Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Faisal
"Karbon mesopori telah berhasil disintesis melalui metode soft template dengan Pluronic F-127 sebagai agen pembentuk pori; phloroglucinol dan formaldehida sebagai sumber karbon. Karbon mesopori kemudian dimodifikasi permukaannya dengan trietilentetraamina (TETA) untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi gas CO2, dan dilakukan juga modifikasi permukaan karbon aktif komersial dengan TETA sebagai pembanding. Karbon mesopori dan karbon aktif komersial termodifikasi TETA dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, SEM, EDS dan surface area analyzer-BET untuk melihat pengaruh modifikasi terhadap struktur dan sifat kedua material tersebut. Analisis komposisi unsur dari karbon mesopori termodifikasi dan karbon aktif termodifikasi 30% TETA (w/w) menunjukkan peningkatan kandungan unsur nitrogen berurutan sebesar 21,190% wt dan 1,897% wt. Spektrum FTIR karbon mesopori dan karbon aktif termodifikasi TETA 30% wt memiliki puncak serapan pada bilangan gelombang 3100~3600 cm-1, 1485~1579 cm-1 dan 2924 cm-1 yang merupakan puncak serapan vibrasi stretching N-H, vibrasi stretching simetris dan asimetris CH2 dan vibrasi bending N-H dari TETA, yang menunjukkan kedua material karbon telah berhasil dimodifikasi. Hasil analisis luas permukaan dan ukuran pori menunjukkan modifikasi karbon aktif dengan TETA menurunkan luas permukaan karbon aktif komersial secara signifikan, dari 518,9 m2/g menjadi 17,83 m2/g untuk modifikasi TETA 30% wt, sementara luas permukaan karbon mesopori hanya turun dari 391 m2/g menjadi 161,3 m2/g. Hasil uji adsorpsi CO2 menunjukkan karbon mesopori termodifikasi TETA memiliki kemampuan adsorpsi CO2 lebih baik dibandingkan karbon mesopori tanpa modifikasi, yang mengadsorpsi 7,166 mmol CO2/g adsorben dibandingkan dengan 6,100 mmol CO2/g adsorben untuk karbon mesopori tanpa modifikasi selama 30 menit. Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan kemampuan adsorpsi CO2 karbon aktif termodifikasi TETA (30% wt dan 50% wt) yang mengadsorpsi 1,200 mmol CO2/g adsorben dan 1,230 mmol CO2/g adsorben. Kemampuan adsorpsi karbon aktif komersial termodifikasi TETA turun drastis bila dibandingkan dengan sebelum modifikasi (sebesar 9,070 mmol CO2/g adsorben), yang merupakan kemampuan adsorpsi CO2 paling baik diantara adsorben-adsorben lainnya pada penelitian ini. Hasil ini menunjukkan modifikasi karbon mesopori dengan TETA berhasil meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2, namun sebaliknya modifikasi karbon aktif dengan TETA menurunkan kemampuan adsorpsi CO2, yang diakibatkan oleh tertutupnya pori.
Mesoporous carbon has been successfully synthesized through soft templating method with Pluronic F-127 as pore directing agent; phloroglucinol and formaldehyde as carbon sources. Furthermore, the surface of mesoporous carbon was modified with triethylenetetraamine (TETA) to enhance the CO2 adsorption capability. As comparison, activated carbon was also modified with TETA and tested for CO2 adsorption. TETA modified mesoporous and activated carbon were characterized with FTIR, SEM-EDS and SAA-BET instruments to see the effect of modification to the structure and characteristic of both materials. Analysis of the elemental composition of mesoporous carbon and activated carbon modified TETA 30% wt indicates the enhancement of nitrogen to the amount of 21,190 % wt and 1,897 % wt for mesoporous and activated carbon respectively. FTIR spectrum of both materials show peaks at 3100~3600 cm-1, 1485~1579 cm-1 and 2924 cm-1 which are assigned for N-H stretching, symmetric and asymmetric CH2 and N-H bending peaks from TETA, which indicates that both materials has been succesfully modified. The result of surface area and pore size measurement indicate that modification of activated carbon with TETA decreases its surface area, from 518,9 m2/g to 17,83 m2/g for 30% wt TETA modification. On the other hand, the surface area of modified mesoporous carbon only decreased from 391 m2/g to 161,3 m2/g. The CO2 adsorption results indicate that modified mesoporous carbon have higher CO2 adsorption capability than non-modified mesoporous carbon, in which adsorbing 7,166 mmol CO2/g adsorbent for 30% wt loading compared to 6,100 mmol CO2/g adsorbent for non-modified mesoporous carbon through 30 minutes running. This result is higher than TETA modified activated carbon (30% wt and 50% wt) adsorption capability which are 1,200 mmol CO2/g adsorbent and 1,230 mmol CO2/g adsorbent, respectively. The adsorption capability of modified activated carbon decreases significantly compared to non-modified activated carbon (about 9,070 mmol CO2/g adsorbent), which is the highest amongst all tested adsorbents in this work. In conclusion, the surface of mesoporous carbon modification with TETA enhance the CO2 adsorption capability. On the other hand, modification of activated carbon with TETA lower the CO2 adsorption capability, due to the blocking of the pores."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Virgana
"Pencemaran air oleh logam berat Pb (II) akibat kegiatan industri telah menarik perhatian dunia secara signifikan karena memiliki efek yang merugikan bagi lingkungan. Disisi lain melimpahnya senyawa fosfat di perairan menambah masalah eutrofikasi yang menyebabkan alga blomming dan pertumbuhan tanaman air yang tidak terkendali. Adsorpsi merupakan metode yang efektif dengan harga ekonomis untuk mengatasi permasalahan limbah Pb (II) di perairan. Pemanfaatan tanaman air sebagai biosorben telah dikembangkan demi tujuan tersebut namun masih memiliki beberapa kelemahan. Pada penelitian ini, teknik immobilisasi dilakukan pada spesies tanaman air Duckweed (Lemna perpusilla Torr) pada nanopartikel magnetit dengan penambahan Ca-alginat sebagai adsorben yang memiliki efektifitas tinggi. Adsorben tersebut memiliki pH optimum 10, waktu kontak optimum pada menit ke-90, dan suhu 25°C dengan kemampuan mengadsorpsi terbaik hingga 49,28 mg/g (dengan %Adsorpsi 98,55%) dalam penyerapan logam Pb (II). Nanopartikel magnetit akan mempermudah separasi adsorben dengan memberi medan magnet yang kuat. Nilai %Recovery sebesar 77,75% dalam eluen HNO3 1M yang dimiliki adsorben menjadikan adsorben dapat digunakan kembali. Karaterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi yang berperan aktif dalam proses penyerapan logam Pb (II).

Water pollution by heavy metals Pb (II) as a result of industrial activities has attracted worldwide attention significantly because it has a detrimental effect on the environment. The abundance of phosphate compounds in water is also adding to the problem of eutrophication which causes blooming algae and aquatic plant growth uncontrolled. Adsorption is an effective method with economical prices to overcome the problems of waste Pb (II) in water. Utilization of water plants as biosorbent been developed for this purpose, but still have some weaknesses. Immobilization technique performed on the species of aquatic plants Duckweed (Lemna perpusilla Torr) on magnetite nanoparticles with the addition of Ca-alginate as an adsorbent which has a high effectiveness. The adsorbent has an optimum pH 10, the optimum contact time within the 90 minute, and temperature of 25°C with the best ability to adsorb up 49.28 mg/g (in %Adsorption 98.55%) in the absorption of Pb (II). With the magnetite nanoparticles will facilitate the separation of the adsorbent with a given magnetic field in its application in water because it has a strong magnetic power. Value%Recovery of 77.75% in 1M HNO3 eluent makes adsorbent can be reused. Characterization with FTIR showed the presence of functional groups that play an active role in the process of absorption of Pb (II).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Modistian
"Studi adsorpsi methyl orange (MO) menggunakan adsorben karbon aktif dan lumpur alum telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas adsorben serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksperimen pada tingkat penyisihan MO. Beberapa faktor pengaruh yang diamati pada proses adsorpsi ini adalah efek konsentrasi adsorben, konsentrasi polutan, pH, temperatur, kecepatan pengadukan, volume reaksi serta penggunaan kembali adsorben (reuse). Studi dilakukan karena MO merupakan salah satu zat pewarna yang berbahaya dalam industri tekstil yang memiliki dampak terhadap manusia dan lingkungan. Berdasarkan eksperimen parametrik yang dilakukan pada adsorben karbon aktif diketahui bahwa seiring dengan naiknya konsentrasi adsorben, efisien penyisihan polutan MO juga meningkat sebesar 99,87% pada 1 g/L karbon aktif. Sedangkan pada efek konsentrasi polutan MO berbanding terbalik dimana semakin besar konsentrasi polutan yang diberikan, tingkat penyisihan pada adsorben semakin menurun, yaitu dari 95,89% menjadi 16,8%. Dan untuk adsorben lumpur alum, efisiensi penghilangan polutan MO sangat kecil hanya 5% dengan aktivasi KOH. Dari kedua perbandingan adsorben yang telah dilakukan, karbon aktif merupakan adsorben yang efektif digunakan untuk menghilangkan polutan methyl orange di air dengan persentase removal hampir 100% pada konsentrasi adsorben 0.5 g/L. Karbon aktif juga dapat diregenerasi dengan efisiensi penyisihan mencapai 80%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Arum Wulandari
"Meningkatnya pemenuhan energi dan semakin seringnya isu mengenai permasalahan lingkungan membuat para peneliti selalu mencari solusi yang tepat agar dapat mengamankan ketersediaan energi dan meminimalisir efek lingkungan yang mungkin terjadi. Salah satu teknologi yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mengatasi kedua masalah tersebut adalah sistem pendingin dan penyimpanan energi panas secara adsorpsi. Penelitian yang dilakukan ini merupakan menguji kinerja adsorber tipe fin-tube dalam sistem pendingin dan penyimpan panas adsorpsi menggunakan pasangan adsorben dan adsorbat berupa zeolit alam - air. Metodologi yang dilakukan adalah rancang bangun adsorber tipe fin tube dan alat uji adsorpsi serta menguji kinerjanya. Variasi yang dilakukan adalah menggunakan adsorber tipe fin-tube yang mempunyai jarak antar fin 2 mm dan 3 mm, temperatur adsorpsi dan temperatur evaporasi. Selanjutnya dilakukan analisa kharakteristik thermal sehingga didapat kapasitas massa yang terserap maksimal adalah 62,2%, COP sistem pendingin maksimal sebesar 0,44 serta efisiensi thermal sistem penyimpan panas tertinggi sebesar 28,61%.

The increasing supply of energy and more frequent issues regarding environmental problems makes researchers always look for the right solution in order to secure energy availability and minimize the environmental effects that may occur. One technology that deserves to be further developed in overcoming these two problems are the cooling system and thermal energy storage by adsorption. This research was conducted to test the performance of the fin-tube type adsorber in the cooling system and adsorption thermal energy storage using an adsorbent and adsorbate pair in the form of natural zeolite - water. The methodology used are the design of the fin tube type adsorber, adsorption test equipment and performance test. The variations are using a fin-tube type adsorber which has a fin pitch of 2 mm and 3 mm, the adsorption temperatur and the evaporation temperatur. Furthermore, the thermal characteristics analysis was carried out so that the maximum absorbed mass capacity was 62.2%, the maximum cooling system COP was 0.44 and the highest thermal efficiency of the thermal energy storage system was 28.61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Finny Chrisnardy
"ABSTRACT
Karbon mesopori berhasil disintesis menggunakan metode soft template dengan Pluronic F-127 sebagai agen pembentuk struktur; phloroglucinol dan formaldehida sebagai prekursor karbon. Karbon mesopori hasil sintesis dikarakterisasi dengan XRD, BET, SEM-EDX, dan FTIR. Aktifasi karbon mesopori hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan HCl 1M dengan tujuan untuk meningkatkan loading trietilentetraamina TETA sebagai senyawa bergugus amina dalam karbon mesopori. Karbon mesopori dan karbon mesopori teraktifasi dimodifikasi menggunakan TETA dengan variasi konsentrasi di bawah 50 wt. Karbon mesopori termodifikasi kemudian dikarakterisasi dengan SEM-EDX dan FTIR. Uji adsorpsi CO2 dengan adsorben karbon mesopori, karbon mesopori teraktifasi, karbon mesopori termodifikasi TETA, dan karbon mesopori teraktifasi termodifikasi TETA dengan variasi waktu pengaliran CO2 selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit dengan waktu kontak 15 menit dan laju alir gas CO2 20 mL/menit. Sebagai perbandingan, uji adsorpsi dilakukan juga dengan karbon aktif komersial. Uji adsorpsi juga dilakukan pada laju alir 60 mL/menit selama 2,5, 5, 7,5, 10, 12,5, dan 15 menit untuk melihat pengaruh laju alir terhadap kemampuan adsorpsi CO2. Gas CO2 yang teradsorpsi dilkuantisasi dengan metode titrasi asam basa. Berdasarkan uji adsorpsi CO2, aktifasi asam berhasil meningkatkan loading TETA ke dalam karbon mesopori sehingga meningkatkan kemampuan adsorpsi CO 2.

ABSTRACT
Mesoporous carbon was successfully synthesized using soft templated method with Pluronic F 127 as structure directing agent phloroglucinol and formaldehyde as carbon precursor. The as synthesized mesoporous carbon was characterized using XRD, BET, SEM EDX, and FTIR. Activation of as synthesized mesoporous carbon was done using HCl 1 M to increase triethylenetetraamine TETA as amine group compound loading within mesoporous carbon. Mesoporous carbon and activated mesoporous carbon was modified using TETA with concentration varation under 50 wt. The modified mesoporous carbon was then characterized with SEM EDX and FTIR. Adsorption test was performed using adsorbent mesoporous carbon, activated mesoporous carbon, mesoporous carbon modified by TETA, and activated mesoporous carbon modified by TETA with flow time CO2 gas variation 5, 10, 15, 20, 25, and 30 minutes, contact time 15 minutes, and flow rate 20 mL minute. As comparison, adsorption test was performed with activated carbon. Adsorption test was also performed with flow rate 60 mL minute for 2,5, 5, 7,5, 10, 12,5, and 15 minutes to observe the effect of flow rate on adsorption ability of CO2. Adsorbed CO2 gases was quantified with acid base titration method. From CO2 adsorption test, acid activation was successfully increased TETA loading within mesoporous carbon which increased CO2 adsorption ability."
2016
S66243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sulistianti
"ABSTRAK
Revolusi industri meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer yang berdampak pada
efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian untuk menangkap (capture) CO2 menggunakan karbon mesopori
termodifikasi gugus amina. Penelitian ini membandingkan kemampuan adsorpsi
CO2 menggunakan karbon mesopori hasil sintesis dan karbon aktif komersial,
kemudian dibandingkan juga jika keduanya dimodifikasi dengan gugus amina.
Karbon mesopori disintesis melalui metode soft template menggunakan
phloroglucinol dan formaldehida sebagai sumber karbon; serta Pluronic F-127
sebagai agen pembentuk pori. Karbon mesopori hasil sintesis dan karbon aktif
komersial kemudian dimodifikasi dengan triethylenetetramine (TETA) untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2. Hasil XRD menunjukkan adanya dua
puncak yang melebar dan tidak tajam pada 2θ = 24,21º dan 2θ = 43,85º, menurut
indeks JCPDS, No. 75-1621 puncak ini adalah puncak khas untuk material karbon
grafit heksagonal. Berdasarkan karakterisasi FTIR, karbon mesopori hasil sintesis
memiliki kesamaan dengan karbon aktif komersial, yaitu tidak adanya puncak
serapan yang muncul. Setelah dimodifikasi dengan TETA muncul puncak serapan
pada daerah sekitar 1580-1650 cm-1 yang merupakan vibrasi N-H bending dan
puncak serapan pada daerah sekitar 3150-3380 cm-1 yang merupakan vibrasi N-H
stretching. Berdasarkan analisis BET, didapatkan informasi bahwa modifikasi
dengan TETA menurunkan luas permukaan, volume pori, dan diameter pori. Luas
permukaan karbon mesopori menurun dari 407,278 m2/g menjadi 205,559 m2/g
setelah dimodifikasi dengan 10% TETA dan 208,300 m2/g setelah dimodifikasi
dengan 20% TETA. Volume pori karbon mesopori menurun dari 0,6355 cm3/g
menjadi 0,4149 cm3/g setelah dimodifikasi dengan 10% TETA dan 0,4199 cm3/g
setelah dimodifikasi dengan 20% TETA. Uji adsorpsi CO2 menunjukkan bahwa
karbon mesopori memiliki kemampuan adsorpsi CO2 yang lebih baik daripada
karbon aktif komersial dan modifikasi dengan TETA mampu meningkatkan
adsorpsi CO2. Karbon mesopori mampu mengadsorpsi CO2 sebanyak 9,916
mmol/g dan karbon aktif mampu mengadsorpsi CO2 sebanyak 3,84 mmol/g selama
3,5 jam waktu adsorpsi, karbon mesopori tiga kali lebih baik daripada karbon aktif
dalam mengadsorpsi karbon dioksida. Karbon mesopori termodifikasi 50% TETA
mampu mengadsorpsi CO2 terbesar yaitu 19,341 mmol/g, kemampuan adsorpsi
karbon dioksida meningkat sekitar 95% setelah dimodifikasi dengan 50% TETA
daripada karbon mesopori tanpa modifikasi.

ABSTRACT
The Industrial Revolution was increasing concentrations of CO2 in the atmosphere
that have an impact on the greenhouse effect which lead to global warming.
Therefore, capture CO2 using mesoporous carbon modified amine group are
studied. This research will compare the ability of CO2 adsorption using synthesized
mesoporous carbon and commercial activated carbon, and compared if they are
modified by amine group. Mesoporous Carbon were synthesized by soft template
method using phloroglucinol and formaldehyde as a carbon source; and Pluronic F-
127 as a mesoporous agent. Synthesized mesoporous carbon and commercial
activated carbon were modified with triethylenetetramine (TETA) to increase CO2
adsorption capacity. Based on FTIR characterization, the synthesized mesoporous
carbon and the activated carbon without modification process has similarity pattern.
After the modification, both of them showed absorption peaks in the area around
1580 to 1650 cm-1 which is known as N-H bending vibration and absorption peaks
in the area around 3150 to 3380 cm-1 which is known as N-H stretching vibration.
The XRD results showed two peaks were widened and rounded at 2θ = 24.21º and
2θ = 43.85º, According to JCPDS index No. 75-1621, those peaks are the typical
peak for hexagonal carbon graphite. In BET analysis, the modifications by TETA
can decrease surface area, pore volume and pore diameter. Mesoporous carbon
surface area decreased from 407.278 m2/g to 205.559 m2/g after being modified
with 10% TETA and 208.300 m2/g after being modified with 20% TETA. The pore
volume of mesoporous carbon decreases from 0.6355 cm3/g to 0.4149 cm3/g after
being modified with 10% TETA and 0.4199 cm3/g after being modified with 20%
TETA. The testing adsorption of CO2 showing that the mesoporous carbon is better
than the commercial activated carbon for CO2 adsorption and modified with TETA
able to increase the adsorption of CO2. Mesoporous carbon is able to adsorb CO2
of 9.916 mmol/g and the activated carbon is able to adsorb CO2 of 3.84 mmol/g for
3.5 hours adsorption, mesoporous carbon three times better than activated carbon
for adsorption of carbon dioxide. The modified mesoporous carbon 50% TETA is
the most able to adsorb CO2 of 19.341 mmol/g, carbon dioxide adsorption capacity
increased by about 95% after being modified with 50% TETA.;"
2016
S65342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Graciella Stephanie Dwiningtyas
"Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan isu lingkungan terbesar pada abad ke-21 yang mengakibatkan emisi gas CO2 yang terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan emisi gas CO2 yang disebabkan oleh aktivitas manusia menyebabkan upaya pengurangan emisi terus dilakukan. Reaksi hidrogenasi merupakan salah satu reaksi yang dapat dilakukan untuk mengubah CO2. Sifat CO2 yang stabil secara termodinamik dan inert menyebabkan katalis digunakan untuk mempermudah reaksi. Katalis berbasis nikel merupakan katalis yang banyak digunakan menggantikan katalis logam mulia untuk hidrogenasi CO2. Pada penelitian ini, katalis NiSn tersangga oleh karbon mesopori (NiSn/MC) disintesis untuk mengkonversi CO2 menjadi formaldehida dan metanol melalui reaksi hidrogenasi. Pola difraksi NiSn/MC menunjukkan puncak pada 26.02°; 28,6°; 33,8°; 42,5°; 44,9°; 59,2°; 71,2°; 79,5°; 86,6°. yang merupakan puncak difraksi dari grafit dan NiSn. Karakterisasi SEM-EDX mapping dan TEM menunjukkan partikel NiSn tersebar merata pada permukaan karbon mesopori dan tidak membentuk klaster tersendiri. Berdasarkan hasil reaksi yang dilakukan, material Ni5Sn1/MC memberikan konversi CO2 tertinggi sebesar 39.86% dibandingkan Ni1Sn1/MC, Ni3Sn1/MC, Ni/MC, Sn/MC, dan NiSn NPs. Yield metanol Ni5Sn1/MC sebesar 86.31 mmol/gcat. Kondisi optimum untuk reaksi hidrogenasi CO2 didapat pada temperatur 175°C dengan rasio gas CO2:H2 sebesar 1:7.

Global warming and climate change are the biggest environmental issues in the 21st century due to the increase of CO2 emissions in the atmosphere. The increasing CO2 emissions has led to continuing efforts to reduce CO2 levels. One of the methods to reduce CO2 emission is to convert CO2 through chemical reactions such as the hydrogenation reaction into more valuable chemicals. The nature of CO2 which is stable and inert causes the reaction of CO2 needs to be facilitated by a catalyst. This research synthesized NiSn nanoparticles on mesoporous carbon (NiSn/MC) to convert CO2 into formaldehyde and methanol. The diffraction patterns of NiSn/MC exhibit peaks at 26.02°, 28,6°; 33,8°; 42,5°; 44,9°; 59,2°; 71,2°; 79,5°; 86,6° which correspond to diffraction peaks of graphite and NiSn. SEM-EDX Mapping and TEM characterization reveal that NiSn are uniformly dispersed on the mesoporous carbon surface and do not form distinct clusters. Based on the conducted reactions, Ni5Sn1/MC demonstrated the highest CO2 conversion of 39.86% compared to Ni1Sn1/MC, Ni3Sn1/MC, Ni/MC, Sn/MC, and NiSn NPs. The methanol yield of CO2 hydrogenation with Ni5Sn1/MC is 86.31 mmol/gcat. The optimum conditions for the CO2 hydrogenation reaction were achieved at a temperature of 175°C and CO2:H2 gas ratio of 1:7."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Ratna Endriana
"ABSTRACT
Karbon dioksida (CO2) adalah gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Karena jumlahnya yang melimpah, CO2 dapat dijadikan sebagai sumber C1 terbarukan untuk sintesis bahan kimia yang berguna. Dalam penelitian ini, telah dilakukan studi reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2 menggunakan katalis logam Ni terimpregnasi pada support karbon mesopori. Karbon mesopori telah berhasil disintesis dengan metode soft template menggunakan Pluronik F127 sebagai pembentuk pori, formaldehida dan phloroglucinol sebagai sumber karbon, dan HCl sebagai katalis asam. Material ini dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, SEM, dan BET. Modifikasi support dilakukan dengan cara impregnasi logam Ni ke dalam karbon mesopori (Ni@MC). Katalis Ni@MC digunakan sebagai katalis dalam reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2. Reaksi dilakukan dalam reaktor dengan kondisi reaksi yang bervariasi, yakni variasi jenis pelarut (DMF dan Toluene), variasi tekanan (1 atm, 3 atm, 5 atm), variasi suhu (85oC, 100oC, 125oC). Produk reaksi karboksilasi ini yang diharapkan merupakan asamsinamat yang kemudian dianalisis dengan menggunakan HPLC untuk menentukan %yield dan %konversi.

ABSTRACT
Carbon dioxide (CO2) is the main greenhouse gas that causes global warming and climate change. Due to its abundance, CO2 can be used as a renewable C1 source for the synthesis of useful chemicals. In this research, carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2 has been carried out using nickel impregnated in mesoporous carbon as catalyst support. Mesoporous carbon has been successfully synthesized using soft template method with Pluronik F127 as a pore-forming, formaldehyde and phloroglucinol as carbon source, and HCl as acid catalyst. Material was characterized by FTIR, XRD, SEM, and BET. Modification of support was done by impregnating nickel into mesoporous carbon (Ni@MC). Ni@MC was then used as a catalyst in carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2. The reactions were carried out in reactor with various conditions, such as temperature (85oC, 100oC, 125oC), solvent (DMF and Toluene), and pressure (1 atm, 3 atm, 5 atm). The result of carboxylation reactions which is expected to be cinnamic acid, were analyzed by HPLC and LC MS to determine yield and conversion."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetra Mutiara Afifah
"Kualitas udara yang buruk sebagian besar disebabkan oleh emisi gas kendaraan bermotor telah menjadi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dan hidrokarbon (HC) menjadi komponen terbesar pada pencemaran udara. Jika terpapar lama oleh gas tersebut dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal inilah menjadi alasan utama untuk dilakukannya penelitian pembuatan karbon aktif untuk menjerap gas CO, CO2 dan HC. Cangkang kelapa sawit memiliki potensi yang besar dari segi jumlah dan komposisi. Kandung kabon yang dimiliki cangkang kelapa sawit sebesar 49,5% dan kadar ash-nya adalah 0,9%. Sementara, ketersediaannya sebanyak 2.205.970 ton pada tahun 2017. Cangkang kelapa sawit melalui tahap preparasi, karbonisasi, aktivasi, dan impregnasi. Setelah dikeringkan dan direduksi ukurannya, cangkang kelapa sawit direndam pada H3PO4 selama 24 jam dan dilanjutkan dengan karbonisasi pada suhu 350 ºC selama 30 menit. Lalu diaktivasi kimia oleh H3PO4 dengan adanya variasi rasio massa aktivator dan diaktivasi fisika oleh gas N2 pada suhu 600 ºC selama 1 jam di tubular furnace. Karbon aktif dengan karakteristik terbaik dihasilkan oleh aktivasi kimia kedua kali dengan rasio massa 2:1. Bilangan iodin, luas permukaan, dan yield berturut-turt adalah 1164 mg/g, 1158 m2/g, dan 50,3%. Optimisasi penjerapan gas uji dilakukan dengan impregnasi dan memvariasikan persentase loading logam MgO sebesar 0,5%, 1%, dan 2%. Hasil adsorpsi gas uji terbaik ditunjukkan oleh variasi loading 1% dengan persentase adsorpsi CO, CO2, dan HC berturut-turut adalah 72,62%, 70,33%, dan 62,77%. Bilangan iodin dan luas permukaan dari karbon aktif 1% MgO ini adalah 933 mg/g dan 928 m2/g.

Poor air quality is largely due to motor vehicle emissions have become a problem in peoples lives. Carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2) and hydrocarbon (HC) gases are the biggest components in air pollution. A high level of exposure to those gasses causes adverse effects on health. This is the main reason for researching the producing of activated carbon to adsorb CO, CO2, and HC gasses. Palm shells have great potential quantity and composition. Carbon content of palm kernel shell is 49.5% and the ash content is 0.9%. While its availability is 2,205,970 tons in 2017. Palm kernel shells through preparation, carbonization, activation, and impregnation. After being dried and reduced in size, the palm shell is immersed in H3PO4 for 24 hours and continued with carbonization at 350 ºC for 30 minutes. Then chemical activated by H3PO4 with activator mass variations and activated physics by N2 gas at 600 ºC for 1 hour in a tubular furnace. Activated carbon with the best characteristics is produced by second chemical activation with a mass ratio of 2:1. The iodine number, surface area, and yield are 1164 mg/g, 1158 m2/g, and 50.3%. Optimization of the gas adsorption is carried out by impregnation and varying the percentage of MgO metal loading by 0.5%, 1%, and 2%. The best gas trial results for variations containing 1% with the percentage of CO, CO2, and HC adsorption contributing to each other were 72.62%, 70.33%, and 62.77%. The iodine number and surface area of 1% MgO activated carbon are 933 mg/g and 928 m2/g"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Sinta Theresia
"ABSTRAK
Bioreaktor landfill dapat mempercepat proses dekomposisi sampah dan meminimalkan emisi gas CH4 dan CO2. Pada penelitian ini dimodelkan dua buah bioreaktor, salah satu bioreaktor diberi perlakuan aerasi, sedangkan yang lainnya tanpa perlakuan aerasi. Bioreaktor berisi sampah domestik, dengan presentase 70% organik dan 30% anorganik. Dari 150 hari penelitian, diperoleh bahwa penurunan ketinggian sampah pada bioreaktor aerobik, yaitu 32,17%, sedangkan pada bioreaktor anaerobik adalah 29,17%. Nilai maksimum volume gas CH4 pada bioreaktor aerobik adalah 392,70 mL, sedangkan gas CO2 adalah 238,21 mL. Pada bioreaktor anaerobik, nilai maksimum volume gas CH4 yang diperoleh adalah 54,70 mL, sedangkan gas CO2 adalah 6,72 mL.

ABSTRACT
Bioreactor landfill can accelerate waste decomposition and minimize emission of methane and carbon dioxide. This experiment, was conducted by modelling two bioreactor landfills, either with or without aeration were configurated. Bioreactors filled with domestic waste (70% organic waste, 30% inorganic waste). From 150th day research showed that height of waste in aerobic bioreactor was 32,17%, meanwhile in anaerobic was 29,17%. Maximum methane gas volume that produced in aerobic bioreactor was 392,70 mL, meanwhile maximum carbon dioxide gas volume was 238,21 mL. In anaerobic bioreactor, maximum methane gas volume was 54,70 mL, meanwhile maximum carbon dioxide gas volume was 6,72 mL.
"
2014
S61501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>