Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Ayus Astoni
"Tesis ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian medical error oleh dokter di RS. XYZ Palembang, yang meliputi faktor karakteristik dokter, faktor pasien dan faktor lingkungan kerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis spesialisasi dokter memiliki hubungan bermakna dengan kejadian medical error oleh dokter, dimana dokter spesialis medik operatif dan dokter umum lebih sering melakukan medical error dibandingkan dokter spesialis medik non operatif. Faktor usia dan masa kerja dokter, faktor kenyamanan lingkungan kerja, dan faktor kompleksitas penyakit pasien tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian medical error oleh dokter di RS.XYZ Palembang.

This research examines the factors assaciate with the medical errors events by doctors at the hospital XYZ Palembang, which include doctors characteristic factors, patient factors and work environment factors. This is a quantitative study with a cross-sectional design.
Results showed that type of physicians specialities have a significant relationship with the medical errors events by doctors. Whereas Operative medical specialists and general practitioners have more frequent of doing medical errors than non-operative medical specialists. Age and work experience of doctors, work environment factors and patient factors have no significant relationship with the medical errors events by doctors at the hospital XYZ Palembang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilda Narcis
"Kompleksnya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan peluang terjadinya kesalahan, terutama dengan adanya tindakan invasif di bagian bedah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kejadian dan faktor-faktor yang berkontribusi pada kesalahan medis di bagian bedah rawat inap terkait keselamatan pasien di sebuah Rumah Sakit Umum Daerah. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan medis yang terjadi yaitu 2 kasus KPC, 1 kasus KNC dan 3 kasus KTC. Belum adanya SOP, audit klinis, tempat kerja yang tidak kondusif, kurangnya sarana prasarana, pendidikan, pelatihan, kerja tim dan komunikasi menjadi latar belakang kesalahan.
Kesimpulannya adalah kejadian kesalahan medis dipengaruhi oleh faktor organisasi, tempat kerja, individu dan barier. Belum adanya clinical governance dan program keselamatan pasien yang belum berjalan dengan baik. Pelaksanaan keselamatan pasien sangat dipengaruhi oleh pimpinan institusi.

The complexity of medical services in a hospital creates a change for an error, particularly on an invasive action in surgery unit. This study is aimed to analyse events and contributing factors to medical error in the inpatient unit regarding patient safety in a district hospital.
Using Qualitative with case study design, this study records some medical error events, which are 2 KPC cases, 1 KNC case and 3 KTC cases. Unexisting SOP, clinical audit, unconvenient place of work, lack of equipment/supporting tools, education, training, teamwork and communication are identified as the major causes.
The conclution is that medical errors are influenced by organization factor, work place, individual and defences factors. Unexisting clinical governance and uncontrolled patient safety program. The implementation of patient safety program is greatly influenced by institution leader.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucas Christiawan
"Latar belakang: Kesalahan dalam pelayanan medis merupakan ancaman serius karena dapat menyebabkan pasien cedera, meninggal, dan meningkatkan biaya perawatan kesehatan yang tinggi. 1 Berdasar laporan Institute of Medicine (IOM) tahun 2000, terdapat 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pelayanan pasien rawat inap di Amerika Serikat, Denmark, Inggris, dan Australia. Laporan JOGC tahun 2015 didapatkan 10% KTD terjadi di bidang obstetri. Data tentang KTD di Indonesia masih sulit didapatkan. Tahun 2007, Jakarta menduduki posisi teratas tentang laporan insiden keselamatan pasien yaitu 37,9%. Dari data Komite Mutu, Keselamatan Pasien, dan Kinerja (KMKK) RSUPN dr Cipto Mangunkusumo tahun 2015 dilaporkan 198 kasus KTD. Tujuan: Mengetahui distribusi kasus KTD di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM tahun 2015 berdasarkan (1) tempat kejadian, (2) penyebab terjadinya, (3) jenis kegagalan, dan (4) penambahan masa rawat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis terhadap kasus KTD yang terjadi di Departemen Obstetri dan Gineklogi RSCM dari Januari hingga Desember 2015. Data didapatkan dari Koodinator Pelayanan Masyarakat (Koyanmas) yang telah dilakukan audit klinik dengan metode Root Cause Analysis (RCA). Hasil: Sepanjang tahun 2015 dilaporkan 36 kasus KTD dan dilakukan audit klinik oleh Tim Manajemen Risiko Klinis. Dari 36 kasus, yang memenuhi kriteria inklusi adalah 24 kasus. Berdasar tempat kejadiannya, terdapat 13 kasus (54%) terjadi di IGD, 4 kasus (17%) di ICU, 4 kasus (17%) di Ruang Operasi, dan 3 kasus (12%) di Ruang Rawat Inap. Berdasar penyebab terjadinya, terdapat 18 kasus (75%) disebabkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan tenaga medis, 4 kasus (17%) karena penyebab lain, dan 2 kasus (8%) karena kesalahan teknis. Berdasar jenis kegagalannya, didapatkan 8 kasus (33%) terjadi penundaan perawatan atau tindakan medis, 6 kasus (25%) terjadi kegagalan tindakan medis, 5 kasus (21%) terjadi misdiagnosis, 3 kasus (13%) terjadi ketidaktepatan tata laksana, dan 2 kasus (8%) terjadi kegagalan memberikan peringatan untuk mencegah cedera. Berdasar penambahan masa rawat, data menunjukkan distribusi data yang tidak normal dengan nilai Shapiro-Wilk <0,05. Maka digunakan nilai median yaitu 2 hari. (0-34 hari; 95% IK). Kesimpulan: Sebagian besar KTD di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM tahun 2015 terjadi di IGD (54%), penyebab terbesar adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan tenaga medis (75%), dan sebagian besar kegagalan terjadi penundaan perawatan atau terapi (33%).

Background: Medical errors are a serious threat because they can cause injury, death and increase the cost of high health care.1 According to Institute of Medicine (IOM) report in 2000, there are 3-16% of adverse events (AEs) in the care of nursing patients stay in the United States, Denmark, United Kingdom and Australia. In 2015, JOGC report 10% of the AEs occurred in obstetrics. Data on AEs in Indonesia is still difficult to obtain. In 2007, Jakarta occupied the top position regarding patient safety incident reports which is 37.9%. In 2015, from Quality, patient Safety and Performance Committee RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo reports 198 cases of AEs. Aim: To obtain the distribution of AEs in the Department of Obstetrics and Gynecology RSCM in 2015 based on (1) place where AEs occured, (2) factor contributing to the AEs (3) failure to prevent the occurrence of the AEs, and (4) the additional length of the stay. Method: This research is a descriptive analysis of the AEs case that occurred in the Department of Obstetrics and Gynecology RSCM from January to December 2015. Data were obtained from the Koordinator Pelayanan Masyarakat (Koyanmas) which had been carried out by a clinical audit using the Root Cause Analysis (RCA) method. Result: In 2015, 36 cases of AEs were reported and a clinical audit was carried out by the Clinical Risk Management Team. From 36 cases, which met the inclusion criteria were 24 cases. Based on the place where AEs occurred, there were 13 cases (54%) in the ER, 4 cases (17%) in the ICU, 4 cases (17%) in the OR, and 3 cases (12%) in the Ward. Based on the factor contributing to the AEs, there were 18 cases (75%) due to lack of knowledge and ability of medical personnel, 4 cases (17%) due to other causes, and 2 cases (8%) due to technical errors. Based on the failure to prevent the occurrence of the AEs, there were 8 cases (33%) delayed treatment or medical treatment, 6 cases (25%) malpractice, 5 cases (21%) misdiagnosis, 3 cases (13%) failure to act based on test results, and 2 cases (8%) failure to take precautions in order to avoid injuries. Based on the additional length of stay, the data showed an abnormal distribution of data with a Shapiro-Wilk value <0.05. We use the median value which is 2 days. (0-34 days; 95% CI). Conclusion: Most of the AEs in the Department of Obstetrics and Gynecology RSCM in 2015 occurred in the ER (54%), the biggest cause was the lack of knowledge and ability of medical personnel (75%), and most of failure due to delay in treatment or therapy (33%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gross, Martin L.
New York: Avon Books, 1998
362.0973 GRO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Leila Rahmaulidya
"Saat terjadi malapraktik medis yang disebabkan oleh adanya misdiagnosis dari dokter di rumah sakit, masyarakat bingung untuk menentukan apakah tindakan misdiagnosis dapat digugat ke pengadilan. Lebih daripada itu, masyarakat dibuat bingung dalam penujuan gugatan tersebut, dikarenakan adanya saling lempar tanggung jawab antara dokter dengan rumah sakit. Penulis akan membahas mengenai persyaratan untuk sebuah misdiagnosis dapat dikategorikan sebagai sebuah tindakan malapraktik, lebih jauh sebagai perbuatan melawan hukum, dan pihak manakah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya perbuatan melawan hukum tersebut, dengan cara membandingkan beberapa doktrin dan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sebagai perbandingan, Penulis menggunakan putusan Mahkamah Agung No. 515PK/Pdt/2011 terkait misdiagnosis medis yang terjadi di rumah sakit.
When there is a medical malpractice caused by misdiagnosis conducted by a doctor in the hospital, people are confused to determine whether the actions of misdiagnosis can be sued to the court. More than that, the publics confused in addressing the lawsuit, due to doctor and hospital are throwing responsibility each other. The author will discuss the requirements for a misdiagnosis can be categorized as an act of malpractice, so far as tort, and which of the parties shall be responsible for the occurrence of the unlawful act by comparing several doctrines, laws and regulations in Indonesia. For comparison, the author use the Indonesia Supreme Court decision No. 515PK/Pdt/2011 related to medical misdiagnosis that occurred in the hospital."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Diagnostic errors are important in all branches of medicine because they are an indication of poor patient care. As the number of malpractice cases continues to grow, radiologists will become increasingly involved in litigation. The aetiology of radiological error is multi-factorial. This book focuses on (1) some medico-legal aspects inherent to radiology (radiation exposure related to imaging procedures and malpractice issues related to contrast media administration are discussed in detail) and on (2) the spectrum of diagnostic errors in radiology. Communication issues between the radiologists and physicians and between the radiologists and patients are also presented. Every radiologist should understand the sources of error in diagnostic radiology as well as the elements of negligence that form the basis of malpractice litigation."
Milan: Springer, 2012
e20425899
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Davita Masari Putri
"Misdiagnosis yang dilakukan oleh dokter merupakan tanggung jawab dari rumah sakit dan juga dokter yang melakukan perbuatan tersebut. Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai misdiagnosis medis, salah satunya adalah Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Penulis akan membahas mengenai unsur apa saja untuk sebuah misdiagnosis dapat dikatakan sebagai tindakan malpraktik dan perbuatan melawan hukum.
Untuk dapat melihat hal tersebut, penulis menggunakan metode penulisan yuridis normatif-empiris, jadi penulis mewawancarai beberapa narasumber dan membandingkan beberapa doktrin dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Sebagai studi kasus, penulis menggunakan kasus dari sebuah website bernama www.rememberaidan.com. Misdiagnosis yang dilakukan oleh dokter merupakan tanggung jawab dari rumah sakit dan juga dokter yang melakukan perbuatan tersebut. Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai misdiagnosis medis, salah satunya adalah Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Penulis akan membahas mengenai unsur apa saja untuk sebuah misdiagnosis dapat dikatakan sebagai tindakan malpraktik dan perbuatan melawan hukum. Untuk dapat melihat hal tersebut, penulis menggunakan metode penulisan yuridis normatif-empiris, jadi penulis mewawancarai beberapa narasumber dan membandingkan beberapa doktrin dan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sebagai studi kasus, penulis menggunakan kasus dari sebuah website bernama www.rememberaidan.com.

A misdiagnosis that was caused by a doctor is a liability for the hospital and the doctor itself. There are some rules that governing about medical misdiagnosis, one of them is Undang undnag No. 44 Tahun 2009. The writer will discuss the element whether a misdiagnosis can be categorize as a malpractice and as an action against the law.
To get the conclusion, the writer is using juridical normative empirical writing method, so the writer interviewing several people and comparing some doctrine and regulation in Indonesia. As a case study, the writer is using a case from a website named www.rememberaidan.com.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S69115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiek Resmisari
"Insiden medication errors di RS X menunjukkan peningkatan terutama di unit farmasi meskipun sebagian besar termasuk kejadian nyaris cedera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran insiden medication errors di unit farmasi RS X dan menganalisis hubungannya dengan faktor karakteristik individu, sifat dasar pekerjaan dan lingkungan organisasi serta manajemen. Desain penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen dengan data kasus berdasarkan data sekunder laporan keselamatan pasien.
Hasil penelitian menunjukkan program pencegahan dan tindak lanjut belum berjalan efektif dengan mayoritas insiden terjadi akibat kesalahan pembacaan resep dan ketidakpatuhan petugas menerapkan prosedur. Faktor penyebab lainnya adalah faktor pengalaman, kondisi overtime, penumpukan tugas, permasalahan komunikasi dan tidak adanya pelatihan kefarmasian. Dengan demikian perlunya peningkatan kepatuhan petugas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur, merancang kembali sistem gateway, pengaturan jadwal kerja dan pelatihan terkait kefarmasian.

Incidence medication errors in hospitals X is increasing especially in the pharmacy unit although most of them are nearmiss. The aim of this study is to describe the incidence of medication erros in pharmacy unit hospital X and analyze its relationship with individual characteristic, the nature of work and organizational environment and management factors. Design of this study is a case study qualitative research. Data collection was obtained through in-depth interviews and document review based on secondary data case report patient safety.
The results showed prevention programs and follow-up incident had not been effective with the majority of errors occured due to the false-reading prescription and non-compliance officers in applying the procedure. Another contributing factors are experience factor, overtime, competing tasks, communication problems and lack of training of pharmacy. Thus it is needed to improve the compliance officer in carrying out the work according to procedures, redesigning the gateway system, setting work schedules and pharmacy training."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Agus Santoso
"Salah satu program manajemen risiko di rumah sakit yang sedang tren dalam rangka peningkatan mutu adalah Program Keselamatan Pasien (Patienf Safey). Kesadaran safety tentang faktor manusia pada industri rumah sakit mulai banyak menjadi perhatian. Perhatian tersebut tidak hanya dari pemerintah namun juga sektor swasta dan beberapa badan akreditasi mutu yang independen.
Setiap sistem pelaporan keselamatan pasien di setiap organisasi memiliki taksonomi baik secara implisit maupun eksplisit. Peneliti mengkaji taksonomi dari Badan Kesehatan WHO (World Health Organization), Badan Akreditasi JCAHO (Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization), dan KKPRS-Persi (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pehimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) terutama taksonomi tentang medical error.
Dengan mengetahui bentuk-bentuk taksonomi tersebut, peneliti membual taksonomi yang baru untuk RS XYZ, dengan tujuan memudahkan Para Pembuat Kebijakan RS XYZ melakukan mitigasi. Setelah dilakukan wawancara mendalam dan studi kasus kepada Para Pengambil Kebijakan, taksonomi medical error yang ditawarkan oleh peneliti disetujui untuk dilakukan penerapan. Dan penelitian ini menyimpulkan bahwa taksonomi medical error yang baru berdasarkan framework James Reason untuk RS XYZ secara umum bisa mempermudah analisis dan mengambil tindakan. Peneliti pun mcnyarankan perlunya dukungan dari Pemerintah dalam hal ini Departemcn Kesehatan untuk penerapan taksonomi medical error di rumah sakit di Indonesia.

One of risk management program in hospital that in-trend for quality improving is Patient Safety. Safety awareness especialb/ human factor awareness is in attention in healthcare industry. The attention is not only from Government but also from private sector and independent accreditation bony.
All patient safety reporting system in every orgameation has taxonomy jar implicit or explicit. Researcher assess the taxonomy from World Health Organization, Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization, and from National Patient Sakty Committee KKPRS-Persi Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pehimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) especialbt in medical error taxonomy.
In knowing the taxonomiesjbrm, taxonomy model was made jbrXYZ Hospital with goal jbr making mitigation easibi by the XYZ Hospital Policy Maker. The methodology is in-depth interview and qualitative case stua§/ to the policy maker; and the result is medical error taxonomy that it is proposed have been agreed by policy maker to implement. And this research concluded the new medical error taxonomy that based on James Reason framework can make anabze easibt to mitigation. Researcher also suggest to government especiality Department of Health for medical error taxonomy implementation in hospital in Indonesia.
"
Universitas Indonesia, 2009
T33832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>