Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152868 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernawati Munir
"ABSTRAK
Di Indonesia tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lansia mencapai 28,8 juta
jiwa. Pada tahap lansia terjadi penurunan berbagai fungsi dan kemampuan, termasuk fungsi dan kemampuan seksualitasnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas seksual lansia. Jenis penelitian adalah kuantitaf dengan desain Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 78 orang yang menjadi anggota kelompok senam lansia Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, berusia 60-70 tahun, masih memiliki pasangan hidup. Hasil dari penelitian ini yaitu (56,4%) yang masih aktif aktivitas seksualnya, dengan proporsi 71,4% pada responden laki-laki dan 48% pada responden wanita. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap aktivitas seksual lansia adalah variabel pekerjaan dan sikap. Perlu ditingkatkannya penyuluhan dan konseling tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi pada lansia

ABSTRACT
At Indonesia on year 2020 the population elderly will reach 28,8 million. On elderly’s phase happens various function will decrease and sexual ability. This research intent know factor-factor that is engaged elderly sexual activity. Observational type that at do be quantitive with design research Cross sectional. Total sample as much 78 person, one that as gymnastic group member Public Healt Center Pasar Rebo district, get age 60-70 year, still have life couple, Result of this Research wich is as much (56,4%) one that still active do sexual relationship with proportion 71,4% on male respondent and 48% on woman respondent. Variable that have relationship that significan to elderly sexual activity is variable work and attitude. it’s need tobe increase conseling and intensity about sexuality and reproduction health to the elderly"
2015
S60161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Lanjut usia (lansia) mengalami perubahan fisiologis, kognitif, psikososial dan
spiritual .Serta memiliki tugas perkembangan yaitu penyesuaian terhadap dampak
perubahan yang terjadi, diantaranya penurunan kemampuan mendengar, melihat,
mengingat, pergerakan, mobilisasi dan emosional sehingga mempengaruhi lansia
dalam memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan penelitian ini adaIah : mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kemampuan lansia memenuhi kebutuhan dasar. Penelitian dilakukan di
PSTW Budi Mulya Pasar Rebo Jakarta Timur dengan responden sebanyak 50 orang.
Metode penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bersifat Cross sectional. Rata-
rata usia responden adalah 65,92 tahun, semuanya beragama islam dan sebagian
besar (60 %) berpendidikan SD. Lama tinggal di PSTW sebagian besar (60 %)
selama 3-4 tahun. Sebcmyak 70 % berstatus janda/duda dan 74 % tidak memiliki
pekerjaan. Rata-rara Iingkaf pemenzrhan kebuiuhan dasar pada lansfa adaiah 3, 339
yang dikategorikan baik. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara
semua komponen karakteristik lansia dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan
dasar pada a = 0, 05.
Penelitian ini memiliki keterbartasan dari aspek metodologi sehingga
direkomendasikan untuk mengambil sampel pada beberapa PSTW dan melakukan uji
statistik yang Iebih baik."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5247
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ashka Dwita Arisawara
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi di dunia. Hipertensi merupakan penyakit terbanyak dengan kasus 3.336 di Puskesmas Pasar Manggis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas pasar Manggis Tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden dalam penelitian ini yaitu lansia (≥60 tahun) dengan hipertensi yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pasar Manggis sebanyak 59 responden, yang dipilih menggunakan metode quota sampling. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara via telepon dengan panduan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) dan kuesioner yang telah diadaptasi dari penelitian sebelumnya serta dianalisis dengan uji chi-square . Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan (p=0,011), pengetahuan (p=0,009), dan dukungan keluarga (p=0,001) memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Jenis kelamin, umur, peran petugas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi (p> 0,05). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan & Puskesmas Pasar Manggis sebagai dasar pengambilan keputusan untuk upaya kedepannya dalam meningkatkan kesadaran, pengobatan dan pengendalian penyakit hipertensi di masyarakat.

Hypertension is a disease with very high mortality and morbidity in the world. Hypertension is the most common disease with cases of 3.336 in Puskesmas Pasar Manggis. This study aims to determine the factors associated with antihypertensive medication adherence among elderly in the working area of Pasar Manggis Health Center in 2020. This research is a quantitative-based cross-sectional design. Respondents in this study were 59 elderly (≥60 years old) with hypertension who lived in the working area of Pasar Manggis Health Center which were selected using the quota sampling method. Data was collected through phone interview questions with the Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) questionnaire and a questionnaire that has been modified from previous studies which will be analyzed by chi-square test. The results showed that educational factors (p = 0.011), knowledge (p = 0.009), and family support (p = 0.001) had a significant relationship with antihypertensive medication adherence. Gender, age, role of health workers and access to health services do not have a significant relationship with antihypertensive medication adherence (p> 0.05). The result of this study are expected to benefit the Sout Jakarta city Health Office & Pasar Manggis Health Center as a basis for making decisions for future efforts to raise awareness, treatmet and control of hypertension in the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Jefri Hasurungan
"Hipertensi merupakan penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah telah menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa penyakit sirkulasi ini pada kelompok umur 45-60 tahun mencapai 20.9%, sedang pada umur diatas 60 tahun angka ini mencapai 29.5%. Demikian juga pada tahun 1995 penyakit sirkulasi menduduki urutan pertama-penyebab kematian pada lansia, yakni sebesar 18.9%.
Penelitian pendahuluan terhadap 90 lansia di Kota Depok pada tahun 2001 didapatkan proporsi hipertensi sebesar 50.0%, dan berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebesar 41.9%, sedang pada perempuan 57.4%, dan angka ini jauh lebih besar dari prevalensi hipertensi yang ditetapkan oleh Depkes RI (20-30%) untuk lansia di tahun 2000.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota Depok. Sampel dalam penelitian sebanyak 310 orang lansia (181 perempuan dan 129 laki-laki) berumur 55-93 tahun, dimana pengambilan sampel dilakukan secara rancangan stratifikasi proporsional di 4 wilayah puskesmas dari 24 puskesmas yang ada di Kota Depok.
Penelitian ini melihat hubungan antara umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi natrium, konsumsi lemak, konsumsi kalsium, IMT, merokok, stress, aktivitas fisik, dan faktor sosial ekonomi (status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, dan penghasilan keluarga), dengan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada responden di Kota Depok sebesar 57.4%. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian sebelumnya.
Berdasarkan analisis multivariat didapatkan hasil sebagai berikut: responden yang berumur 70 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.97 kali (95% CI: 1.3640-6.4610; p=0.0061) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun, responden yang berumur 65-69 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.45 kali (95% CI: 1.2517-4.8134; p=0.0090) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun dan responden yang berumur 60-64 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.18 kali (95% CI: I.0971-4.3350; p=0.0261) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun. Responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi berpeluang mendapat hipertensi 1.97 kali (95% CI: 1.0816-3.5997) dibandingkan yang tidak punya riwayat keluarga hipertensi. Responden dengan derajat stres tinggi berpeluang mendapat hipertensi 3.02 kali (95% CI: 1.5262-6.0087; p=0.0015) dibandingkan yang derajat stres rendah, dan responden dengan derajat stres sedang berpeluang mendapat hipertensi 2.47 kali (95% CI: 1.3594-4.4900; p=0.0030) dibandingkan yang derajat stres rendah. Responden dengan aktivitas kurang berpeluang mendapat hipertensi 2.73 kali (95% CI: 1.6296-4.5649; p=0.0001) dibandingkan yang aktivitas cukup. Dan responden yang tidak kawin berpeluang mendapat hipertensi 2.07 kali (95% CI: 1.1414-3.7561;p=0.0166) dibandingkan yang kawin. Selanjutnya disimpulkan bahwa dari kelima variabel tersebut, derajat stres tinggi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan hipertensi.
Berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan hipertensi, pada penelitian di atas, maka faktor yang dapat diintervensi adalah aktivitas fisik dan stres.
Oleh karenanya sehubungan dengan faktor di atas, serta tingginya angka kejadian hipertensi pada lansia, maka saran yang dapat diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Depok serta jajaran di bawahnya, adalah meningkatkan program promosi penanggulangan hipertensi pada lansia melalui kegiatan latihan fisik berupa senam terapi 2 kali seminggu dan gerak jalan pagi, serta melakukan pembinaan mental/ kerohanian. Perlu diperhatikan untuk membentuk kelompok-kelompok lansia baru, terutama untuk komunitas yang sosial-ekonominya rendah.

Hypertension is a chronic disease, it caused to the problem on blood circulation system, and it has become a big problem to public health. Based on the Household Health Survey (SKRT) in 1995 mentioned that this disease at age group 45-60 years reach 20.9%, while at age over than 60 years this number reach 29.5%. It was also in 1995; this disease lies at the first line of death on elderly, i.e. 18.9%. The previous study to 90 elderly at Depok City in 2001, it was found that the proportion was 50.0%, and based on male it was 41,9%, while on female 57,4%, and this number was bigger than hypertension prevalence that stated by MOH RI (20-30%) for elderly in 2000.
The objective of this study was to determine the factors that estimated related to hypertension on elderly at Depok City. The number of sample in this study was 310 elderly (181 females and 129 males) their age 55-93 years, where the sample took proportionally in four areas of Health Centers out of 24 Health Centers that available at Depok City. This study see the relationship among age, sex, family history, sodium consume, fatty consume, calcium consume, IMT, smoking, stress, physic activity, and social economy factors (marital status, education status, profession status, and family income), with hypertension. The result of this study shows that hypertension prevalence on respondent at Depok City was 57.4%. This presentation was higher than the previous study.
Based on multivariate analysis it was found that the result as the followings: the respondent whose age z 70 years having tendency of hypertension 2.97 times (95% CI: 1.3640-6.4610; p=0.0061) compared to whose age 55-59 years. The respondent whose age 65-69 having tendency of hypertension 2.45 times (95% CI: 1.2517-4,8134; p=0.0090) compared with whose age 55-59 years. And the respondent whose age 60-64 having tendency of hypertension 2.18 times (95% Cl: 1.0971-4.3350; p=0.0261) compared with whose age 55-59 years. Respondent whose having family history on hypertension tend to have hypertension 1.97 times (95% CI: 1.0816-3.5997) compared to whose not having hypertension on family history. Respondent with higher stress tend to have hypertension 3.02 times (95% CI: 1.522622-6.0087; p=0.0015) compared whose is lower stress, and respondent with moderate stress tend to have hypertension 2.47 times (95% CI: 1,3594-4900; p=0.0030) compared to whose lower stress. Respondent with lack of activity tend to have hypertension 2.73 times (95% CI: 1.6296-4.5649; pO.0001) compared to whose enough activity. And respondent whose unmarried tend to have hypertension 2.07 times (95% CI: 1.1414-3756I;p=0.0166) compared with whose married. Then it concluded that from the fifth variables, the degree of high stress is a variable that the most dominant related to hypertension.
Based on the factors that related significantly to hypertension in this study, so the factors that can be intervention, i.e. stress and physical activity. Therefore, referring the factors above, also the high rate of hypertension on elderly, so the recommendation that can be given to the Local Health Service of Depok City also it?s related. They are improving the program on promotion to overcome the hypertension for elderly through physical exercise in the form of gymnastic therapy, twice a week and morning jogging, also doing mental management/spiritual. It is considering establishing the new groups of elderly, especially to community with lower social economy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Roroputri Aprilia
"Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan prevalensi tertinggi pada kelompok lanjut usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil survei Riskesdas 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penduduk berusia ≥60 tahun di Indonesia yang belum terdiagnosis hipertensi, yaitu sebanyak 70.127 orang. Data dianalisis secara regresi logistik sederhana (bivariat) dan regresi logistik berganda (multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia sebesar 52,4%. Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, konsumsi makanan asin, perilaku merokok, dan aktivitas fisik merupakan faktor- faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia, dengan umur sebagai faktor yang paling berhubungan dengan AOR = 1,44 (95% CI: 1,36-1,52). Untuk mengurangi prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia, pemerintah diharapkan dapat fokus pada penguatan promosi, skrining, dan surveilans kesehatan pada lansia.

Hypertension is one of the public health problems in Indonesia with the highest prevalence in elderly. The purpose of this study was to determine the prevalence and factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia. The design of this study is cross-sectional using secondary data from the results of the 2018 basic health research survey. The sample in this study was the entire population aged ≥60 years in Indonesia who had not been diagnosed with hypertension, which was 70,127 people. Data were analyzed by simple logistic regression (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate). The results showed that the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia was 52.4%. Age, gender, education level, area of residence, consumption of salty food, smoking behavior, and physical activity are the factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia, with age as the most associated factor (AOR = 1.44, 95% CI: 1.36-1.52). To reduce the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly, the government is expected to focus on strengthening promotion, screening, and health surveillance on elderly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
lansia untuk menerima perubahan penampilan fisik di RW 03 Kelurahan
Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, pada tanggal 26-28 Desember
2001. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif eksploratif dengan total sample yaitu 26 orang.
Berdasarkan hasil analisa dengan cara perhitungan mean diperoleh faktor yang
paling dominan mempengaruhi lansia untuk menerirna perubahan penampilan
fisiknya yaitu dukungan keluarga dengan nilai mean 4,1 dan standar deviasi 0,3.
Tetapi secara umum semua faktor dapat mempengaruhi lansia untuk menerima
perubahan fisiknya. Hal tersebut karena peneliti membatasi responden yaitu hanya
mereka yang termasuk usia pertengahan (45-59 tahun). Untuk penelitian
mendatang diharapkan dapat menggunakan metode analisa data dengan model
yang Iain dan perlu menyusun instrumen untuk setiap variabel yang akan diteliti
secara spesifik sehingga dapat memberikan hasil yang Iebih baik."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5005
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Puspasary
"Tingginya prevalensi depresi pada lansia sangat erat dikaitkan dengan berbagai faktor yang memungkinkan terjadinya depresi. Lansia yang dirawat di rumah sakit memiliki risiko tinggi mengalami depresi. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia yang dirawat di rumah sakit. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan purposive sampling dengan melibatkan 109 responden lansia. Hasil penelitian didapatkan 42 responden lansia mengalami depresi pada saat dirawat di rumah sakit. Dari hasil analisis multivariat didapatkan bahawa variabel sosial ekonomi keluarga adalah variabel yang paling berpengaruh terjadinya depresi. Hasil uji statistik menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi keluarga dengan tingkat depresi pada lansia yang dirawat di rumah sakit (p value = 0.001). Faktor yang paling berpengaruh untuk terjadinya depresi pada lansia yang dirawat di rumah sakit adalah variabel sosial ekonomi keluarga Sehingga penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan kepada lansia yang mengalami depresi yaitu dengan selalu bersikap caring dan memberikan perhatian khusus pada lansia.

The high prevalence of depression in the elderly is closely related to various factors that allow depression to occur. Elderly people who are hospitalized have a high risk of experiencing depression. The aim of this study was to analyze the risk factors associated with the incidence of depression in elderly people who are hospitalized. The research used a cross sectional design with purposive sampling involving 109 elderly respondents. The research results showed that 42 elderly respondents experienced depression when they were hospitalized. From the results of the multivariate analysis, it was found that family socio-economic variables were the variables that had the most influence on the occurrence of depression. The results of statistical tests stated that there was a significant relationship between family socioeconomics and the level of depression in elderly people who were hospitalized (p value = 0.001). The most influential factor in the occurrence of depression in elderly people who are hospitalized is family socio-economic variables. So it is important to improve the quality of service in providing care to elderly people who experience depression, namely by always being caring and paying special attention to the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Halasan
"Salah satu upaya apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimal agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik, gangguan gizi yang umumnya muncul pada lansia selain gizi kurang juga gizi lebih yang apabila dilihat dari sudut kesehatan, sama-sama merugikan dan dapat menyebabkan kematian dengan penyebab yang berbeda. Gangguan gizi pada lansia diduga berkaitan dengan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di kota Bengkulu.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 207 orang lansia yang berumur > 60 tahun dan dipilih dengan menggunakan systematic random sampling.Pengumpulan data variabel bebas seperti jenis kelamin, status perkawinan, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, status ekonomi dan aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara terstruktur sedangkan untuk konsumsi makanan (total energi, karbohidrat, protein dan lemak) dengan menggunakan dua pendekatan yaitu food recall dan food frequencies.
Hasil penelitian melaporkan proporsi lansia yang mengalami gizi lebih sebesar 18,4% dan gizi kurang sebesar 19,3%. Hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (P>0,05) rata-rata IMT menurut jenis kelamin, status perkawinan dan status tempat tinggal serta tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gizi dengan IMT lansia. Akan tetapi, ada perbedaan yang bermakna (p<-0,05) rata-rata IMT antara lansia yang melakukan olah raga dengan yang tidak melakukan olah raga dan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) rata-rata IMT menurut frekuensi, lama dan jenis olah raga. Selanjutnya ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan IMT lansia. Ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara total energi dengan IMT serta ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara asupan karbohidrat, protein dan lemak dengan IMT setelah di adjusted dengan total energi. Hasil analisis multivariat regresi linier juga menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan dengan IMT lansia adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat dengan koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,10 yang artinya variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat hanya dapat menjelaskan IMT lansia sebesar 10%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lansia di kota Bengkulu mengalami masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih sudah mulai timbul akan tetapi masalah gizi kurang masih terjadi. Untuk itu, perlu digalakkan promosi gizi melalui pendekatan keluarga dirnana lansia tinggal serta bila memungkinkan memberikan makanan tambahan kepada lansia yang kurang gizi terutama lansia dengan kondisi ekonomi yang kurang.

Factors Related to Nutritional Status among Elderlies Bengkulu City,2001When reaches elderly age, one should maintain an optimal nutritional status to ensure a good quality of life. Nutritional problems that occur during old ages may take two forms, that is, under nutrition or over nutrition, both are health devastating and might cause death due to different reasons. Nutritional problems among elderly relate to changes in both environment and health conditions in general. Thus, this study aims to describe the nutritional status and its related factors among elderly in Bengkulu city.
The study design is cross-sectional with 207 subjects aged > 60 years of old and were selected using systematic random sampling. Structured interview was used to collect data such as gender, marital status, residential status, educational level, nutrition knowledge, economic status, and physical activity level. While for food consumption (to predict macronutrients consumption such as total energy, carbohydrate, protein, and fat), two methods, that is, food recall and food frequency questionnaires were employed.
The study showed that the proportion of elderlies with over nutrition was 18,4% and elderlies with under nutrition was 19,3%. T-test showed no significant difference (p>O,05) in BMI for gender, marital status, and residential status. Moreover, there was no significant difference (p>O,45) in BM[ for nutrition knowledge. Significant difference (p< 0,05) was found in BMI for elderlies who perform sport activities and those who do not. However, no significant differences were found for frequency, duration, and type of sport activities. Significant differences in BMI (p<0,05) were found for different level of education, economic status, total energy intake, carbohydrate, protein, and fat intakes (after being adjusted for total energy intake). The multivariate tinier regression analysis showed that the dominant factors determining the BMI of elderlies in this study were gender, educational level, and carbohydrate intake (adjusted) with coefficient of determination (R2) of 0,10, meaning that these variables could only explain 10% of the BMI among elderlies in this study.
The results of the study lead to conclusion that elderlies in Bengkulu city faced a double burden of nutritional problems, that is over nutrition and under nutrition at the same time. Therefore, an adequate nutrition promotion is to be embarked through family approach where most of elderlies stay. If possible, for elderlies with low economic status, a supplementary food should be provided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Siti Nurul Apriyanti
"Depresi merupakan suatu gangguan mental yang mengganggu individu dalam interaksi sosial dan kegiatan sehari-harinya. Aktivitas sosial pada lansia akan mempengaruhi pola hidupnya terutama dalam lingkungan masyarakat dan dapat membantu lansia dalam berinteraksi sehinggga mencegah terjadinya depresi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara aktivitas sosial dengan depresi pada lansia di kelurahan Ciracas, Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunkan purposive sampling, jumlah sampel penelitian seanyak 106 rresponden. Rata-rata responden adalah lansia berusia 60-69 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan tingkat pendidikan SMA, suku Jawa, beragama Islam, dan memiliki keluhan artritis.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara aktivitas sosial dengan depresi p value = 0,0005. Perawat komunitas, ketua RT, ketua RW dan pengurus Kelurahan perlu memperhatikan kegiatan-kegiatan sosial yang dapat menurunkan depresi pada lansia. Aktivitas sosial dapat dilakukan melalui 2 kategori, yaitu aktivitas formal kegiatan sukarela atau digaji dan informal tatap muka dengan teman atau keluarga . Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan sosial apa saja yang dapat menurunkan angka depresi.

Depression is a mental disorder that disrupts the individual in social interaction and daily activities. Social activity in the elderly will affect the pattern of his life especially in the community and can help the elderly in interact so that prevent the occurrence of depression. The purpose of this study was to identify the relationship between social activity with depression in elderly in Ciracas urban village, East Jakarta. The research design used was cross sectional by using purposive sampling, the number of research samples as many as 106 respondents. The average respondent is elderly aged 60 69 years, women, with high school education level, Javanese, Moslem, and have arthritis.
The results showed there was a relationship between social activity with depression p value 0.0005. Community nurses, heads of neighborhood associations, heads of family and Ciracas administrators need to pay attention to social activities that can decrease depression in the elderly. Social activities can be done through two categories, including formal activities voluntary or salaried activities and informal face to face with friends or family . Further research is expected to identify any social activities that can decrease depression rates.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lupita Triani
"Fungsi kognitif pada usia lanjut akan menurun sejalan dengan proses penuaan yang terjadi secara alami. Senam lansia merupakan salah satu cara untuk mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan tingkat fungsi kognitif. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan 85 responden lansia di kelurahan Depok Jaya, dipilih menggunakan teknik cluster sampling pada setiap posbindu. Keaktifan mengikuti senam lansia diukur menggunakan kuesioner untuk menilai keaktifan mengikuti senam selama tiga bulan dan tingkat fungsi kognitif diukur dengan Mini-Mental State Examination MMSE . Uji analisis bivariat menggunakan uji chi square, hasil uji statistik menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan tingkat fungsi kognitif.

Cognitive function in the elderly will decrease along with the natural aging process. Physical exercise such as elderly gymnastic is one way to prevent cognitive decline in elderly. This study aimed to determine the relationships between elderly gymnastics liveliness and cognitive function level. The design of this research was correlative analytic with cross sectional approach, with 85 elderly as respondents in Depok Jaya village, selected using cluster sampling technique at each senior center. The liveness of elderly gymnastics was measured by using questionnaire that assessed the level of gymnastics liveness during three months and cognitive function measured by Mini Mental State Examination MMSE . The bivariate analysis test using chi square test, disclosed that there was significant correlation between the liveness of elderly gymnastics with cognitive function level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>