Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fieneshia Sevita
"Limbah lumpur minyak bumi merupakan limbah B3 yang harus diolah untuk dapat dibuang ke lingkungan, salah satunya dengan solvent extraction dan biopile. Dalam penelitian ini, pengolahan solvent extraction menggunakan pelarut n-heksana dan avtur dengan waktu pengadukan 15 dan 30 menit, sedangkan pengolahan biopile menggunakan bulking agent berupa kompos dan serabut kelapa. Limbah lumpur minyak bumi yang diolah mengandung TPH sebesar 49,12%, kadar air 37,78%, jumlah mikroorganisme 32.000 CFU/ml dan suhu 21⁰C. Pengolahan solvent extraction menghasilkan besar penyisihan minyak pada n-heksana terbesar adalah 64% dan penyisihan minyak pada avtur sebesar 75% dengan waktu pengadukan 30 menit. Selanjutnya pada pengolahan biopile didapatkan nilai TPH pada reaktor kontrol, bulking agent kompos, dan serabut kelapa masing-masing sebesar 5,48%, 5,29% dan 7,92% setelah 30 hari pengolahan. Nilai koefisien degradasi TPH pada sistem biopile kontrol, kompos dan serabut kelapa, masing-masing adalah 0,018; 0,020; dan 0,009. Dapat disimpulkan bahwa pelarut avtur memiliki nilai penyisihan minyak tertinggi, yakni 75% dengan waktu pengadukan 30 menit dan bulking agent kompos pada pengolahan biopile memiliki kemampuan mendegradasi TPH terbaik dengan efisiensi 65%.

Oil sludge is hazardous waste must be processed to be discharged into the environment, either by solvent extraction and biopile. In this research, solvent extraction processing using n-hexane and aviation fuel by stirring time 15 and 30 minutes, while the biopile processing using a bulking agent in the form of compost and coconut fibers. Oil sludge containing TPH processed by 49.12%, 37.78% moisture content, the amount of microorganisms 32,000 CFU / ml and the temperature of 21⁰C. The most oil removal in solvent extraction was 64% with n-hexane and 75% with aviation fuel when stirring time of 30 minutes. Furthermore, the processing biopile TPH value obtained in the control reactors, compost, and coconut fibers respectively by 5.48%, 5.29% and 7.92% after 30 days of treatment. TPH degradation coefficient value biopile system control, compost and coconut fibers, each of which is 0,018; 0,020; and 0.009. It can be concluded that the solvent aviation fuel has the highest value of oil removal, which is 75% with a stirring time of 30 minutes and compost bulking agent on processing biopile have the best ability to degrade TPH with efficiency of 65%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa
"Meningkatnya air limbah minyak bumi, maka diperlukan pengolahan yang baik. Proses fotolisis merupakan pengolahan yang tepat dan penambahan katalis TiO2 untuk mempercepat prosesnya. Objek studi penelitian ini adalah Air limbah produksi minyak bumi dan gas pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di PT. Pertamina (Persero) RU III, Plaju, Sumatera Selatan. Penelitian eksperimental dilakukan pada skala laboratorium. Proses ini dilakukan dengan menyinari sampel air limbah dengan lampu UV dan ditambahkan katalis TiO2. Katalis TiO2 memiliki ukuran partikel hingga mencapai 5 μm, tingkat disperse rendah, dan tingkat kemurnian 100%. Air limbah produksi memiliki debit 40 m3/jam dengan kualitas influen rata-rata COD 1035,7 mg/l; Fenol 246,6 mg/l; Suhu 28,8oC; pH 8,95; Amonia 0,076 mg/l; Sulfida 246,6 mg/l; dan tidak terkandung Minyak dan Lemak didalamnya. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini dosis katalis, waktu kontak, dan pH. Konstanta degradasi COD pada hubungan waktu kontak tehadap removal COD yaitu k = 0,0074 min-1 pada pH 4. Kondisi optimum pengolahan berada pada pH 4, dosis optimum100,8 ppm, dan waktu kontak 150 menit mencapai removal 69,154%.

The increase of petroleum wastewater needs the better treatment. Photolysis is the proper processing with catalyst TiO2 to accelerate the process. The object study is Wastewater of Oil and gas Refinery Production at Waste Water Treatment Plant (WWTP) at PT. Pertamina (Persero) RU III, Plaju, South Sumatera. This experimental research conducted in laboratory scale. This process is carried out by irradiating the sample by UV rays which has been added TiO2 catalyst. The size of catalyst TiO2 is up to 5 μm, has low disperse, and 100% purity. Wastewater discharge production has 40 m3/day with the quality of influent COD 1035.7 mg/l, Phenol 246.6 mg/l, Temperature 28.8oC, pH 8.95, Ammonia 0.076 mg/l, Sulfide 246.6 mg/l, and there wasn't oil in it. This process is carried out by irradiating the sample by UV rays which has been previously added TiO2 catalyst. Variations to be conducted in this study is the catalyst dosage, contact time, and pH. The constant degradation of COD on the relationship of time contact against the removal of COD that is k =0.0074 min-1 at pH 4. Treatment optimum condition at pH 4, catalyst dosage 100,8 ppm, and contact time 150 minutes has reached 69.154% of COD removal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Chair Raza
"Proses produksi industri perminyakan terdiri dari proses primer dan proses sekunder yang menghasilkan limbah dengan kandungan fenol dan COD tinggi dengan konsentrasi berkisar antara 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorpsi merupakan salah satu alternatif pengolahan fisik untuk mengurangi zat pencemar di dalam air limbah yang memiliki desain sederhana dan mudah dalam pengoperasiannya. Pada penelitian ini, percobaan adsorpsi dilakukan secara batch dan kontinyu. Dari hasil penelitian, adsorpsi secara batch dapat mengurangi konsentrasi fenol dan COD mencapai 99,93% dan 94,49% dengan kombinasi dosis adsorben dan waktu kontak optimum 40 g/L dan 95 menit. Pada percobaan kontinyu didapatkan persentase penyisihan fenol 100-56%, COD 97-48%, amonia 100-71%, sulfida 100-5% dalam waktu operasi 235 jam. Efisiensi regenerasi dengan ethanol 100% untuk fenol dan 70% untuk COD. Data equilibrium adsorpsi fenol dan COD menunjukkan kecocokan dengan model isotherm Langmuir dan Freundlich. Data kinetika adsorpsi menunjukkan kecocokan dengan pseudo-second order model dengan nilai laju kinetika kfenol=1,247 g/mg/menit dan kCOD=0,0082 g/mg/menit. Aplikasi di lapangan membutuhkan 2 unit kolom adsorpsi dan 1 unit cadangan, dengan diameter 2 m dan tinggi total 6,5 m.

The production process of petroleum industry consists of primary processing and secondary processing that produce waste with a high content of phenol and COD concentrations ranging between 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorption is a physical treatment alternative for reducing pollutants in wastewater which has a simple design and easy in operation. In this study, the adsorption experiments performed in batch and continuous. From the result of this research, batch adsorption can reduce the concentration of phenol and COD in wastewater of petroleum industry up to 99,93% and 94,49% with a combination of adsorbent dosage and optimum contact time each of 40 g/L and 95 minutes. he continuous experiments removed 100-56% of phenol, 97-58% of COD, 100-71% of ammonia, 100-5% sulfide in 235 hours operation. Efficiency of regeneration using ethanol up to 100% of phenol and 70% of COD. Adsorption equilibrium data of phenol and COD were best fitted by Langmuir and Freundlich isotherm models. Adsorption kinetics data were best fitted by the pseudo-second order kinetics model with a rate value kfenol=1,247 g/mg/menit and kCOD=0,0082 g/mg/menit. Applications in the field required 2 column adsorption units and 1 reserve unit with a diameter of 2 m and a total height of 6,5 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bachrawi Sanusi
Jakarta: UI-Press, [date of publication no identified]
665.5 BAC h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bugi Umar Seno Aji
"Kontrak bagi hasil merupakan system pengoperasian lapangan minyak dan gas yang mengatur kewajiban kontraktor, cara perhitungan biaya serta cara pembagian keuntungan. Dan pada kontrak bagi hasil pembagian produksi minyak antara Pemerintah dan kontraktor adalah 85% dan 15%. Evaluasi variable kinerja, menunjukkan bahwa secar aumum kontraktor Maxus relative lebih baik dibandingkan kontraktor Total dan Unocal. Pada evaluasi ini digunakan satuan USDollar per barrel, konstan gross revenue dan profit index tertentu sebagai ambang perubahan persen split. Besar perubahan split tergantung pada selisih cost yang perlu dilakukan untuk mencapai ambang profit index. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari ketiga kontraktor tersebut, kontraktor Total tidak sesuai dengan metode evaluasi yang digunakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Riando Hastain
"ABSTRAK
Teknologi proses yang digunakan untuk menghasilkan produk-produk petroleum dilakukan dengan metode pemisahan secara fisis yang berdasarkan perbedaan titik didih dan masing-masing produk yang diinginkan. Pemisahan petroleum secara fisis ini memanfaatkan kolom distilasi yang di dalam industri pengolahan minyak biasa disebut sebagai kolom fraksinator. Pada kolom fraksinator ini karakteristik dinamik proses yang terjadi pada tray diturunkan dengan mengabaikan pengaruh dinamik kondenser dan reboiler, dengan asumsi bahwa fungsi alih yang dimiliki setiap tray soma dan merupakan proses adiabatik, sehingga dapat dimodelkan dengan persamaan orde satu dengan waktu tunda. Dilakukan analisa dan simulasi sistem pengendalian kolom fraksinator yang merupakan sistem multivariable dengan tiga masukan dan tiga keluaran. Interaksi antar subsistem dikurangi dengan menerapkan metode Relative Gain Matrix dan melakukan dekopling, sehingga sistem dapat diubah menjadi tiga buah single input single output sistem (SISO). Pengendalian sistem ini menggunakan pengendali Proportional, Integral dan Derivative (PID). Penataan parameter pengendali menggunakan metode Ziegler-Nichols.

ABSTRACT
The technology of process that used to produce petroleum products was fractionation method based on boiling point of each product. The fractionation of petroleum used the distillation column usually called as fractionator column in petroleum industry. The dynamic characteristic process of each tray at the fractionator column obtained with negligible the effect of condenser dynamic and reboiler with assumptions that transfer function of each tray was equal and the process was an adiabatic process. According to the assumptions we got the model of fractionator column was first order equation with dead time. The analysis and simulation have been done to the control system of fractionator column were had multivariable system with three input and three output (MIMO). The interaction of subsystem was decreased with Relative Gain Matrix and decoupling, and then the system could be changed to the three single input single output (SISO). These control system used the proportional, integral and derivative controllers. The setting of controller parameters was used Ziegler-Nichols method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pradaning Ratri
"Penelitian ini dilatarbelakangi salah satu pilar utama dalam pembangunan daerah, yaitu bahan bakar minyak. Tingginya tingkat konsumsi bahan bakar minyak namun produksi bahan bakar minyak mengalami penurunan. Pemberian subsidi bahan bakar minyak juga tidak dapat menekan tingkat konsumsi bahan bakar minyak mengakibatkan anggaran pendapatan belanja negara mengalami defisit. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak. Di samping memberikan dampak pada perekonomian nasional juga berdampak pada perekonomian wilayah di Indonesia yang salah satunya adalah DKI Jakarta.
Tujuan studi ini adalah menganalisa subsidi bahan bakar minyak terhadap perekonomian DKI Jakarta dengan menggunakan sistem neraca sosial ekonomi. Studi ini membahas pengaruh bahan bakar minyak terhadap sektor-sektor ekonomi di DKI Jakarta, serta dampak kebijakan pemerintah tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak pada perekonomian serta distribusi pendapatan di DKI Jakarta. Dengan pembahasan tersebut akan memberikan gambaran sektor-sektor ekonomi yang mana terkena dampak paling kuat dari kebijakan penurunan subsidi bahan bakar minyak.
Berdasarkan basil analisa, dapat dikemukan bahwa bahan bakar minyak mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap sektor-sektor ekonomi terutama sektor jasa dan perdagangan. Alur pengaruh rumah tangga golongan VII sampai X yang telah diketahui digunakan sebagai dasar penentuan dampak kebijakan pemerintah tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak terhadap perekonomian. Kebijakan pemerintah tentang penurunan subsidi bahan bakar minyak secara bertahap disertai dengan pemberian dana kompensasi sangat balk untuk perekonomian DKI Jakarta. Kebijakan pemerintah tersebut berdampak pada kemerataan distribusi pendapatan tenaga kerja serta kemerataan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi.
Kelemahan dan catatan tentang studi ini dapat dijadikan bahan pemikiran studi sejenis di masa depan, yaitu: (1) model ini berasumsi bahwa harga tetap, sedangkan subsidi bahan bakar minyak yang diterapkan di Indonesia dikenakan pada harga. (2) model ini memiliki jumlah sektor yang sedikit sehingga belum dapat mengetahui secara lebih terperinci sektor mana mempunyai dampak paling kuat terhadap kebijakan pemerintah. (3) model ini berasumsi bahwa tidak ada pengaruh perekonomian lain terhadap perekonomian DKI Jakarta, yang selayaknya analisa terhadap suatu wilayah juga memperhatikan aspek keterkaitan antar daerah. (4) model ini dapat memberikan pemahaman tentang dampak kebijakan pemerintah terhadap perekonomian serta distribusi pendapatan pada satu wilayah.

Background of this thesis on the main point of development region is petroleum. The level of consume petroleum is the highest on contrary the produce is become more lowly. The giving of subsidy petroleum never stop to consume petroleum, contrary government budget become deficit. The government takes out policy of subsidy petroleum. That policy makes a changing in economic of nation or region especially DKl Jakarta.
The objective of this study is examining petroleum subsidy against economic of DKI Jakarta with social accounting matrix. This study also examine the effect of petroleum on economic sector on DKI Jakarta, and the effect regulation of government about lowering petroleum subsidy in economic and income distribution in DKI Jakarta. It will give the descriptive the strongest economic sectors that affect that regulation.
The resulting of this study, it can see that petroleum has strong impact with economic sector especially service and trade sector. Structural path analysis of household in types VII until X that use for basic of the impact government regulation in economical. Government regulation that lowering subsidy petroleum with gradually and giving fund compensation. It should good impact of economic in DKI Jakarta. It affects even income distribution of labor and evenness of growth distribution on economic sector.
The weakness and note of this study are (1) the assume of this model is fixed price, the contrary subsidy of petroleum give on price in Indonesia; (2) The model have little sector, it never knew which sector have strong impact of government regulation; (3) the assume of this model is no effect on the other region in economic DKI Jakarta; (4) the model can give understanding of the impact government regulation in economic sector and income distribution.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Stanvac Indonesia, 1970
665.5 IND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Minyak dan gas bumi (migas) adalah sumber daya alam tidak terbarukan yang bernilai strategis, karena menyangkut hajat hidup masyarakat dan peranannya sebagai salah satu sumber energi dan sumber devisa sangat penting di dalam menunjang pembangunan nasional, yaitu sebagai one of the agent of development. Eksploitasi minyak bumi, selain menghasilkan minyak bumi dan gas ikutan, juga menghasilkan antara lain: air terproduksi, gas bumi, limbah padat dan limbah B3.
Limbah-limbah tersebut berpotensi mencemari lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah cair air terproduksi yang merupakan limbah yang terbesar dari kegiatan eksploitasi minyak bumi berpotensi dimanfaatkan sebagai air baku air minurn, air baku manufaktur dan air baku irigasi. Kegiatan eksploilasi minyak bumi Iebih sering dilakukan di daerah terpencil, sehingga cenderung mcmbentuk suatu komunitas yang eksklusif (enclave), yang berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial dengan masyarakat di sekitarnya apabila tidak ada komunikasi yang baik dan hidup berdampingan secara harmoni. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) saja tidak cukup, harus ada tanggung jawab lingkungan dan sosial-ekonomi perusahaan (CESER).
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka pernyataan masalah yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep pengelolaan lingkungan yang ada saat ini belum dilakukan secara holislik, lebih didasarkan kepada kaidah pengelolaan lingkungan secara fisik saja, sehingga kurang memperhatikan aspek lingkungan sosial dan ekonomi.
2. Pengelolaan kegiatan eksploitasi minyak bumi, tidak hanya terfokus kepada minyak dan gas bumi sebagai sumber daya tidak terbarukan yang akan mengalami deplesi, tetapi bagaimana memanfaatkan peluang untuk mengolah kembali Limbah air terproduksi sebagai sumber daya terbarukan, sehingga tidak mencemari lingkungan, tetapi dapat dimanfaatkan kembali Sesuai dengan peruntukan air bagi kehidupan manusia.
Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan uji coba pernanfaatan kembali air terproduksi untuk diolah menjadi air minum, dan air untuk keperluan lainnya.
2. Menyusun hubungan antar subsistem pada kegiatan eksploitasi minyak bumi untuk memprediksi pengelolaan eksploitasi minyak bumi dapat dilakukan dengan pola pembangunan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan pernanfaatan daur-ulang air terproduksi, sehingga kegiatan eksploitasi dapat dikelola secara berkelanjutan dengan sistem dinamik.
3. Melakukan intervensi kebijakan lingkungan ke dalam model yang menggambarkan jenis-jenis pemanfaatan air terproduksi dan peluangnya di dalam menggantikan pendapatan minyak bumi di masa mendatang.
4. Menghilung peranan dan kontribusi subsektor Pertambangan Minyak Bumi sebagai Basis bagi pendapatan Propinsi Riau dan Kabupaten Siak.
5. Menciptakan perangkat lunak (software) pengelolaan lingkungan sebagai pengukur cepat ketaatan setiap parameter lingkungan yang diamati pada suatu perusahaan minyak bumi.
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Dengan pengelolaan dan perlakuan tertcntu air terproduksi dapat dimanfaatkan menjadi air minum, dan air untuk keperluan lainnya.
2. Inter-relasi antar subsistem pada kegiatan eksploitasi minyak bumi dapat dipergunakan untuk memprediksi pengelolaan eksploitasi rninyak bumi dalam pola pembangunan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan pemanfaatan air terproduksi, sehingga kegiatan eksploitasi dapat dikelola secara berkelanjutan dengan sistern dinamik.
3. Berdasarkan intervensi kebijakan lingkungan ke dalam model yang menggambarkan jenis-jenis pemanfaatan air terproduksi dan peluangnya di dalam menggantikan pendapatan minyak bumi di masa mendatang.
4. Peranan dan kontribusi subsektor Pertambangan Minyak Bumi dapat sebagai Basis bagi pendapatan Propinsi Riau dan Kabupaten Siak.
Metode penelitian yang digunakan adalah: 1. desk study, dengan mengkaji hasil penelitian sebelumnya, 2. deskriptif analitik dengan metode survai dan wawancara ke Lapangan Minas dan 3. membuat model dengan sistem dinamik. Data yang dikumpulkan di analisis secara deskriptif.
Hasil analisis dan interpretasi data kemudian dituangkan dalam uraian sesuai dengan arahan dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Minas, PT.CPI, yang terletak di Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pengelolaan eksploitasi minyak bumi meliputi pengelolaan subsistem eksploitasi minyak bumi, subsistem ekonomi, dan subsistem penduduk yang saling berinteraksi (pcnduduk, sumberdaya alam minyak bumi, pencemaran, pendapatan, dan biaya).
a. Subsistem Eksploitasi Minyak Bumi
Cadangan minyak bumi adalah stok di alam dikurangi laju produksi minyak bumi yang dipengaruhi laju deplesi setiap tahunnya. Semakin banyak minyak yang diproduksikan air terproduksi yang terikut juga semakin meningkat jumlahnya. Air terproduksi ini dapat dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan yang masih bernilai ekonomi.
b. Subsistem Ekonomi
Komoditas minyak dan gas bumi menghasilkan pendapatan bagi pendapatan negara, pemerintah daerah yang diperuntukan bagi kesejahtcraan masyarakat. Kalau komoditas tersebut tidak dikelola dengan baik, menerapkan azas keterbukaan dan prinsip-prinsip good governance, maka akan mcnjadi semacam “kutukan" yang disebut sebagai “oil curse”. Di mana daerah yang kaya sumber daya alam dan banyak menghasilkan migas, tetapi masyarakatnya tetap miskin.
c. Subsistem Penduduk
Adanya kegiatan ekonomi sejalan dengan kegiatan eksploitasi minyak bumi, akan memicu munculnya kasus-kasus konflik sosial seiring dengan pertambahan penduduk yang juga dipengaruhi oleh laju deplesi minyak bumi (secara tidak langsung) Kegiatan eksploitasi minyak bumi secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dampak yang dialami, bermacam-macam antara lain penurunan pendapatan karena sumber daya alam yang menjadi sumber malapencaharian masyarakat menjadi rusak dan semakin rendah kemampuan reproduksinya. Misalnya, kesuburan lahan pertanian yang tercemari oleh limbah berminyak menjadi menurun.
Kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi penambangan minyak bumi sangat mempengaruhi aktifitas produksi penambangan minyak bumi itu sendiri. Pada satu sisi, kondisi sosial masyarakat dapat mendukung kegiatan produksi dan di sisi lain justru menjadi penghambat kegiatan produksi. Konflik yang selama ini muncul didasari oleh berbagai motif, antara lain konflik kepentingan antar masyarakat, pihak perusahaan dan pemerintah. Konflik ini pada umumnya didasari faktor ekonomi yang tidak memuaskan pihak-pihak tersebut. Selain faktor ekonomi, faktor penting lainnya isu kerusakan lingkungan yang dialami oleh masyarakat.
Dengan adanya kegiatan eksploitasi minyak bumi, maka akan menarik pendatang baru yang berdatangan ke daerah di sekitar pertambangan minyak bumi, untuk mencari pekerjaan maupun membuka usaha baru. Akibatnya daerah yang semula hanya sebuah kampung, akhirnya menjadi sebuah desa, yang berkembang terus menjadi beberapa desa, yang pada akhirnya akan sebuah kecamatan, atau yang dulunya hanya sebuah desa akhirnya menjadi sebuah kota. Contoh Desa Minas yang sebelumnya hanya merupakan sebuah kampung kecil akhirnya menjadi sebuah desa, yang kemudian mekar menjadi beberapa desa dan akhirnya menjadi kecarnatan, yang belum lama ini dimekarkan lagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kandis dan Kecamatan Minas.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.
Secara umum tujuan penelitian telah berhasil mengembangkan suatu model pengelolaan kegiatan eksploitasi minyak bumi dalam pola pembangunan berkelanjutan. Fokus pemanfaatan tidak hanya pada minyak dan gas bumi saja, tetapi melakukan daur-ulang air terproduksi untuk dapat dimanfaatkan secara ekonomi, sehingga kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dapat berlangsung secara berkelanjutan (sustainable).
1. Pemanfaatan air terproduksi, dengan perlakuan Reverse Osmosis (RO) telah berhasil dengan baik, kecuali untuk parameter kebauan (odor). Namun demikian, parameter kebauan bisa dihilangkan dengan filtrasi karbon aktif dan zeolit. Semua parameter air minum yang dipersyaratkan di dalam baku-mutu Permenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 dapat dipenuhi untuk contoh air terproduksi dari Lapangan Minas. Air terproduksi yang telah dimanfaatkan kembali ini dapat digunakan sebagai air baku manufaktur, air irigasi dan air minum. Hasil perhitungan keekonomian air terproduksi yang diolah untuk berbagai komposisi alokasi penggunaan, diperoleh hasil untuk komposisi penggunaan Air Minum, Air Baku Industri dan Air Irigasi= 50%:40%: 10% dengan tingkat harga air minurn botol Rp 760/lt, air baku Rp 20/lt, air irigasi Rp 6/lt memberikan hasil yang mendekati revenue rata-rata minyak pertahun (hanya selisih dalam sembilan ribu rupiah). Wetland buatan dapat dimanfaatkan unluk wadah penampungan dan pengolahan sementara air terproduksi sebelum diolah lebih lanjut untuk berbagai keperluan.
2. Untuk menggambarkan hubungan sebab akibat darl beberapa subsistem yang membangun model pengelolaan eksploitasi minyak bumi, dapat digunakan untuk memprediksi laju produksi minyak bumi, gas bumi dan air terproduksi (dengan nilai AME masing-masing: 9,2%; 8,5% dan 0,9%). Selain itu digunakan untuk prediksi populasi penduduk Kabupaten Siak (nilai AME: 0,43% dan AVE: 8,15%). Berdasarkan prediksi kurva hasil simulasi model, pemanfaatan daur-ulang air terproduksi dapat dimulai pada tahun 2015.
3. Kerusakan atau pencemaran lingkungan yang teljadi akibat pembuangan air terproduksi dapat diminimalisir, dan akan lebih menguntungkan dan segi lingkungan hidup maupun secara ekonomi dan sosial apabila air terproduksi tersebut dimanfaatkan dengan didaur-ulang, karena dampak negatifnya dapat dihilangkan, dan dampak positif berupa pendapatan akan diperoleh untuk mengembangkan elconomi masyarakat pasca habisnya minyak dan gas bumi. Masa kontrak kerja lapangan tersebut akan habis pada tahun 2019. Hasil pemodelan sistem dinamik minyak bumi Lapangan Minas akan habis pada tahun 2020.
4.Peranan dan knntribusi Subsektor Pertambangan Minyak Bumi adalah sebagai basis bagi pendapatan Propinsi Riau dan Kabupaten Siak. Realisasi dana bagi hasil (DBH) minyak bumi Propinsi Riau sebesar 99,6% dan gas bumi hanya 0,4%, sedangkan DBH minyak bumi untuk Kabupaten Siak adalah 99,9%. Kontribusi Sektor Migas terhadap PDRB Kabupaten Siak sebesar 78,34% dengan nilai LQ: 1,38 pada tahun 2001 turun menjadi 54.92% dengan nilai LQ: 1,47 pada tahun 2005.
5. Persepsi masyarakat di sekitar daerah operasi Lapangan Minas - PT.CPI sebagian besar (>70%) masyarakat mengatakan merasa tidak terganggu oleh kegiatan eksploitasi minyak bumi, baik terhadap pencemaran udara, air dan tanah. Meskipun mereka tinggal di daerah terpencil, kondisi prasaran jalan pada umumnya sudah baik. Namun secara urnum kondisi masyaral-:at belum terjangkau oleh kegiatan pembangunan. Mesldpun njlai IPM Kabupaten Siak (70,119) lebih tinggi dari Propinsi Riau (69,8) dan Nasional (6110), namun tingkat kemiskinan di desa-desa penelitian masih cukup tinggi, berkisar antara 3S,33%-42,15%. Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat lokal di sekitar areal operasi adalah sebagai berilcut:
a. Diberi kesempatan bekerja sesuai dengan tingkat keterampilan dan/atau tingkat pendidikannya.
b. Pembinaan bagi usaha-usaha kecil yang sudah dirintis, agar mampu bersaing dengan pengusaha pendatang.
c. Pembinaan untuk budidaya pertanian, dan perkebunan sesuai dengan potensi daerah.
d. Pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya penyediaan air bersih, yang setiap hari harus dibeli oleh masyarakat.
e. Bantuan bidang pendidikan, baik sarana/prasarana pendidikan, pemberian beasiswa, tambahan penyediaan guru honorer dan lain-Iain.
6. Program komputer penaatan lingkungan telah diuji-cobakan di empat lapangan migas, cukup efektif untuk mengevaluasi pengelolaan Iingkungan di suatu perusahaan minyak bumi. Secara cepat kita dapat mengukur tingkat penaatan dan keberhasilan kinerja pengelolaan lingkungannya.
Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian-uraian terdahulu tentang pengelolaan eksploitasi minyak bumi, maka disarankan sebagai berikut:
Perlu dilakukan penelitian lapangan lebih lanjut untuk pengelolaan air terproduksi bagi air irigasi pertanian, air baku industri dan air minum dwngan menggunakan wetland buatan, sehingga dapat diimplementasikan pemanfaatan air terproduksi yang optimal dengan biaya operasional yang lebih murah.
Perlu dilakukan penelitian PDRB Hijau bagi Propinsi Riau dan Kabupaten Siak, karena tingkal kerusakan lingkungan yang cenderung meningkat setiap tahun di daerah tersebut belum diperhitungkan secara ekonomis.

Oil and gas are non renewable resources which have strategic value, to fulflll society basic needs and its role as one of the energy source and as an important revenue sources to support national development. Oil exploitation, which mainly produced oil and neutral gas, also produced by products, such as: produced water, waste gas, solid and hazardous wastes. All these wastes potentially can pollute the environment, if do not well managed. Oil exploitation activities are often conducted at a very remote area, which tend to form an exclusive community (enclave), which potentially can create social jealousy with the surrounding local communities, if the oil company does not have a good communication and a harmonious relationship with each other. Conducting Corporate Social Responsibility (CSR) only is not enough, it should be a Corporate Environmental-Socio-Economic Responsibility (CESER).
Based on the information mentioned previously, problems statements proposed on this research are as follows:
1. The existing environmental management concept, has not been implemented in a holistic approach yet, it only covered physical environment aspects; therefore, it lack of focusing on social and economic aspects.
2. Management oil exploitation activities, should not only focus to exploit oil and natural gas as a non renewable resources, but also need to utilize produced water as a liquid waste to become renewable resources, to prevent environmental pollution, by re-using produced water for human need.
The objectives of this study are as follows:
1. To conduct a trial and error to re-use produced water to become drinking water and other purposes.
2. To formulate inter-relationship among subsytems of oil exploitation activities, to predict oil exploitation management in sustainable development pattern, which integrated the re-use and re-cycle of produced water, so that oil exploitation can be managed in a sustainable manner.
3. To conduct environmental policy intervention and put it into the simulation model to figure out types of produced water re-use, and the opportunity to substitute crude oil revenue in the future.
4. To calculate oil and gas roles and its contribution as a basis of revenue Sources for Riau Province and Siak Regency.
5. To develop an environmental management software of oil exploitation as a rapid measurement to comply with all the standards, regulations and other requirements, which consisted of physical dan social environmental aspects.
Hypothesis for this study are as follows:
1) By using certain treatment technology, produced water can be re-used and recycled to become potable water and water for other purposes.
2) Inter-relationship among subsytems of oil exploitation activities, can be used to predict oil exploitation management in sustainable development pattem, which integrated the re-use and re-cycle of produced water, so that oil exploitation can be manage in a sustainable manner.
3) Based on environmental policy intervention, the model simulation can figure out the types of produced water re-use and/or re-cycle, and the opportunity to substitute crude oil revenue in the future.
4) Roles and its contribution of oil and gas mining subsector as a basis of revenue sources for Riau Province and Siak Regency.
The research method used analytical descriptive method. Data was collected and descriptively analyzed. The result and intepretation of the data analysis will be used to achieve the objective of the study.
This study conducted at Minas oil field, PT.CPI, which is located at Minas Subdistrict, Siak Regency, Riau Province. Oil exploitation management consist of three subsystems: oil exploitation, economy, and population subsystem which have an interaction (population, oil resource, pollution, revenue and cost):
a. Subsystem of Oil Exploitation
Oil reservoir is stock at nature minus oil production rate which is influenced by depletion rate annually. Daily oily production tend to decreasing, but produced water tend to increasing. Associated gas produced mode tend to be similar with the daily oil production mode.
b. Subsystem of Economy
Amount of liquid waste produced water and air pollution produced f1'om oil exploitation have an economic value as an environmental cost. This cost of environment is influenced by constants of waste, which will reduce revenue and increase production cost. While economic lost due to oil production to the local community is the reduction between cost of environment and revenue.
c. Subsystem of Population
Economic activitiy parallel with oil exploitation, will trigger social conflict cases, also parallel with increasing population growth, which also influenced by oil depletion rate (indirect way).
Social community condition at the oil exploitation area will influence the oil exploitaion activity itself. Social community condition, both either can support oil exploitation or hinder production activity. Emerging social conflict have many different motives, conflict of interest among community, company and government. This conflict was triggered by economy factor, which can not satisfied all parties. Another factor is environmental damage or pollution to the surrounding community. Increasing oil exploitation activity in an area will influence new people to come and apply for job or develop a new business. Another effect, a small ?kampung? will become a big village, and then become a subdistrict, and then become a small city. For example Minas Village, originally is only a small ?karnpung? with limited facility, and now it has become the capital ofthe Minas Subdistrict.
Based on the result of the study and discussion, it can be concluded as follows:
In general the objective of the research is to succesfully developed a model of oil exploitation management in a sustainable development pattern. With the focus not only to oil and gas utilization, but also to reuse and recycle produced water to achieve an economic and social sustainable development for local community in Siak Regency.
1. Produced water re-use processs using a Reverse Osmosis (RO) method was conducted successfully, except for odor parameter. However, odor parameter can be eliminated using carbon active and zeolit liltration media. All drinking water parameters standard have complied with Permenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 for produced water sample from Minas, Belida and Sangatta Fields. Re-used and re-cycled of produced water can be used for agricultural irrigation base, manufacturer water base, and drinking water industrial base. Based on economic calculation of re-used and re-cycled produced water for best usage composition, as follows: drinking water: manufacture water base : irrigation water = 5O%:40%:l0%, with the price level bottled drinking water: Rp760,-/liter, manufacture water base: Rp 20,-/liter and irrigation water base: Rp 6,-/liter will give revenue close to annual average of oil revenue (with the difference in only nine thousand rupiah).
2. To figure out causal - effect inter-relationship irom several subsystem to develop a model of oil exploitation management in sustainable development pattern, which can be used to predict oil and gas production rate, and also produced water rate (with each AME value: 1,69%; 2,39% and 9,3l%). Also to predict population number (AME = 0,43% and AVE= 8,l5%). Based on curve simulation model, re-use and recycle of produced water can be initiated in 2015.
3. Environmental degradation and/or pollution which have occured due to produced water discharge can be minimized or even prevented, by re-use and/or re-cycle of its produced water, and its positive impact can be achieved by generating revenue to develop a sustainable socio-economic development of local community after oil and gas depleted. Based on Hotelling formula, oil exploitation at Minas Field will be depleted in 2022. And based on the production sharing contract, the contract will be expired in 2019.
4. Roles and its contribution of oil and gas mining subsector as a basis for revenue sources of Riau Province and Siak Regency. Implementation of Oil & gas Revenue Profit Sharing (DBI-I) for Riau Province is 99,6% and for natural gas is only 0,4%, while Revenue Profit Sharing (DBH) for Siak Regency is 99,9%. Oil and gas subsector contribution to PDRB Siak Regency: 'l8,34% with LQ: 1,38 in 2001 decreasing to 54,92% with LQ: 1,47 in 2005.
5. Software development for environmental management standard of oil exploitation activities, so that compliance with environmental management can be measured immediately, accurately and in a more simple way. Self compliance concept can be easily achieved.
6. Community perception at the surrounding area of Minas Field - PT.CPI 1 majority of them (>70%) did not disturbed by the oil exploitation activities, which may pollute the air, water and soil. Even they live in a remote area, the road infrastructure is in a good condition. In general, local community have not been influenced by the government development activity yet.
Eventhough Human Development Index (HDI) of Siak Regency (70,49%) is higher than Riau Province HDI (69,8) and Indonesian HDI (67,10%), but poverty level at the villages at surrounding reasearch area is high: 35,33% - 42,l5%. Donations or aids which needed by the local community at surrounding oil exploitation area are as follows:
a. Provide employment for local community, based on their skills, qualification, and education background.
b. Provide training and capital credit for small-medium enterprise (SME), to improve their business competitiveness.
c.Provide training and capital credit for agriculture, crop estate, and animal husbandry.
d. Improve community health services, especially clean water program for local community.
e. Provide education aids: school building, scholarship program, additional teachers, etc.
Based on the result and discussion, the suggestions are as follows:
1. Need to conduct field research continuation for produced water temporary storage and temporary treatment using constructed wetland to be used for irrigation water based, manufacturer water based, industrial drinking water based to achieve lower operational cost, and optimum produced water usage.
2. Need to initiate to conduct a research on green Gross Domestic Regional Revenue (PDRB) for Riau Province and Siak Regency, since environmental degradation level tends to increase annually, and have not included in economic calculation yet.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D858
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementerian ESDM RI, 2016
665.5 IND a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>