Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 245991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sidebang, Citra Pratiwi
"[ABSTRAK
Keberlanjutan usaha peternakan sapi perah dapat dicapai jika adanya manajemen pengelolaan ternak yang baik dengan menerapkan pendekatan Ecohealth Penelitian dilaksanakan di peternakan sapi perah Pangalengan Jawa Barat Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi aktivitas pengelolaan ternak sapi perah dan menganalisis hubungan aktivitas pengelolaan ternak sapi perah pada kesehatan lingkungan manusia dan hewan di Pangalengan melalui pendekatan Ecohealth Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif metode pengumpulan data berupa kuesioner dan observasi lapangan sedangkan metode analisis data menggunakan analisis perbandingan dengan menggunakan pendekatan Ecohealth dan Indeks Pencemaran IP Aktivitas peternakan dengan pendekatan Ecohealth belum sepenuhnya diterapkan pada usaha pengelolaan ternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan Kondisi lingkungan khususnya kualitas air sungai sebelum dialiri oleh air limbah peternakan sapi perah berada pada kriteria tercemar ringan dengan nilai Indeks Pencemaran 4 95 1 0 Pij 5 0 namum setelah dialiri oleh air limbah peternakan berubah menjadi tercemar berat dengan nilai Indeks Pencemaran 10 39 Pij 10 Semakin tinggi pengetahuan peternak tentang aktivitas sanitasi lingkungan peternakan pemerahan dan manajemen limbah peternakan dengan pendekatan Ecohealth maka peluang peternak untuk terkena penyakit diare atau ISPA akan lebih kecil dibanding peternak yang memiliki pengetahuan yang lebih rendah Semakin tinggi pengetahuan peternak tentang aktivitas pemeliharaan sapi perah dan manajemen pemerahan dengan pendekatan Ecohealth maka peluang peternak memiliki sapi dengan penyakit mastitis akan lebih kecil dibanding peternak yang memiliki pengetahuan yang lebih rendah.

ABSTRACT
The dairy farm sustainability can be achieved if the presence of good management of dairy farm by through Ecohealth approach The research was conducted on a dairy farm in Pangalengan West Java Indonesia This research aims to evaluate dairy farm management and to analyze the association of dairy farm activity and management to environmental human and animal health through Ecohealth approach in Pangalengan The methodology of the study was quantitative where two populations in this study consisted of farmers and dairy cow waste populations where the methodology of data analysis using comparative analysis using Ecohealth approach and Pollution Index The dairy farm activity and management through Ecohealth approach has not been fully applied in Pangalengan The environmental conditions dairy farm waste affected the quality of Cisangkuy river from lightly polluted status with the pollution index of 4 95 1 0 Pij 5 0 turned into heavily polluted status with the pollution index of 10 39 Pij 10 The higher the farmers knowledge about environmental sanitation activities of the farm milking and livestock waste management with the opportunity breeder Ecohealth approach to diarrheal diseases or ISPA will be smaller than the farmers who have less knowledge The higher the farmers knowledge about maintenance activities dairy cows and milking management with the opportunity breeder Ecohealth approach has mastitis cows with the disease will be smaller than the farmers who have less knowledge , ABSTRACT The dairy farm sustainability can be achieved if the presence of good management of dairy farm by through Ecohealth approach The research was conducted on a dairy farm in Pangalengan West Java Indonesia This research aims to evaluate dairy farm management and to analyze the association of dairy farm activity and management to environmental human and animal health through Ecohealth approach in Pangalengan The methodology of the study was quantitative where two populations in this study consisted of farmers and dairy cow waste populations where the methodology of data analysis using comparative analysis using Ecohealth approach and Pollution Index The dairy farm activity and management through Ecohealth approach has not been fully applied in Pangalengan The environmental conditions dairy farm waste affected the quality of Cisangkuy river from lightly polluted status with the pollution index of 4 95 1 0 Pij 5 0 turned into heavily polluted status with the pollution index of 10 39 Pij 10 The higher the farmers knowledge about environmental sanitation activities of the farm milking and livestock waste management with the opportunity breeder Ecohealth approach to diarrheal diseases or ISPA will be smaller than the farmers who have less knowledge The higher the farmers knowledge about maintenance activities dairy cows and milking management with the opportunity breeder Ecohealth approach has mastitis cows with the disease will be smaller than the farmers who have less knowledge ]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinar Cahya Wijayanti
"Pengelolaan peternakan sapi perah yang buruk merupakan faktor utama penurunan kualitas kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Upaya untuk menangani masalah tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan ecohealth dalam pengelolaan peternakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan pendekatan ecohealth dalam pengelolaan peternakan sapi perah dan menyelidiki hubungan antara karakteristik peternak dengan pengelolaan peternakan sapi perah di Kecamatan Pangalengan. Sebanyak 230 peternak dipilih melalui cluster random sampling. Evaluasi pengelolaan dilakukan dengan mengkompositkan komponen pengelolaan sesuai dengan pendekatan ecohealth dalam pedoman penilaian, yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui jumlah peternak yang telah menerapkan pendekatan ecohealth dalam pengelolaan peternakannnya. Komponen yang dievaluasi meliputi pembibitan, pemberian pakan, pemerahan, penanganan susu sapi, pengolahan limbah, perkandangan, sanitasi lingkungan, penanganan dan pencegahan penyakit. Regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh hubungan masing-masing variabel karakteristik peternak dengan variabel pengelolaan peternakan sapi perah secara simultan. Karakteristik peternak meliputi usia, luas peternakan, lama beternak, tingkat pendidikan, pengetahuan, jumlah tanggungan, pemilikan ternak, motif beternak, lama tinggal dan tingkat pendapatan. Sebanyak 34 orang (14,8%) dari 230 peternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan telah menerapkan pendekatan ecohealth dalam pengelolaan peternakannya. Karakteristik peternak yang berhubungan dengan pengelolaan peternakan adalah semakin besar luas peternakan (Odds ratio=1,005), pemilikan ternak (Odds ratio=1,236), pengetahuan (Odds ratio=1,239) dan jumlah tanggungan (Odds ratio=1,798) maka peluang untuk menerapkan pendekatan ecohealth dalam pengelolaan peternakan sapi perahnya lebih besar. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dalam menentukan strategi penerapan ecohealth dalam pengelolaan peternakan yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan manusia, hewan dan lingkungan.

Bad management of dairy farm was the main factor reduction in the quality of human, animals and enviromnent health. Efforts to resolve these problem can be done with the ecohealth approach in farm management. This research to evaluate the current dairy farm management base on ecohealth approaches and investigate the relationship between farmer`s characteristics with dairy farm management practices in Pangalengan Subdistrict. A total of 230 farmers were chosen through cluster ramdom sampling. Management evaluated conducted by combine management component with ecohealth approach in assessment guidelines, which are then used to determine the number of farmers who have applied ecohealth approach in dairy farm management. Component that were evaluated as includes livestock breeding; milking practice and hygiene; postproduction milk handling; nutrition and feeding; waste management and the environment; the cowshed-care, equipment and resources; cowshed cleaning; disease prevention and control. Logistic regression used to determine the effect of each relationship variables farmer`s characteristics with variable dairy farm management simultaneously. Farmers chracteristic include age, extensive dairy farm, experience dependents, level of education, knowledge, number of dependents, ownership of dairy farm, motive, long settled and level income. A number of 34 person (14,8%) from 230 farmer in Pangalengan Subdistrict has applied ecohealth approach in his dairy farm. Characteristic of farmer which are related with dairy farm management, greater of size dairy farm (Odds ratio=1,005), ownership of dairy farm (Odds ratio=1,236), knowledge (Odds ratio=1,239), and the number of dependents (Odds ratio=1,798), the opportunities for applying the ecohealth approach in the management of dairy farms larger. Further research needs to be strategy for applied ecohealth approach in dairy farm management that can improve the quality of human, animal and health."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Poedjiono
"ABSTRAK
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan dengan tujuan untuk memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Namun demikian peternakan sapi perah juga, merupakan salah satu kegiatan yang potensial menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu tata cara penyelenggaraannya harus didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, agar usaha tersebut tidak merugikan alam dan atau manusia itu sendiri.
Berdasarkan sifat yang bertentangan tersebut, kiranya nenarik bila dilakukan penelitian-penelitian, antara lain mengenai pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah.
Masalah pokok yang diteliti adalah: Bagaimana pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini dilakukan pada peternakan rakyat yang mendapat bantuan ternak sapi perah dari Penerintah di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah bantuan Pemerintah di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Adapun yang dimaksud hukum lingkungan adalah jenis hukum yang berorientasi kepada kepentingan lingkungan hidup dan yang memerintahkan manusia untuk melindungi dan memelihara lingkungan hidup secara serasi, selaras dan seimbang dengan sistim ekologi. Hukum lingkungan dapat diartikan juga sebagai perangkat norma yang mengatur tindakan orang dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Digunakannya metode ini, karena penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternak sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dengan intensitas 107 terhadap persebaran populasi, sehingga dari 765 peternak, didapat contoh sebanyak 77 peternak. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, dan wawancara yang disertai dengan observasi di lapangan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sarana yang dimiliki peternak, kesadaran dan kemampuan peternak mempunyai hubungan dengan pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah. Artinya jika sarana yang dimiliki memadai, didukung adanya kesadaran dan kemampuan peternak, maka ketentuan hukum yang berlaku bagi usahanya akan dilaksanakan atau ditaati. Diketahui juga bahwa sanksi merupakan pengukuh atau pendukung bagi dilaksanakannya ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah. Artinya sanksi baru diterapkan kepada peternak, jika sarana yang dimiliki memadai, mempunyai kesadaran dan kenampuan untuk melaksanakan ketentuan hukum itu, tetapi usaha peternakan yang diselenggarakan, tidak sesuai dengan ketentuan hukum tersebut.
Dari hasil penelitian diketahui perlunya penyuluhan hukum pada umumnya dan hukum lingkungan pada khususnya bagi peternak, juga perlunya pembentukan kelompok ternak atau desa ternak yang menempati lokasi khusus dengan jarak sebagaimana diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku.

ABSTRACT
Dairy farm is one of farming business aimed at improving income and welfare of dairy farmers. However, it has to be admitted that dairy farming is a kind of activity which is potential to generate environment pollution. Therefore, it has to be organized based on the valid regulators. So that it will not be harmful either to the natural environment or to the people them selves. The two opposing charateristics above, encouraged the writer to conduct the research to find out the environmental law implemented to dairy farming.
The main problems being investigated are: How are the environmental law implemented to dairy farming?
The research was conducted to investigate the people's dairy farm having grant of dairy cattle from the government in Banyumas regency, Central Java.
The objectives of research are to find out the environmental law implemented to dairy farming.
The method used in the research is descriptive, that is fact finding based on appropriate interpretation.
The reason for using this method is that the writer wanted to make a factual, accurate and systematic description about the environmental law implemented to dairy farming.
Sampling was done in a random way with intensity of 10 X. So that out of 765 dairy farmers 77 person are taken as sample. The data were collected based on review of literature, interview and field observation.
The result of research shows that facilities used to ability to carry out the law have correlation with environmental law implemented to dairy farming. 5o sanction is finally alternative to enforcement law.
The result tell us further, that information guiding of law in general and environmental law in particular should be given to dairy farmers, and setting up farmer group in certain areas.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hendarto
"Peternakan sapi perah, merupakan salah satu usaha peternakan dengan tujuan untuk memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak. Peternakan sapi perah, juga merupakan introduksi teknologi dari luar negeri, kegiatannya berpotensi menimbulkan pencemaran.
Pencemaran pada usaha peternakan, menurut kegiatannya, dapat dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan pada hasil ternak berupa susu. Agar potensi timbulnya pencemaran dapat ditekan, diperlukan upaya pengendalian.
Peternak sebagai pengelola usaha peternakan, dituntut untuk melakukan upaya pengendalian pencemaran, yang dalam bidang peternakan, dipengaruhi oleh latar belakang atau karakteristiknya yakni umur, mata pencaharian, tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah ternak yang dipelihara, pendapatan, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipe usaha peternakan.
Penelitian dilakukan pada peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah yang mendapat bantuan ternak dari Proyek Pengembangan Sapi Perah Baturraden bantuan Pemerintah dengan sistem Sumba Kontrak.
Tujuan penelitian untuk mengetahui peran serta peternak dalam upaya pengendalian pencemaran dan hubungan antara variabel karakteristik peternak dengan variabel upaya pengendalian pencemaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Penelitian bersifat diskriptif analisis. Teknik sampling yang digunakan adalah Multi Stage Purposive Random Sampling menurut petunjuk Sutrisno (1981), hingga didapat 15 desa sampel dan 133 responden (17,8 persen populasi peternak). Variabel bebas dalam penelitian adalah karakteristik peternak yang diasumsikan memberi pengaruh dalam upaya pengendalian pencemaran, sedangkan variabel terikatnya adalah upaya pengendalian pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan hasil ternak berupa susu.
Dalam usaha mengkuantitatifkan kondisi kualitatif, digunakan bentang 1-5 dari kondisi sangat kurang sampai sangat baik. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel, digunakan rumus koefisien korelasi Pearson dan Uji t, sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh, digunakan Uji Koefisien Determinasi.
Berdasarkan uji di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Upaya pengendalian pencemaran yang dilakukan peternak sapi perah di sekitar tempat usaha peternakan, terdapat pada tingkat cukup berperanserta, sedangkan upaya pengendalian pencemaran terhadap hasil ternak berupa susu, pada tingkat baik peransertanya. Hal tersebut ditunjukkan dengan usaha peternakan sapi perah yang sebagian besar (52,53 persen) terdapat di tengah-tengah permukiman penduduk dengan potensi menimbulkan pencemaran, walaupun kondisi tersebut masih dapat diterima oleh masyarakat. Untuk hasil ternak berupa susu, ditunjukkan dengan tingkat pemahaman yang telah baik dalam hal hasil susu dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, walaupun pada kondsisi termotivasi oleh persyaratan penerimaan kualitas susu.
2. Terdapat hubungan antara umur, tingkat pendidikan, jumlah ternak yang dipelihara, pendapatan peternak, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipologi usaha peternakan dengan upaya pengendalian pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan pengaruh terbesarnya adalah variabel tingkat pendidikan sebesar 12,25 persen. Hal tersebut ditunjukkan pada kenyataan bahwa mayoritas peternak berpendidikan rendah.
3. Terdapat hubungan antara mata pencaharian, tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah ternak yang dipelihara, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipologi usaha peternakan dengan upaya pengendalian pencemaran terhadap hasil ternak berupa susu, dan pengaruh terbesarnya adalah variabel jumlah ternak sebesar 34,81 persen. Hal tersebut ditunjukkan pada kenyataan bahwa mayoritas peternak jumlah pemilikan ternaknya, sedikit.
Dattar Kepustakaan : 63 (1957-1995).
Jumlah halaman permulaan xx, jumlah dalam isi 167, Tabel 22, Gambar 3, dan Lampiran 11

Dairy cattle production is one of animal production. It has purposes for increasing the income and enhancing the prosperity of farmers. Culturally, dairy cattle is merely introduced technology from Western countries.
In fact, dairy cattle production has a potency to make pollution, caused by this activity itself. Pollution on dairy cattle, from their activity can be divided into two kinds i.e. pollution around the farm and pollution on the product of milk. In order to eliminate the potency of the pollution, then, the effort to control it is urgently needed.
To control pollution in their farm. The success of the effort is influenced by their background or their characteristic i.e. age, mean of livelihood, level of education, the duration in conducting animal production activity, number of animal, income of farmers, participation of farmers on social institution and type of animal production.
The research was conducted in Banyumas Regency, Central Java Province, and was on animal production held by the farmers who obtained the aid from the Development Dairy Cattle Paturraden Project from the Government, by Sumba Contract system.
The aim of the research was to uncover participation farmers on pollution control and correlation between the farmers characteristics and the effort of pollution control.
Survey method and descriptive analysis were used in this research. 133 respondents from 15 samples villages were collected by Multi Stage Purposive Random Sampling from Sutrisno (1501). The independent variables of this research was characteristic of the farmers with an assumption that it would have been influencing the effort of pollution control. Meanwhile, the dependent variable was the effort of pollution control around the farm and the product of milk.
Coefficient of Correlation by Pearson and the t test were exploited to uncover the influence between the variables. In the meantime, the determination Coefficient Test was used to meansure the degree of the influences.
Based on the analysis, it was found that :
1. In general, the participation of the farmers on the efforts to control pollution around the farm was in the level of "fair" (since the score was 3.15 from the maximum of 5). In the meantime, the effort to control pollution on the product of milk was in the level of "good" for the score was 4.3B.
These results were sustained by the fact that the majority the farm (52.63 percent) were located in the middle of public settlement, which have a potency to create pollution. In the meantime the farmers understanding about the effects of milk on public health was in level "good".
2. There was a correlation between age, level of education, number of animal, income of farmers, participation of farmers in social institution, and type of animal production with effort of pollution control around the farm. The lighest effect was the level of education i.e. 12.25 percent. This result was supported by the fact that the majority of farmers had a law education level.
3. There was a correlation between mean of live hood, level of education, duration in conducting animal production activity, number of animal, participation of farmers in social institution, and type of animal production with effort of pollution control on product of milk. The highest effect was the number of animal i.e. 34,81 percent. This result was supported by the fact that the majority of farmers had raised only a little number of animals.
Number of References s 63 (1957-1995).
Number of pages m Number of initial pages xx, Number of Content pages 167, Tables 22, Figures 3, Enclosures 11.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juheini Amin
"To enforce the overall Layout Plan 1985 - 2005 DKl Jakarta, the Provincial Government has relocated dairy farm from several densely populated location to the suburban area, i. e. Pondok Ranggon District, Cipayung East Jakarta. At the time of research, there were 26 dairy farmers with a total of 726 cows. Waste produced by dairy farms consists of solid, liquid and gaseous wastes. One of the potential wastes of the dairy farms to cause problems is the wastewater. Releasing dairy wastewater directly to the recipient water body will make the high concentration of organic matter of the wastewater to decrease dissolved oxygen concentration in the water. This in turn could be followed by the formation of toxic compounds and unwanted odors. This could endanger aquatic life and humans. To lower the concentration of organic pollutants, physical treatment using sedimentation tanks were applied at BPLC to process dairy farm wastewater.
However, the output did not meet the wastewater quality standard. So, as to make the wastewater to meet above mentioned standard, this research was focused on the effort to improve BPLC of the Pondok Ranggon Dairy Farm.
The objective of this research is to elucidate the characteristics of the dairy farm wastewater, effectiveness of the existing BPLC and to obtain picture on how the processed wastewater affects the recipient water body (Jambore irrigation water), the effectiveness of the biological process of the Pondok Ranggon Dairy Farm was also studied at laboratory scale.
The hypotesis is proposed to meet the limit of wastewater standard quality, so the dairy farm wastewater treatment is more effective by using combination of physical and biological treatment (Activated Sludge) than using physical or biological treatment.
Ex Post Facto method was used to obtain an illustration concerning the characteristics of dairy farm wastewater, the effectiveness of dairy farm BPLC and the effect of the wastewater on the Jambore irrigation water. Samples were taken from BPLC inlet; BPLC inlet and outlet; BPLC outlet, specific outlet of dairy farm and from Jambore irrigation canals at three locations i. e. before, with and after entrance of the wastewater. Analysis of samples was conducted in the Laboratory of Sucofindo, the Health & Environmental Engineering Laboratory of the University of Indonesia and at the Laboratory of the Office of Urban & Environmental Studies. Data obtained were descriptively analyzed; i.e. compared to wastewater Quality Standard for Commercial installation DKI Jakarta. Descriptive analysis was also conducted for data obtained to elucidate the effects of wastewater to the Jambore irrigation water. Result obtained were compared to the C Class Quality Standard for River Water (fisheries and cattle breeding) and the C Class Quality Standard for River Water being Operational Targeted, to be achieved by the Year 2000. All Quality Standard applied are in accordance with the Decree of the Government of DKI Jakarta No. 582, 1995.
Experimental method is used to elucidate the performance of the Activated Sludge in the treatment of the dairy farm wastewater. Examinations of parameter values of suspended solids, color, COD, BOD5, ammonia and phosphates were conducted to samples taken at the influent, aeration tank and effluent of the Activated Sludge unit. The experimental result data were then analyzed statistically through ANOVA (Analysis of Variance) using the SPSS for MS Windows Release 6.0 Program, followed by Least Significance Difference Test (LSD).
Results obtained are as follows:
1. The characteristics of the dairy farm wastewater shows that the parameter values of the dissolved solids, suspended solids, ammonia, fluoride, sulfide, mangan, phenols, oils and fats, organic matters, BOD5, and COD have not met the limit of wastewater standard quality as stipulated in the Decree of the Government of DKI, Jakarta No. 582, 1995. The ratio value BODSICOD is ± 0,4. However based on the biodegradability of dairy farm wastewater, the biological treatment can be implemented on dairy farm wastewater before released to Jambore irrigation water.
2. The effectiveness of dairy farm BPLC in decreasing pollutant were 51,16% for suspended solids; 42,33% for ammonia; 43,69% for BOD5 and 45,23% COD. The effectiveness of dairy farm BPLC could be upgraded by implementing the biological treatment with the Activated Sludge process.
3. The quality of the Jambore irrigation water at the meeting point with the wastewater of the mentioned dairy farm showed that the parameter values of dissolved solid substance, DO, ammonia, sulfides, oils and fats have not met the limit of C Class Quality Standard for River Water (for fisheries and cattle breeding) as the values of parameters of suspended solids, phosphates, BOD5, COD and organic matters are far exceeding the limit of the C Class Quality Standard for River Water Targeted in the Year 2000, and it could therefore pollute fish ponds utilizing the water.
4. The results of the experiment using biological treatment with Activated Sludge process could decrease the burden of waste pollutants, and this was observed through the values of 76,59% for suspended solids; 79,92% for color, 83,25% for COD; 86,25% for BOD5; 61,32% ammonia and 51,65% for phosphates. Result shows a better effectiveness compared to treatment process using the existing dairy farm BPLC. Statistical test shows that the treatment (control, aeration and sedimentation) gave a significant effect to the parameter value of suspended solids, color, COD. BOD5, ammonia and phosphates with a 95% degree of confidence.
5. The plan to develop wastewater treatment used in the Pondok Ranggon dairy farm is a combination of physical and biological (Activated sludge) treatment. Treatment units should include screening, equalization basin, primary sedimentation tanks, extended aeration type, activated sludge that includes aeration tanks, secondary sedimentation tanks and the treatment of sludge The values of parameter obtained from the calculation result of the planned processing, could met the limit of wastewater quality standard as stipulated in the Decree of the Goverment of DKI Jakarta No.582, 1995.
It can be concluded that based on results obtained the upgrading of the dairy farm wastewater treatment at the Pondok Ranggon using the combination of physical and biological processing (Activated Sludge) could increase the physical processing performance of the existing BPLC.
The upgrading program of Pondok Ranggon dairy farm wastewater treatment by using the existing wastewater treatment plant, in cooperation with the DKI Jakarta Provincial Government should be conducted in order to prevent any negative impact on the environment.

Dalam rangka pelaksanaan Rencana Umum Tata Ruang Tahun 1985 - 2005 di DKI Jakarta, Pemerintah Daerah setempat telah melakukan relokasi usaha peternakan sapi perah dari beberapa lokasi padat di dalam kota ke daerah pinggiran kota, yaitu di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Pada saat penelitian, peternak yang ada berjumlah 26 orang dengan 726 ekor sapi.
Limbah yang dihasilkan peternakan meliputi limbah padat, cair dan gas. Salah satu jenis limbah yang diperkirakan dapat menimbulkan masalah dan usaha peternakan, adalah limbah cair. Jika limbah cair peternakan tersebut langsung dibuang ke badan air penerima, maka kandungan zat organik yang tinggi di dalam limbah tersebut, dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam air, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya senyawa-senyawa toksis dan menimbulkan bau busuk. Hal ini akan membahayakan kehidupan biota perairan serta kehidupan manusia.
Dalam upaya menurunkan kadar pencemar organik tersebut, pengolahan fisik dengan menggunakan bak-bak sedimentasi pada BPLC ditetapkan untuk mengolah limbah cair petemakan sapi perah Pondok Ranggon, namun hasilnya belum dapat memenuhi Baku Mutu Limbah Cair. Agar kualitas Iimbah cair peternakan hasil pengolahan dapat memenuhi Baku Mutu tersebut. maka penelitian ini difokuskan pada upaya perbaikan BPLC peternakan sapi perah Pondok Ranggon.
Penelitian ini bertujuan, mengetahui karakteristik limbah cair pada usaha peternakan tersebut, efektivitas BPLC yang ada serta gambaran bagaimana pengaruh limbah cair hasil olahan tersebut pada badan air penerima (saluran air Jambore). Selain itu juga dilakukan penelitian tentang efektivitas proses biologis pada pengolahan limbah cair peternakan sapi perah Pondok Ranggon dalam skala laboratorium.
Hipotesis yang diajukan adalah untuk dapat memenuhi Baku Mutu yang ditetapkan, maka pengolahan limbah cair peternakan sapi perah akan lebih efektif jika diproses dengan kombinasi pengolahan fisik dan biologis (Lumpur Aktif) dibandingkan dengan pengolahan fisik atau pengolahan biologis saja.
Metode Ex Post Facto digunakan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik limbah cair peternakan, efektivitas BPLC peternakan sapi perah dan pengaruh limbah cair tersebut pada saluran air Jambore. Pengambilan sampelnya, berturut-turut adalah pada tempat masukan (inlet) BPLC; inlet dan tempat keluaran (outlet) BPLC serta outlet BPLC, saluran khusus limbah cair peternakan sapi perah dan pada saluran air Jambore dengan tiga lokasi yaitu sebelum, pada dan sesudah dimasuki limbah cair tersebut. Pemeriksaan sampel dilakukan berturut-turut di laboratorium Sucofindo, Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia serta di laboratorium Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI, Jakarta. Hasil pemeriksaan untuk mengetahui karakteristik limbah cair dan efektivitas BPLC peternakan sapi dianalisis secara deskriptif, yaitu dibandingkan dengan Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan/Badan di DKI Jakarta. Analisis deskriptif juga dilakukan pada hasil pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh limbah cair peternakan pada saluran air Jambore. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan Baku Mutu Air Sungai, Golongan C (untuk perikanan dan peternakan) dan Baku Mutu Air Sungai Golongan C yang menjadi Target Operasional, yang harus dicapai pada Tahun 2000. Seluruh Baku Mutu yang digunakan, sesuai dengan SK. Gubernur Kepala DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995.
Metode Eksperimental digunakan untuk mengetahui kinerja Lumpur Aktif dalam pengolahan limbah cair usaha peternakan tersebut. Pemeriksaan nilai parameter zat padat tersuspensi, kekeruhan, COD, BOD5, ammoniak dan fosfat dilakukan pada sampel yang diambil dari influen atau masukan, bak aerasi dan efluen atau keluaran dari unit Lumpur Aktif. Data hasil percobaan dianalisis dengan uji statistik ANOVA (Analysis of Variance) melalui penggunaan program SPSS for MS Windows release 6.0 dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) atau Least Significant Difference (LSD).
Hasil penelitian yang diperoleh, adalah:
1. Karakteristik limbah cair peternakan sapi perah yang dihasilkan, memberikan gambaran bahwa nilai-nilai parameter, yaitu zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, ammoniak, fourida, sulfida, mangan, senyawa fenol, minyak dan lemak, zat organik, BOD5 dan COD belum memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan. Hasil perhitungan dari nilai kandungan BOD5 yang dibandingkan dengan COD, diperoleh ± 0,4. Namun berdasarkan sifat limbah cair peternakan sapi perah yang mudah diuraikan oleh biota, maka pengolahan biologis dapat diterapkan pada limbah cair peternakan, sebelum dibuang ke saluran air Jambore.
2. Efektivitas BPLC peternakan sapi perah dalam penurunan bahan pencemar, adalah zat padat tersuspensi 51,16%; ammoniak 42,33%; BOD5 43,69% dan COD 45,23%. Nilai-nilai parameter pada efluen (keluaran BPLC), juga belum memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan. Efektivitas BPLC ini dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan faktor tekonologi dan lingkungan, yaitu penerapan pengolahan biologis dengan proses Lumpur Aktif.
3. Hasil pemeriksaan kualitas saluran air Jambore pada lokasi pertemuan dengan limbah cair peternakan sapi perah, memperlihatkan, bahwa nilai-nilai parameter zat padat terlarut, DO, ammoniak, sulfida serta minyak dan lemak belum memenuhi Baku Mutu Air Sungai Golongan C, sedangkan parameter zat padat tersuspensi, BOD5 , COD dan zat organik jauh lebih tinggi dari Baku Mutu Air Sungai Golongan C yang ditargetkan pada Tahun 2000, sehingga dapat menimbulkan pencemaran pada kolam ikan yang menggunakan air tersebut.
4. Hasil percobaan laboratorium menggunakan sistem pengolahan biologis dengan proses Lumpur Aktif, dapat menurunkan beban pencemar limbah peternakan, meliputi nilai zat padat tersuspensi sebesar 76,59%; wama 79,92%; COD 83,25%; BOD5 86,25%; ammoniak 61,32%; dan fosfat 51,65%. Hasil ini memperlihatkan efektivitas yang lebih baik dibandingkan hasil pengolahan dengan BPLC peternakan sapi perah. Uji statistik memperlihatkan, bahwa perlakuan (kontrol, aerasi dan sedimentasi) memberikan pengaruh yang sangat bermakna pada nilai parameter zat padat tersuspensi, warna, ammoniak, BOD5 , COD dan fosfat dengan tingkat kepercayaan 95%.
5. Perencanaan pengembangan pengolahan limbah cair yang digunakan pada usaha peternakan sapi perah Pondok Ranggon ini, adalah kombinasi pengolahan fisik dan biologis (Lumpur Aktif), sehingga unit pengolahannya meliputi saringan, bak ekualisasi, bak sedimentasi awal, Lumpur Aktif tipe aerasi yang diperpanjang waktunya (extended aeration) terdiri dari bak aerasi dan bak sedimentasi akhir serta pengolahan lumpur. Nilai-nilai parameter yang dihasilkan dari hasil perhitungan dengan kombinasi pengolahan yang direncanakan, dapat memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Perusahaan, sesuai dengan SK Gubernur KDKI, Jakarta No. 582 Tahun 1995.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa perbaikan pengolahan Limbah cair peternakan sapi perah Pondok Ranggon dengan kombinasi pengolahan fisik dari biologis (Lumpur Aktif) dapat meningkatkan kinerja pengolahan fisik BPLC yang ada.
Upaya perbaikan pengolahan Limbah cair peternakan sapi perah Pondok Ranggon dengan mengoptimalkan bangunan yang ada, bekerja sama dengan Pemda DKI, Jakarta perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak yang tidak diinginkan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trifani Taurusiana Prihantini
"ABSTRAK
Wilayah lereng/kaki Gunung Merbabu merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di Jawa Tengah yang secara klimatologis memiliki perbedaan curah hujan yang berdampak pada kekeringan yang terjadi. Penelitian ini menganalisis tingkat keterpaparan kekeringan dalam kaitannya dengan peternakan sapi perah. Keterpaparan kekeringan diperoleh dengan metode skoring dan overlay peta dari indikator durasi, intensitas, dan frekuensi penyimpangan kekeringan yang diolah dari data curah hujan harian dengan metode de Boer. Produktivitas sapi perah dan pengeluaran peternak diperoleh dari hasil wawancara pada 44 lokasi yang penentuannya mengikuti metode stratified proportional random sampling. Hasil analisis dari overlay peta dan komparasi ruang diperkuat dengan analisis uji T bahwa wilayah keterpaparan kekeringan tinggi cenderung terdapat di daerah yang membelakangi arah angin monsun barat. Pada wilayah yang keterpaparan kekeringan tinggi penurunan produktivitas sapinya rendah dan peningkatan pengeluaran peternaknya pun rendah. Sebaliknya pada wilayah keterpaparan kekeringan rendah penurunan produktivitas sapinya lebih tinggi dan peningkatan pengeluaran peternaknya yang juga tinggi.

ABSTRACT
The area of slope foot of Mount Merbabu is one of dairy farming centers in Central Java which has different climatologically in rainfall that impact on the drought that occurred. This research analyzes the extent of drought exposure in relation to dairy farming. Drought exposure was obtained by scoring and map overlay method of indicator drought duration, drought intensity, and frequency of drought deviation processed from daily rainfall data with de Boer method. Dairy cow productivity and dairy farmers 39 expenditures was obtained from interviews in 44 locations which determined with stratified proportional random sampling method. The results of map overlay and space comparison reinforced by T test analysis. The result show that high drought exposure areas tend to be present in the area with the back to west monsoon wind direction. In areas with high drought exposure, the decrease of cow productivity is low and increased of farmers rsquo expenditures is low. Otherise in areas with low drought exposure, the decrease of cow productivity is higher and increased of farmers rsquo expenditures also higher."
2017
S67520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Maulida Rachmi
"ABSTRAK
Latar Belakang. Peternak sapi perah terpajan faktor risiko besar untuk mengalami nyeri lutut. Posisi kerja berjongkok memberikan tekanan pada lutut dapat menyebabkan cedera dan penyakit degeneratif sendi lutut. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan nyeri lutut pada peternak sapi perah di Jawa BaratMetode. Penelitian potong lintang dilakukan pada 117 orang di Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak BPT-SP HPT Cikole, Lembang pada Mei-Juni 2017 dengan jumlah sampel total populasi. Dilakukan wawancara, pengisian kuesioner KOOS Knee Injury and Osteoarthritis Outcome Score dan observasi posisi kerja. Analisis data dilakukan dengan program statistik SPSS Statistics 20.0Hasil. Sebanyak 88 subjek mengalami nyeri lutut dengan keluhan terbanyak nyeri lutut ringan 84 . Didapatkan hubungan nyeri lutut dengan posisi berjongkok ORc=7.36 . Faktor risiko determinan adalah masa kerja 6-10 tahun dengan ORA sebesar 7.35 95 CI 1.25-42.95, p=0.027 dan masa kerja >10 tahun dengan ORA sebesar 26,09 95 CI 1.24-547.59, p=0.036 .Simpulan. Prevalensi nyeri lutut pada peternak sapi perah sebesar 88 . Terdapat hubungan nyeri lutut dengan posisi kerja berjongkok. Faktor risiko determinan berhubungan nyeri lutut adalah masa kerja lebih dari 5 tahun. Saran. Memperbaiki kondisi kerja pemerah sapi untuk mengurangi paparan terhadap faktor-faktor risiko selama masa kerja.
ABSTRACT
Background. Dairy farmers have been identified having high risk for knee pain. Squatting position when milking cows create awkward knee posture and high compression on knee joint that could lead to knee injury and degenerative diseases on knee joint. This study aims to identify the prevalence of knee pain among dairy farmers and the association of squatting position and other factors with knee pain among Dairy Farmers in West JavaMethod. A cross sectional study on 117 respondents was conducted at Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak BPT SP HPT Cikole, Lembang from May through June 2017 with total population sampling. Instruments used were standardized inteview form and KOOS Knee Injury and Osteoarthritis Outcome Score questionnaire. Working position was observed. SPSS Statistics 20.0 program was used to analyze the data.Result. In this study, 88 dairy farmers had knee pain, mostly with mild knee pain. Association was found between knee pain and squatting ORc 7.36 . Determinants for knee pain are working period 6 10 years with ORA 7.35 95 CI 1.25 42.95, p 0.027 and working period 10 tahun with ORA 26,09 95 CI 1.24 547.59, p 0.036 .Conclusion. Prevalence of knee pain among dairy farmers was 88 . The study suggest that knee pain among dairy farmers had association with squatting position. Working period 5 years was identified as determinant factor.Recommendation. Improve dairy farmers working condition to reduce exposure of risk factors during working period. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Nurudin
"Susu merupakan suatu makanan atau minuman bergizi yang banyak mengandung mineral dan protein. Kebutuhan akan protein dan kalsium per hari akan dapat dipenuhi 25-44% hanya dengan mengkonsumsi susu 2 gelas sehari (Ali Khomsan, 2002). Konsumsi susu penduduk Indonesia masih rendah (7 liter/kap/thn) sedangkan di negara ASEAN mencapai 21 liter/kap/thn.
Menurut Deperindag, 1998 sebelum krisis ekonomi pertumbuhan kebutuhan konsumsi susu di Indonesia mencapai 12,2% per tahun. Menurut Dirjen PPHP Deptan, 2005 pertumbuhan setelah 1998 rata-rata mencapai 7,7% per tahun. Laju konsumsi masyarakat tidak diimbangi produksi dalam negeri yang pertumbuhannya hanya mencapai 5,6% rata-rata per tahun sebelurn 1998 dan 2.8% pada saat lima tahun terakhir (2000-2004).
Untuk menopang kebutuhan konsumsi dan produksi susu di Indonesia, usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebelumnya dilindungi oleh Keputusan Bersama 3 menteri No 236/KPB/VII/82 dan Inpres No 2 tahun 1985 dengan pemberlakukan sertifikat pembelian susu petemak untuk melakukan impor susu. Kecepatan usaha berubah dengan dikeluarkannya Inpres No 4/1998 yang memberikan kebebasan untuk mengimpor susu dengan bea masuk hanya 5%. Aspek lain adalah struktur pasar berubah yang sebelumnya regulated menjadi oligopsoni. Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap sumber-sumber yang mempengaruhi pertumbuhan produksi susu segar termasuk dampak perubahan regulasi.
Analisa sumber pertumbuhan produksi susu dilakukan terhadap variabel harga, populasi sapi perah, PDRB per kapita, konsumsi susu per kapita, tenaga kerja di peternakan sapi perah, impor susu dan perubahan regulasi. Model analisa data panel dilakukan dengan cakupan data provinsi di Pulau Jawa yang mewakili 97% produksi susu segar di Indonesia.
Hasil analisa menunjukkan populasi sapi perah, harga susu segar clan konsumsi susu per kapita berpengaruh positif secara signifikan terhadap produksi susu segar. Sebaliknya PDRB per kapita dan perubahan regulasi pembebasan impor susu berpengaruh negatif. PDRB per kapita berpengaruh negatif karena pads saat periode analisa terjadi perpindahan produksi susu di 3 perusahaan ke negara ASEAN lainnya. Volume impor tidak mempengaruhi pertumbuhan produksi susu segar secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa volume impor tidak berpengaruh sejauh harga jual susu segar masih dalam batas memberikan keuntungan usaha petemakan sapi perah.
Perubahan pasar dari regulated menjadi oligopsoni yang bisa mengarah menjadi monopsoni menjadikan produksi susu segar menjadi sangat rentan kesinambungannya. Peran pemerintah dan KPPU sangat vital untuk kecenderungan perubahan pasar tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Nurdiany Sumirat
"ABSTRAK
Latar Belakang. Peternak memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita nyeri punggung bawah NPB dibandingkan dengan pekerja sektor lainnya. NPB berulang menimbulkan masalah yang lebih besar dibandingkan dengan NPB yang tidak berulang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko NPB berulang pada peternak sapi perah di Jawa Barat.Metode. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak BPT-SP HPT Cikole dengan metode total sampling. Dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, dan pengamatan cara kerja. Analisis data dilakukan dengan program statistik SPSS Statistics 20.0.Hasil. 117 peternak sapi perah, dianalisis untuk mendapatkan prevalensi dan faktor risiko NPB berulang. 92 subjek 78,6 mengalami NPB berulang. Faktor risiko determinan adalah posisi kerja membungkuk dengan OR sebesar 160,612 95 CI 14,609-1765,727, p = 0,0001 dan tidak adanya edukasi kesehatan di tempat kerja dengan OR sebesar 65,078 95 CI 4.874-868.883, p = 0,002 .Simpulan. Prevalensi NPB berulang pada peternak sapi perah sebesar 78,6 . Faktor risiko determinan NPB berulang pada peternak sapi perah adalah posisi kerja membungkuk dan tidak adanya edukasi kesehatan di tempat kerja.

ABSTRACT
AbstractBackground. Dairy farmers are five times more likely to have recurrent low back pain LBP compare to other workers. Currently, there was no study available regarding prevalence nor the risk factors contributing to this disease among dairy farmers in Indonesia. This study aims to identify the prevalence and determinant factors of recurrent non specific LBP among dairy farmers.Methods. A cross sectional study was conducted in Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak BPT SP HPT Cikole, using total sampling method. All subjects underwent interview, physical examination, and direct working observation. Analysis was done by using SPSS Statistics 20.0Result. 117 subjects included for prevalence study and analysis of recurrent non specific LBP determinants. 92 subjects 78,6 are diagnosed with recurrent LBP. Determinants for recurrent non specific LBP are bending position during working with OR 160,612 95 CI 14,609 1765,727, p 0,0001 and unavailability of health education program in workplace with OR 65,078 95 CI 4.874 868.883, p 0,002 .Conclusion. Prevalence of recurrent non specific LBP among dairy farmers is 78,6 . Identified determinant risk factors are bending position during working and unavailability of health education program in workplace."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik Ataupah
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara peternak mengelola sapi supaya dapat mengatasi masalah-masalah kekurangan makanan ternak, terutama pada musim kemarau. Studi ini juga bertujuan untuk mengetahui keputusan-keputusan apakah yang biasa diambil peternak untuk mengatasi kekurangan makanan ternak, faktor-faktor apa yang mendorong peternak untuk mengambil keputusan, dan apakah akibat dari kegiatan-kegiatan peternak terhadap lingkungan. Peternak-peternak di lokasi penelitian ini bekerja dalam ekosistem sabana Timor yang ditentukan dan dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks di antara : Musim hujan yang singkat dengan curah hujan yang tidak menentu, musim kemarau yang panjang, tanah liat yang muda:Q. mengalami erosi, tanah kapur yang poreus dan tanah karang berbatu-batu yang kering dalam musim kemarau, sungai-sungai musim yang tidak tetap debit airnya, pertumbuhan vegetasi yang tergantung pada keadaan cueca, dan pertambahan penduduk yang tidak memperdulikan daya dukung lingkungan dalam mencari nafkah. Pengelolaan ternak yang tidak dikaitkan dengan pengelolaan padang rumput, sedangkan padang rumput sabana diandalkan sebagai sumber makanan ternak, merupakan titik ancang dari proses kerusakan lingkungan yang didalangi peternak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
T38089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>