Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131648 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Entis Fitriasi
"Skripsi ini membahas karakteristik dokter terhadap kelengkapan pengisian Informed Consent pasien bedah caesar di RS Grha Permata Ibu. Informed Consent adalah salah satu aspek penting sebelum melakukan tindakan terhadap pasien terutama dalam melakukan tindakan yang memiliki resiko tinggi seperti bedah caesar.
Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) menyebutkan bahwa Informed Consent harus lengkap 100%, bagi dokter Informed Consent dapat membuat rasa aman dalam menjalankan tindakan medis pada pasien, sekaligus dapat digunakan sebagai pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan dari pasien atau keluarga pasien bila terjadi akibat yang tidak dikehendaki, sedangkan bagi pasien Informed Consent merupakan penghargaan terhadap hak-hak pasien oleh dokter dan dapat digunakan sebagai alasan gugatan terhadap dokter apabila terjadi penyimpangan praktik dokter dari maksud diberikannya persetujuan pelayanan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif, pada penelitian kuantitatif dilakukan telaah dokumen berdasarkan lembar Informed Consent pasien bedah caesar pada bulan Januari-Maret 2015, sedangkan pada penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara terhadap seluruh dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS Grha Permata Ibu dan wawancara terhadap informan kunci dari perawat dan manajemen. Berdasarkan analisis didapatkan hasil bahwa ketidaklengkapan pengisian lembar Informed Consent pasien bedah caesar di RS Grha Permata Ibu sebesar 63,7%. Variabel yang paling banyak tidak terisi adalah jam penandatanganan sebanyak 68,5%, hubungan antara pemberi pernyataan dan pasien sebanyak 37,9% dan nomor rekam medis sebanyak 29,8%.

This undergraduate thesis discusses about the characteristics of the doctor to the informed consent completeness of cesarean patients in Grha Permata Ibu Hospital. Informed consent is one of the important aspects before taking action to the patients, especially in carrying out the actions which have a high risk such as cesarean.
The Minimum Service Standards states that informed consent must complete 100%, for the doctors informed consent can create a sense of security in carrying out medical procedures on patients, and can be used as a defense against possible claims from the patient or the patient's family if undesirable thing happened, whereas for patients informed consent is a tribute to the rights of patients by the doctors and can be used as an excuse lawsuit against a doctor if irrelevance medical practices happened.
This study used quantitative and qualitative research, quantitative research conducted document review based on the informed consent of cesarean patients from January to March 2015, whereas in qualitative research used interview method to all specialists in obstetrics and gynecology at Grha Permata Ibu Hospital and interviewed with nurses and management. Based on the analysis showed that the incompleteness informed consent of cesarean patients in Grha Permata Ibu hospital is 63.7%. The variable that is most widely unfilled is hours signing, 68.5%, the relation between the people who give the statement and patients is 37.9% of patients and medical record numbers is 29.8%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Lembahmanah
"Latar Belakang: Penyuntikan obat anestesia spinal dosis tunggal diketahui menyebabkan hipotensi yang lebih besar dibandingkan dosis terbagi pada pasien obstetrik sehat, namun belum ada penelitian yang dilakukan pada pasien obsterik dengan penyulit hipertensi, khususnya di Indonesia. Hipotensi akibat anestesia spinal, khususnya pada pasien obstetrik dengan penyulit hipertensi, akan mengganggu kesejahteraan ibu dan janin.
Tujuan: Membandingkan penurunan MAP dan kebutuhan efedrin, serta mengetahui level ketinggian blok antara teknik anestesia spinal dosis terbagi dengan dosis tunggal untuk bedah Sesar dengan penyulit hipertensi.
Metode. Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 42 pasien di RSU Kabupaten Tangerang yang memenuhi kriteria dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok dosis terbagi (TB) dilakukan dengan menyuntikkan 2/3 dosis (1,5 ml), dilanjutkan 1/3 dosis sisanya (1 ml) setelah jeda 90 detik. Kelompok dosis tunggal (TU) dilakukan dengan menyuntikkan seluruh dosis dalam sekali bolus. Keduanya dilakukan dalam posisi duduk, menggunakan kombinasi obat anestesia spinal bupivakain 0,5% hiperbarik 10 mg dan fentanil 25 mcg (volume total 2,5 ml), kecepatan 0,2 ml/detik, barbotase £0,1 ml sebelum penyuntikan, serta pemberian coloading cairan kristaloid 5-10 ml/KgBB. MAP diukur sebanyak 7 kali, dan kebutuhan efedrin serta ketinggian blok dicatat. Analisis hasil menggunakan uji General Linear Model (GLM) untuk pengukuran berulang, uji Fisher dan Mann-Whitney U.
Hasil: Uji GLM menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar waktu pengukuran antar kelompok (P >0,05), namun grafik garis menunjukkan trend MAP kelompok TB lebih tinggi pada 3 menit pertama dibandingkan kelompok TU. Penurunan MAP >20% terjadi lebih cepat pada kelompok TU (menit ke-3). Ketinggian blok sensorik keduanya terbanyak pada level T4 sebesar 11 subjek (52,4%) pada kelompok TB dan 9 subjek (42,9%) pada kelompok TU (P=0,59). Perbandingan dosis total pemakaian efedrin mendapat nilai median (range) kelompok TB sebesar 10 (0-25) mg dan kelompok TU sebesar 15 (0-30) mg (P=0,30).
Simpulan: Penurunan MAP dan kebutuhan efedrin pada dosis terbagi tidak lebih kecil secara signifikan dibanding dosis tunggal, namun trend penurunan MAP >20% terjadi lebih lambat dan pemakaian efedrin lebih sedikit pada 3 menit pertama, dengan level ketinggian blok keduanya serupa.

Background: Injection of a single bolus of local anesthetics in spinal anesthesia is known to cause greater hypotension than a fractionated dose in healthy obstetric patients, but no studies have been performed on obstetric patients with hypertensive complications, especially in Indonesia. Spinal hypotension will interfere to maternal and fetal well-being, particularly to mother with pregnancyinduced hypertension.
Objective: Compare the decrease in mean arterial pressure (MAP) and ephedrin requirements, as well as to determine the level of sensory blockade between fractionated dose and single dose technique in spinal anesthesia for Cesarean section in pregnancy-induced hypertension.
Methods: Single blinded randomized clinical trials of 42 patients at Tangerang District General Hospital who met the criteria were divided into two groups. The fractionated dose group (TB) was administered by injecting 2/3 of the total doses (1,5 ml) initially, followed by 1/3 of the remaining dose (1 ml) after 90 s. A Single dose group (TU) was performed by injecting all doses in one bolus. Both were performed in a sitting position, using a combination of 0,5% hyperbaric bupivacaine 10 mg and fentanyl 25 mcg (total volume of 2,5 ml), with velocities 0,2 ml/sec, £0,1 ml barbotage before injection, and administration of 5-10 ml/KgBW crystalloids for co-loading. MAP was measured 7 times, as well as ephedrine requirement and level of sensory blockade were recorded. Analysis was performed using a General Linear Model (GLM) test for repeated measurements, Fisher exact and Mann-Whitney U test.
Results: The GLM test showed no significant differences between the time measurements between groups (P>0,05), but the line chart showed the TB group's trend of MAP was higher in the first 3 minutes than TU group. MAP decline >20% occured faster in TU group (minute-3). The level of sensory block was mostly at the T4 level of 11 subjects (52,4%) in TB group and 9 subjects (42,9%) in TU group (P = 0,59). The total dose of ephedrine requirement was in median (range) value of 10 (0-25) mg in TB group and 15 (0-30) mg in TU group (P = 0,30).
Conclusion: MAP decline and ephedrine requirement in fractionated dose were not significantly smaller than single dose, but >20% decrease in MAP's trend occured more slowly and ephedrine requirement was less in the first 3 minutes, with similar level of sensory block in both groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Indarti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
P-Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Suryani Hartati
"Program MDGs mempuyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan meningkatkan kesehatan reproduksi untuk perempuan pada tahun 2015. Oleh sebab itu pemerintah membuat berbagai program untuk mencapai tujuan MDGs tersebut. Persalinan dengan tindakan seksio sesarea dan tubektomi merupakan upaya tindakan untuk menyelamatkan kondisi ibu dan bayinya yang mengalami resiko, yang tidak bisa melahirkan dengan cara pervaginam. Kelahiran dengan seksio sesarea dapat beresiko terjadinya komplikasi 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam dan juga tindakan tubektomi dapat menimbulkan masalah psikososial pada ibu.
Peran ners spesialis keperawatan maternitas sebagai pemberi perawatan, pendidik, konselor, koordinator, komunikator, advokat, agen perubahan dan peneliti sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya komplikasi akibat efek pembedahan seksio sesarea pasca partum dan melaksanakan perannya pada pelayanan keperawatan maternitas untuk membantu menurunkan AKI.
Tujuan umum dari penulisan ini adalah memberikan gambaran kegiatan pelaksanaan praktek residensi Ners Spesialis Keperawatan Maternitas fokus pada kasus ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi dengan penerapan teori selfcare dan teori comfort. Aplikasi teori tersebut berhasil membantu permasalahan yang dialami pasien secara biopsikososial. Pelaksanaan praktek residensi spesialis keperawatan maternitas telah dilakukan sesuai kompetensi, sehingga mampu mencapai target kompetensi dengan baik.

Program MDGs is to goals increase maternal health by reducing maternal mortality rate (MMR) and increase to reproductive health for women in 2015. Therefore government made programs to target The goals MDGs. Delivery by cesarean section and tubectomy are the attempts to save the state of the mother, who are in risk condition and cannot give vaginal delivery and the risky baby. Births by cesarean section can cause risk complications at 25 times than vaginal delivery, in the other hand tubectomy may cause psychosocial problem.
The role of maternity nursing specialist nurse as caregiver, educator, counselor, coordinator, communicator, advocate, the agent of change and researcher is needed to reduce the occurrence of complications due to the effects of postpartum cesarean surgery and do its role in maternity nursing services to contribute on reducing the MMR.
The purpose of this study was to depict the implementation of the nurses? residency practice of Maternity Nursing Specialist nurse which focuses on the case of Caesarean section and maternal postpartum tubectomy selfcare with the application of theory and the theory of comfort. The application of the theory succeeds in helping the problems experienced by the patient bio-psychosocially. Doing the practice of residency maternity nursing specialists have done appropriate competencies, so that able to achieve the competencies very well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaiti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33948
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berjudul “Tingkat kecemasan ibu primipara pasca bedah sesar
dengan anestesi spinal terhadap mobilisasi setelah 24 jam pertama". Adapun tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan gambaran sejauhmana tingkat kecemasan ibu
primipara pasca bedah sesar dengan anestesi spinal terhadap mobilisasi setelah 24
jam pertama. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana, dengan
jumlah responden 30 orang . Tempat penelitian yang digunakan adalah Ruang IRNA
A lt.II RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Instrumen pengumpul data berupa
kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden mengalami
tingkat kecemasan sedang untuk memulai mobilisasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5090
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Hatta
"ABSTRAK
Kualitas pelayanan medis hanya dapat diketahui melalui kelengkapan tindakan pelayanan yang tertuang dalam rekam medis. Kelengkapan isi rekam medis merupakan prasyarat agar dapat dilakukan penilaian pelayanan medis. Adanya peningkatan persentase bedah cesarea di RSAB Harapan Kita dalam 5 tahun terakhir mendorong kebutuhan penilaian pelayanan bedah cesarea yang ditelaah berdasarkan indikator kriteria bedah cesarea. Objektif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kualitas pelayanan bedah cesarea dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas pelayanan bedah cesarea berdasarkan hasil telaahan rekam medis.
Dua ratus sampel rekam medis yang diambil secara random sederhana berasal dari 3054 populasi rekam medis dari semua pasien bedah cesarea dari tahun 1987-1991. Sampel rekam medis ditelaah berdasarkan indikator model pelayanan bedah cesarea primer dan sekunder.
Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan analisis persentase, uji Kai-Kuadrat. Selain itu digunakan koefisien kontigensi C untuk menyesuaikan (ajust) jumlah sampel.
Kualitas pelayanan bedah cesarea yang dinilai berdasarkan 6 indikator menunjukkan belum ada indikator yang diisi lengkap oleh praktisi. Secara keseluruhan kualitas kurang pelayanan bedah cesarea berdasarkan variabel senioritas, operasi dan kelas perawatan berkisar dari 1,7% hingga 89,7%. Dari sudut variabel senioritas ahli kebidanan terlihat bahwa ahli kebidanan senior (masa bakti di atas 9 tahun) lebih banyak menunjukkan kualitas layanan kurang dibandingkan dengan ahli kebidanan junior ( S 9 tahun)."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunia Tiara Sina
"Seksio sesarea merupakan operasi kebidanan terbanyak di RS dr.Suyoto pada tahun 2012 sampai 2014 dengan proporsi 48% dengan indikasi adalah bekas seksio sesarea yaitu sebesar 26,20% kasus. Hasil wawancara diketahui belum adanya clinical pathway seksio sesarea dengan indikasi bekas seksio sesarea di RS dr.Suyoto PUSREHAB KEMHAN. Clinical pathway merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk peningkatan mutu pelayanan, keamanan dan efisiensi pembiayaan. Penilitian ini dilakukan dengan riset operasional deskriptif analitik yang mengidentifikasi aktifitas perjalanan pasien mulai dari karakteristik, administrasi, pra operasi, operasi, pasca operasi, dan outcome pembedahan seksio sesarea.
Hasil penelitian didapatkan variasi gambaran karakeristik, aktifitas administrasi, pra operasi, operasi, paska operasi, dan outcome pembedahan seksio sesarea. Berdasarkan hasil penelitian disusun desain awal clinical pathway seksio sesarea dengan indikasi bekas seksio sesarea.

Caesarean section is the most surgery of obstetric in dr.Suyoto from 2012 to 2014 with the proportion of 48%. Indication majority of 48% of cases cesarean section is previous cesarean section that is 26,20% of cases. Result of interviews, it has not been any clinical pathway of cesarean section with the indication previous cesarean section in dr.Suyoto PUSREHAB KEMHAN hospital. Clinical pathway is one of the instruments that can be used for improvement of service quality, safety and efficiency of financing. This research is done with descriptive analytical operational research to identify activities from the characteristics of patient journey, administration, presurgery, surgery, post-surgery, and surgical outcomes caesarean section.
The results showed variations in the characteristics, administrative activities, pre-surgery, surgery, post-surgery, and surgical outcomes caesarean section with the indications for cesarean section.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roselinda
"Angka kejadian seksio sesarea dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini dilaporkan meningkat. Karena kemudahannya ada kecenderungan untuk melakukan SC tanpa dasar yang cukup kuat. Peningkatan SC dengan dasar indikasi yang tidak jelas mendorong Depkes RI mengeluarkan surat edaran guna menekan tindakan SC di RS rujukan/RS pendidikan sampai dibawah 20 %. Berdasarkan pada kenyataan ini, perlu dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan dengan SC tidak standar yang merupakan analisis terhadap data rekam medis ibu melahirkan di RS MH Thamrin Cileungsi Kabupaten Bogor Januari 2001 s/d Mei 2002.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SC tidak standar yaitu umur ibu, paritas, masa kerja ahli kebidanan, status rujukan, kelas perawatan, cara pembayaran, perawatan pasca operasi dan kedaruratan.
Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dengan jumlah sampel yang digunakan sebesar 276 ibu bersalin dengan tindakan SC di RS MH Thamrin Cileungsi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2002, dengan menggunakan lembaran pengumpul data yang dikembangkan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan SC tidak standar berhubungan bermakna secara statistik dengan variabel: masa kerja ahli kebidanan (OR = 0,39 p value = 0,014 95% Cl = 0,19 - 0,83), perawatan pasca operasi (OR = 5,79 p value = 0,000 95% Cl = 3,34 - 10,02).
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perawatan pasca operasi dengan SC tidak standar, ibu dengan perawatan pasca operasi di luar RS berisiko 5,8 kali lebih besar untuk mengalami SC tidak standar. Tindakan promosi kualitas rekam medis perlu dilakukan, terutama bagi kasus dengan perawatan pasca operasi di luar RS.
Factors Related to Non Standard SC in MH. Thamrin Hospital Cileungsi January 2001 - May 2002Number of SC was reported increased in the last two decades. Because of this easiness, it was tendency to increase SC, which not base strong enough. The improvement SC that not base real indications to push. Dept. of Health RI for takes out document for push down SC in Reconciliation Hospital/Educational Hospital until less than 20 %. Based on these facts were need to do research on learn the risk factors related to non standard SC, which to analyzed mother giving birth medical record in MH.Thamrin Hospital Cileungsi in Bogor district January 2001,until May 2002.
The aim of this research to know factors related to non standard SC, there are age, parity, duration of obgyn working state of reconciliation, class of treatment, treatment of after operation, and state of emergency.
This research was made by using case control study with 276 sample size with SC status in MH. Thamrin Hospital Cileungsi. Data collection has done in June 2002, using by form of data collection, which developed appropriate with analyzed variables.
The result of this research showed that non-standard SC is was statistically significant with duration of obgyn working (OR = 0,39, 95% Cl 0,19 - 0,83), after operation treatment (OR = 5,79 95 % CI = 3.34 - 10,02).
The conclusion that there was correlation treatment of after operation with non standard SC, mother whom has treatment of after operation outside of Hospital has 5,8 greater risk for non standard SC. Promotion to quality of medical record in need of continuous by health provider, especially to patient whom get treatment after operation outside the hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwi Wicaksono
"Latar belakang: Operasi sesar merupakan salah satu tindakan yang paling sering
dilakukan dibidang obstetrik bahkan hingga dalam satu rumah sakit. Angka kejadian
infeksi daerah operasi sesar sangat bervariasi pada seluruh dunia berkisar pada 3-15%.
Proses terjadinya IDO merupakan suatu proses multifaktorial yang meliputi mulai dari
persiapan perioperatif, kondisi pasien, jenis operasi, jenis kuman dan lain-lain.
Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien, pola kuman, dan faktor risiko kejadian
infeksi daerah operasi (IDO) di RSCM tahun 2016-2018.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cohort
retrospective. Subyek penelitian ini merupakan pasien yang menjalani operasi sesar di
RSCM pada tahun 2016-2018 yang direkrut menggunakan metode consecutive
sampling. Dari data yang didapatkan dilakukan analisis bivariat dan multivariat untuk
menentukan faktor risiko terjadinya IDO pasca operasi sesar
Hasil: Didapatkan sebanyak 2.052 kasus yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
Sebanyak 85 kasus infeksi daerah operasi (IDO) didapatkan dari 2.052 tindakan yang
dilakukan (4,14%). Sebanyak 85 kelompok kasus IDO dan 1.967 kelompok kasus
kontrol diikutsertakan dalam analisis faktor risiko. Kuman paling sering didapatkan
pada kultur kasus infeksi daerah operasi pasca operasi sesar adalah Staphylococcus
aureus (16,5%), Klebsiella pneumoniae (12,9%), Escherischia coli (9,4%),
Enterococcus faecalis (9,4%), dan lainnya (21,2%). Variabel yang berpengaruh
terhadap kejadian IDO pasca secar adalah gawat janin (p=0,002 ;AOR = 2,265 IK95
% 1,350-3,801) dan IMT ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR 1,824 IK95% 1,066-3,121).
Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian IDO pasca SC adalah gawat
janin (p=0,002 ;AOR = 2,265 IK95 % 1,350-3,801) dan IMT ≥30 kg/m2 (p=0,028;
AOR 1,824 IK95% 1,066-3,121).

Background: Caesarean section is one of the most performed operations in the field
of obstetrics and even in hospital. The incidence of infections in cesarean section varies
greatly around the world at 3-15%. Surgical site infection is a multifactorial process
that starts from the perioperative preparation, the patient, the type of surgery, the type
of germ and other factors.
Objective: To determine the characteristics of patients, bacterial patterns, and risk
factors for the incidence of surgical site infection (SSI) in Cipto Mangunkusumo
National General Hospital in 2016-2018.
Method: This study was an observational study using a retrospective cohort method.
The subject of this study were patients undergoing cesarean section in Cipto
Mangunkusumo National General Hospital in 2016-2018 recruited using consecutive
sampling method. Based on the data obtained, bivariate and multivariate analysis were
conducted to determine the factors affecting after caesarean section SSI
Result: A total of 2.052 subjects were included in the study. There were 85 cases of
surgical site infection (SSI) out of 2.052 operations (4.14 %). A total of 85 SSI case
groups and 1.967 control groups were included in the risk factor analysis. Bacteria
most commonly found in surgical site infection culture were Staphylococcus aureus
(16,5%), Klebsiella pneumoniae (12,9%), Escherischia coli (9,4%), Enterococcus
faecalis (9,4%), and others (21,2%). Variable associated with SSI in this study is fetal
distress (p=0,002 ;AOR = 2,265 CI 95 % 1,350-3,801) and BMI ≥30 kg/m2 (p=0,028;
AOR 1,824 CI 95% 1,066-3,121).
Conclusion: Factors influencing the incidence of SSI after SC was fetal distress
(p=0,002 ;AOR = 2,265 CI 95 % 1,350-3,801) and BMI ≥30 kg/m2 (p=0,028; AOR
1,824 CI 95% 1,066-3,121)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>