberikan masukan kepada Pemeritah/Pemerintah Daerah dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan limpasan hujan yang ideal dengan pendekatan yang berbasis peran serta masyarakat
Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode “Stakeholders Analysis” (World Bank 1998), untuk mengetahui partisipasi ideal stakeholder dalam kegiatan pembuatan sumur resapan tersebut, sehingga akan diperoleh pemetaan strategi partisipasi dari setiap kelompok stakeholder. Hasil pemetaan ini akan dibandingkan dengan pelaksanaan aktual di lapangan, dengan studi kasus di kelurahan Duren Sawit dan Pondok Kopi, kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, dengan sifat penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara, observasi dan studi literatur. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif untuk kelompok-kelompok stakeholder.
Dari perbandingan tingkat partisipasi ideal dan partisipasi aktual (hasil penelitian) dari setiap kelompok stakehoder, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Usaha-usaha Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan Keputusan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 115, Tahun 2001 belum maksimal, sehingga sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang adanya Perda tersebut.
2. Tingkat kesadaran dan peranserta/partisipasi masyarakat sangat kurang dalam mewujudkan usaha-usaha Pemerintah DKI Jakarta dalam pengelolaan limpasan hujan dalam rangka penanggulangan banjir dan pelestarian sumberdaya air, karena Pemerintah (DKI Jakarta) tidak optimal menjelaskan maksud dan tujuan PLH kepada masyarakat, dan tidak optimal pula dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur resapan, sehingga terjadi ketidak patuhan masyarakat terhadap peraturan tersebut, walaupun mereka sebagian besar dari golongan menengah keatas, berpendidikan cukup tinggi, dan dengan status tempat tinggal milik sendiri.
Kesimpulan diatas memperlihatkan bahwa implementasi dari Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 115 Tahun 2001, Tentang Pembuatan Sumur Resapan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sampai saat ini belum berjalan dengan baik.

ABSTRACT
The economic development and the population growth of a city lead to the increasing demand for public services such as new roads, settlement areas, trade centers, office buildings, hospitals and schools. However, this, in the long run will affect the ground surface condition and change from pervious to impervious surface, the condition which will cause increasing volume of surface run-off and higher flood potential. The condition of over capacity of the rivers and reservoirs and poor drainage system of the city contributes to flood occurrence.
The concept of conventional stormwater management is based on the idea of draining the water from the affected area in the quickest manner to the recipient water body.
To overcome the run-off problem, an innovative, sustainable ecosystem- based approach for land development and run-off management, known as “Low Impact Development (LID)” concept is to be adopted. The basic idea of the concept is to detain and slow down the flow of run-off entering the water body, giving time for the water to infiltrate into the ground and recharge the ground water without flooding the area.
Within the framework of run-off management and water resources reservation, the Provincial Government of DKI Jakarta has issued the Decree of Governor of DKI Jakarta, Number 115 Year 2001, on the Making of Infiltration-Well in the Province of DKI Jakarta. This, however, has not been successfully implemented.
The purpose of the present research is therefore (a) to know the level of participation of stakeholders in run-off management activity, (b) to advise the government on the ideal community-based participation run-off management.
The present research is carried out by applying the “Stakeholders Analysis” (World Bank, 1998) approach to obtain the stakeholders level of participation and the strategic mapping of participation in the making of infiltration-well. Analysis is made by making comparison between the mapping and the actual activity in case study areas in Kelurahan Duren Sawit and Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, East Jakarta.
A field survey is conducted and a further descriptive analysis is utilized. Data collection is carried out through interviews and questionnaires, observations and literature studies. Data is then analysed quantitatively and qualitatively for individual groups of stakeholders.
Based on the comparisons made between the ideal level of participation and the actual participation of each stakeholder group, conclusions can be drawn
as follow:
1 The Provincial Government of DKI Jakarta has not made maximum efforts in promoting the Decision of the Governor of DKI Jakarta
Number 115 Year 2001 which has resulted in the limited number of community members who recognize the regulations.
2. The community level of awareness and participation in the implementation of the DKI Jakarta Provincial Government efforts in the run-off management and water resources reservations is low. This is due to the failure of the government to inform the community the purposes and aims of the PLH, as well as the inadequate and weak monitoring of the making of infiltration wells by the community members. The above conclusions indicate that the Decision of The Local Government of DKI Jakarta Number 115 Year 2001 on The making of Infiltration Well in the province of Jakarta has not been well implemented and executed.
;The economic development and the population growth of a city lead to the increasing demand for public services such as new roads, settlement areas, trade centers, office buildings, hospitals and schools. However, this, in the long run will affect the ground surface condition and change from pervious to impervious surface, the condition which will cause increasing volume of surface run-off and higher flood potential. The condition of over capacity of the rivers and reservoirs and poor drainage system of the city contributes to flood occurrence.
The concept of conventional stormwater management is based on the idea of draining the water from the affected area in the quickest manner to the recipient water body.
To overcome the run-off problem, an innovative, sustainable ecosystem- based approach for land development and run-off management, known as “Low Impact Development (LID)” concept is to be adopted. The basic idea of the concept is to detain and slow down the flow of run-off entering the water body, giving time for the water to infiltrate into the ground and recharge the ground water without flooding the area.
Within the framework of run-off management and water resources reservation, the Provincial Government of DKI Jakarta has issued the Decree of Governor of DKI Jakarta, Number 115 Year 2001, on the Making of Infiltration-Well in the Province of DKI Jakarta. This, however, has not been successfully implemented.
The purpose of the present research is therefore (a) to know the level of participation of stakeholders in run-off management activity, (b) to advise the government on the ideal community-based participation run-off management.
The present research is carried out by applying the “Stakeholders Analysis” (World Bank, 1998) approach to obtain the stakeholders level of participation and the strategic mapping of participation in the making of infiltration-well. Analysis is made by making comparison between the mapping and the actual activity in case study areas in Kelurahan Duren Sawit and Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, East Jakarta.
A field survey is conducted and a further descriptive analysis is utilized. Data collection is carried out through interviews and questionnaires, observations and literature studies. Data is then analysed quantitatively and qualitatively for individual groups of stakeholders.
Based on the comparisons made between the ideal level of participation and the actual participation of each stakeholder group, conclusions can be drawn
as follow:
1 The Provincial Government of DKI Jakarta has not made maximum efforts in promoting the Decision of the Governor of DKI Jakarta
Number 115 Year 2001 which has resulted in the limited number of community members who recognize the regulations.
2. The community level of awareness and participation in the implementation of the DKI Jakarta Provincial Government efforts in the run-off management and water resources reservations is low. This is due to the failure of the government to inform the community the purposes and aims of the PLH, as well as the inadequate and weak monitoring of the making of infiltration wells by the community members. The above conclusions indicate that the Decision of The Local Government of DKI Jakarta Number 115 Year 2001 on The making of Infiltration Well in the province of Jakarta has not been well implemented and executed.
;The economic development and the population growth of a city lead to the increasing demand for public services such as new roads, settlement areas, trade centers, office buildings, hospitals and schools. However, this, in the long run will affect the ground surface condition and change from pervious to impervious surface, the condition which will cause increasing volume of surface run-off and higher flood potential. The condition of over capacity of the rivers and reservoirs and poor drainage system of the city contributes to flood occurrence.
The concept of conventional stormwater management is based on the idea of draining the water from the affected area in the quickest manner to the recipient water body.
To overcome the run-off problem, an innovative, sustainable ecosystem- based approach for land development and run-off management, known as “Low Impact Development (LID)” concept is to be adopted. The basic idea of the concept is to detain and slow down the flow of run-off entering the water body, giving time for the water to infiltrate into the ground and recharge the ground water without flooding the area.
Within the framework of run-off management and water resources reservation, the Provincial Government of DKI Jakarta has issued the Decree of Governor of DKI Jakarta, Number 115 Year 2001, on the Making of Infiltration-Well in the Province of DKI Jakarta. This, however, has not been successfully implemented.
The purpose of the present research is therefore (a) to know the level of participation of stakeholders in run-off management activity, (b) to advise the government on the ideal community-based participation run-off management.
The present research is carried out by applying the “Stakeholders Analysis” (World Bank, 1998) approach to obtain the stakeholders level of participation and the strategic mapping of participation in the making of infiltration-well. Analysis is made by making comparison between the mapping and the actual activity in case study areas in Kelurahan Duren Sawit and Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, East Jakarta.
A field survey is conducted and a further descriptive analysis is utilized. Data collection is carried out through interviews and questionnaires, observations and literature studies. Data is then analysed quantitatively and qualitatively for individual groups of stakeholders.
Based on the comparisons made between the ideal level of participation and the actual participation of each stakeholder group, conclusions can be drawn
as follow:
1. The Provincial Government of DKI Jakarta has not made maximum efforts in promoting the Decision of the Governor of DKI Jakarta
Number 115 Year 2001 which has resulted in the limited number of community members who recognize the regulations.
2. The community level of awareness and participation in the implementation of the DKI Jakarta Provincial Government efforts in the run-off management and water resources reservations is low. This is due to the failure of the government to inform the community the purposes and aims of the PLH, as well as the inadequate and weak monitoring of the making of infiltration wells by the community members. The above conclusions indicate that the Decision of The Local Government of DKI Jakarta Number 115 Year 2001 on The making of Infiltration Well in the province of Jakarta has not been well implemented and executed., The economic development and the population growth of a city lead to the increasing demand for public services such as new roads, settlement areas, trade centers, office buildings, hospitals and schools. However, this, in the long run will affect the ground surface condition and change from pervious to impervious surface, the condition which will cause increasing volume of surface run-off and higher flood potential. The condition of over capacity of the rivers and reservoirs and poor drainage system of the city contributes to flood occurrence.
The concept of conventional stormwater management is based on the idea of draining the water from the affected area in the quickest manner to the recipient water body.
To overcome the run-off problem, an innovative, sustainable ecosystem- based approach for land development and run-off management, known as “Low Impact Development (LID)” concept is to be adopted. The basic idea of the concept is to detain and slow down the flow of run-off entering the water body, giving time for the water to infiltrate into the ground and recharge the ground water without flooding the area.
Within the framework of run-off management and water resources reservation, the Provincial Government of DKI Jakarta has issued the Decree of Governor of DKI Jakarta, Number 115 Year 2001, on the Making of Infiltration-Well in the Province of DKI Jakarta. This, however, has not been successfully implemented.
The purpose of the present research is therefore (a) to know the level of participation of stakeholders in run-off management activity, (b) to advise the government on the ideal community-based participation run-off management.
The present research is carried out by applying the “Stakeholders Analysis” (World Bank, 1998) approach to obtain the stakeholders level of participation and the strategic mapping of participation in the making of infiltration-well. Analysis is made by making comparison between the mapping and the actual activity in case study areas in Kelurahan Duren Sawit and Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, East Jakarta.
A field survey is conducted and a further descriptive analysis is utilized. Data collection is carried out through interviews and questionnaires, observations and literature studies. Data is then analysed quantitatively and qualitatively for individual groups of stakeholders.
Based on the comparisons made between the ideal level of participation and the actual participation of each stakeholder group, conclusions can be drawn
as follow:
1 The Provincial Government of DKI Jakarta has not made maximum efforts in promoting the Decision of the Governor of DKI Jakarta
Number 115 Year 2001 which has resulted in the limited number of community members who recognize the regulations.
2. The community level of awareness and participation in the implementation of the DKI Jakarta Provincial Government efforts in the run-off management and water resources reservations is low. This is due to the failure of the government to inform the community the purposes and aims of the PLH, as well as the inadequate and weak monitoring of the making of infiltration wells by the community members. The above conclusions indicate that the Decision of The Local Government of DKI Jakarta Number 115 Year 2001 on The making of Infiltration Well in the province of Jakarta has not been well implemented and executed.
]"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T44109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswan Rasul
"ABSTRAK
Masyarakat seharusnya menjadi pihak utama dalam mengelola sumber daya alam karena peransertanya akan mempengaruhi kelangsungan sumber daya tersebut, balk secara Iangsung maupun tidak Iangsung. Sayangnya, banyak Peranserta yang tidak sejalan untuk mendukung kelestarian lingkungan dan cenderung mengarah kepada kerusakan ekosistem dan pencemaran lingkungan. Dalam penelitian ini, pengaruh Peranserta masyarakat yang tinggal di sempadan sungai Enim dan kondisi penanganan Iimbah terhadap pengelolaan kualitas sumber secara khusus dipertanyakan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar pengaruh Peranserta masyarakat dan kondisi penanganan Iimbah terhadap pengelolaan sumber daya air.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa (1) Peranserta masyarakat dan kondisi penanganan Iimbah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari, (2) pengaruh Peranserta masyarakat terhadap pengelolaan kualitas air, (3) hubungan antara kondisi penanganan Iimbah dan kualitas air; (4) pengaruh Peranserta masyarakat dan kondisi penanganan Iimbah terhadap pengelolaan kualitas air, secara bersamaan (simultan). Penelitian deskriptif analitis yang menggunakan metode survey ini dilakukan di daerah sepanjang Sungai Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan. Ada 132 responden yang tinggal di pinggir sungai, diambil sebagai sampel yang kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa korelasi dan regresi.
Hasil pemrosesan data statistik menunjukkan bahwa besamya pengaruh simultan Peranserta masyarakat (X1) dan kondisi penanganan limbah (X2) terhadap pengelolaan kualitas sumber daya air (Y) adalah 0,733 yang berarti cukup kuat. Sedangkan kontribusi simultan variabel X1 dan X2 terhadap Y is 73,3% or (Y)= R2 x 100% = 73.3% dan sisanya ditentukan oleh variabel lain. Lebih jauh lagi, naikturunnya pengelolaan kualitas sumber daya air dapat diprediksi atau dihitung melaiui persamaan regresi Y = 18.665 + 0.227 Xi + 0.459X2. Besarnya pengaruh variabel X1 terhadap Y adalah 0,685 atau 68,5%; kemudian, sisanya ditentukan oleh variabel lain. Besarnya koefisien pengaruh kondisi penanganan limbah terhadap pengelolaan sumber daya air adalah 0,566 atau kontribusi sebesar 56,6%.
Angka-angka di atas menunjukkan adanya korelasi yang besar antara (1) Peranserta masyarakat (X1) dan pengelolaan kualitas air (Y), (2) kondisi penanganan Iimbah (X2) dan pengelolaan kualitas air (Y), (3) Peranserta masyarakat (X1) bersamaan dengan kondisi penanganan limbah (X2) terhadap pengelolaan kualitas sumber daya air (Y). Dengan kata lain, masing-masing variabel (XI dan X2) saling mempengaruhi terhadap pengelolaan kualitas air baik secara individu maupun bersamaan.
Dari hal tersebut, penelitian ini menunjukkan bahwa Peranserta masyarakat dan kondisi penanganan limbah harus diperhatikan untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mendorong Peranserta masyarakat untuk ramah lingkungan dan menciptakan kondisi yang lebih balk dalam penanganan limbah. Ini memerlukan usaha-usaha strategis dan terpadu untuk menciptakan kondisi yang mendukung masyarakat memiliki Peranserta yang diinginkan dan ramah pada lingkungan. Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan pemerintah daerah untuk berupaya mengubah Peranserta masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya menjaga keberlangsungan lingkungan. Hal ini tentunya akan menghasilkan keuntungan yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pada umumnya dan generasi mendatang dalam jangka panjang. Dalam prakteknya, masyarakat harus diberikan pelatihan khusus dan penyuluhan mengenai cara penangangan limbah yang lebih baik. Terakhir, penyediaan prasarana yang relevan dan insentif yang nyata juga panting diberikan.

ABSTRACT
Society should be the main agent in managing natural resources, as their participation will influence the natural resources' sustainability, directly or indirectly. Unfortunately, many of the participations are not in line to support the environment preservation so that their daily activities often produce pollutions. The same thing happens to Enim River. In this research, the influence of participation of the society living on the riverside of Enim and the waste processing condition to water resource management in specific is questioned. Therefore, this research is to study how much the effect of society's participation and waste-processing condition to the quality of water resource management is.
The purposes of the research are to identify and analyze (1) the society's participation and the condition of waste processing resulted from daily activities; (2) the influence of society's participation on water quality management; (3) the relations between waste processing condition and water quality; (4) the influence of society's participation and waste processing condition on water quality management, simultaneously. This analytical descriptive research, which uses survey method, was conducted in the riverside of Enim Lematang River, District of Muara Enim, Province of South Sumatra. There are 132 respondents living on the riverbanks taken as samples, which later analyzed by using correlation coefficient and regression.
The statistical data processing result shows that the coefficient of simultaneous effect of the society's participation (X1) and the condition of waste processing (X2) to the management of water resource quality (Y) is 0.733, which means relatively strong. While the simultaneous contribution of variable XI and X2to (Y) = R2 x 100% = 73.3% and the rest is decided by other variables_ Furthermore, the fluctuation of the management of water resource quality can be estimated through the regression equivalence of Y = 18.665 + 0.227 XI + 0.459X2. The effect coefficient of variable Xl to Y is 0.685 or 68.5% in percentage; later, the rest is determined by other variables. The effect coefficient of waste processing condition to water resource management is 0.566 or contribution as of 56.6% in percentage. Those figures can be interpreted that there are considerable correlations between (1) the society's participation (XI) and water resource management (Y); (2) waste processing condition (X2) and water resource management (Y); (3) the society's participation (X1) together with waste processing condition (X2) and the water resource management (Y). In other words, those variables (Xiand X2) influence the water resource management, either solely or simultaneously.
The research shows that the society's participation and waste processing condition should be paid attention to promote the water resource management. It can be done by encouraging the people's participation to be friendly-environment and creating the better condition of waste processing. The findings of the research support the conclusion that the better transformation of society's participation promotes the success and effectiveness of the water resource management. It needs strategic and comprehensive efforts to create conditions, which favor the society to have desirable and friendly-environmental participations.
Based on the above conclusion, this research recommends the local government to attempt to transform the people's participation to increase their knowledge and awareness of the importance of keeping the environmental sustainability. It surely leads to the benefits, which will promote the life quality of the society in general, and the next generation for the long term. To put it into practice, the local government should give special training and counseling to the society on how to process waste better. The measures are expected to change the people's participation to treat the environment better. In addition, the government should also provide the relevant facilities or infrastructures and real incentives to the society."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana
"Lajunya pembangunan di kawasan perkotaan yang disebabkan oleh lajunya pertumbuhan penduduk dan kurang tertatanya sistem makro dan mikro drainase dalam satu kerangka Rencana Umum Tata Ruang memberikan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan hidup, yang antara lain berupa banjir genangan. Banjir genangan merupakan salah satu masalah utama Kotamadya Banda Aceh yang harus segera ditanggulangi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem drainase yang ada belum berfungsi secara menyeluruh, terutama pada kawasan﷓kawasan rendah dan cekung. Untuk menanggulangi genangan air hujan tersebut diperlukan perencanaan sistem drainase yang berwawasan lingkungan. Drainase berwawasan lingkungan adalah prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air, di mana pembangunannya terintegrasi dengan Rencana Umum Tata Ruang, pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, pembangunan sarana utilitas kota, serta mempertimbangkan kondisi lingkungan fisik, sosial dan budaya, sehingga dapat meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, permasalahan sistem drainase di kawasan perkotaan perlu dirurriuskan dengan melakukan pengkajian dari sudut perencanaan teknis dan dilihat kaitannya secara menyeluruh dengan beberapa aspek lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem perencanaan makro drainase dalam kerangka rencana tata ruang kota; menganalisis kondisi sistem saluran drainase di kawasan perkotaan serta kaitannya dengan kondisi kualitas lingkungan dan kualitas kesejahteraan masyarakat di sekitarnya; dan mengusulkan sistem perencanaan makro drainase berwawasan lingkungan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) perencanaan drainase yang berwawasan lingkungan akan mampu menurunkan frekuensi dan tinggi banjir genangan di suatu kawasan; 2) terkendalinya tinggi banjir genangan akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk di suatu kawasan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menyempurnakan proses perencanaan drainase kawasan perkotaan; dan sebagai bahan bandingan untuk penelitian selanjutnya dalam perencanaan dan pengembangan rekayasa teknik drainase untuk meningkatkan kualitas lingkungan di suatu kawasan perkotaan.
Metode pengambilan sampel di daerah studi dilakukan dengan cara two stage cluster random sampling di sebanyak 5 kelurahan di daerah genangan kawasan perkotaan. Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Laksana, Keuramat, Kampung Baru, Sukaramai dan Lampaseh Kota. Jumlah sampel adalah 93 KK atau 3 % dari jumlah Kepala Keluarga (KK) teasing-masing Kelurahan. Data yang diperlukan dalam analisis ini adalah data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yakni ; observasi di lapangan; penyebaran kuesioner; dan wawancara.
Metode pengambilan data menggunakan teknik random sampling, yakni semua populasi mempunyai kesempatanl probabilitas yang sama untuk terpilih menjadi responder. Prosedur yang ditempuh untuk menentukan sam pel adalah mengindentifikasikan seluruh rumah tangga dalam 5 kelurahan tersebut di atas; melakukan undian untuk mendapatkan renponden terpilih, sehingga diharapkan dapat representatif dalam mewakili sifat-sifat populasi.
Analisis data meliputi: analisis statistika hidrologi digunakan untuk perhitungan curah hujan rencana dan perhitungan debit rencana; analisis hidrolika berdasarkan analisis deduktif digunakan untuk perhitungan kapasitas saluran dan kapasitas bangunan; dan analisis sosial ekonomi dilakukan secara induktif, dengan menguraikan variabel sosial dan variabel ekonomi yang mempengaruhi terhadap perencanaan drainase. Secara statistik analisis ini dilakukan dengan cara modus dan tabulasi tunggal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1.) Saluran drainase yang ada ternyata masih menyebabkan genangan, sehingga perencanaan drainase berwawasan lingkungan diharapkan dapat menurunkan frekuensi genangan; 2.) Kawasan sampel yang diteliti selama tahun 1994 menunjukkan bahwa sebanyak 78,5 % lingkungan tempat tinggalnya tergenang, dengan lama genangan 1 - 72 jam, tinggi genangan 1 - 60 cm; 3.) Penyebab genangan antara lain : tidak ada saluran drainase (21,5 %); Halaman rumah lebih rendah dari saluran jalan (20,4 %}; halaman rumah lebih rendah dari saluran sekelilingnya (14,0 %); saluran yang ada mampat (11,8 %); saluran yang ada terlalu kecil (17,2 %); air dalam saluran tidak mengalir (15,1 %); 4.) Pemeriksaan kapasitas saluran yang ada di kawasan penelitian menunjukkan bahwa kapasitasnya tidak mampu lagi mengalirkan debit banjir rencana 2 tahunan. 32,19 % kapasitas saluran yang ada lebih kecil dari debit rencana maksirnum yang harus ditampung sehingga terjadi genangan; 5.) Menurut rencana induk drainase memperlihatkan bahwa yang dipakai sebagai saluran pembuang akhir adalah Krueng Aceh, Alur Biduk, Krueng Titi Panyang, Krueng Neng, Krueng Cut, Krueng Daroy dan Krueng Doy. Kawasan penelitian akan mengalirkan ke Krueng Doy dan Alur Biduk, kemudian di tempat tersebut dibantu dengan kolam Lando, pintu air dan pampa.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab genangan adalah sebanyak 32,19 % saluran drainase yang ada kapasitasnya lebih kecil dari debit rencana, sehingga tidak mampu lagi mengalirkan debit rencana 2 tahunan. Dalam hal ini diperlukan perencanaan teknis drainase berwawasan lingkungan untuk mengantisipasi banjir genangan, serta meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan perkotaan.
Saran hasil penelitian ini adalah : 1.) Perencanaan drainase berwawasan lingkungan adalah, air harus menuju ke sungai sesuai dengan arah aliran dalam masterplan drainase, perencanaannya harus integral dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), studi kelayakan lingkungan (Amdal kawasan) dan apabila semua persyaratan hidrologi dan perencanaan fisik teknis diikuti serta dilaksanakan studi kelayakan lingkungan maka diperkirakan drainase berwawasan lingkungan akan terwujud; 2.) Dari survai terlihat bahwa salah satu kegagalan berfungsinya saluran drainase karena tidak adanya pemeliharaan, dalam hal ini diperlukan peran serta masyarakat; 3.) Pemeliharaan pompa dan kolam Lando memerlukan suatu pemeliharaan tersendiri yang oleh karena sifatnya melayani banyak daerah, maka tata cara pemeliharaan harus ditetapkan pelaksanaannya bersama-sama dengan penduduk di kawasan layanannya. 4.) Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

Environmentally Sound Macro Drainage Planning For Urban Area A Case Study of Banda Aceh MunicipalityPopulation growth and ill managed macro and micro: drainage combined with the rate of unruly development caused serious negative impacts to the environment, such as flood and various water borne diseases. One of the research findings is that the cause of flood was due to the impropriety of the drainage system function. It is found that an environmentally sound drainage is needed. The environmentally sound drainage is an infrastructure that act to channel the flow of surface water to a water body; its construction should be integrated into the general spatial planning, the recommendation of the environmental Impact Analysis and various development- of the city utilities. It should also consider the physical, social and cultural environmental condition. Therefore, the drainage system planning and design in the urban area need to be formulated by studying in terms of the technical planning and its relationship with the various natural, social and man-made environmental aspects.
The purpose of this research is to study the macro drainage planning according to the urban spatial planning; to analyze the drainage system condition in the urban area and its relationship with the environmental quality of the research area and welfare of the community in the vicinity and; to propose a macro environmentally sound drainage planning system.
The hypothesis in this research are: 1) the environmentally sound drainage planning will be able to decrease the frequency and height of floods in its commanded area; 2) the controlled floods height will be able to increase population welfare in an urban area.
The research's result is expected to be made a reference for improving the urban area drainage planning, and to be considered as a comparative material for further research in planning and development of drainage system design to improve the environmental quality of an urban area.
The sampling method being undertaken in this research was the two stage cluster random sampling in 5 villages of the flooded urban areas. The villages include Laksana, Keuramat, Kampung Baru, Sukaramai and Lampaseh Kota. The number of sample was 93 families or 3 a of the families in each village. The data being analyzed are primary and secondary data. Data collection was taken place by field observation, questionnaire distribution and direct interview.
The data collection technique used is random sampling technique, namely that all population has an equal probability to be selected as a respondent. The procedure of determining the sample is by identifying the entire households in the five villages, and by tossing the sample in order to obtain a representative sample that could represent characteristics of the entire population.
The data analysis include: hydrology statistical analysis for the calculation of design rainfall and projected discharge, the hydrolic analysis based on a deductive analysis that was used for the calculation of the sewerage capacity and the structures capacity; social economic analysis was carried out inductively, by using social and economic variables which influence the drainage planning. Statistically the discussion of the result is undertaken through tabulated data.
This research concluded that 1) The existing drainage sewage system still caused flood; the environmentally sound drainage planning is expected to reduce the flood frequency. 2) The sampling area studied, during 1994, indicated that 78.5 % of the settlement area was flooded, with a duration ranging from 1 to 72 hours; the height of the flood ranges from 1 to 60 cm. 3) The causes of the floods include: lack of drainage sewage system (21.5 ); the yard is lower than the sewage system (20.4 %); the yard is lower than the sewage channels (14.0 %); the existing sewage system is stuck with thrash (11.8 0); the existing sewage system is too small (17.2 %); the water in the sewage system is not flowing (15.1 a).
The examination of the existing sewage system in the research area indicated that the capacity is not sufficient to channel the flood debit for two years. Thirty two point nineteen percent (32.19 %) of the existing channel capacity is less than the maximum amount that should be collected when there is flood.
According to the drainage master plan, the final drainage channels are Krueng Aceh, Alur Biduk, Krueng Titi Panyang, Krueng Neng, Krueng Cut, Krueng Daroy, Krueng Doy. The researched area will channel the flood to Krueng Doy and Alur Biduk, and thence it will be supported by a reservoir, slutch and pumps.
The conclusion of this research include 1) In an environmentally sound drainage planning, the low of the water should be heading for the river in accordance with the direction of the flow stated in the drainage masterplan; its planning should be integrated in general spatial planning and the environmental impact analysis of the region. If the hydrological requirements, physical technical planning and an environmental feasibility study were conducted, it is expected that the environmentally sound drainage system will be realized; 2) This research found out that one of the reasons the drainage channel failure to function was lack of maintenance. This should he overcome by the community participation collectively; and 3) The pumps and basin maintenance require a special treatment because it serves an extensive area. There fore the maintenance administration should be decided together with the community in the service area; 4) A further research should be carried out to increase the quality of the environment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T4822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Pranowo Hadiwardoyo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sachio Edgar Retaja
"Kota Depok merupakan daerah urban dengan luasan daerah terbangun yang tinggi. Hingga saat ini banjir masih terjadi di beberapa wilayah Kota Depok, termasuk banjir di Jalan Margonda. Salah satu penyebab banjir di wilayah Jalan Margonda adalah meluapnya Kali Cabang Timur. Kali Cabang Timur merupakan saluran drainase yang sebagian airnya dialirkan ke Danau Kenanga UI melalui pintu air dan sebagian lainnya diteruskan. Penelitian ini akan membahas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kenanga yang meliputi Kali Cabang Timur dan sebagian wilayah Universitas Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kapasitas saluran di DTA Danau Kenanga dengan mempertimbangkan perubahan tata guna lahan serta limpasan yang mengalir melalui pintu air Kali Cabang Timur. Penelitian ini membandingkan hasil perhitungan debit banjir rencana dengan kapasitas saluran drainase di DTA Danau Kenanga menggunakan perangkat lunak WinTR-55 dan HEC-RAS. Penggunaan WinTR-55 dan HEC-RAS dilakukan untuk mengetahui debit banjir dan tinggi muka air pada saluran drainase untuk periode ulang 2 tahun hingga 10 tahun. Hasil pemodelan WinTR-55 dan HEC-RAS menunjukkan bahwa beberapa titik pada saluran drainase DTA Danau Kenanga tidak dapat menampung debit banjir pada beberapa periode ulang. Sebagai upaya untuk menanggulangi banjir di DTA Danau Kenanga, diberikan usulan dimensi saluran drainase yang mampu mengatasi debit banjir 10 tahunan dan perubahan tata guna lahan.

Depok City is an urbanized area with a high built-up area. Until now, flooding still occurs in several areas of Depok City, including flooding on Jalan Margonda Raya. One of the causes of flooding in the Jalan Margonda Raya area is the overflow of Kali Cabang Timur. Kali Cabang Timur is a drainage channel where part of its water is channeled to Lake Kenanga UI through the sluice gate and the other part is forwarded. This research will discuss the Kenanga Lake Catchment Area which includes Kali Cabang Timur and part of the University of Indonesia area. The purpose of this research is to evaluate the channel capacity in the Lake Kenanga catchment area by considering land use changes and runoff flowing through the Kali Cabang Timur sluice gate. This research compares the calculation results of the planned flood discharge with the capacity of the drainage channel in the Lake Kenanga catchment using WinTR-55 and HEC-RAS software. WinTR-55 and HEC-RAS were used to determine the flood discharge and water level in the drainage channel for a return period of 2 years to 10 years. The results of WinTR-55 and HEC-RAS modeling show that several points in the drainage channel in the Lake Kenanga catchment area cannot accommodate flood discharge at several return periods. As an effort to overcome flooding in the Lake Kenanga catchment area, the proposed dimensions of the drainage channel that can cope with the 10-year flood discharge and land use changes are given.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem drainase pada lapangan golf merupakan suatu hal yang amat penting. Pada lapangan golf, drainase diperlukan untuk untuk menjaga agar lapangan tetap kering, sehingga dapat menjaga kesuburan rumput, memberikan kenyamanan bagi pemain golf untuk berjalan, mengendarai dan memukul bola serta mencegah adanya genangan air dan lumpur pada saat bermain. Untuk menjaga agar lapangan tetap tidak tergenang terutama pada saat sehabis hujan diperlukan sistem drainase yang baik, Drainase yang terdapat pada lapangan golf diutamakan pada disain dari drainase bawah permukaan. Sehingga evaluasi yang dilakukan adalah membandingkan kondisi drainase bawah permukaan yang ada dengan hasil perhitungan. Sebagai studi kasus sistem drainase lapangan golf ini adalah Padang Golf Satelindo Bukit Sentui dengan 18 hole seluas 100 ha. Pada lapangan golf ini terjadi genangan pada beberapa areal. Genangan air yang terjadi dievaluasi dan dicarikan beberapa altematif penanggulangannya. Perbaikan drainase permukaan ataupun perbaikan saluran drainase bawah permukaan yang dilakukan pada prinsipnya tergantung dari keadaan topografi, kondisi tanah dan keadaan curah hujan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem drainase konvensional kawasan atau kota sudah tidak kondusif untuk menangani genangan air atau banjir saat ini. Konsep drainase berwawasan lingkungan harus segera diterapkan di lingkungan permukiman. Untuk itu harus didukung dengan kriteria desain yang cukup lengkap. Sasaran penelitian antara lain untuk mendapatkan kriteria umum dan teknis desain drainase kawasan atau drainase kota berwawasan Iingkungan. Kegiatan dilaksanakan dengan metode deskriptif dan hasil deskripsi data sekunder dan data primer hasil survei disusun dalam tabel dan matrik data, yang sudah diisi dengan rumusan konsep kriteria, kemudian dibandingkan dengan standar terkait. Hasil kajian : (1) kriteria umum terdiri atas 2 (dua) parameter penentu, sebagai landasan kebijakan dan pembuatan master plan drainase berwawasan lingkungan, 10 (sepuluh) elemen penentu dan 29 (dua puluh sembi/an) kriteria peneritu, (2) kriteria teknis terdiri atas sekitar 3 (tiga) parameter penentu, 20 (dua puluh) elemen penentu dan 56 (lima puluh enam) kriteria penentu, (3) penerapan drainase kawasan atau kota berwawasan lingkungan perlu didukung dengan subsistem tampungan, resapan, manfaat dan alirkan (TRMA) sisa limpasan keluar"
728 JUPKIM 9:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Asni
"ABSTRAK
Memasuki Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II Pemerintah Indonesia telah mengambil suatu kebijaksanaan pembangunan yaitu pembangunan perekonomian nasional dengan menitikberatkan sektor industri sebagai penggerak utama dan sekaligus sebagai pendongkrak perekonomian nasional. Kebijaksanaan makro yang ditempuh ini cenderung bergeser dari agraris ke industrialis. ?
Adanya aksesibilitas yang tinggi dan didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana di P. Jawa untuk tumbuh dan berkembangnya industri maka kegiatan industri tersebut cenderung terkonsentrasi di wilayah Jakarta terutama di Jakarta Utara. Selain menimbulkan dampak positif, kegiatan Lt, industri ini juga menimbulkan dampak negatif yang antara lain adalah tingginya laju urbanisasi dan tingkat kepadatan penduduk. Pada umumnya
para pendatang ini mempunyai tingkat ekonomi yang relatif rendah (miskin) dengan tingkat keterampilan yang kurang memadai, sehingga mereka cenderung hidup di tempat-tempat kumuh dan daerah marginal. Pesatnya perkembangan kegiatan perekonomian (industri, perdagangan, jasa, pernerintah, dan lainnya) dan tingginya laju urbanisasi di wilayah Jakarta ini terutama di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara telah menimbulkan berbagai persoalan lingkungan yang cukup kompleks. Persoalan lingkungan tersebut antara lain adalah meningkatnya kebutuhan lahan dan air, timbulnya permukiman kumuh, meluasnya daerah banjir dan genangan, pendangkalan muara sungai oleh lumpur dan sampah, memburuknya sistem drainase dan abrasi.
Penelitian ini berlokasi di daerah Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan morfologi lahan daerah penelitian, pengaruh reklamasi lahan dan perubahan penggunaan lahan, serta kemampuan sistem drainase dan faktor-faktor fisik lahan yang mempengaruhinya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk membuat suatu gambaran mengenai situasi atau kejadian melalul pengadaan akumulasi data dasar. Pendekatan yang digunakan adalah teknik penginderaan jauh (remote sensing). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Purposive Sampling dengan satuan lahan sebagai stratanya. Pada satuan lahan ini diambil sampel pewakilnya sebanyak 30 sampel.
Berdasarkan hasil interpretasi foto udara pancromatic hitam putih skala 1 : 5000 tahun 1994 dan peta tata guna lahan tahun 1980 skala 1 : 20 000 serta didukung oleh peta geologi, peta tanah, peta dasar* dan peta lainnya maka diperoleh informasi bahwa daerah penelitian dipengaruhi oleh proses fluvial dan marin, sehingga dapat dibedakan menjadi lima (5) satuan bentuk lahan yakni : Dataran Aluvial (Fl), Tanggul Aiam (F2), Cekungan Fluvial (F3), Rawa Belakang (F4), dan Dataran Aluvial Pantai (Ml). Didasarkan pada jenis penggunaan lahannya di daerah penelitian ini terdapat 23 jenis satuan lahan, yakni : Fl-pk, Fl-sw, Fl-lk, Fl-ind, F2-lk, F3-pk, F3-sw, F3-lk, F3-ind, F3-js, F3-sp, F4-pk, F4-lk, F4-sp, F4-js, F4- tbk, Ml-pk, MMk, Ml-ind, Ml-sp, Ml-js, Ml-tbk, danMl-mgr.
Untuk mengatasi kelangkaan lahan yang didasarkan pada pertimbangan ekonomi, di wilayah Kecamatan Penjaringan telah dilakukan kegiatan reklamasi lahan. Selama periode tahun 1980 - 1994, lahan di wilayah ini telah direklaraasi seluas 1.179,70 ha yang meliputi wilayah daratan dan perairan dangkal. Besamya lahan yang direklamasi adalah sebagai berikut satuan bentuk lahan F3 seluas 620, 6 ha atau 52,65 %; satuan bentuk lahan F4 seluas 322,0 ha atau 27,32 %; satuan bentuk lahan Ml seluas 63,2 ha atau 5,36 % dan wilayah perairan dangkal (pantai) seluas 172,8 ha atau 14,63 %.
Melihat kondisi fisik lahannya, kegiatan reklamasi lahan tersebut sudah dapat dipastikan akan membawa dampak linkungan (banjir), dimana sejumlah air baik yang berasal dari curah hujan lokal (rainfall) maupun limpasan air permukaan (surface run off) akan kehilangan tempat, sehingga air tersebut cenderung mengalir ke tempat yang lebih rendah (perkampungan). Selain hal tersebut, faktor tingginya tutupan lahan (land cover) seperti jalan, perkantoran, dan permukiman serta adanya penyurnbatan muara sungai, juga akan mempercepat terjadinya banjir dan genangan.
Bila ditinjau darl segi geomorfologi lingkungan, kegiatan reklamasi lahan ini akan berpengaruh langsung terbadap sistem drainascnya. Adapun pengaruh yang ditimbulkannya antara lain adalab berubahnya morfologi lahan, memburuknya sistem drainase, meluasnya daerah banjir dan genangan, dan terjadinya abrasi serta intrusi air laut. Dampak lain yang berpengaruh secara tidak langsung yaitu permukaan tanahnya mengalami penurunan secara kontinyu sebagai akibat dari sifat fisik tanahnya yang belum terkonsolidasi secara maksimum, sehingga tingkat sensitivitas dan kompresibilitas tinggi. Kedua dampak tersebut di atas akan menambah luas daerah banjir dan genangan.
Sistem drainase di daerah penelitian ini dipengaruhi oleh faktor fisik lahan yaitu relief-topografi, geologi, tanah (tekstur dan struktur tanah), proses geomorfologi, iklim, dan penggunaan/penutup lahan. Masing-masing faktor fisik tersebut saling terkait dan bersifat akumulatif
Dari pengamatan lapangan, teiaah pustaka dan laporan penelitian terdahulu dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam perencanaan pengembangan wilayah (tata ruang) diperlukan data fisik lahan yang sifatnya mutlak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui daya dukung wilayah dan meminimisasi dampak negatif yang ditimbulkannya, sehingga dapat tercapai tujuan pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cakra Hadi Cendana
"ABSTRAK
Pada Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi untuk Prasarana Drainase DKI Jakarta ditetapkan bahwa normalisasi dan drainase untuk mengatasi bencana banjir. Namun, drainase belum sepenuhnya terimplementasikan. Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pembangunan prasarana drainase berdasarkan peraturan daerah tersebut. Penelitian menggunakan positivist dengan wawancara mendalam para narasumber dan hasil pengamatan realita/langsung di lapangan. Hasil dari penelitian adalah faktor-faktor implementasi kebijakan pembangunan prasarana drainase berhasil walaupun belum maksimal dan faktor yang mempengaruhi implementasi peraturan daerah tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi/sikap dan struktur birokrasi.

ABSTRACT
At the Local Regulations Number 1 of 2014 About the Detail Spatial Plan and Zoning Regulations for Drainage Infrastructure Jakarta established that normalization and drainage for the flood disaster. However, drainage has not been fully implemented. This thesis discusses the implementation of the Regional Regulation No. 1 of 2014 and the factors that affect the implementation of the local regulation. Positivist research uses in-depth interviews with informants and observations reality on the ground. Results of the study is the implementation of the Regional Regulation No. 1 of 2014 successful despite not maximized and the factors that affect the implementation of the local regulation is communication, human resources, disposition or attitude and bureaucratic structures.
"
2016
S66567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
"Kota Jakarta merupakan daerah dataran rendah dan dilewati banyak sungai sera saluran drainase yang saling terkait satu lama lainnya. Hal ini mengakibatkan kota Jakarta rawan banjir yang diakibatkan hujan baik lokal maupun hujan didaerah hulunya. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah banjir di wilayah Jakarta Timur, maka Dinas Pekerjaan Umum Propinsi DKI Jakarta melaksanakan pengerukan sedimen lumpur Waduk dan Sungai, agar kapasitas tampungannya menjadi semakin besar. Pelaksanaan pekerjaan pengerukan lumpur waduk dengan volume yang besar tidak mungkin dilakukan oleh tenaga manusia dalam jangka waktu yang terbatas telah dilakukan dengan metoda penggunaan alat besar khususnya floating excavator di DKI Jakarta.
Penelitian ini didasarkan atas studi kasus proyek pengerukan waduk Pulomas di wilayah Jakarta Timur dengan perolehan data sebanyak 28 sampel panjang jalur pengerukan dan tingkat produktivitas flooring excavator yang diukur melalui durasi pengerukan per meter kubik. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa panjang jalur pengerukan dapat mempengaruhi durasi yang dibutuhkan per satuan volume. Metode simulasi Monte Carlo digunakan untuk meneliti semua kemungkinan penerapan pelaksanaan pengerukan dengan menggunakan metode floating excavator yang memenuhi syarat bagi konstruksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>