Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umarotun Niswah
"Pada tahun 2000, Indonesia telah mencapai target global dalam eliminasi kusta. Namun, masih ada 14 provinsi yang belum mencapai target eliminasi. Angka penemuan kasus baru penyakit kusta cenderung statis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan angka penemuan kasus baru penyakit kusta dan faktor-faktor yang berhubungan dengan angka penemuan kasus baru penyakit kusta di Provinsi DKI Jakarta tahun 2009-2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi ekologi dan dianalisis dengan menggunakan uji korelasi. Diperoleh hasil bahwa kondisi sosial ekonomi (proporsi penduduk miskin, indeks pembangunan manusia, dan pengeluaran per kapita penduduk) memiliki hubungan yang sangat kuat dengan angka penemuan kasus baru penyakit kusta kecuali untuk variabel proporsi penduduk miskin. Sedangkan untuk kondisi iklim (suhu rata-rata, kelembaban rata-rata, intensitas cahaya matahari rata-rata) memiliki korelasi yang kuat dan kepadatan penduduk memiliki korelasi sedang dengan angka penemuan kasus baru penyakit kusta. Ketiga hasil ini tidak bermakna secara statistik (nilai p>0,005). Hasil uji yang bermakna didapatkan pada uji korelasi antara proporsi penduduk miskin dengan angka penemuan kasus baru penyakit kusta di Kepulauan Seribu (r=0,926 , nilai p=0,024) dan uji korelasi indeks pembangunan manusia di Jakarta Pusat (r= -0,888 , nilai p=0,044), Jakarta Utara (r= -0,949 , nilai p=0,014), dan Kepulauan Seribu (r= -0,913 , nilai p=0,031). Diperlukan kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya pengendalian penyakit kusta.

Indonesia has achieved global targets of leprosy elimination in 2000. However, there are 14 provinces that have not yet reached the elimination target. The leprosy new case detection rate tends to be static. The aim of this study is to see the trend of leprosy new case detection rate and the related factors in Jakarta Province year 2009-2013. The research is a quantitative research by ecological design study and analyzed using correlation test. The study gained that socio-economic (proportion of poor people, human development index, and expenditure per capita) condition have very strong correlation to leprosy new case detection rate except for proportion of poor people. Meanwhile, the climate condition (temperature, humidity, and sunlight) have strong correlation with leprosy new case detection rate and population density have moderate correlation. That three variable is not significant based on statistical test (p value>0.005). Meaningful test result obtained on the correlation between proportion of poor people with leprosy new case detection rate (Leprosy NCDR) in the Kepulauan Seribu(r=0,926, p value =0,024) and the correlation between Human Development Index with Leprosy NCDR in Jakarta Pusat(r= -0,888 , p value=0,044), Jakarta Utara(r= -0,949 ,p value=0,014) and Kepulauan seribu (r= -0,913 ,p value =0,031). Required cross-sector cooperation and partnership with various parties as an effort to leprosy control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Yulihane
"Pada tingkat global maupun nasional, status kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat telah berhasil dieliminasi pada tahun 2000. Namun demikian sejak tahun 2000-2010 masih saja ditemukan kasus baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan angka penemuan kasus baru kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di 38 kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2006- 2010. Desain penelitian ini adalah studi ekologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan angka penemuan kasus baru kusta di 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur menunjukkan penurunan begitupula dengan penemuan kasus kusta secara aktif. Berbeda halnya dengan penemuan kasus kusta secara pasif, cakupan imunisasi BCG, dan kepadatan penduduk. Wilayah yang topografinya rendah cenderung memiliki angka penemuan kasus baru kusta yang lebih tinggi.
Hasil uji pearson's correlation menunjukkan bahwa penemuan kasus secara pasif, penemuan kasus secara aktif, cakupan imunisasi BCG dan topografi memiliki hubungan bermakna dengan angka penemuan kasus baru kusta (nilai p 0,0001). Kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan angka penemuan kasus baru kusta (nilai p > 0,05). Fokus program pengendalian kusta hendaknya lebih mengarahkan kepada kegiatan penemuan kasus secara aktif khususnya di wilayah yang topografinya rendah bekerjasama dengan progam imunisasi. Penemuan kasus secara aktif dengan modifikasi penyuluhan akan meningkatkan penemuan kasus secara pasif yang pada akhirnya akan menurunkan angka penemuan kasus baru.

At the global and national level, the status of leprosy as a public health problem has been successfully eliminated in 2000. However, since the year 2000-2010 new case of leprosy annually has detected. The aim of this study is determine the Trend of leprosy new case detection rate and factors influencing in 38 districts in East Java Province, 2006-2010. The design of this research is ecological study. The results indicate that the trend of leprosy new case detection rate in 38 districts showed decrease similarly with active leprosy case finding. Unlike the case with passive case finding of leprosy, BCG immunization coverage and population density. Low topography regions tend to have the leprosy new case detection rate is higher.
Pearson's correlation test results indicate that passive case finding, active case finding, BCG immunization coverage, and topography have a meaningful association with the leprosy new case detection rate (p-value<0,05). Population density had no significant association (p-values>0,05). The focus of leprosy control programs should be more directed to the active case finding, especially in areas of low topography integration with the immunization program. The active case finding with the modification education would increase passive case finding, eventually will reduce the new case detection rates of leprosy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rismayanti
"Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang masih banyak menimbulkan masalah kompleks. Masalah tersebut bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi dan budaya (W1-L0,2000). Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten endemis kusta di provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki Case Detection Rate tertinggi ( 50,9/100.000) di tahun 2006 dan prevalensi rate 4/10.000. Jumlah kasus baru yang ditemukan di tahun 2006 sebesar/69 kasus. Sebagian besar kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Jeneponto dinyatakan endemis dan derajat endemisitasnya, cukup tinggi sehingga risiko tertularnya penduduk menjadi sangat besar. Masih tingginya case detection rate di kabupaten Jeneponto disertai kepadatan hunian yang cukup tinggi memungkinkan penularan kusta melaitri droplet maupun sentuhan langsung. Untuk itu perlu di ketahui hubungan kepadatan human terhadap risiko kejadian kusta.
Tujuan penelitian ini tuttuk rnengetahui hubungan faktor hunian dengan kejadian kusta di Ka.bupaten Jeneponto setelah dikontrol oleh faktor konfounding yaitu umur, jenis kelamin, vaksinasi BCG, pengeluaran, riwayat kontak serurnah, pendidikan dart pekerjaan. Penelitian ini menggunakan disain study kasus kontrol yang dipadankan( pair wise matching). Sampel penelitian adalah seluruh penderita kusta baru yang ditemukan periode Juli 2006 sampai September 2007. Jumlah kasus sebanyak 115 orang dan jumlah kontrol sebanyak 115 orang. Analisis data diIakukan meialui tiga tahapan, yaitu Univariat (distribusi frekuensi), Bivariat (uji McNemar) dan rnultivariat (Conditional Multiple Logistic Regression).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian kusta dengan nilai OR 10,65 (95% Cl: 4,11— 27,62) dart nilai p 0,000 setelah dikontrol variabel pengeluaran, pekerjaan dan riwayat kontak serurnah. Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dilaksanakan pemeriksaan kontak serumah yang lebih intensif pada wilayah puskesmas yang tingkat kepadatan hunian tinggi, screening terhadap rumah yang ada penderita kusta terutarna pada rumah-rumah dengan tingkat kepadatan hunian tinggi.

Disease of Leprosy represent contagion which still many generating the problem of complex. The problem not merely from medical facet but extending to problem of social, cultural and economic ( WHO,2000). Sub-Province of Jeneponto represent one of the sub--province of endemic of leprosy in Province of South Sulawesi owning highest Case Detection Rate ( 50,9/100.000) in year 2006 and prevalence rate 4,1/10.000. Amount of new case found in year 2006 amount 169 cases. Mostly district of exist in region of sub-province of Jeneponto expressed by endemic and degree of high endemic enough so that its contagious risk resident become very big. Still height of case detection rate in sub-province of Jeneponto accompanied by density of dwelling which high to enough enable infection of leprosy through droplet and also direct touch. For that need in knowing relationship of density of dwelling to risk of leprosy occurrence.
Target of this research to know relation of factor of dwelling with occurrence of leprosy in Sub-Province of Ieneponto after controlled by confounder that is age, gender, vaccination BCG, expenditure, history contact house, education and work. This research use to design case control study (pair wise matching). Sample of Research is all new leper was found by period of July 2006 until September 2007. Amount of case of counted 115 people and amount of control of counted 115 people. Data analyzing conducted to through three steps, that is Univariate ( frequency distribution), Bivariate (McNemar test) and multivariate (Conditional Multiple Logistic Regression).
Result of research of show that density of dwelling relate to occurrence of leprosy with Odd Ratio 10,65 ( 95% CI: 4,11 - 27,62) and p value 0,000 after controlled by variable of expenditure, job and history contact house. From result of this research is suggested require to be executed by a inspection contact more intensive house at region of puskesmas (public health center) which mount density of high dwelling and screening to existing house of leper especially at house with level density of high dwelling.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Salamah
"Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Flavivirus dan famili Flaviviradae yang disebarkan oleh nyamuk Aedes. Pada tahun 2019 IR DBD di wilayah Kecamatan Kramat Jati mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya dengan besar IR yaitu 104,37 per 100.000 penduduk. Lalu, pada tahun 2020, wilayah Kecamatan Kramat Jati masuk ke dalam peringkat ke tiga sebagai wilayah dengan kejadian DBD tertinggi di Jakarta Timur dengan jumlah kasus sebanyak 205 kasus dan nilai IR DBD sebesar 64,53 per 100.000 penduduk. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor iklim (suhu, kelembapan dan curah hujan), kepadatan vektor (angka ABJ), kepadatan penduduk dengan incidence rate demam berdarah dengue di Kecamatan Kramat Jati Tahun 2011-2020. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi menurut time trend dengan unit analisis per bulan selama 10 tahun (2011-2020) dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian pada data seluruh tahun (2011-2020) menunjukkan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan, kepadatan penduduk dan Angka Bebas Jentik memiliki hubungan signifikan dengan incidence rate DBD di Kecamatan Kramat Jati. Upaya pencegahan dan pengendalian DBD dengan melakukan kegiatan PSN 3M Plus perlu dilakukan dan ditingkatkan oleh pihak puskesmas dan masyarakat. Selain itu, kerja sama lintas sektor antara Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan BMKG selaku penyedia data iklim perlu dilakukan sebagai landasan untuk membuat keputusan terkait program pencegahan dan pengendalian DBD dalam bentuk pemberian update informasi terkait iklim.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by a virus belonging to the genus Flavivirus dan family Flaviviridae that is spread by Aedes mosquitoes. In 2019, the incidence rate of DHF in Kramat Jati district has increased from the previous year with an incidence rate of 104.37 per 100.000 population. Then, In 2020 Kramat Jati district became 3rd position with the highest number of dengue cases among 10 districts in East Jakarta with a total of 205 cases and an incidence rate of 64.53 per 100.000 population. The research aims to determine the association between climate factors (temperature, humidity, and rainfall), vector density (ABJ figures), and population density with a DHF incidence rate in Kramat Jati District in 2011-2020. This research is a time-series ecological study with units analysis per month for 10 years (2011-2020) and used secondary data. The results in all years data (2011-2020) showed that temperature, humidity, rainfall, population density, and ABJ had a significant relationship with the incidence rate of DHF in Kramat Jati district. Prevention and control of DHF by doing PSN 3M Plus is necessary to do and must be improved by the public health center and the society. Besides that, the inter-sectoral collaboration between Dinas Kesehatan Jakarta Timur and BMKG as a provider of climate data should be done as a base for making decisions regarding dengue prevention and control programs by doing an information update about climate."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizki Amelia
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemik di seluruh wilayah tropis dan sebagian wilayah subtropic yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit DBD juga merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan Jakarta barat memiliki jumlah kasus tertinggi pertama dan kedua di Provinsi DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir.
Tujuan: Menganalisis hubungan faktor iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara), kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik dengan incidence rate DBD di Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2013-2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara pada time lag 1 dan time lag 2 serta kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD.
Hasil: Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan lebih berpengaruh pada curah hujan time lag 2, suhu udara time lag 2 dan kelembaban time lag 2. Variabel lainnya yaitu kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan pada tahun 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, dan 2021. Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -160,665 + 3,763 (suhu) + 1, 033 (kelembaman) - 0,102 (curah hujan) - 0,001 (kepadatan penduduk). jika disimulasikan dengan kombinasi suhu sebesar 26,1°C, kelembaman 82,9%, curah hujan 14,9 mm, dan kepadatan penduduk sebesar 20.000 maka kejadian IR DBD akan muncul sebanyak 2,39 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease throughout the tropics and parts of the subtropics caused by the dengue virus. Dengue fever is also one of the main public health problems in Indonesia and West Jakarta has the first and second highest number of cases in DKI Jakarta Province in recent years.
Objective: Analyzing the relationship between climate factors (rainfall, air temperature, and humidity), population density, and larvae-free rates with DHF incidence rates in West Jakarta Administrative City in 2013-2022.
Methods: This study uses an ecological study design with correlation analysis to see the relationship between climatic factors which include rainfall, air temperature, air humidity in time lag 1 and time lag 2 and population density with DHF Incidence Rate. Results: The results of the bivariate analysis with the correlation test show that a significant relationship has more influence on rainfall time lag 2, air temperature time lag 2 and humidity time lag 2. Another variable, namely population density, has a significant relationship in 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, and 2021. The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the DHF IR equation = -160.665 + 3.763 (temperature) + 1.033 (inertia) - 0.102 (rainfall) - 0.001 (population density). if simulated with a combination of temperature of 26.1°C, humidity of 82.9%, rainfall of 14.9 mm, and a population density of 20,000, the incidence of IR DHF will occur as many as 2.39 cases per 100,000 population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Rachmatullah
"Demam Berdarah Dengue (DBD) dianggap sebagai penyakit tropis terabaikan yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes Albopictus. DBD telah mempengaruhi sekitar 128 negara termasuk Indonesia. DKI Jakarta, Kota Bogor, dan Depok memiliki tingkat kejadian tinggi (IR)> 20 kasus baru per 100.000 orang yang lebih tinggi dari kebanyakan kabupaten di Indonesia. DBD diketahui menyebabkan kerugian ekonomi dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Menganalisis faktor iklim dan kepadatan populasi dapat membantu memberikan gambaran yang lebih baik tentang dinamika penularan DBD yang dapat membantu pihak berwenang merencanakan dan mengurangi kasus DBD. Studi ini menggunakan studi ekologi dan dikombinasikan dengan analisis spasial untuk membuat peta kerentanan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini. Uji korelasi digunakan untuk melihat tingkat hubungan antara faktor iklim dengan dan tanpa jeda waktu 1 bulan dengan DBD IR. Tes Mann-Whitney juga digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan rata-rata antara tingkat kepadatan penduduk dengan DBD IR. Hasil menunjukkan bahwa dari 59 kecamatan, ada 39 kecamatan yang dikategorikan kerentanan tinggi. Sementara itu, uji korelasi menemukan hubungan yang konsisten antara kelembaban relatif dengan atau tanpa lag dengan DBD IR. Suhu hanya menunjukkan hubungan terhadap DBD IR di Kota Bogor. Curah hujan menunjukkan hubungan di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat, sementara curah hujan 1 bulan menunjukkan hubungan di tempat yang sama tetapi dengan korelasi yang lebih kuat. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam DBD IR antara kepadatan populasi tinggi dan kepadatan populasi menengah, tetapi dapat terlihat perbedaan dalam penyebaran DBD antara kepadatan populasi di daerah tersebut. Informasi yang disediakan dalam penelitian ini dapat membantu pihak berwenang untuk merencanakan dan menangani masalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemberdayaan masyarakat.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is considered an neglected tropical disease that is transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito and the Aedes Albopictus mosquito. DHF has affected around 128 countries including Indonesia. DKI Jakarta, Bogor City, and Depok have a high incidence rate (IR)> 20 new cases per 100,000 people which is higher than most districts in Indonesia. DHF is known to cause economic losses and even death if not handled properly. Analyzing climate factors and population density can help provide a better picture of the dynamics of dengue transmission which can help the authorities plan and reduce dengue cases. This study uses ecological studies and combined with spatial analysis to create a vulnerability map of the locations used in this study. Correlation test is used to see the level of relationship between climatic factors with and without a 1 month interval with DHF IR. The Mann-Whitney test is also used to see whether there is an average difference between the population density level and the DHF IR. The results show that out of 59 sub-districts, 39 sub-districts are categorized as high vulnerability. Meanwhile, the correlation test found a consistent relationship between relative humidity with or without lag with DHF IR. Temperature only shows the relationship to DHF IR in Bogor City. Rainfall shows relationships in South Jakarta, Central Jakarta, East Jakarta and West Jakarta, while 1 month rainfall shows relationships in the same place but with stronger correlations. The Mann-Whitney test shows that there is no significant difference in DHF IR between high population density and medium population density, but it can be seen differences in the spread of DHF between population density in the area. The information provided in this study can help the authorities to plan and deal with problems through eradicating mosquito nests (PSN) and community empowerment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Astutik
"Kusta merupakan penyakit Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menjadi masalah global yang menyebabkan perceived stigma pada orang yang mengalaminya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma dan faktor yang paling dominan mempengaruhinya pada orang yang pernah mengalami kusta di perkampungan kusta Sitanala, Tangerang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dipilih secara purposive sampling. Hasil peneltian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma adalah tingkat pendidikan (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 dan OR2=2,47, 95% CI 0,9-6,82), persepsi pengetahuan, tingkat cacat, dan nilai budaya (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
Terdapat efek modifikasi antara tingkat cacat dengan persepsi pengetahuan, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). Faktor dominan adalah tingkat pendidikan dengan PAR%=38,8%. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi, penyuluhan, dan konseling mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma tentang penyakit kusta sehingga dapat menurunkan perceived stigma.

Leprosy is a disease of Neglected Tropical Diseases (NTDs) that becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aims to determine the factors and the most dominant factor that related to perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy villages Sitanala, Tangerang in 2013.
This research was conducted with quantitative and qualitative approaches. Using cross-sectional design. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma are level of education (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 and OR2=2,47 95% CI 0,9-6,82), perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
There is effect modification between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). The dominant factor is level of education, PAR%=38,8%. Therefore it is necessary for intervention, counseling to factors related to perceived stigma about the leprosy so as to decrease the perceived stigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atika
"Prevalence rate kusta di Kecamatan Talango tergolong tinggi (10,99 per 10000 penduduk tahun 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta di Puskesmas Kecamatan Talango 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit kusta (p=0,000, OR=7,87). Variebel lain yang bermakna secara statistik adalah riwayat kontak serumah, lantai rumah, ventilasi. Sedangkan variabel pendidikan, pekerjaan, penghasilan, sarana air bersih, personal hygiene, dan dinding rumah tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian kusta. Setelah dianalisis lebih lanjut, ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian kusta setelah dikontrol konfounding (pendidikan, lantai rumah, dinding rumah, ventilasi) di Kecamatan Talango 2014.

Prevalence rate of leprosy in the Talango Subdistrict is high (10.99 per 10,000 population in 2012). This study aimed to analyze the relation between residential density and leprosy occurrence in Talango Subdistrict 2014. Study design used is case control. The results showed that there is a relationship between dwelling density and the occurrence of leprosy (p Value =0.000, OR=7.87). Another variebel that statistically significant is the history of household contact, the floor of house, and ventilation. While the variable of education, occupation, social economy, clean water resource, personal hygiene, and the walls of the house do not have a significant relationship to the occurrence of leprosy. Upon further analysis, there is relation of dwelling density with the occurence of leprosy after controlled by confounder factors (namely: education, floor of house, wall of house, and ventilation) in District Talango 2014."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sam Askari Soemadipradja
"Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah dilaksanakannya Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan kesepakatan global Eliminasi Kusta Tahun 2000. Kusta merupakan penyakit menular menahun dengan menimbulkan "sligina" dan dampak sosial negatif akibat cacat yang ditimbulkannya. Kabupaten Sumedang tidak terlepas dengan problematika kusta. Bila dibandingkan dengan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Sumedang yaitu Subang, Indramayu dan Majalengka cakupan penemuan kasus kusta masih rendah. Prevalensi kusta yang rendah di Kabupaten Sumedang mungkin belum menunjukkan angka yang sesungguhnya. Karena pada penemuan kasus baru, tipe multibasiler yang potensial sebagai sumber penularan juga disertai kecacatan tingkat 2, relatif lebih banyak daripada tipe pausibasiler.
Penelitian deskriptif analitik, menggunakan desain penelitian dengan metode pendekatan potong lintang serta pengukuran kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan di Kabupaten Sumedang. Populasi penelitian adalah seluruh petugas pemberantasan penyakit kusta puskesmas di Kabupaten Sumedang.
Penelitian menghasilkan sebagian besar petugas mempunyai kinerja yang buruk. Dari 13 variabel bebas yang diteliti terdapat 3 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja petugas, yaitu motivasi petugas, insentif yang didapat petugas dan pembinaan serta dukungan yang didapat petugas. Hubungan antara kinerja dan ketiga variabel bebas diatas secara simultan tidak bermakna.
Disarankan agar dalam meningkatkan kinerja petugas, memperhatikan faktor motivasi petugas, insentif bagi petugas dan pembinaan maupun dukungan terhadap petugas yang berkesinambungan.

The Program of Leprosy Control and the Global Plan of Action for the Elimination of Leprosy by the Year 2000 are efforts towards the improvement of public health. Leprosy is a chronic infectious disease causing stigma and generating negative social impact due to the deformities resulted.
Sumedang shares problems attached to the leprosy, even though in comparison to the neighboring regencies : Subang, Indramayu and Majalengka, the number of leprosy cases is low. However, the low prevalence of leprosy in Sumedang cannot significantly be determined as an indication of the real number since new case findings suggest that more multibacillary types, which have the potential to become the source of contagion along with disability grade 2, have been found rather than the paucibacillary.
This analytic descriptive research was conducted at the Sumedang Regency. The research was designed with a crsoss-sectional approach, and was quantitatively and qualitatively measured. The population of the research was all of the public health center fieldworkers of Leprosy Control Program in Sumedang.
The hypothesis is that there is a correlation between the performance of the Public Health Center fieldworkers of Leprosy Control and the internal factors (individual) and the external factors (environment).
Evidence reveals low performance among a large number of the fieldworkers. Out of 13 independent variables, 3 variables indicate significant correlation with the performance of the fieldworkers. The variables are motivation of the fieldworkers (p:0.04422), incentive received by the fieldworkers (p:0,01210), and guidance as well as support for the fieldworkers ( p:0,029-18). Nevertheless, from a simultant perspective, the correlation between the performance and the three variables is not significant.
To improve performance of the fieldworkers, it is suggested that there should be more significant consideration towards factors of motivation, incentive, continuous guidance and support for the fieldworkers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T8447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cita Meyliana
"Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah yang mengalami urbanisasi. Informasi spasial mengenai zona iklim lokal dapat bermanfaat untuk berbagai aspek salah satunya dapat mengidentifikasi secara spasial wilayah yang membutuhkan perhatian lebih karena berpotensi mengalami masalah lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi spasial zona iklim lokal di Kabupaten Cianjur dan mengetahui asosiasi zona iklim lokal dengan distribusi kepadatan penduduk secara spasial di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan WUDAPT untuk menghasilkan peta zona iklim lokal dan menggunakan data citra Word Population untuk menghasilkan peta kepadatan penduduk berbentuk People in Pixel (PIP). Analisis yang dilakukan adalah secara spasial dengan menggunakan analisis overlay serta didukung dengan analisis statistik berupa uji ANOVA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 klasifikasi di Kabupaten Cianjur yaitu compact midrise (2), compact low rise (3), open low rise (6), sparsely built (9), heavy industry (10), dense trees (A), scattered trees (B), bush and scrub (C), low plants (D), bare rock or pave (E), dan water (G). Diketahui juga bahwa asosiasi zona iklim lokal dengan distribusi kepadatan penduduk secara spasial di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa semakin zona iklim lokal di wilayah tersebut compact atau padat (bangunan), maka kepadatan penduduk akan cenderung tinggi.

Cianjur Regency is one of the areas experiencing urbanization. Spatial information regarding local climate zones can be useful for various aspects, one of which is to spatially identify areas that need more attention because they have the potential to experience environmental problems. This research was conducted with the aim of knowing the spatial distribution of local climate zones in Cianjur Regency and knowing the association of local climate zones with the spatial distribution of population density in Cianjur Regency. This study uses WUDAPT to produce local climate zone maps and uses Word Population imagery data to produce population density maps in the form of People in Pixels (PIP). The analysis was carried out spatially by using overlay analysis and supported by statistical analysis in the form of an ANOVA test. The results of the study show that there are 11 classifications in Cianjur Regency, namely compact midrise (2), compact low rise (3), open low rise (6), sparsely built (9), heavy industry (10), dense trees (A), scattered trees (B), bush and scrub (C), low plants (D), bare rock or pave (E), and water (G). It is also known that the association of local climate zones with the spatial distribution of population density in Cianjur Regency shows that the more compact the local climate zone in the area (buildings), the higher the population density."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>