Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153795 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yovan Pino Putra
"Instrumen DISC ditujukan untuk mengidentifikasi kepribadian individu dan banyak digunakan sebagai alat tes dalam melakukan seleksi tenaga kerja (Inscape Publishing, 2005). Dalam kurun waktu 50 tahun semenjak pertama kali DISC dikembangkan, kajian keilmuan psikologi mengenai prilaku manusia telah sangat berkembang, namun belum banyak revisi yang dilakukan pada DISC yang merefleksikan perkembangan tersebut. Sebagai tambahan, banyak penelitian yang mempertanyakan aspek psikometri DISC. Hingga saat ini belum ada pengujian validitas tingkat lanjut menggunakan metode seperti Confirmatory Factor Analysis (CFA) dilakukan pada DISC.
Penelitian ini menguji validitas konstruk instrumen DISC dengan membandingkan tiga bentuk soal (forced-choice, likert dan semantic differential) dan dua metode skoring (metode skoring orisinil dan perbaikan) menggunakan metode CFA (Confirmatory Factor Analysis). Perbandingan karakteristik psikometri dari ketiga bentuk soal dilakukan pada sampel terdiri dari 608 responden. Dari seluruh responden, 41 respon tidak digunakan karena keberadaan data yang hilang, sehingga hanya 567 respon dianalisa.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk soal yang terbaik adalah Forced-Choice, metode skoring yang terbaik adalah metode skoring revisi. Hasil penelitian ini memiliki implikasi yang penting bagi manajer dan peneliti yang berkenaan dengan DISC.

DISC instrument is aimed at identifying an individual’s characteristics and many times used as a test in employees selection process (Inscape Publishing, 2005). In the more than 50 years since it was developed, Psychology about human behavior has advanced greatly yet, this test has undergone no updates to reflect those changes. Furthermore, a large number of empirical studies suggest the psychometric properties of DISC is questionable. Up to this date, there is still no advanced tests of validity using methods such as Confirmatory Factor Analysis (CFA) for DISC.
This study tests the construct validity of DISC by comparing three item formats (forced-choice, likert dan semantic differential) and two methods of scoring (original and revised method) using Confirmatory Factor Analysis (CFA). The psychometrics properties comparison on this three item formats was conducted on a sample consisting of 608 respondents. From these, 41 were dropped because of the missing data, thus 567 usable responses were analyzed.
This study concluded that the best item format for DISC is forced choice, while the best scoring method is the revised method. The results of this study have important implications for managers, and researchers related with DISC assessment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T43790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivin afriza
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendeteksian Differential Item Functioning (DIF) pada tes personality berdasarkan jenis Kelamin dan tingkat pendidikan pada siswa di Sekolah Atlet Ragunan, Jakarta. Cara awal untuk mengetahui ada tidaknya bias item pada suatu tes adalah dengan melakukan analisis DIF atau dikenal dengan keberbedaan fungsi butir. DIF adalah perbedaan probabilitas sukses/kategori tertentu dalam merespon butir dari dua kelompok yang berbeda setelah mengontrol tingkat kemampuan/trait. Oleh karena itu agar sebuah alat ukur tidak menguntungkan satu kelompok tertentu perlu dilakukan pendeteksian DIF.
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2014 di sekolah atlet Ragunan Jakarta dengan teknik pengambilan sampel nonprobability accidental dan diperoleh total responden sebanyak 202 siswa, dimana 136 siswa terdiri dari siswa laki-laki dan 66 orang siswa perempuan, dengan tingkat pendidikan 146 Siswa merupakan siswa SMA serta 56 siswa SMP.
Metode pertama dalam pendeteksian DIF pada penelitian ini didasarkan pada Partial Credit Model (PCM) dan dibantu dengan menggunakan sofware QUEST untuk mengestimasi delta dari hasil respon. Metode kedua adalah dengan menggunakan metode Mantel Haenszel (MH) yang kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.
Hasil dari deteksi DIF yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode yang paling banyak mendeteksi DIF adalah metode berdasarkan PCM. Melalui PCM dapat disimpulkan berdasarkan jenis kelamin dimana ditemukan terdapat 37 Item dari 90 item yang terdeteksi DIF. Metode yang paling sedikit mendeteksi DIF adalah metode MH berdasarkan tingkat pendidikan yaitu sebanyak 3 item dari 90 item.

This study aims to determine how the detection of Differential Item Functioning (DIF) on personality tests by gender and level of education to students in the School Athletes Ragunan , Jakarta . how early to determine whether there is bias on a test item is to perform analysis of DIF or known as Differential Item Functioning . DIF is the difference in the probability of success to take grain from two different groups after controlling for ability level/trait. Therefore, for a measuring instrument is not favorable to one group needs to be done DIF detection.
The study was conducted in April to June 2014in the School Athletes Ragunan taken nonprobability accidental engineering and obtained a total of 202 respondents, which consisted of 136 male students and 66 female students, by level of education 146 high school students and 56 junior high school students.
First method for Detection DIF in this study is using Partial Credit Model (PCM) and assisted by using software QUEST to estimate the delta of the results of the response. Second method is using Mantel Haenszel (MH) which is then processed using SPSS.
The results of the detection of DIF have shown that the method most widely detected DIF is a PCM, through the method based on PCM can be concluded by Gender where it was found there were 37 item of 90 items were affected by DIF. Method for at least detecting DIF is MH method based on education level were found 3 irem of 90 items.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T51664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Adjani
"Studi ini bertujuan untuk melihat apakah kehadiran audiens fisik dan virtual saat melakukan tugas yang mudah mempengaruhi performa individu. Partisipan terdiri dari 30 mahasiswa yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik convenience sampling dan dibagi menjadi tiga kondisi yaitu kondisi tidak ada audiens, kondisi audiens dalam satu ruangan, dan kondisi audiens virtual. Setiap kondisi terdiri dari sepuluh peserta. Peserta diminta untuk membalik dengan benar sebanyak mungkin huruf di tabel dalam waktu dua menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta dalam kondisi audiens fisik dan virtual merasa lebih teramati daripada peserta tanpa audiens. Namun demikian, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengamatan peserta terhadap kondisi fisik dan virtual saat mengerjakan tugas. Selain itu, hasil yang diharapkan peserta untuk melihat perbedaan kinerja peserta dalam kedua kondisi audiens menjadi lebih baik dan melihat fasilitasi sosial yang tidak ditemukan dalam penelitian ini. Saran untuk penelitian selanjutnya diulas lebih lanjut.

The study aims to see if the presence of the audience, both physical and virtual while doing an easy task impacts individual performance. Participants included 30 university students recruited using the convenience sampling
technique and divided into three conditions, namely no audience condition, physical audience condition, and virtual audience condition. Each condition consists of ten participants. Participants were asked to perform a letter inversion task within two minutes. The results showed that participants in both physical and virtual audience conditions felt more observed than participants in the no audience condition. However, there was no significant difference in how observed the participants feel between the physical and virtual conditions while
doing the task. Moreover, the expected results of a difference in participants’ performance in the audience conditions as a function of social facilitation was not found in this study. Suggestions for future research are further discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Setiawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ciri kepribadian, khususnya ciri kepribadian vigilant, devoted, dan self-sacrificing, terhadap intimacy pada dewasa muda yang sedang menjalin hubungan romantis berpacaran atau menikah . Sebanyak 1000 responden berusia 20-40 tahun mengisi kuesioner alat ukur ciri kepribadian Personality Self-Portrait dan intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships . Pada penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap engagement ? = -0.511, p < 0.01 dan communication ? = -0.361, p < 0.01 , dimana pengaruh ini tetap signifikan setelah jenis kelamin dan status hubungan dikontrol sebagai covariate. Hasil penelitian lainnya yaitu adanya pengaruh ciri kepribadian vigilant ? = -0.225, p < 0.05 dan devoted ? = 0.132, p < 0.05 yang signifikan terhadap shared friends, serta ditemukannya pengaruh status hubungan yang signifikan terhadap communication ? = 0.102, p < 0.01.
Pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap dua karakteristik intimacy menekankan kembali pentingnya keterlibatan kedua pihak dalam mempengaruhi kualitas hubungan mereka, baik dalam hal kedekatan emosional maupun komunikasi. Selain itu, karakteristik berupa kepekaan yang terlalu tinggi karakteristik ciri kepribadian vigilant dan rasa nyaman akan hubungan dengan orang lain karakteristik ciri kepribadian devoted dapat mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial di luar hubungannya. Adanya perbedaan mean skor intimacy berdasarkan jenis kelamin dan status hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini kembali mengonfirmasi hasil penelitian sebelumnya bahwa wanita menganggap intimacy sebagai suatu hal yang lebih berharga dibanding pria dan adanya perbedaan cara komunikasi yang digunakan oleh pasangan yang masih berpacaran dengan pasangan yang sudah menikah.

The aim of this research is to examine the impact of personality styles, especially vigilant, devoted, and self sacrificing personality styles, on intimacy among young adults in romantic relationships dating or married . A total of 1000 respondents aged 20 40 years old completed questionnaires on personality styles Personality Self Portrait and intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships. In this research, there is a significant impact of self sacrificing personality styles on engagement 0.511, p 0.01 and communication 0.361, p 0.01 , while this effect remained significant after sex and relationship status controlled as covariate. Other research results show that there are significant influences of vigilant personality styles 0.225, p 0.05 and devoted personality styles 0.132, p 0.05 to shared friends, and also a significant impact of relationship status to communication 0.102, p 0.01.
The impact of self sacrificing personality styles on two characteristics of intimacy indicates the importance of both parties rsquo involvement in influencing the quality of their relationships, in terms of emotional closeness and communication. In addition, being too sensitive characteristic of vigilant personality styles and having a sense of comfort in relationships with others characteristic of devoted personality styles could influence how individuals engage in social relationships outside their romantic relationships. The differences in intimacy mean score based on sex and relationship status found in this research reconfirm the results of previous studies that women consider intimacy more valuable than men and there are different ways of communication used by couples who are still dating and married couples.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Espe Dini Oktarini
"Dalam dunia psikologi dikenal islilah psychological assesment atau tes-tes Psikologi. Ada berbagai macam tes-tes psikologi. Salah satunya adalah tes kepribadian Tujuan dari tes kepnibadian ini adalah untuk mengukur karakteristikkarakteristik seperti keadaan emosional, hubungan interpersonal, motivasi, minat dan sikap. Salah satu metode pengukuran kepribadian yang digunakan adalah metode dengan teknik proyeksi. Asumsi yang mendasari pemakaian metode ini adalah individu akan memproyeksikan karakteristik dari caranya berespon ke dalam tugas tersebut Teknik proyeksi ini sangat efektif dalam mengungkapkan aspek kepribadian yang co vertlatent atau tidak disadari (Anastasi & Urbina, 1997).
Beberapa tes yang menggunakan teknik proyeksi ini antara lain tes Rorschach yang menggunakan 10 kartu berisi percikan tinta, Thematic Apperceprian Test (TAT) yang menggunakan 30 kartu bergambar ambigu serta satu kartu kosong, Tes Draw A Man (DAP) yang menggunakan paper-pencil dimana subyek di minta urltuk menggambar manusia serta Word Association Test yang menampilkan suatu seri kata-kata yang tidak saling berhubungan dan subyek diminta untuk memberikan respon terhadap setiap kata dengan kata pertama yang terpikirkan olchnya.
Berangkat dari berbagai teknik tes keprlbadian inilah, maka seorang psikolog Senior bernama Helen D. Sargent, pada tahun 1944, mempublikasikan The lnsigizt Tes (TIT)- Pada saat itu ia ingin mengkombinasikan beberapa keuntungan dari tes kepribadian yang menggunakan teknil-c performace, yaitu menggunakan kertas dan pensil dengan teknik proyeksi yang sedang berkembang. TIT merupakan tes proyeksi verbal yang bertujuan untuk melihat integrasi tlemilciran ghought dan afek. Tes ini terdiri dari satu seri item yang disebut armamres. Armarures berupa pemyataan pernyataan mengenai suatu situasi dimana klien diminta untuk memberi respon yang menyatakan apa yang akan dilakukan serta bagaimana perasaan dari karakter terutama yang ada dalam situasi tersebut. Skoring dari tes ini terbagi dalam 3 dimensi yaitu skor A (Afek), skor D (Defense) dan skor M (Malignancy). Keuntungan dari tes ini antara lain dari segi ekonomis yang murah karena hanya membutuhkan kertas dan pensil, bisa diadministrasikan secara massal maupun individual dan individu dengan cacat visual dapat melaksanakan tes ini karena tes ini dapat dijawab secara lisan maupun tulisan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kembali reliabilitas dan valitidas tes ini sehingga tes ini nantinya dapat dikembangkan menjadi salah satu altematif dari tes-tes kepribadian yang sudah ada- Pengujian reliabilitas tes ini menggunakan metode .scorer reltabiry pada 3 dimensi skor yang ada yaitu skor A, Skor D dan Skor M. Pengujian validitasnya menggunakan rnetode criterion validity dengan kriteria kelompok kontras. Hasil skor tes pada 3 dimensi yang ada (A, D, M) akan dibandingkan dengan menggunakan metode statistik Chi-Square pada kedua kelompok kontras yang telah dipilih. Apabila ada perbedaan yang signitikan pada skor-skor tersebut maka tes tersebut valid untuk membedakan kedua kelompok, sedangkan bila tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor-skor tersebut maka tes tidak valid untuk membedakan kedua kelompok tersebut.
Di dasari oleh tujuan tes ini yaitu untuk melihat integrasi pemikiran dan afek maka peneliti memilih kelompok sampel pertama yaitu kelompok sampel schizophrenia. Schizophrenia merupal-can suatu gangguan yang termasuk dalam kelompok psychorlc disorder. Gejala atau simptom utamanya adalah gangguan pada pikiran, emosi dan tingkah laku. Terdapat adanya pemikiran dimana ide-ide tidak saling berhubungan secara logis, adanya kesalahan dalam persepsi dan atensi, gangguan yang bizarre pada afektivitas motorik dan afek yang datar Serta inappropriate.
Biasanya penderita schizhophrenia alcan menarik diri dari orang-orang disekitarnya dan realita, biasanya menuju kehidupan fantasi melalui delusi dan halusinasi kelompok ini harus memiliki ciri-ciri yang bertolak belakang dari kelompok pertama, peneliti memilih kelompok sampel normal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TIT tidak reliabel dan tidak valid dalam skor A dan skor D untuk membedakan kelompok sampel schizophrenia dengan kelompok sampel normal. Namun untuk Skor M TIT valid untuk membeqakan kelompok sampel schizophrenia dengan kelompok sampel normal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raimundus R Karsono
"ABSTRAK
Pengukuran terhadap karakter individu sudah dilakukan sejak lama. Beragam alat ukur dan metode telah dikembangkan. Salah satu pendekatan dalam pengukuran karakter individu adalah dengan menggunakan skala dengan format forcedchoice. Akan tetapi, penggunaan skala dengan format forced-choice ini mengalami sejumlah kesulitan ketika harus diuji secara psikometris. Kesulitan ini berhasil diatasi dengan menggunakan pendekatan perbandingan berpasangan (paired comparison) dari Thurstone sehingga bisa diuji dengan menggunakan teori psikometri modern.
Pengembangan alat ukur sendiri kembali marak dalam tiga dekade terakhir,
setelah ada penelitian yang membuktikan bahwa gaya kepribadian dapat
memprediksi kinerja, termasuk di Indonesia. Salah satu alat ukur dikembangkan adalah GPQ, yang menggunakan pola forced-choice item yang menghasilkan data sebagaimana pengukuran ipsatif. Alat ukur ini yang diuji dengan menggunakan model Thurstonian IRT.
Menggunakan data yang berasal dari 119 blok (aslinya, GPQ memiliki 120 blok
pernyataan) penelitian ini melakukan uji kecocokan model (model fit) dengan
menggunakan uji chi square. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa estimasi
terhadap data GPQ tidak fit dengan model Thurstonian IRT (χ2=18347.435, df=
6663, p = 0.000, p <.001). Sementara pengujian dengan RMSEA menunjukkan
model tergolong fit (RMSEA = 0.028, p <= 0,05 = 1.000). Selanjutnya, hasil
estimasi parameter item dan trait GPQ berhasil dilakukan dengan menggunakan model Thurstonian IRT. Meskipun demikian tidak semua estimasi parameter item dan trait fit dengan model Thurstonian IRT.

ABSTRACT
Individual character measurement have been done long ago. Various instruments and methods have been developed. One of the approach in individual characters measurement by using forced-choice item. However, using forced-choice item scale is facing a number of difficulties when statistically tested. These difficulties were overcome by using a comparative judgement approach (paired comparison) of Thurstone so that it can be tested using modern psychometric theory.
Research on instrument development emerged in the last three decades, after the research provided evidence that personality can predict job performance,
including in Indonesia. One of new developed instruments is GPQ, which uses
forced-choice item that produced data as ipsative measurement. This instrument is tested using Thurstonian IRT model.
Using data from 119 block of statement (originally, GPQ has 120 block of
statements), this research focused on model fit testing using the chi-square test. The result of chi square testing showed that GPQ data does not fit with the Thurstonian IRT model (χ2=18347.435, df= 6663, p = 0.000, p <.001). RMSEA testing showed that showed model were fit (RMSEA = 0.028, p <= 0,05 = 1.000). Furthermore, Thurstonian Model IRT managed to generate item and trait parameter. However, not all the items fit with this model."
2016
T46589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Groth-Marnat, Gary
New York: John Wiley & Sons, 1990
R 150.287 GRO h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Alfarani Ghautami
"Kepribadian Qnersonaliry memiliki pengaruh yang signilikan terhadap pikiran, tindakan, motivasi, emosi, dan hubungan interpersonal seseorang. Pada dasamya kepribadian didefinisikan oleh para pakar dengan menggunakan konsep tertentu untuk mendeskripsikan atau memahami perilaku manusia. Ada berbagai macam pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan kepribadian. Secara umum, ada empat pendekatan utama yang digunakan sejak awal perkembangan teori kepribadian di abad XIX (Hall & Lindzey, 1985). Keempat pendekatan itu antara lin Observasi klinis, Gestalt, Eksperirnental, dan Psikometri.
Dari keempat tradisi pendekatan tersebut, teori kepribadian Eysenck akan dikaitkan dengan penelitian tugas akhir ini. Menurut Eysenck, pengukuran perilaku merupakan hal mendasar dalam psikologi. Namun, karena perilaku itu bukan merupakan sesuatu yang mudah diukur, maka Eysenck berpendapat bahwa perlu dilakukan pengklasifikasian perilaku dengan cara analisis faktor (Hall & Lindzey, 1985). Dalam mengumpulkan data, Eysnck banyak menggunakan kuesioner, atau se$ra!ing. Salah satunya adalah Eysenck Personalily lnvenrory (EPI) yang dibuat pada tahun 1964. Inventori ini mengukur dua dimensi utama dalam kepribadian menurut Eysenck, yaitu Exlraversion-Inlroversion dan Neuroticism-Stability.
Ada sejumlah penelitian yang menggunakan inventori ini sebagai alat ukur (Budjanovac, 1996; Kendler, dkk, 1993, Riggio dan Friedman, 1986). Dari berbagai penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa EPI memang merupakan salah satu inventori yang dianggap dapat menggolongkan kepribadian manusia dalam 2 dimensi utama tersebut. Namun tampaknya alat ini kurang begitu populer digunakan di Indonesia. Mungkin hal ini disebabkan karena pembagian dimensi kepribadian Eysenck begitu sederhana, sehingga keakuratannya dipertanyakau. Sampai saat ini peneliti belum berhasil menemukan penelitian di Indonesia yang menggali lebih dalam mengenai hal ini.
Inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan studi apakah EPI memang benar-benar dapat diandalkan sebagai inventori yang mampu secara tepat mengelompokkan individu dalam dua dimensi kepribadian tersebut. Dalam studi ini populasi yang akan dipilih adalah penyiar radio swasta. Asumsi di balik pemilihan kelompok subyek ini adalah penyiar radio merupakan enterrainer yang hams tampil ekstravert pada saat sedang siaran. Namun penampilan mereka tersebut juga dibantu oleh adanya naskah yang meinandu mereka agar tidak keluar dari tema/topik pembicaraan yang sudah ditentukan. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah mereka memang benar-benar ekstravert? Di sini akan dilihat bagaimana sebenarnya gambaran tipe kpribadian para penyiar radio tersebut berdasarkan EPI.
Penelitian dilakukan pada 65 subyek dengan karakteristik penyiar radio, berusia 20 - 40 tahun, yang merupakan kelompok dewasa-rnuda (Papalia & Olds, 1995), dengan menggunakan incidental sampling. Setiap subyek mernperoleh dua buah kuesioner, yaitu kuesioner Eysenclc Personality Invenlory (EPI) Format-A dan Skala 0 - Social Imroversion dari MMPI. Data hasil perolehan dalam penclitiau diolah dengan menggunakan Coejflicient Aibha dari Cronbach, frekuensi dan proporsi, Chi-square, sorta r-tes: untuk sampel independen dan dependen, yang terdapat di dalam program SPSS for MS Windows Release 11.0.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini untuk dimensi Ekstraversi-Introversi, proporsi terbesar dari sampel penelitian merniliki tipe kepribadian Ekstravert (36,3%); sedangkan untuk dimensi Neuroricism-Srabiliry proporsi terbesar dan sampel memiliki tipe kepribadian Neurotik (47,7%). Namun walaupun proporsi Ekstravert lebih besar daripada proporsi Introvert, perbedaan ini tidak signiiikan. Hasil uji Chi-square juga membuktikan bahwa tidak ada kecenderungan tipe kepribadian tertentu (Ekstravert) pada penyiar radio di sampel ini. Perbedaan jenis kelamin juga temyata tidak mempengaruhi tipe kepribadian. Karena ditemukan adanya ketidakkonsistenan antara Skor E-EPI dan Skor Skala O - MMPI, maka uji reliabilitas dilakukan pula pada item-item E-EPI. Hasil yang diperoleh temyata hanya 55,87% dari item-irem tersebut yang mengukur dimensi Ekstraversi-Imroversi.
Dari hasil keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa, tidak ada kecenderungan tipe kepribadian tertentu pada penyiar radio di populasi yang diteliti_ Selain itu dapat disimpulkan juga EPI, khususnya item Ekstraversi, kurang mampu membedakan dimensi tipe kepribadian Ekstraversi-Introversi.
Saran untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan uji reliabilitas dan validitas EPI format-A dengan skala besar, juga analisis item lebih lanjut terhadap item-item Ekstraversi pada EPI format-A. Disarankan pula untuk merevisi item-item tersebut agar lebih valid dan menjadi alat ukur yang lebih baik. Selain itu, untuk memperoleh hasil yang lebih baik hendaknya penelitian selanjutnya dilakukan dengan inventori Eysenck lainnya dan pada subyek dengan jumlah yang lebih besar serta karakteristik yang berbeda. Karena penelitian ini lebih memfokuskan pada dimensi Ekstraversi-lntroversi, ada bajknya dilakukan juga penelitian pada dimensi Neuroticism-Stabiliay, karena dimensi ini juga diukur oleh EPI format-A."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Groth-Marnat, Gary
"Organized according to the sequence mental health professionals follow when conducting an assessment, Groth-Marnat's Handbook of Psychological Assessment, Sixth Edition covers principles of assessment, evaluation, referral, treatment planning, and report writing. Written in a practical, skills-based manner, the Sixth Edition provides guidance on the most efficient methods for selecting and administering tests, interpreting assessment data, how to integrate test scores and develop treatment plans as well as instruction on ways to write effective, client-oriented psychological reports. This text provides through coverage of the most commonly used assessment instruments including the Wechsler Intelligence Scales, Wechsler Memory Scales, Minnesota Multiphasic Personality Inventory, Personality Assessment Inventory, Millon Clinical Multiaxial Inventory, NEO Personality, Rorschach, Thematic Apperception Test, and brief assessment instruments for treatment planning, monitoring, and outcome assessment.
Organized according to the sequence mental health professionals follow when conducting an assessment, this classic resource covers principles of assessment, evaluation, referral, treatment planning, and report writing. Written in a practical, skills-based manner, the sixth edition provides guidance on the most efficient methods for selecting and administering tests, interpreting assessment data, how to integrate test scores and develop treatment plans as well as instruction on ways to write effective, client-oriented psychological reports. The latest edition provides through coverage of the most commonly used assessment instruments including the Wechsler Intelligence Scales, Wechsler Memory Scales, Minnesota Multiphasic Personality Inventory, Personality Assessment Inventory, Millon Clinical Multiaxial Inventory, NEO Personality Inventory, Rorschach, Thematic Apperception Test, and brief assessment instruments for treatment planning, monitoring, and outcome assessment. In addition^^ this sixth edition includes: Fully updated with new research and the DSM-5 and ICD-10 New chapter on the NEO Personality Inventory-3. The NEO inventories provide a comprehensive assessment of adult and adolescent personality based on the strongly empirically supported Five Factor Model of personality. New chapter on the Personality Assessment Inventory (PAI), which has gained both strong empirical support and wide clinical popularity. Includes updated information on the newly developed Wechsler Intelligence Scale for Children, Fifth Edition (WISC-V). The chapter on the Minnesota Multiphasic Personality Inventory includes coverage of both the MMPI-2 and the MMPI-2-Restructured Form (MMPI-2-RF) The chapter on the Rorschach discusses both the Comprehensive System and the Rorschach Performance Assessment System (R-PAS). The "Use with Diverse Groups" sections reflect the more extensive use of assessment for a wide variety of populations and the importance of competently and sensitively work. ing with diverse populations. Greater emphasis on making assessment more user friendly and consumer oriented. This is reflected in suggestions for using everyday language in reports, connecting interpretations to actual client behavior, strategies for wording interpretations in a manner likely to enhance client growth, and the importance of collaborating with clients. The treatment planning and clinical decision making chapter has been completely updated, and the psychological report writing chapter has been updated to include the American Psychological Association and Society for Personality Assessment's current thinking about proficiency in personality assessment."
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2016
150.287 GRO h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fendi Budi Prabowo
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara tingkah laku prososial dalam bermain MMORPG dan tingkah laku prososial di kehidupan nyata serta hubungan antara lama bermain MMORPG dan tingkah laku prososial dalam bermain MMORPG. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yang diadaptasi dari alat ukur Abidin (2000), yaitu Tingkah Laku Prososial dalam Bermain MMORPG dan Tingkah Laku Prososial di Kehidupan Nyata. Partisipan penelitian ini berjumlah 115 orang yang merupakan pemain MMORPG.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif satu arah yang signifikan antara tingkah laku prososial dalam bermain MMORPG dan tingkah laku prososial dalam kehidupan nyata pada pemain MMORPG (r = 0.418; p = 0.000). Hal ini menandakan bahwa semakin sering pemain MMORPG melakukan tingkah laku prososial dalam permainan MMORPG, maka ia akan semakin cenderung melakukan tingkah laku prososial di kehidupan nyata. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara lama bermain MMORPG dan tingkah laku prososial dalam bermain MMORPG pada pemain MMORPG (r = 0.208; p = 0.026). Dengan kata lain, semakin lama pemain MMORPG bermain permainan tersebut, maka ia akan semakin cenderung melakukan tingkah laku prososial dalam permainan MMORPG. Berdasarkan hasil tersebut, game developer perlu menciptakan permainan yang mendorong pemainnya untuk melakukan tingkah laku prososial dengan pemain lain di dalam permainan tersebut sehingga mereka cenderung melakukan tingkah laku prososial di kehidupan nyata.

The purpose of this research is to find the correlation between prosocial behavior in massively multiplayer online role playing game (MMORPG) and prosocial behavior in real life among MMORPG player. In addition, this research is also conducted to find the correlation between the length of playing MMORPG and prosocial behavior in MMORPG. the two instruments used this research are the Instrument of Prosocial Behavior in MMORPG and the Instrument of Prosocial Behavior in Real Life. Both of the instruments are adapted from Abidin (2000). The participants of this research are 115 MMORPG players.
The results of this research show that prosocial behavior in MMORPG significantly correlated with prosocial behavior in real life (r = 0.418; p = 0.000). That is, if the MMORPG player conduct prosocial behavior in the game, then he/she will tend to conduct prosocial behavior in real life. Moreover, the result of this research show that the length of playing MMORPG significantly correlated with prosocial behavior in MMORPG (r = 0.208; p = 0.026). That is, the longer someone play MMORPG, he/she will tend to conduct prosocial behavior in MMORPG. Based on this results, the game developer should create more games which will reinforce the players to conduct prosocial behavior in that game, so they will tend to conduct prosocial behavior in real life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S53532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>