Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189053 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanisa Amalina
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis teks dan tampilan gambar terhadap kemampuan mengingat materi pelajaran IPA tingkat Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dan terdapat dua eksperimen yang dilakukan. Pada eksperimen I, peneliti memanipulasi jenis teks dengan dua variasi, yaitu teks yang berisi definisi dan teks yang berisi analogi. Pada eksperimen II, manipulasi tampilan gambar terdiri dari tiga variasi, yaitu tidak terdapat gambar, gambar tunggal, dan gambar berurutan. Ketiganya dibuat berdasarkan Teori Kognitif pada Pembelajaran Multimedia oleh Mayer (2003). Pengukuran terhadap ingatan dilakukan dengan memberikan soal yang berkaitan dengan materi yang ditampilkan sebelumnya. Dugaan yang dibuat oleh peneliti adalah jenis teks analogi dan gambar berurutan secara signifikan memiliki skor ingatan lebih tinggi. Secara keseluruhan, hasil dari kedua eksperimen ini tidak menunjukkan adanya skor yang secara signifikan lebih tinggi pada kelompok yang mendapatkan teks yang berisi analogi di eksperimen I dan kelompok yang mendapatkan gambar berurutan di eksperimen II.

This study was conducted to examine the influence of text and picture types on junior high school students? memory upon Science material. This is an experimental study consisting of two experiments. In Experiment I, the researcher manipulated types of text into two variants: text with definition and text with analogy. In Experiment II, the researcher enhanced the types of text into three variants: without picture, with single picture, and with sequential pictures. The three variants were designed based on Mayer?s Cognitive Theory in Multimedia Learning (2003). The respondents were given questions related to the presentation material. Memory assessment was conducted by scoring the participants based on their total correct answers. The researcher assumed that text with analogy and enhanced text with sequential pictures would significantly contribute to higher memory test score. Overall, both experiments showed that there is no significant higher score in group that received text with analogy in Experiment I and group that received text with sequential pictures in Experiment II.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eysenck, Michael W.
New York: Psychology Press, 2005
153.4 EYS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Elana Puspita
"Dalam kehidupan, mahasiswa tidak luput dari kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan sehari-hari, seperti melewatkan jadwal kerja kelompok ataupun tenggat waktu pengumpulan tugas. Berbagai kesalahan kecil tersebut dikenal dengan istilah kegagalan kognitif yang jika dilakukan secara terus-menerus dapat berakibat negatif bagi individu. Bagi mahasiswa yang berada pada kondisi kognitif terbaik, meningkatnya kegagalan kognitif disebabkan dari tipe kepribadian yang mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran peran kepribadian neuroticism dan conscientiousness terhadap kegagalan kognitif pada mahasiswa sarjana di Indonesia. Partisipan penelitian adalah sebanyak 249 mahasiswa (83 laki-laki dan 166 perempuan) berusia 18–25 tahun (M=21, SD=1.4). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Cognitive Failure Questionnaire dan IPIP-BFM 25. Berdasarkan analisis regresi berganda, ditemukan bahwa kepribadian neuroticism dan conscientiousness secara bersamaan berperan terhadap kegagalan kognitif individu (F(2,246)=45.495, p<0.001, R2=0.27). Neuroticism memiliki pengaruh yang lebih besar (=0.47, SE=0.257, p<0.001) dibandingkan conscientiousness (=-0.236, SE=0.326, p<0.001) terhadap kegagalan kognitif mahasiswa. Melalui penelitian ini, diharapkan individu dapat mengetahui ciri unik yang dimiliki pada kepribadian tertentu, khususnya pada trait kepribadian conscientiousness dan neuroticism. Sehingga, bagi individu yang memiliki conscientiousness yang tinggi dapat mempertahankan ketelitian dan disiplin yang tinggi, sedangkan bagi individu yang memiliki neuroticism yang tinggi dapat meminta bantuan kepada orang lain untuk mengingatkan untuk dapat mengontrol emosi negatif yang dirasakan sehingga tidak mempengaruhi atensi terhadap hal yang harus dikerjakan.

In everyday life, students make a lot of small mistakes, such as forgetting the group work schedule and also forgetting the task deadline, which is called cognitive failure. All the small mistakes have negative consequences if they happen continuously. For students who are in the best cognitive condition, cognitive failure increase because of the personality types that they have. The purpose of this study is to see the contribution of personality trait neuroticism and conscientiousness to cognitive failure in college students in Indonesia. The participants of this study are 249 students (83 males and 166 females) aged 18–25 years old (M=21, SD=1.4). This study is a quantitative study that used Cognitive Failure Questionnaire (CFQ) and IPIP-BFM 25. The result showed that neuroticism and conscientiousness simultaneously have a significant contribution to cognitive failure (F(2,246)=45.495, p<0.001, R2=0.27). However, neuroticism has a greater contribution (=0.47, SE=0.257, p<0.001) than conscientiousness (=-0.236, SE=0.326, p<0.001) to cognitive failure in college students. Based on this study, for students that have a high score of conscientiousness suggested to maintain the positive characteristics, such as attention to detail and self-discipline. However, students that have high score of neuroticism can ask for help from others to remind them of controlling the negative emotion that they feel so it doesn’t affect their attention to the task that has to be done."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Riris Yulistia Hani
"Individu yang pernah mengalami childhood adversity cenderung kehilangan kesempatan dalam mempelajari kemampuan regulasi emosi kognitif yang adaptif dari orang tua di lingkungan keluarga. Situasi yang tidak menguntungkan ini menciptakan kerentanan individu terhadap gejala psikopatologi dan banyak dampak negatif menuju masa dewasa. Dengan demikian, sangat mendesak bagi individu yang berada di tahap emerging adulthood untuk menemukan cara alternatif yang dapat membantu mereka meningkatkan kemampuan regulasi emosi kognitif yang adaptif, termasuk dengan terlibat dalam fandom. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah fungsi fandom (purpose in life, escaping life stress, social connection) dapat memprediksi kemampuan regulasi emosi kognitif yang adaptif pada emerging adult dengan riwayat childhood adversity. Penelitian ini memperoleh sebanyak 417 partisipan dengan karakteristik: (1) berada pada tahap emerging adulthood (18-25 tahun); (2) tergabung dalam fandom media (musik, film, buku, animasi, game dan youtube), dan; (3) memiliki riwayat childhood adversity setidaknya pada satu dimensi (physical neglect, emotional abuse, emotional neglect, physical abuse, sexual abuse). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner online dan dianalisis dengan teknik analisis regresi berganda menggunakan perangkat IBM SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi fandom purpose in life dan social connection secara signifikan memprediksi regulasi emosi kognitif adaptif, sedangkan fungsi fandom escaping life stress tidak secara signifikan memprediksi regulasi emosi kognitif adaptif. Dapat disimpulkan bahwa manfaat purpose in life dan social connection yang fandom berikan dapat memfasilitasi individu dengan riwayat childhood adversity untuk mengenal dan belajar mengenai strategi regulasi emosi kognitif yang adaptif, tetapi tidak ketika individu mendapat manfaat escaping life stress.

Individuals who experienced childhood adversity mostly lost their chances to learn about adaptive cognitive emotion regulation strategies from their parents in a family environment. This unfortunate situation created the individual vulnerabilities to psychopathology symptoms and many negative impacts toward adulthood. So, it was urgent for emerging adult to find an alternative factor which enabled them to boost their adaptive cognitive emotion regulation strategy, such as through their involvement in fandom. This research examined whether fandom functions (purpose in life, escaping life stress, social connection) could significantly predict adaptive cognitive emotion regulation on an emerging adult who experienced childhood adversity. There were 417 participants involved in this research with characteristic; (1) emerging adult (18 – 25 years old); (2) involved in media fandom (music, film, book, animation, game, and youtube), and; (3) have a history of childhood adversity in at least one dimension (physical neglect, emotional abuse, emotional neglect, physical abuse, sexual abuse) with moderate-severe level. Data was collected through an online questionnaire and analyzed with the Multiple Regression Analysis technique using IBM SPSS software. The results showed that the function of the fandom purpose in life and social connection significantly predicted adaptive cognitive emotion regulation. However, the function of the fandom escaping life stress failed to predict adaptive cognitive emotion regulation significantly. It can be concluded that the benefits of purpose in life and social connection that fandom provide could facilitate individuals with a history of childhood adversity to recognize and learn about adaptive cognitive emotional regulation strategies, but not when individuals benefit from escaping life stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekarini Andika Permatasari
"Penelitian sebelumnya menunjukkan inkonsistensi hasil mengenai pengaruh stres akut terhadap kontrol inhibisi meningkatkan atau menurunkan kontrol inhibisi. Dengan demikian, perlu diketahui faktor lain yang dapat menjelaskan mekanisme pengaruh stres akut terhadap kontrol inhibisi. Penilaian kognitif merupakan faktor yang mungkin dapat menjelaskan mekanisme tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh stres akut terhadap kontrol inhibisi dan peran penilaian kognitif sebagai moderator. Partisipan mengerjakan stop-signal task setelah menerima manipulasi stres, yaitu Computerized version of the Paced Auditory Serial Addition Test dengan evaluasi sosial n=43 atau kontrol n=41. Skor penilaian kognitif membagi partisipan ke dalam kelompok threat atau challenge appraisal. Hasil analisis 2 stres vs kontrol x 2 threat vs challenge between-subject ANOVA dengan status menstruasi sebagai kovariat menunjukkan tidak terdapat efek interaksi antara stres akut dan penilaian kognitif terhadap kontrol inhibisi. Analisis lanjutan dilakukan pada kedua kelompok stres dan kontrol secara terpisah dengan menambahkan jenis kelamin sebagai faktor. Hasil menunjukkan bahwa peran penilaian kognitif dalam memengaruhi kontrol inhibisi bergantung pada jenis kelamin, hanya pada kelompok stres, F 1,39 = 4,187, p = 0,048, partial ?2=0,099. Penilaian stressor sebagai ancaman memprediksi kontrol inhibisi yang lebih baik pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Recent studies indicate that acute stress can affect inhibitory control, however, the results have been inconsistent with respect to the direction of effect i.e., impairing or facilitating. Thus, other variables may play a role in explaining the effect of acute stress on inhibitory control. Cognitive appraisal threat or challenge appraisal may be one underlying factor that needs to be taken into account, given the differences of the stress responses by these appraisals. The current study aimed to examine the effect of acute stress on inhibitory control and whether this effect was moderated by cognitive appraisal. Participants performed stop signal task after receiving stress Computerized version of the Paced Auditory Serial Addition Test PASAT C with social evaluation n 43 or control n 41 manipulation. A 2 stress vs control x 2 threat vs challenge between subject ANOVA with menstruation status as covariance showed that there was no interaction effect of acute stress and cognitive appraisal on inhibitory control. Further analysis was conducted in both groups stress vs control saperately, by adding gender as another fixed factor and showed that the role of cognitive appraisal in influencing inhibitory control depended on gender only in stressed participants, F 1,39-4.187, p .048, partial 2 .099. That is, threat appraisal toward the stressor resulted in better inhibitory control for females, than for males.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eyet Hidayat
"Gangguan jiwa 13% dari penyakit keseluruhan, kemungkinan berkembang menjadi 25% tahun 2030 (WHO,2009).
Tujuan : mendapatkan gambaran pengaruh CBT dan REBT terhadap penurunan gejala dan peningkatan kemampuan PK dan HDR.
Metoda : quasi experimental pre post test with control group, teknik purposive sampling terhadap 60 sampel : 30 intervensi dan 30 kontrol. Hasil penelitian ditemukan penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien PK dan HDR yang mendapat CBT dan REBT lebih besar disbanding yang tidak mendapat CBT dan REBT (p-value < 0,05).
Rekomendasi: CBT dan REBT dijadikan terapi spesialis terpadu disamping terapi generalis.

The goal: get an overview of CBT and REBT effect on reducing symptoms and increasing the ability of PK and HDR.
Method: quasi-experimental pre-post test with control group, purposive sampling technique on 60 samples: 30 intervention and 30 control. The study found a decrease symptoms and increase the ability of PK and HDR clients who received CBT and REBT is larger compared to that did not receive CBT and REBT (p-value <0.05).
Recommendation: CBT and REBT is used as therapy in addition to an integrated specialist generalist therapy."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Andersen
"Masih banyak orang yang beranggapan bahwa masalah polusi udara adalah masalah yang masih terlalu dini untuk dipikirkan. Hal ini disebabkan karena masih banyak orang yang mengandalkan indera penglihatan dan penciumannya saja sebagai alat mendeteksi terjadinya polusi udara. Bila efek yang ditimbulkan telah terlihat secara kasat mata maka barulah orang menganggap telah terjadi polusi udara yang mengganggu. Padahal banyak racun-racun dalam udara yang tidak nampak dan tidak berbau.
Mahasiswa yang dianggap memiliki pengetahuan yang luas, memiliki sumber bacaan yang memadai sehingga membantu proses berpikir yang lebih kompleks diharapkan lebih maju pemikirannya dalarn hal polusi udara. Akan tetapi ternyata tingkah laku yang ditampilkan oleh mahasiswa, yakni dengan menggunakan kendaraan bermotor ke kampus, membuat polusi udara menjadi bertambah. Hal tersebut tentunya menimbulkan suatu keadaan disonan pada proses kognitif mahasiswa karena mereka mengetahui bahwa tingkah laku menggunakan kendaraan bermotor pasti menambah polusi udara. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran disonansi kognitif yang dialami mahasiswa dan cara-cara yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi keadaan disonan tersebut sehingga tingkah laku menggunakan kendaraan bermotor oleh mahasiswa tetap tampil.
Penelitian survey ini bersifat kuantitatif; menggunakan kuesioner dan dilakukan terhadap 40 orang mahasiswa Universitas Indonesia. Sampel diambil dengan menggunakan teknik incidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa UI memiliki pengetahuan yang sangat baik terhadap masalah polusi udara. Mereka juga peduli terhadap kelestarian lingkungan. Akan tetapi ternyata masalah lingkungan bukan merupakan masalah yang penting untuk dinomor satukan penyelesaiannya. Masih banyak hal-hal lain yang menjadi prioritas dibandingkan masalah polusi. Hal tersebut menyebabkan disonansi yang terjadi pada proses kognitif hanyalah berlangsung dalam waktu yang singkat karena keadaan disonan tersebut akan berubah menjadi konsonan dengan cara menambah elemen-elemen kognisi baru dalam proses berpikir mahasiswa.
Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan pengukuran aspek-aspek psikologis lain agar mendapatkan gambaran yang lebih mendetil dan menyeluruh dari gejala disonansi kognitif terhadap masalah ini. Aspek-aspek psikologis yang perlu diteliti itu mencakup belief, nilai (value), sikap, dan motivasi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reed, Stephen K.
Jakarta: Salemba Humanika, 2011
153 STE ct (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari Suharso
"ABSTRAK
Pentingnya menciptakan suatu bentuk pengajaran yang menarik disertai dengan alat peraga yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mendorong penulis untuk membuat suatu Program Pengkayaan Matematika yang sebenarnya tidak hanya ditujukan bagi mereka yang berkesulitan dalam matematika saja tetapi juga siswa-siswa lainnya yang tidak berkesulitan sekaligus membantu para pendidik untuk mendapatkan wawasan baru dalam proses belajar mengajar. Matematika merupakan bidang studi yang banyak dibahas akhir-akhir ini sebagai bidang studi yang menyulitkan siswa, orang tua maupun guru. Banyak siswa mengeluh akan sulitnya bidang studi yang satu ini. Sampai saat ini jalan keluar yang banyak ditempuh oleh para orang tua adalah mengikut sertakan anaknya pada les matematika yang diajarkan oleh guru kelas ataupun meminta bantuan pada guru privat yang dapat memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami hambatan dalam pelajaran matematika. Namun jalan keluar ini pun tidak ditempuh oleh semua orang tua, hanya mereka yang berpandangan luas dan berpendidikan saja yang melaksanakannya. Tampaknya biaya merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan orang tua, selain itu melalui les pun tidak terlalu membantu, karena biasanya hanya mengajarkan anak agar dapat mengerjakan pekerjaan rumah maupun tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Melalui Program Pengkayaan Hatematika ini penulis mencoba menciptakan suatu suasana mengajar yang menyenangkan, yang dekat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga dari keadaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan sikap yang lebih positif pada pelajaran matematika dengan demikian dapat meningkatkan prestasi dalam pelajaran tersebut.
Program Pengkayaan Hatematika yang dirancang oleh peneliti ini ditujukan pada siswa kelas 1 SD karena kelas 1 merupakan awal diajarkannya segala macam bidang studi, dengan demikian dasar-dasar dari suatu pelajaran di tingkat SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi berawal dari kelas 1 SD.
Dalam penelitian ingin diketahui apakah Program Pengkayaan Matematika ini benar-benar efektif dibandingkan dengan les biasa dalam membantu meningkatkan prestasi belajar matematika pads anak kelas 1 SD. Dengan demikian apabila PPM memang efektif, maka diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitannya dalam belajar matematika serta dapat tertanam sikap yang lebih positif pada pelajaran matematika. Selain itu juga membantu pada tenaga pengajar maupun orang tua untuk mengembangkan suatu proses belajar mengajar yang menarik dengan alat peraga yang beraneka ragam.
Penelitian dilakukan di 8 buah SON di bilangan Jakarta Pusat, khususnya Kecamatan Senen yaitu di Kelurahan Paseban. Dipilihnya SDN di lingkungan Jakarta Pusat karena prestasi matematika (hasil Ebtanas 1990-1991) di SDN Jakarta Pusat tergolong rendah bila dibandingkan dengan seluruh SD di DKI Jakarta.
Program Pengkayaan Matematika atau PPM merupakan suatu program yang terstruktur, yang diberikan oleh instruktur terlatih, dimana dalam setiap kegiatan (pembahasan suatu bahan pelajaran) meliputi beberapa hal seperti pelajaran apa yang dibahas, apa sasarannya, apa sarana yang digunakan, bagaimana memotivasi siswa, menyajikannya serta bagaimana bentuk latihan atau evaluasinya. Program ini berbeda dengan les biasa yang diberikan oleh guru kelas dan tidak jauh berbeda dengan mengajar di kelas.
Dalam pelaksanaannya seluruh siswa (baik siswa yang akan mendapat PPM, les biasa maupun tidak mendapat perlakuan apapun) diberikan pretest yaitu tes Coloured Progressive Matrices dan Tes Prestasi Matematika. Setelah itu perlakuan diberikan selama 1,5 bulan lamanya. Kemudian dilanjutkan lagi dengan posttest berupa Tes Prestasi Matematika dan Skala Sikap Siswa terhadap pelajaran Matematika yang diberikan pada seluruh siswa.
Dalam penelitian ini diajukan tiga buah hipotesis mayor, dimana masing-masing terbagi menjadi dua hipotesis minor. Dari ke tiga hipotesis mayor ini, hanya satu hipotesis minor yang dapat diterima, yaitu siswa yang mendapat PPM secara signifikan menunjukkan peningkatan prestasi belajar matematika yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapat perlakuan apapun. Dari penelitian ini terlihat pula bahwa tidak ada perbedaan dalam prestasi belajar matematika antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Selain itu siswa yang mendapat PPM tidak menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap pelajaran matematika bila dibandingkan dengan siswa yang mendapat les biasa maupun yang tidak mendapat perlakuan apapun.
Dengan jumlah sampel yang terbatas tampaknya sulit untuk mendapatkan hasil yang signifikan antara kelompok yang mendapat PPM dengan kelompok yang mendapat les biasa. Selain itu efek latihan pads kelompok yang mendapat les biasa dan pengaruh instruktur/pengajar yang berbeda, tampaknya cukup berpengaruh dalam hasil penelitian ini. Oleh karena itu untuk penelitian lebih lanjut, penulis menyarankan agar sampel diperluas, rancangan pembagian kelompok eksperimen maupun kontrol yang lebih mencerminkan gabungan dari berbagai kelas, kesamaan latar belakang instruktur/pengajar, menggunakan hasil ulangan harian, ulangan umum maupun nilai rapor setiap Caturwulan sebagai alat ukur lain selain Tes Prestasi Matematika.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi W. Gunawan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
155.4 ADI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>