Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raih Grahawati
"[ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan sebuah cerita tentang kehidupan wanita di dalam lirik lagu Survivor oleh Destiny Child (2001). Yang didiskusikan dari penelitian ini yaitu bagaimana kehidupan wanita direpresentasikan ke dalam lirik lagu Survivor melalui Analisis Wacana gramatikal dan lexical aspek. Teori Sumarlam akan menjadi kunci untuk menganalisis lirik lagu Survivor berdasarkan kategori gramatikal dan lexical aspek. Hasil temuan dari penelitian menunjukan meskipun para wanita terkadang mengalami kesulitan dalam menjalani hubungan, namun mereka dapat mengatasi hidup yang sulit dengan bertahan agar mendapatkan kebebasan dan juga bisa menjadi wanita yang mandiri. Penelitian ini dikontribusikan ke dalam analisis teks mengapa di dalam lirik lagu survivor menjelaskan fakta bahwa wanita itu sebenarnya kuat ABSTRACT This research describes a story about woman‟s life in the song lyrics ?Survivor‟ by Destiny Child (2001). The main discussion is about how woman‟s life is represented in the song lyrics ?Survivor‟ through discourse analysis grammatical and lexical aspect. Sumarlam‟s theory in grammatical and lexical will lead the discussion to analyze the song lyrics ?Survivor‟ based on the categories in grammatical and lexical. The findings of this research show that even though women are struggling with their relationship but they can overcome the hardship life by surviving in order to get freedom and to become independent. This research contributes to textual analysis why in the song lyrics ?Survivor‟ explain the fact that women are actually strong.;This research describes a story about woman‟s life in the song lyrics ?Survivor‟ by Destiny Child (2001). The main discussion is about how woman‟s life is represented in the song lyrics ?Survivor‟ through discourse analysis grammatical and lexical aspect. Sumarlam‟s theory in grammatical and lexical will lead the discussion to analyze the song lyrics ?Survivor‟ based on the categories in grammatical and lexical. The findings of this research show that even though women are struggling with their relationship but they can overcome the hardship life by surviving in order to get freedom and to become independent. This research contributes to textual analysis why in the song lyrics ?Survivor‟ explain the fact that women are actually strong., This research describes a story about woman‟s life in the song lyrics „Survivor‟ by Destiny Child (2001). The main discussion is about how woman‟s life is represented in the song lyrics „Survivor‟ through discourse analysis grammatical and lexical aspect. Sumarlam‟s theory in grammatical and lexical will lead the discussion to analyze the song lyrics „Survivor‟ based on the categories in grammatical and lexical. The findings of this research show that even though women are struggling with their relationship but they can overcome the hardship life by surviving in order to get freedom and to become independent. This research contributes to textual analysis why in the song lyrics „Survivor‟ explain the fact that women are actually strong.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Suraju
Aceh: UIN Ar-Raniry , 2017
IJOIS 4:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
London : Routledge, 1992
401.41 ADV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bustanul Arifin
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000
401.43 BUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Listiorini
"Janet Wasko dalam tulisannya Understanding the Disney Universe menyatakan bahwa Disney merupakan sebuah industri hiburan yang paling banyak dikaji oleh para intelektual dari berbagai disiplin ilmu. Universitas Berkeley sendiri mencatat terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan buku tentang Disney. Namun kebanyakan meninjau Disney dari media film animasi dan wahana bermainnya (seperti Disneyland). Masih jarang tulisan atau buku yang membahas tentang komik Disney. Karya klasik yang mengkaji komik Disney adalah apa yang ditulis oleh Dorfman dan Mattelart, yaitu How to Read Donald Duck (1975) dengan menitik beratkan pada masalah imperialisme kultural Disney pada Dunia Ketiga. Perkembangan isi komik Disney yang seiring dengan perkembangan zaman membawa para tokoh Disney tidak lagi berkelana ke Dunia Ketiga, namun lebih jauh lagi, yaitu angkasa luar dan makhluknya.
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi representasi di komik Disney tentang angkasa luar dan UFO, diskursus yang muncul dan latar belakang sosial-historis yang melatarbelakangi munculnya diskursus tersebut. Bukan suatu kebetulan bila di AS muncul diskursus tertentu di masyarakat Amerika tentang angkasa luar dan makhluk angkasa luar. Kerangka teoritik besar yang melandasi tulisan ini adalah Cultural Studies dari Birmingham Cultural Studies. Pendekatan ini menimba, mengkaji peran media (Disney) dalam melakukan reproduksi sekaligus konstruksi pengetahuan dan diskursus tentang angksa luar dan UFO.
Paradima penelitian yang digunakan bersifat marxian dan kritis dengan mendasarkan pada teori ideologi Althusser dan Gramsci serta teori diskursus dari Pecheux dan Michel Foucault Metode analisis yang digunakan adalah metode diskursus kritis multilevel dari Norman Fairclough, dengan teknik analisis semiotika. Kerangka analisis yang digunakan mengacu pada model multilevel dari Norman Fairclough yang terbagi menjadi dua tahap utama yaitu tahap pembahasan peristiwa komunikasi (communicative event) yang terdiri dari teks, praktek diskursus, dan praktek sosio-kultural ; dan tahap analisis gabungan antar elemen yang terdiri atas deskripsi, interpretasi dan eksplanasi. Teknik analisis semiotika digunakan terutama di tahap analisis gabungan antar elemen.
Cerita komik Disney dimanapun diproduksi selalu didasarkan atas karakter dan standar khas Disney yang merefleksikan ikon-ikon AS. Teks-teks komik Disney, cerita tematik angkasa luar adalah hasil dari proses reproduksi kultural dari proses produksi budaya media yang kapitalistik. Diskursus angkasa Iuar, UFO dan alien muncul dari representasi teks komik yang dibangun berdasarkan tiga hal, pertama, dengan mereproduksi diskursus angkasa luar, UFO dan alien yang berkembang dan popular pada masyarakat Amerika ; kedua, Disney sendiri telah menempatkan angkasa luar sebagai bagian dari perjalanan sejarah industri budayanya ; dan ketiga, adalah kondisi sosial politik di AS dalam hal ini kebijakan politik AS mengenai angkasa luar, UFO dan alien yang memproduksi wacana tersendiri pada masyarakatnya.
Dengan kata lain, penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan diskursus angkasa luar UFO dan alien di komik Disney sesungguhnya mencerminkan perkembangan diskursus yang sama di masyarakat Amerika. Kondisi ini sekaligus menunjukkan peran Disney sebagai media yang merepresentasikan sekaligus melegitimasikan ideologi dominan Amerika Serikat tentang angkasa luar. Hal ini menjadikan Disney sebagai media budaya yang kapitalistik mereproduksi diskursus angkasa luar yang popular dan menguntungkan dan menjadikannya "pengetahuan baru" bagi khalayak pembacanya. Diskursus yang muncul tentang relasi manusia dan alien tersebut rnemiliki dampak sosial sekaligus ideologis yang mungkin terjadi dengan proses reproduksi diskursus tersebut adalah kemungkinan dimarjinalkannya teks-teks pengetahuan lain bagi anak-anak, dan menguatnya hegemoni AS dalam dominasi kulturalnya melalui komik Disney. Reproduksi tersebut bahkan merepresentasikan ideologi demokrasi Amerika yang semu : anti kekerasan dan berusaha menempuh jalan damai melalui diplomasi atau perundingan; menafikan semua invasi dan peperangan yang selama ini dipimpinnya ke berbagai negara di belahan dunia."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Lathif
"Pokok masalah penelitian ini adalah teks media massa sebagai ajang pertarungan hegemoni budaya. Apakah isi media mengandung ideologi dominan Orde yang berkuasa atau malah menjadi ajang perlawanan bagi subkultur yang didominasi ? Sebagaimana konsepsi yang diperkenalkan oleh Gramsci, bahwa Orde yang berkuasa akan berusaha mengekalkan kekuasaannya demi kelompok kepentingan kelas tertentu, dan kelompok lain dari kelas yang didominasi akan dengan sukarela berpartisipasi dalam usaha mengekalkan kepentingan tersebut. Sedangkan bagi kelas yang terdominasi akan menjadikan media massa sebagai ajang perlawanan dengan menyodorkan ideologi alternatif.
Dengan perspektif Marxis yang kritis, penelitian ini melihat isi teks media berupa sinetron Betawi yang diputar dalam masa periode akhir Orde Baru berkuasa yakni tahun 1993-1997.
Sinetron yang dimaksud adalah sinetron Betawi Immediate Model; yakni sinetron yang bercerita tentang kehidupan orang Betawi dan merupakan hasil karya seniman Betawi itu sendiri. Sinetron tersebut adalah Angkot Haji lmron I (karya Ali Shahab), Mat Angin (sutradara Daddy Mizwar), dan Nurlela (produksi Benny V. Aboebakar). Dengan memakai pendekatan model CDA (Critical Discourse Analysis) Fairclough, penelitian ini dilakukan pada tiga tingkatan diskursus yakni pada level mikro adalah teks, pada level meso diskursus praktis media yakni produksi dan komnsumsi teks, dan pada level makro adalah diskursus sosial budaya. Pada level teks, unit analisisnya adalah spoken dan visual, pada level praktis unit analisisnya adalah wawancara dengan produsen, dan sutradara sinetron tersebut, dan pada level sosial budaya wawancara dengan para pengamat Betawi.
Ditemukan bahwa sinetron Betawi immediate model ini berisi ideologi dominan. Ideologi dominan Orde Baru yang menekankan (artikulasi) pentingnya nilai pendidikan tinggi terutama pendidikan model Barat. Kaum pengusaha itu bermoral dan penolong, membuka lapangan pekerjaan. Hegemoni borjuistis ditandai dengan dimenangkannya kaum borjuis pada setiap terjadi kontlik dengan rakyat biasa. Rakyat yang digusur menjadi meningkat keadaan perekonomiannya dan bahagia hidupnya. Nilai-nilai militeristik sudah dirasakan sejak masa kanak-kanak, cita-cita menajdi militer adalah cita-cita yang mulia membela nusa dan bangsa. Orang yang pernah menekakkan Orde Baru hidupnya tertib dan berhasil, orang Jawa itu birokrat yang baik dan penolong.
Counter hegemony yang muncul adalah bahwa pendidikan Barat hanya melahirkan manusia pekerja, tidak mandiri, tidak berakhlak mulia. Ada sedikit sindiran terhadap gaya militeristik atau pendekatan keamanan yang biasa dilakukan Orde Baru. Sedangkan bagi masyarakat Betawi sendiri sebagai subkultur masyarakat Indonesia dalam konteks kekuasaan Orde Baru menjadikan agama Islam sebagai ideologi alternative, disamping ideologi Pancasila yang monolitik dan homogen. Semangat hidup mandiri atau berwirausaha sebagai alternatif daripada menjadi birokrat atau pegawai pemerintah.
Secara umum suara-suara perlawanan di sinetron ini tidak mampu mengalahkan tatanan ideologi dominan yang demikian hegemonik. Karena, aparat ideologis yakni para seniman Betawi pun telah hanyut dalam partisipasi menyuarakan kepentingan pengusaha yang borjuistis, birokrat yang militeristik, dan Jawani."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinie Handayanie
"Majalah Mingguan Tempo edisi bahasa Inggris menghadirkan laporan khusus bertajuk "Special Report Religion?. Laporan ini mengangkat hasil survei yang dilakukan oleh PPIM IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil survei tersebut digunakan sebagai data pendukung dalam membahas radikalisme Islam di Indonesia, penerapan syariat Islam dan jihad. Penelitian ini dilakukan untuk memerikan Konstruksi wacana radikalisme Islam, syariat Islam dan jihad dalam "Special Report Religion? Tempo (SRRT).
Analisis wacana model Michel Foucault digunakan untuk mendekati korpus penelitian, untuk memerikan struktur atau kontruksi wacana (discursive formations) yang dibangun "Special Report Religion? mengenai radikalisme Islam dan aspek-aspeknya (syariat Islam dan jihad). Konsep mitos Roland, Barthes juga diterapkan untuk melihat wacana (pengetahuan) yang telah dikembangkan dan mendominasi paradigma pemahaman radikalisme Islam. Konstruksi wacana diperoleh dengan memerikan statement yang dibangun dalam kumpulan artikel serta arsip foto SRRT, dan menganalisis ketaksesuaian dalam konstruksinya. Kedisiplinan dalam bertutur dan seleksi berita serta foto menentukan jenis wacana dominan dalam SRRT mengenai radikalisme Islam. Analisis ini tidak bersifat kasuis dengan tujuan membenarkan maupun menyalahkan kontruksi wacana yang dibangun laporan tersebut. Analisis akan mengungkapkan rejim wacana, sebuah cara pandang dan mengungkapkan radikalisme Islam versi "Special Report Religion" Tempo.
Hasil penelitian mengungkapkan masih dominannya paradigma lama mengenai radikalisme Islam, syariat Islam dan jihad dalam SRRT. Walaupun SRRT telah menyajikan cara memaknai radikalisme Islam yang beragam, wacana yang termarjinalkan di dalamnya masih mampu dilacak untuk mencari pengetahuan spesifik (wacana) dominan. Pada akhirnya, SRRT hanya merupakan bagian dan kelanjutan dari wacana global mengenai radikalisme Islam, syariat Islam dan jihad."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Margono
"Indonesia adalah negara dengan banyak etnis atau multietnis dan multikultur. Etnis Tionghoa yang hanya merupakan salah satu etnis dari banyak multietnis di Indonesia, sering memperoleh penyosokan negatif. Sehingga terbentuk suatu presepsi dalam masyarakat Indonesia. Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Arief Budiman tentang presepsi masyarakat terhadap etnis Tionghoa di jawa tengah menunjukan bahwa sentimen terhadap etnis Tionghoa di masyarakat hanya berada di tataran prasangka. Presepsi yang dimiliki masyarakat berbeda dengan realitas yang dihadapinya. KOMPAS menjadi bahan penelitian ini karena jaringan dan kerjasamanya yang luas dengan media di daerah bisa menjadi salah satu kekuatan yang sangat panting untuk membuat masyarakat berpikir mengenai kenasionalisannya dan juga membentuk imagined community. Imlek adalah perayaan tahun baru Cina berdasarkan perhitungan peredaran bulan dan matahari. Suatu tradisi, budaya, adat istiadat yang dilakukan turun temurun sebagian etnis Tionghoa.
Berdasarkan latar belakang dan pemikiran diatas maka masalah penelitian dirumuskan adalah bagaimana keadaan politik sosial dan budaya mempengaruhi tema pemberitaan KOMPAS mengenai imlek (dan Tionghoa) dari waktu ke waktu. Dan tujuan Mengetahui representasi serta tema pemberitaan KOMPAS mengenai imlek (dan etnis Tionghoa). Harapannya agar tesis ini dapat menjadi menjadi bahan refleksi pemberitaan Tionghoa di surat kabar dan mampu memberikan rekomendasi kepada KOMPAS, sehubungan dengan merepresentasi Tionghoa.
Penelitian ini adalah merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan Metodologi Penelitian Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis), dengan pendekatan analisis multilevel. Level pertarria adalah pendekatan sosial, budaya dan ekonomi. Level kedua adalah analisis wacana organisasi media seperti keadaan mental, interaksi atau keadaan sosial sehubungan dengan etnis Tionghoa di Indonesia.. Pada level teks asumsinya adalah penciptaan makna dapat melibatkan safah satu atau keseluruhan mulai dari struktur kalimat, preposisi, implikasi, presuposisi, bagaimana seseorang digambarkan dan lain-lain. Untuk mengaitkan teks dengan dua level lainnya digunakan analisis antar teks ( intertextualy analysis).
Tesis ini membuktikan pandangan bahwa rasialisme hadir dalam berbagai bentuk, ada dalam bentuk keseharian dalam masyarakat, ada juga dalam bentuk hirarki masyarakat. Racist Discourse (Wacana rasial) menurut Teun A. van Dijk adalah suatu bentuk praktek diskriminasi sosial yang berada (manifest) dalam teks, pembicaraan dan komunikasi. Bersamaan dengan praktek diskriminasi nonverbal, wacana mendukung atau memperkuat praktek anti rascal di dalam suatu masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengekspresikan, konfirmasi atau legitimasi opini, prilaku dan ideologi golongan etnis yang dominan.
Hasil Penelitian ini menunjukan teks pemberitaan KOMPAS mengenal imlek dan Tionghoa sangat dipengaruhi konteks soslal, politik dan ekonomi dalam masyarakat indonesia. Kebijakan pemerintah yang semakin terbuka kepada etnis Tionghoa, termasuk terbuka untuk merayakan Imlek secara bebas juga memepengaruhi tulisan-tulisan KOMPAS yang semakin terbuka mengungkap adanya diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Tahun 1965 - 1966 tidak ada berita, liputan suasana perayaan imlek di Indonesia ataupun cerita mengenai Imlek. Pada masa orde barukarakter minoriti dipresentasikan dengan suatu stereotip tertentu. Sampai masuk ke era reformasi (pasca orde baru) karakter minoriti dipresentasikan sebagai orang baik, terhormat atau orang jahat. Sejak bergulirnya reformasi pemberitaan KOMPAS sehubungan dengan imlek dan Tionghoa menjadi semakin bersifat anti rasial KOMPAS selain mengintrepretasikan dan mengoreksi juga mengkritik dan meminta sejumlah pembenahan di bidang hukum, kewarganegaran.
Hubungan antara etnis Tionghoa dan etnis pribumi dari masa ke masa selalu berada dalam lingkungan persaingan, dendam, curiga. Hal ini akan selalu menimbulkan prasangka-prasangka dan kehidupan bemegara yang tidak sehat, dan rentan terhadap prilaku diskriminasi. Secara sederhana bisa diasumsikan bahwa apabila kita bisa mengubah stereotipe dan prasangka yang ada, maka kita pun bisa menghapuskan, atau paling tidak, mengubah dampak dari katagori-katagori pembeda yang dibuat atas dasar stereotip dan prasangka tersebut. Untuk itu etnis Tionghoa dalam membaca atau memaknai tulisan di media massa perlu berpikir positif. Membubuhkan profiling (penyosokan) yang relevan membutuhkan pemikiran dan standard baku dalam penulisannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>