Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fikni Mutiara Rachma
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh sikap amanah dan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy orang tua dalam mengasuh anak autis. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk memberikan tambahan informasi dan sebagai landasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya di bidang psikologi perkembangan dengan mengadopsi nilai dan ajaran Islam. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak autis. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak yang didiagnosis Autism Spectrum Disorder (autis) pada sekolah yang menyelenggarakan pendidikan untuk anak autis. Data terkumpul sebanyak 33 responden. Penelitian ini menggunakan structured approach yang dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif. Penggunaan instrumen didasari validasi yang dilakukan dengan validitas konten. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan metode analisis multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan masing-masing dimensi pada variabel amanah dan kecerdasan emosional, terdapat pengaruh positif terhadap self efficacy.

This research is conducted to know whether there is the influence toward amanah attitude and emotional intelligence to the self-efficacy of parents in nurturing autistic child. The conclusion of this research will give the additional information and the foundation for the next research, especially in the developmental psychology by adopting the Islamic values. The population of this research is the parents that have the autistic child. The sample is the parents that their child is diagnosed Autism Spectrum Disorder (autism) in the school for autistic children. The data are collected from 33 respondents and analyzed using content validation. Then, for testing research hypothesis, it is used mutiple regression anaysis method. The result of this research shows that there is the relationship between amanah attitude variable and emotional intelligence variable that have positive influence toward self-efficacy of parents."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Putri Utami
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dimensi-dimensi kecerdasan emosional pada keputusan karier self-efficacy pada mahasiswa tingkat sarjana tahun senior karena masih ada perbedaan dalam hasil penelitian sebelumnya. Para peserta penelitian ini terdiri dari 339 mahasiswa tingkat akhir tahun sarjana di Universitas Indonesia yang tersebar di seluruh Fakultas. Dimensi kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan alat ukur Wong dan Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) yang terdiri dari empat dimensi: penilaian emosi-diri, penilaian emosi lainnya, penggunaan emosi, dan regulasi emosi, dengan total 16 item ( Wong & Law, 2002). Selanjutnya, konstruk self-efficacy keputusan karier diukur menggunakan Skala Self-Efficiency Keputusan Karir - Bentuk Pendek (Betz, Klein, & Taylor, 1996) yang telah diadaptasi ke Indonesia yang terdiri dari 25 item.
Hasil penelitian ini adalah dimensi penilaian emosi-diri (β = 0,181, p> 0,05), penggunaan emosi (β = 0,354, p> 0,05), dan regulasi emosi (β = 0,106, p > 0,05) memprediksi self-efficacy keputusan karier pada mahasiswa tingkat akhir tahun, sementara emosi lainnya tidak memprediksi self-efficacy keputusan karier. Juga ditemukan bahwa penggunaan emosi paling berkontribusi pada keputusan karier self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir tahun senior (B = 1.093, t (196) = 5.817, p <0,05). Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa.

The purpose of this study is to investigate the role of the dimensions of emotional intelligence in career self-efficacy decisions in senior year undergraduate students because there are still differences in the results of previous studies. The study participants consisted of 339 undergraduate year-end students at the University of Indonesia, spread throughout the Faculties. The dimensions of emotional intelligence are measured using the Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) measuring device which consists of four dimensions: self-emotional assessment, other emotional assessment, emotional use, and emotional regulation, with a total of 16 items (Wong & Law, 2002). Furthermore, the constructs of career decision self-efficacy are measured using the Career Decision Self-Efficiency Scale-Short Form (Betz, Klein, & Taylor, 1996) which has been adapted to Indonesia consisting of 25 items.
The results of this study are the dimensions of self-emotional assessment (β = 0.181, p> 0.05), emotional use (β = 0.354, p> 0.05), and emotion regulation (β = 0.106, p> 0.05) predicting career decision self-efficacy at the end of year level students, while other emotions do not predict career decision self-efficacy. It was also found that the use of emotions most contributed to career self-efficacy decisions in senior year end level students (B = 1,093, t (196) = 5,817, p <0.05). This research can be a reference for students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Amirah Fatin
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek mediasi kepribadian proaktif dalam pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa SMK diketahui mengalami kesulitan dalam membuat keputusan karier di akhir masa studinya, padahal mereka telah menentukan kejuruan mereka sejak memasuki SMK. Salah satu penyebabnya adalah siswa kurang memiliki efikasi diri keputusan karier. Untuk menanggulangi hal tersebut, efikasi diri keputusan karier siswa perlu ditingkatkan melalui faktor lain yang memengaruhinya, seperti kecerdasan emosi. Kepribadian proaktif dipilih sebagai variabel mediator. Studi kuantitatif ini dilakukan terhadap 833 orang siswa SMK kelas 12 di sembilan sekolah wilayah Depok dan Jakarta Selatan, dengan menggunakan metode non-probability sampling jenis accidental sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), serta Proactive Personality Scale (PPS), dengan masing-masing alat ukur memiliki reliabilitas > 0,7. Analisis mediasi dilakukan menggunakan PROCESS oleh Hayes, dengan hasil kepribadian proaktif mampu memediasi pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier secara partial (ab = 0,10, c' = 0,12, p<0,01). Hasil studi ini dapat digunakan pada program intervensi untuk meningkatkan efikasi diri keputusan karier siswa, dengan memperhatikan faktor kecerdasan emosi dan kepribadian proaktif pada siswa.

ABSTRACT
This study was conducted to examine proactive personality as mediator in the influence of emotional intelligence on vocational high school student's career decision self efficacy. Vocational high school students are known to have difficulty in making career decisions because they have lack on career decision self-efficacy. To overcome this, students career decision self-efficacy needs to be improved through other factors, such as emotional intelligence. Proactive personality chosen as a mediator variable. This quantitative study was conducted on 833 vocational high school students from Depok and Jakarta Selatan, and were recruited using non-probability sampling method with the type of accidental sampling. The measuring instruments are Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), and Proactive Personality Scale (PPS), with a reliability of > 0.7. Mediation analysis was used as the data analysis technique, using PROCESS by Hayes. The results showed that proactive personality was partially mediate the effect of emotional intelligence on career decision self efficacy (ab = 0.10, c' = 0.12, p <0.01). The results of this study can be used in intervention programs to improve students career decision self-efficacy, taking into account emotional intelligence and proactive personality factors in students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeth Deminiz
"Lulusan SMK menyumbangkan angka pengangguran tertinggi di Indonesia. Penyebab tingginya angka pengangguran tersebut adalah rendahnya keyakinan diri pada siswa SMK dan kebingungan dalam menentukan karir yang tepat sehingga menyebabkan kesulitan dalam pengambilan keputusan karir. Fenomena ini berkaitan dengan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir (CDSE) yang dimiliki seseorang. CDSE dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dua diantaranya adalah kecerdasan emosional (EI) dan kepribadian proaktif (PP).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah EI dan PP berpengaruh terhadap CDSE pada siswa SMK kelas 12. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 866 siswa kelas 12 yang berasal dari 9 SMK di Jakarta dan Depok. Pengukuran dilakukan dengan Career Decision Self-Efficacy Scale Short Form, Trait Emotional Intelligence Questionnaire, dan Proactive Personality Scale.
Analisis regresi berganda yang dilakukan dengan mengkontrol variabel jenis kelamin dan usia menunjukan hasil bahwa EI dan PP memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap CDSE (F(1,865) = 65,510, p=0,000, <0,001) dengan koefisien determinan sebesar 0,229. Hal ini menunjukan bahwa 22,9% varians CDSE dapat dijelaskan oleh EI dan PP. Hasil analisis juga menunjukan bahwa PP (β=0,406) diketahui memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap CDSE dibandingkan dengan EI (β=0,160).

Vocational high school graduates contribute the highest unemployment rates in Indonesia. Some of the cause of high unemployment rate are the low self-confidence in vocational students and confusion in determining the right career which causes difficulties in making career decisions. This phenomenon is related to career decision making self-efficacy (CDSE) that someone has. CDSE can be influenced by various factors, two of which are emotional intelligence (EI) and proactive personality (PP).
This study aims to find out the effect of EI and PP on CDSE in 12th grade vocational high school students. Participants in this study were 866 12th grade students from 9 vocational high schools in Jakarta and Depok. The measurements used are Career Decision Self-Efficacy Scale Short Form, Trait Emotional Intelligence Questionnaire, and Proactive Personality Scale. Multiple regression analysis conducted to see the effect of EI and PP on CDSE with gender and age as control variables.
The result showed that the EI and PP had a positive and significant contribution to CDSE (F (1,865) = 65,510, p = 0,000, <0,001) with determinant coefficient of 0,229. This shows that 22.9% of CDSE variants can be explained by EI and PP. The results of the analysis also showed that PP (β = 0.406) was known to have a greater effect on CDSE compared to EI (β = 0.160).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Nuraini Zulfickry
"Kecerdasan emosional merupakan salah satu keterampilan penting yang dimiliki individu karena dapat membantu seseorang berfungsi dengan baik pada lingkup personal, sosial, dan profesional. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan tingkat kecerdasan emosional individu adalah keluarga, yang merupakan tempat pertama individu mempelajari berbagai interaksi sosial. Keberadaan anak dengan spektrum autisme (SA) dalam keluarga dapat memberikan pengaruh pada interaksi antar anggota keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional individu. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan strategi noneksperimental yang menggunakan alat ukur Family Assesment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan alat ukur Trait Emotional Intelligence Short-Form (TEIQue-SF) untuk mengukur kecerdasan emosional. Kedua alat ukur disebarkan melalui google form dan menggunakan teknik convenience sampling untuk memperoleh partisipan. Total partisipan penelitian adalah 136 remaja akhir dan dewasa muda yang memiliki rentang umur antara 18 – 35 tahun. Berdasarkan hasil ANOVA, diperoleh hasil bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA (R 2=0,372, p<0,05). Namun demikian, berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa hanya ada satu dari keenam dimensi keberfungsian keluarga yang secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kondisi intrapersonal saudara kandung, keluarga dapat menerapkan strategi komunikasi terbuka dan efektif untuk dapat meningkatkan tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA.

Emotional intelligence is one of the most important components that one should have as it can affect many areas of someone’s personal, social, and professional life. Family situations and climate, acting as the first environment for the children to learn social situations, have a significant role of the development of one’s emotional and social intelligence. The existence of a child with autism spectrum disorder (ASD) can have many effects on the family interaction and communication, and later on affecting one’s level of emotional intelligence. Due to that, this quantitative study explored the role of family functioning in predicting emotional intelligence in 136 siblings of children with ASD between the age of 18 – 35 years from Indonesia. The questionnaires used on assessing family functioning is Family Functioning Device (FAD) and Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form to measure emotional intelligence, which were distributed via google form and used the technique of convenience sampling to gain the participants. Multiple linear regression analysis revealed a significant relationship between family functioning and emotional intelligence (R2= 0,372, p<0,05) where only one of the family functioning dimensions, which is communication, significantly predicts the level of emotional intelligence in siblings of children with ASD. The higher the family functioning, the higher the emotional intelligence among siblings of children with ASD. The findings disclose deeper understanding of family functioning and the sibling’s intrapersonal condition, which is emotional intelligence, and have implications for parents to administer open and strategic communication within the family to furtherly heightened the sibling’s emotional intelligence level."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brahmanditha Ardian Mahatma
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan self-efficacy dengan prestasi akademik. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Self-efficacy merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Bandura, 1997). Menurut KBBI, prestasi akademik adalah hasil pencapaian seseorang yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar di sekolah atau perguruan tinggi yang biasanya ditunjukan dengan nilai angka atau simbol. Kecerdasan emosi diukur menggunakan Emotional Intelligence Inventory (EII) dan self-efficacy diukur menggunakan College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). Penelitian ini dilakukan pada 178 mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2012, 2013, 2014, dan 2015. Data penelitian diolah menggunakan teknik statistik Pearson Correlation & Multiple Correlation.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan prestasi akademik, self-efficacy dengan prestasi akademik, maupun kecerdasan emosi dan self-efficacy secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada seluruh sivitas akademik terutama psikologi pendidikan, untuk mempertimbangkan aspek kecerdasan emosi dan self-efficacy demi pencapaian prestasi akademik mahasiswa yang lebih baik.

This study aimed to examine the relationship between emotional intelligence and self-efficacy with academic achievement. Emotional intelligence is the ability to recognize our own feelings and the feelings of others, motivating and managing emotions well in ourselves and in relationships with others (Goleman, 1999). Self-efficacy is the belief that one has the ability to organize and carry out actions in achieving a particular goal (Bandura, 1997). According KBBI, academic achievement is the achievement of an individual derived from teaching and learning activities in schools or colleges that usually indicated by the value of numbers or symbols. Emotional intelligence was measured using the Emotional Intelligence Inventory (EII) and self-efficacy was measured using the College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). This study was conducted on 178 students of the University of Indonesia class of 2012, 2013, 2014, and 2015. Data were analyzed using statistical techniques Pearson Correlation and Multiple Correlation.
The results showed that there is a positive and significant relationship between emotional intelligence and academic achievement, self-efficacy with academic achievement, as well as emotional intelligence and self-efficacy together have a positive and significant relationship with achievement. The results of this study can be input to all academic faculty primarily educational psychology, to consider aspects of emotional intelligence and self-efficacy for the sake of academic achievement of students better.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar
"Terjadi lonjakan sangat signifikan jumlah pengiriman Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke luar negeri setiap tahunnya sejak tahun 2021 yang hanya sejumlah 6.860 orang menjadi 25.495 orang pada tahun 2022 dan sebanyak 17.454 orang pada tahun 2023. Sementara itu jumlah pengaduan yang resmi tercatat pada Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) sebanyak 1.999 pada tahun 2023 dan 521 di antaranya adalah PMI minta dipulangkan, pengaduan ini merupakan yang tertinggi di antara 16 kategori pengaduan yang dirilis oleh BP2MI (BP2MI, 2024). Padahal melalui Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 239 Tahun 2022 telah ditetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) khususnya bagi Pekerja Domestik yang menjadi pedoman materi uji kompetensi Calon Pekerja Domestik Migran Indonesia (Kemenaker, 2022) sehingga secara keterampilan kerja mereka telah diberi pembekalan yang cukup dan telah melalui proses seleksi berbasis kompetensi. Namun mencermati unit-unit kompetensi tersebut, 42 unit dari 43 unit kompetensi yang tersedia merupakan kompetensi teknis, sehingga perlu untuk mengetahui proses mental yang melatarbelakangi dan mendorong motivasi mereka saat memutuskan untuk menjadi pekerja migran dengan melibatkan mereka secara mandiri mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan diri, motivasi diri dan mengelola emosi dengan pendekatan kecerdasan emosional. Upaya peningkatan kompetensi melalui pembekalan keterampilan merupakan suatu bentuk pengembangan efikasi diri. Selanjutnya seberapa jauh efikasi diri memediasi kecerdasan emosional dalam memengaruhi motivasi mereka menjadi fokus pada studi ini. Studi ini didasarkan pada penelitian kuantitatif dan menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data. Data dianalisa menggunakan metode korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antar variable dan mediasi Hayes untuk memahami bagaimana kecerdasan emosional sebagai predictor variable menginduksi efikasi sebagai mediator dalam memprediksi motivasi sebagai outcome variable. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi kerja yang dimediasi oleh efikasi diri. Data yang dikumpulkan terdiri dari Calon Pekerja Domestik Migran Indonesia sebanyak 210 orang. Berdasarkan hasil koefisien korelasi Pearson terlihat adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan motivasi intrinsik (r (210) = 0,735; p < 0,001), yang secara parsial dimediasi oleh efikasi diri yaitu sebesar 28,1 % berdasarkan hasil analisis mediasi. Dengan demikian, pihak-pihak terkait harus lebih memperhatikan pengembangan kecerdasan emosional, bukan hanya berfokus pada pemberian pengetahuan teknis terkait pekerjaan, namun juga pembekalan psikologis karena sudah terbukti bahwa kemampuan kecerdasan emosional memengaruhi motivasi kerja secara langsung sebesar 71,9 % sedangkan dengan menginduksi keterampilan teknis hanya 28,1 %.

There has been a very significant increase in the number of Indonesian Migrant Workers (PMI) sent abroad each year since 2021, from 6,860 in 2021 to 25,495 in 2022, and 17,454 in 2023. Meanwhile, the number of official complaints recorded at the Indonesian Migrant Worker Protection Agency ( BP2MI) is 1,999 in 2023 and 521 of them are PMI asking to be sent home, this complaint is the highest among the 16 categories of complaints released by BP2MI (BP2MI, 2024). In fact, through the Decree of the Minister of Manpower Number 239 of 2022, the Indonesian National Work Competency Standards (SKKNI) have been established, especially for Domestic Workers, which serve as guidelines for competency test materials for prospective Indonesian Migrant Domestic Workers (Ministry of Manpower, 2022) so that in terms of work skills they have been given sufficient training and has gone through a competency-based selection process. However, looking at these competency units, 42 of the 43 available competency units are technical competencies, so it is necessary to know the mental processes that lie behind and drive their motivation when deciding to become migrant workers by involving them independently identifying their strengths and weaknesses, self-motivation and managing emotions with emotional intelligence approach. Competency development through skills provision is a form of self-efficacy development. Furthermore, this research focuses on how far self-efficacy mediates emotional intelligence and influences motivation. This research is based on quantitative research and uses survey methods to collect data. Data were analyzed using the Pearson correlation method to determine the relationship between variables and Hayes mediation to understand how emotional intelligence as a predictor variable induces self-efficacy as a mediator to predict motivation as an outcome variable. This research hypothesizes a relationship between emotional intelligence and work motivation which is mediated by self-efficacy. The data collected consisted of 210 prospective Indonesian Migrant Domestic Workers. Based on the results of the Pearson correlation coefficient, it appears that there is a significant relationship between emotional intelligence and intrinsic motivation (r (210) = 0.735; p < 0.001), which is partially mediated by self-efficacy, namely 28.1% based on the results of the mediation analysis. Thus, the authorities must pay more attention to developing the emotional intelligence of Prospective Indonesian Domestic Migrant Workers, instead of only focusing on providing technical knowledge related to work but also psychological provision because it has been proven that emotional intelligence abilities directly influence work motivation by 71.9% while inducing technical skills is only 28.1%."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirza Feny Rahayu
"Menjadi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan suatu tantangan karena mereka cenderung memiliki perasaan yang dimanifestasikan dalam bentuk kehilangan keberhargaan diri, merasa sedih dan bersalah, sulit menerima dan berduka bahkan berisiko lebih besar untuk mengalami stres dalam pengasuhan atau pendampingan anak. Keadaan ini dapat memengaruhi kondisi psikologis anak yang berdampak negatif pada kemampuan sosial emosional mereka. Padahal, hubungan antara orang tua dengan anak merupakan pengaruh utama yang membentuk kemampuan sosial emosional anak. Oleh sebab itu, sangat diperlukan peranan dan dukungan dari kedua orang tua dalam meminimalkan dampak tersebut dengan penerimaan dari orang tua. Dalam proses penerimaan orangtua, terdapat beberapa aspek yang berkontribusi pada kesehatan mental orang tua, diantaranya parenting self-efficacy yang merupakan keyakinan orang tua bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas mereka sebagai orang tua. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau lebih jauh mengenai pengaruh penerimaan orang tua terhadap kemampuan sosial emosional anak berkebutuhan khusus melalui parenting self-efficacy. Penelitian ini melibatkan 291 partisipan dari berbagai daerah di Indonesia. Analisis dilakukan dengan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan parenting self-efficacy terbukti memediasi pengaruh penerimaan orang tua terhadap kemampuan sosial emosional anak dengan kebutuhan khusus (B = 0.205) signifikan pada Los 0.05. Begitu pula dengan pengaruh penerimaan orang tua terhadap parenting self-efficacy (B = 0.589) dan pengaruh parenting self-efficacy terhadap kemampuan sosial emosional anak dengan kebutuhan khusus (B = 0.431) serta pengaruh penerimaan orang tua terhadap kemampuan sosial emosional anak dengan kebutuhan khusus (B = 0.338) signifikan pada Los 0.05.

Being the parent of children with special needs is a challenge because they tend to have feelings that are manifested in the form of losing self-worth, feeling sad and guilty, difficult to accept and grieving even at greater risk to experience stress in caring for the children. This situation can affect the childrens psychological condition which negatively impacts their social-emotional abilities. In fact, the relationship between children and parents is the main influence that shapes childrens social-emotional abilities. Therefore, it is very necessary the role and support of both parents in minimizing these impacts with parental acceptance. In the process of parental acceptance, there are several factors that contribute to the mental health of parents, including parenting self-efficacy which is the belief of parents, the ability to carry out their duties as parents. Therefore, the purpose of this study is to further review the influence of parental acceptance on the social-emotional abilities of children with special needs through parenting self-efficacy. This study involved 291 participants from various regions in Indonesia. The analysis was carried out with path analysis. The results of this study found that parenting self-efficacy succeeded in mediating the influence of parental acceptance on the social-emotional abilities of special needs children (B=0.205), significant at Los 0.05. Similarly, the influence of parental acceptance on parenting self-efficacy (B=0.589) and parenting self-efficacy on the social-emotional abilities of children with special needs (B=0.431) and also the influence of parental acceptance on the social-emotional abilities of children with special needs (B=0.338) was significant at Los 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Nurida
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier yang dimoderasi oleh harapan orang tua. Menurut teori perkembangan karier, siswa SMA yang berusia 14-18 tahun berada pada tahap eksplorasi. Dalam tahapan ini, siswa dituntut untuk menilai kapasitas diri mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan. Padahal, siswa SMA masih ditemukan belum dapat memutuskan masa depan mereka sepenuhnya secara mandiri. Adanya peran orang tua yang termanifestasikan melalui harapan orang tua pun membentuk persepsi bagi anak-anaknya. Penelitian ini dilakukan terhadap 785 siswa SMA di enam sekolah wilayah Jabodetabek dengan menggunakan metode convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, career decisions self-efficacy scale short form (CDSE-SF) untuk efikasi diri dalam keputusan karier, wong and law emotional intelligence scale (WLEIS) untuk kecerdasan emosi, dan parental expectation scale (PES) untuk harapan orang tua. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis moderasi melalui PROCESS oleh Hayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier yang dimoderasi oleh harapan orang tua, b= 0,006 p<0.05. Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan alat ukur membuat perlunya dilakukan perbaikan oada beberapa aitem alat ukur CDSE-SF, serta memberitahukan pada partisipan agar saat menjawab pertanyaan mengenai harapan orang tua perlu membayangkan salah satu orang tua mereka. Implikasi penelitian ini bagi pihak sekolah dan psikolog sekolah dapat merancang program bimbingan karier bagi siswa agar siswa lebih yakin dalam menjalani tugas-tugas yang berkaitan dengan keputusan karier. Selain itu, psikolog sekolah juga dapat memberikan pemahaman bagi orang tua mengenai peran harapan orang tua terhadap keputusan karier anak-anaknya.

The present study examined the effect of emotional intelligence on career decision self-efficacy with parental expectation as a moderating variable. Career development theory states that students aged 14–18 years are in the exploration stage of life. Students are thus required to assess themselves, especially their capability to face future challenges. However, the role of parents remains relatively crucial during this stage because adolescents are still unable to fully make decisions about their future. In addition, parents expect the continuation of their children’s studies. This case is especially true in Asian culture, which illustrates the major role that parents play in their children’s lives. A total of 785 high-school students from Jabodetabek, Indonesia, were recruited using the convenience sampling method. Instruments used in this study were Career Decisions Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF) for career decisions self-efficacy, Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) for emotional intelligence, and Parental Expectation Scale (PES) for parental expectation. Moderation analysis was used as the data analysis technique through PROCESS. Results confirmed the moderating role of parental expectations on emotional intelligence and career decision self-efficacy b= 0,006 p<0.05. Limitations in this study that researchers also did not revise several items on the CDSE-SF. In addition, researcher could give instructions for participants to imagined one of their parents when they were filled out parental expectations scale. This limitations could be a concern for future study. Implications for school and school psychologist could create career guidance programs for students based on competence in career decisions. Implications for school and school psychologist could create career guidance programs for students based on competence in career decisions. School psychologist could also provided the understanding for parent about the role of parental expectations in their children’s career decisions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Nurida
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier yang dimoderasi oleh harapan orang tua. Menurut teori perkembangan karier, siswa SMA yang berusia 14-18 tahun berada pada tahap eksplorasi. Dalam tahapan ini, siswa dituntut untuk menilai kapasitas diri mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan. Padahal, siswa SMA masih ditemukan belum dapat memutuskan masa depan mereka sepenuhnya secara mandiri. Adanya peran orang tua yang termanifestasikan melalui harapan orang tua pun membentuk persepsi bagi anak-anaknya. Penelitian ini dilakukan terhadap 785 siswa SMA di enam sekolah wilayah Jabodetabek dengan menggunakan metode convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, career decisions self-efficacy scale  short form (CDSE-SF) untuk efikasi diri dalam keputusan karier, wong and law emotional intelligence scale (WLEIS)  untuk kecerdasan emosi, dan parental expectation scale  (PES) untuk harapan orang tua. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis moderasi melalui PROCESS oleh Hayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier yang dimoderasi oleh harapan orang tua, b= 0,006 p<0.05. Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan alat ukur membuat perlunya dilakukan perbaikan oada beberapa aitem alat ukur CDSE-SF, serta memberitahukan pada partisipan agar saat menjawab pertanyaan mengenai harapan orang tua perlu membayangkan salah satu orang tua mereka. Implikasi penelitian ini bagi pihak sekolah dan psikolog sekolah dapat merancang program bimbingan karier bagi siswa agar siswa lebih yakin dalam menjalani tugas-tugas yang berkaitan dengan keputusan karier. Selain itu, psikolog sekolah juga dapat memberikan pemahaman bagi orang tua mengenai peran harapan orang tua terhadap keputusan karier anak-anaknya.

The present study examined the effect of emotional intelligence on career decision self-efficacy with parental expectation as a moderating variable. Career development theory states that students aged 14-18 years are in the exploration stage of life. Students are thus required to assess themselves, especially their capability to face future challenges. However, the role of parents remains relatively crucial during this stage because adolescents are still unable to fully make decisions about their future. In addition, parents expect the continuation of their childrens studies. This case is especially true in Asian culture, which illustrates the major role that parents play in their childrens lives. A total of 785 high-school students from Jabodetabek, Indonesia, were recruited using the convenience sampling method. Instruments used in this study were Career Decisions Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF) for career decisions self-efficacy, Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) for emotional intelligence, and Parental Expectation Scale (PES) for parental expectation. Moderation analysis was used as the data analysis technique through PROCESS. Results confirmed the moderating role of parental expectations on emotional intelligence and career decision self-efficacy b= 0,006 p<0.05. Limitations in this study that researchers also did not revise several items on the CDSE-SF. In addition, researcher could give instructions for participants to imagined one of their parents when they were filled out parental expectations scale. This limitations could be a concern for future study. Implications for school and school psychologist could create career guidance programs for students based on competence in career decisions. Implications for school and school psychologist could create career guidance programs for students based on competence in career decisions. School psychologist could also provided the understanding for parent about the role of parental expectations in their childrens career decisions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>