Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91950 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Baiquni Pratama
"[Teori ideologi Althusser yang telah selalu menginterpelasi individu sebagai subjek kerap dipandang sebagai sebuah pesimisme, hal itu karena subjek dibiarkan tenggelam dalam relasi sosialnya untuk terus melanggengkan kapitalisme. Meskipun demikian, pengertian ideologi yang sangat ekstrim tersebut sebetulnya hanya dapat dipahami secara utuh melalui konsep Althusser sebelumnya, yaitu overdeterminasi, di mana ideologi yang terletak pada dimensi suprastruktur juga dapat mempengaruhi basis. Dengan cara seperti itu maka teori ideologi Althusserian dapat dibaca secara lebih positif, bahwa overdeterminasi memungkinkan untuk menciptakan interpelasi diferensial.

, Althusser's theory of ideology that has always interpellated the individual as a subject is often seen as a pessimism, it is because the subject is allowed to settle in social relation to continue perpetuating capitalism. Nonetheless, the notion of extreme ideology was actually only be fully understood through the concept of the previous Althusser’s, that is overdetermination, where the ideology that is located on the dimensions of the superstructure can also affect the base. In this way the Althusserian theory of ideology can be read more positively, that overdetermination is possible to create differential interpellation.]
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Syafrida Danny
"Setelah menelusuri jejak relasi manusia dengan alam mengenai perilaku, dapat hendaknya merubah cara berpikir manusia dengan lingkungannya pada zaman sekarang ini. Dalam tesis ini dibutuhkan kajian filsafat mengenai etika untuk mencari jalan keluar dari permasalahan lingkungan hidup yang didasarkan pada pemikiran beberapa tokoh-tokoh Lingkungan Hidup dan beberapa filsuf yang terkenal lainnya. Sehubungan dengan aspek filosofis, perlu diangkat pandangan para filsuf yang akan menjelaskan mengenai hakekat eksistensi manusia dalam menangani relasi manusia dengan alam demi kelanjutan kehidupan generasi selanjutnya. Pada hakekatnya manusia terikat kepada kehidupan di dunia sekitarnya, karena hanya manusialah yang bereksistensi dan manusialah yang mempunyai kelebihan akal budi yang memahami apa arti kehidupan. Oleh karena itu pandangan-pandangan itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya demi keselamatan manusia dalam mengelola alam lingkungan untuk mempertahankan hidupnya pada masa-masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
Jakarta: Gramedia, 2005
100 FRA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Widjayanti Darmono
"Tesis ini akan mengkaji bagaimana pengetahuan orang Jawa abad ke-XII terhadap lingkungannya, sebagaimana tercermin dalam Kakawin Sumanasantaka.
Untuk dapat melangsungkan kehidupannya, manusia seperti halnya mahluk hidup pada umumnya, harus secara aktif melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi yang dilakukan manusia itu bersumber pada pengetahuan budaya (sistim ideologi) yang dimilikinya. Pengetahuan budaya itu terdiri atas: pengalaman, pengetahuan, gagasan, kepercayaan, aturan-aturan, petunjuk-petunjuk dan lain sebagainya.
Dari hasil analisis terhadap kakawin Sumanasantaka, diketemukan bahwa isi kakawin tersebut sesungguhnya juga menggambarkan tentang sistim pengetahuan orang Jawa abad ke-XII dalam beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Boedisantoso, bahwa sistim pengetahuan yang dimiliki oleh penduduk setempat kadang-kadang tidak bisa diuji secara empirik, namun apabila dikaji secara cermat, sesungguhnya merupakan hasil abstraksi pengalaman manusia yang cukup panjang dalam beradaptasi dengan lingkungannya (Boedhisantoso,1986: 5).
Sedangkan adaptasi menurut Bennett adalah proses tingkah laku yang memungkinkan orang, baik secara individual maupun kelompok, dapat mengatasi kondisi lingkungan serta perubahannya. Dalam menanggapi kondisi lingkungan serta perubahannya itu, pertama kali orang melakukan antisipasi. Antisipasi adalah proses dalam kognisi individu dalam menanggapi, merumuskan, mencari dan memilih alternatif dalam meramalkan kondisi yang dihadapi.(Bennett 1976: 847-852).
Adapun sistim pengetahuan yang dimiliki oleh orang Jawa abad ke XII adalah: sistim pengetahuan tentang perubahan musim, pelestarian lingkungan alam dan pemanfaatan serta pengolahan sumber daya alam dan lingkungan.
Sistim pengetahuan tentang perubahan musim itu, didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap gejala-gejala alam yang tampak, kondisi tumbuh-tumbuhan dan perilaku binatang. Dengan pengetahuan yang dimiliki itu, mereka dapat mengantisipasi musim apa yang sedang atau yang akan terjadi.
Sistim pengetahuan tentang pelestarian lingkungan, didasarkan adanya kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan supernatural pada sebuah pertapaan dan sekitarnya. Dengan adanya kepercayaan tersebut, maka orang-orang tidak ada yang berani memperlakukan tempat tersebut dengan seenaknya. Apabila dikaji secara cermat sistim kepercayaan tersebut, sesungguhnya mengandung pelestarian lingkungan.
Dalam memanfaatkan lingkungan alamnya, orang-orang Jawa abad ke XII senantiasa berlandaskan pada filsafat hidupnya, "memayu hajuning bawana", artinya "memelihara keselamatan dunia", yaitu memanfaatkan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya falsafah tersebut, maka orang-orang Jawa pada waktu itu dalam memanfaatkan lingkungannya, hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Maoza
"Antifragile merupakan pendekatan yang dirumuskan Nassim Nicholas Taleb untuk merespons peristiwa dengan probabilitas kecil yang memiliki dampak signifikan. Peristiwa yang disebutnya sebagai black swan ini memiliki properti yang menjadikan metode konvensional tidak dapat memprediksi kemunculan nya, sehingga Taleb menghadirkan Antifragile sebagai alternatif. Antifragile merupakan pendekatan berbasis kualitas yang mencoba menilai kerentanan suatu sistem dengan me determinasi apakah ia memiliki kualitas fragile, robust atau antifragile sebagai kualitas. Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan pendekatan antifragile melalui konsep nonlinear. Artikulasi lebih lanjut terhadap pendekatan ini diharapkan menunjukkan dua kekurangan yang dimiliki pendekatan bersangkutan. kekurangan pertama berupa kesulitan dalam me determinasi kualitas berkaitan dengan jenis black swan yang di persepsi. kekurangan kedua ditunjukkan dengan memperlihatkan kontradiksi antara gagasan antifragile dengan konsep black swan dalam tulisan Taleb yang sebelumnya.

Antifragile is an approach formulated by Nassim Nicholas Taleb as a response to an event that has small probabilities with significant impact. This event, known as the black swan, has characteristics that make it impossible for traditional methods to predict its emergence. As an alternative, Taleb presenting antifragile as a replacement. Antifragile is a quality-based approach that tries to assess system vulnerability to determinate if the system concerned had a fragile, robust, or antifragile as quality. The purpose of this article is to introduce the concept of antifragile as a respond to the black swan using asymmetry and non-linearity. Further elaboration of this view is expected to show that there are two shortcomings within the said approach. First shortfall concerned with a difficulty to determinate the quality of system related to the type of black swan perceived. The second shortfall is showed by point a contradiction between antifragile idea and concept of black swan within Taleb previous discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rahman
"Film sebagai seni terdiri dari unsur-unsur formal yang artistik. Industri film memiliki peran besar untuk menghadirkan film ke tengah-tengah masyarakat. Namun, film yang dihadirkan industri film cenderung tidak memiliki kualitas seni yang baik. Film hanya sebagai komoditas. Hal ini dikarenakan film yang dihadirkan hanya sekedar film cerita lewat bahasa verbal. Akibatnya penonton menerima pemahaman film seni yang keliru. Ontologi dasar film adalah gambar bergerak yang mampu menciptakan bahasa visual yang artistik. Pada film hiburan, dialog justru mendominasi sehingga mempersingkat proses interpretasi penonton. Berbeda dengan film bisu yang memaksimalkan gambar bergerak sebagai medium berekspresi. Skripsi ini membahas bagaimana melihat film sebagai seni visual berkaca dari film hiburan.

Film as art consists of artistic formal elements. Film industry has a major role in bringing film to the society. However, the film presented by film industry tend not to art. The film simply as a commodity which considers telling stories more important then expression. Consequently, the audience received wrong understanding of film as art. Basic ontology of film is motion picture which has capabilities to create visual language. Dialog in film dominates picture thus shortening the audience interpretation. Unlike the silent film which maximize motion picture as medium of expression. This thesis is about how to perceive film as visual art.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
The, Liang Gie
Yogyakarta: Karya Kencana, 1977
100 THE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Reza Alexander Antonuis, 1983-
Yogyakarta: Kanisius, 2015
100 REZ f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
Yogyakarta: Kanisus, 1992
101 FRA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
Yogyakarta: Kanisius, 1992
101 MAG f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>