Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213077 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhira Nuraini Afifa
"Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Indonesia terbukti sebagai negara keenam dengan prevalensi DM tipe 2 terbesar di dunia. Sebagai penyakit multifaktorial, salah satu faktor yang disebutkan berpengaruh dalam kejadian DM tipe 2 adalah aktivitas fisik, yang didefinisikan sebagai pergerakan badan yang diproduksi kontraksi otot rangka yang meningkatkan konsumsi energi di atas level basal. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan aktivitas fisik antara karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia penderita DM tipe 2 dan tanpa DM tipe 2. Pengambilan data dilakukan dengan rekam data aktivitas fisik selama 2 hari kerja dan 1 hari libur melalui kuesioner Bouchard dan anamnesis. Hasil pengolahan data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna tingkat aktivitas fisik pada subjek DM tipe 2 dan tanpa DM tipe 2 (p = 0,988). Melalui penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa aktivitas fisik tidak menjadi variabel tunggal dalam menyebabkan DM tipe 2.

Diabetes mellitus type 2 is a disease whose prevalence is increasing every year. Indonesia is considered as the 6th country of highest prevalence of DM type 2. As a multifactorial disease, one of factors that believed to be involved in causing DM type 2 is physical activity, which defined as bodily movement produced by skeletal muscle which increases energy expenditure above basal level. This research aims to know whether there is different physical activity level between DM type 2 and non DM type 2 employees of Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Collecting data is performed by recording of the physical activity in 2 weekdays and 1 weekend through Bouchard questionnaire and anamnesis. The result of data analysis using Kolmogorov-Smirnov test showed that there was no significant difference of physical activity level of the subjects (p = 0,988). According to this research, physical activity level is not the only contributing factor of DM type 2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Latar Belakang: Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun, ini sesuai hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional penyakit DM sebesar 1,1% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 2,1%. Sedangkan aktivitas fisik sebagai salah satu faktor risiko Diabetes Melitus tipe 2 prevalensi mengalami penurunan yaitu dari 48,2% menjadi 26,1% (Litbangkes 2013). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan DM tipe 2 di Indonesia berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, Metode: Desain study cross sectional, dilaksanakan pada bulan bulan Mei-Juni tahun 2015, total sampel sebesar 22.779 orang, analisis data menggunakan uji regresi logistik. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan Diabetes Melitus tipe 2 dengan uji statistik (OR=1,069: CI 95% : 0,978 – 1,167).

Background: The prevalence of DM in Indonesia is rising from year to year, this according to the results of Health Research (Riskesdas) in 2007 showed a national prevalence of 1.1% DM disease and by 2013 had increased to 2.1%. While physical activity as a risk factor for type 2 diabetes mellitus prevalence decreased from 48.2% to 26.1% (Research 2013). Objective: To determine the relationship between physical activity and type 2 diabetes in Indonesia based on data Riskesdas In 2013, Methods: cross sectional study, conducted in the month of May-June 2015, a total sample of 22 779 people, data analysis using logistic regression. Results: The study showed that there was no significant association between physical activity with diabetes mellitus type 2 with a statistical test (OR = 1.069: 95% CI: 0.978 to 1.167)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Toar Huberto Purnomo
"Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko terjadinya dan mortalitas akibat Diabetes Mellitus DM tipe 2. Namun, hasil yang didapatkan dari aktivitas fisik oleh pasien DM tipe 2 berbeda-beda. Selain aktivitas fisik terdapat juga beberapa faktor lain yang memiliki hubungan signifikan terhadap faktor prognostik pasien DM tipe 2. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara aktivitas fisik dan faktor-faktor lain pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada 57 subjek pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta yang dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik p > 0,05 antara aktivitas fisik terhadap faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, status gizi, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein dan pemberian tata laksana pada pasien DM tipe 2. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat dilakukan pada pasien DM tipe 2 tanpa harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.

The effect of physical activity is known to be useful in Type 2 Diabetes Mellitus T2DM . However, the outcome of physical activity in T2DM patient is varied. Physical activity is not the only factor for the outcome for T2DM. This study objectives is to find the relation between those factors to physical activity in T2DM patient. A cross sectional study was designed in this study and 57 subject in Husada Hospital Jakarta is analyzed by using chi square analysis.
The result of this study shows that there are no significant relation p 0.05 between physical activity and related factors such as gender, age, nutritional status, energy intake, protein intake, carhbohydrate intake, fat intake and pharmacology therapy in T2DM patients. This result means that physical activity could be done in T2DM patients with or without the other related factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudin
"Diabetes Melitus Tipe 2 DMT2 disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat. Karyawan PT.X menderita DMT2 dengan prevalensi 6;5 . Tujuan penelitian ini menganalisis polamakan dan aktivitas fisik penderita DMT 2; dengan metode penelitian kualitatif analisisdeskriptif pada 12 responden. Pola makan diukur menggunakan kuesioner FoodFrequency Quesionnair FFQ dan aktivitas fisik dengan International Physical ActivityQuesionnair IPAQ ; serta dilakukan observasi dan wawancara mendalam. Hasilpenelitian menunujukkan bahwa; karakteristik dari 12 orang responden berumur ge; 40tahun 75 ; laki-laki 91;7 ; dan responden yang memiliki riwayat keluarga DM 58;3 . Pola makan respnden tidak teratur; konsumsi karbohidrat berlebih atau tinggiIndeks Glikemiknya IG ; aktivitas responden kategori ringan dan jarang berolahraga.Rata-rata Metabolic Equivalent MET responden secara total dari aktivitas kerja;aktivitas transportasi; kegiatan di rumah dan berkebun; olahraga yaitu di bawah 600MET-menit/minggu; responden beralasan tidak ada waktu dan malas berolahraga.Disarankan program promosi kesehatan tentang makanan sehat atau rendah IG untukkaryawan dan istrinya; bila memungkinan perusahaan menyediakan makanan sehat bagikaryawan; promosi pentingnya olahraga dan membuat program olahraga untukmengimbangi aktivitas kerja yang ringan.

Diabetes is a non-infectious disease to 4 causes of death in Indonesia; prevalence of 6.9%; occurs at ≥ 15 years old (Kemenkes; 2014); Nearly 90% are Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) caused by unhealthy lifestyles. PT.X employees suffer from T2DM with a prevalence of 6.5%. The purpose of this study to analyze patterns of eating and physical activity of the patient DMT 2; with qualitative research methods of descriptive analysis on 12 respondents. The diet was measured by Food Frequency Quesionnair questionnaire and physical activity with International Physical Activity Quesionnair; and observation and in-depth interviews were conducted. The results showed that the characteristics of 12 respondents were ≥ 40 years old (75%); male (91.7%); and respondents who had a family history of DM (58.3%). Irregular eating patterns; excessive carbohydrate consumption or high Glycemic Index (GI). The activity of respondents in the category of mild and rarely exercise. Mean Total Metabolic Equivalent (MET) respondents from total work activities; transportation; domestic; exercise is below 600 MET-minutes/week; Respondents reasoned no time and lazy to exercise. Suggested health promotion programs on healthy or low GI foods for employees and their wives; if possible company provides healthy foods and create sports programs. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Rana Amira Primaputri
"ABSTRAK
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia,
dengan prevalensi 20-35% diantaranya disebabkan oleh hipertensi. Prevalensi hipertensi
meningkat tiap tahunnya. Meningkatnya prevalensi hipertensi dapat dikarenakan
pertambahan populasi, degeneratif, gaya hidup, dan kurangnya aktivitas fisik. Berdasarkan
WHO, ketidaaktifan secara fisik menjadi empat faktor risiko utama yang menyebabkan
mortalitas di dunia, hingga menyebabkan 3,2 juta kematian. Maka itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan aktivitas fisik antara karyawan dengan
hipertensi dan tanpa hipertensi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian
ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari
hasil medical check-up karyawan dan data primer mengenai aktivitas fisik yang didapatkan
dari pengisian kuesioner Bouchard selama dua hari hari kerja dan satu hari libur. Data
dianalisis dengan Uji Kolmogrov-Smirnov. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna tingkat aktivitas fisik antara karyawan dengan hipertensi dan
tanpa hipertensi (p=1,00). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian hipertensi
tidak hanya dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik, terdapat banyak faktor lainnya.

ABSTRACT
Cardiovascular disease is one of leading causes of death in Indonesia, with a prevalence of
20-35% of which are caused by hypertension. The prevalence of hypertension increases each
year. The increasing prevalence of hypertension can be due to population growth,
degenerative, lifestyle, and lack of physical activity. According to the WHO, physically
inactive is one of four major risk factors that cause mortality in the world, causing 3.2 million
deaths. Thus, this study aims to determine whether there are differences in physical activity
among employees with hypertension and without hypertension at the Faculty of Medicine,
University of Indonesia. This study was conducted using cross-sectional. This study use
secondary data from the results of medical check-ups of employees and primary data on
physical activity from Bouchard questionnaires for two days working day and one day off.
Data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test. The result showed that there were
no significant differences in levels of physical activity among employees with hypertension
and without hypertension (p = 1,00). From this study it can be concluded that the incidence of
hypertension is not only influenced by the lack of physical activity, but there are many other
factors that contribute to cause hypertension."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Winandanu Kusumah
"ABSTRAK
Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu penyebab penyakit jantung yang terbesar. Penyakit jantung sendiri masih menjadi penyebab utama kematian di antara penyakit-penyakit tidak menular. Aktivitas fisik adalah suatu kegiatan yang memerlukan ATP dan dilakukan oleh kontraksi serta relaksasi otot skeletal untuk menciptakan pergerakan tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan aktivitas fisik antara penderita hiperkolesterolemia dan non-hiperkolesterolemia pada karyawan FKUI tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional pada 22 karyawan usia 30-60 tahun yang diambil secara consecutive sampling. Data yang diambil dari responden berupa data primer yaitu aktivitas fisik selama 2 hari kerja dan 1 hari libur responden yang dilihat melalui pengisian kuisioner dan data sekunder yaitu rekam medis karyawan FKUI. Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows. Variabel pada penelitian ini adalah aktivitas fisik dan kondisi hiperkolesterolemia yang dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik pada karyawan dengan hiperkolesterolemia dan tanpa hiperkolesterolemia.

ABSTRACT
High level of cholesterol (hypercholesterolemia) is one of the biggest cause of heart disease. Heart disease is still the number one cause of death between uncommunicated diseases. Physical activity is an activity which needs ATP and done by contraction and relaxation of skeletal muscle to create a body movement. The aim of this study is to know the comparison of physical activity between hypercholesterolemia and non-hypercholesterolemia employees of FKUI in 2015. This study was conducted with a cross-sectional method on 22 employees aged 30-60 years were taken by consecutive sampling. Data taken from respondent was primary data as a record of physical activity on two weekdays and one weekend which taken through questionnaire and secondary data which is medical record of FKUI?s employees. Then the data was processed using spss 11.5 for windows. Variables in this study were the physical activity and hypercholesterolemia. This data was analyzed by chi-square test. The result showed no significant association between physical activity in hypercholesterolemia and non-hypercholesterolemia employees"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Ayatika Sadariskar
"First-degree relatives (FDR) dari pasien diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita DMT2 dan penyakit tidak menular lainnya. Selain disebabkan oleh faktor genetik, peningkatan risiko ini juga dapat disebabkan oleh agregasi familial dari berbagai perilaku kesehatan, beberapanya adalah pola diet dan aktivitas fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola diet dan aktivitas fisik antara FDR dan non-FDR yang normoglikemik dan normotensi di Jakarta, Indonesia. Melalui desain studi potong lintangyang melibatkan 59 FDR dan 59 non-FDR, data poladiet diukur menggunakan 24-hour recall dan data aktivitas fisik menggunakan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) bahasa Indonesia yang sudah tervalidasi, dan dikelompokkan ke dalam kategori sesuai rekomendasi dan tidak sesuai rekomendasi (rekomendasi AMDR Institute of Medicine untuk pola diet dan WHO untuk aktivitas fisik).
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat proporsi yang cukup besar pada pola diet yang tidak sesuai rekomendasi pada FDR (50,8%) dan non-FDR (45,8%). Sebagian besar subjek dengan ketidakseimbangan asupan memiliki asupan lemak yang berlebih, baik pada FDR (96,7%) maupun non-FDR (88,9%). Hasil yang serupa didapatkan untuk proporsi aktivitas fisik yang tidak sesuai rekomendasi pada FDR (52%) dan non-FDR (40%). Pada kelompok FDR, subjek perempuan memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik dibandingkan subjek laki-laki (OR 0,23; 95% CI 0,06-0,88; p = 0,026). Meski demikian, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada pola diet dan aktivitas fisik antara FDR dan non-FDR.
Hasil penelitian ini mendorong evaluasi program nasional untuk pencegahan DMT2 pada kelompok berisiko dan peningkatan upay promotif dan preventif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat pada umumnya.

First-degree relatives (FDR) of patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) have a higher risk of developing T2DM and other non-communicable diseases. Besides genetic factors, this increased risk can also be caused by familial aggregation of various health behaviors, such as dietary patterns and physical activity.
This study compared diet and physical activity between normoglycemic and normotensive FDR and non-FDR in Jakarta, Indonesia. Through a cross-sectional design involving 59 FDR and 59 non-FDR, dietary data were collected using 24-hour recall and physical activity data were gathered using validated Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). These data were grouped into categories fulfilling and not fulfilling recommendations (AMDR Institute of Medicine recommendations for dietary patterns and WHO recommendations for physical activity).
Results showed that a considerable percentage of FDRs(50.8%) and non-FDRs(45.8%)did not consume their diets as recommended by the Institute of Medicine. Most of the subjects with intake imbalance had excessive fat intake, both among FDR (96.7%) and non-FDR (88.9%). The proportion of subjects with physical activity not meeting WHO recommendations was high among both FDR (52%) and non-FDR (40%). In the FDR group, female subjects had better levels of physical activity than male subjects (OR 0.23; 95% CI 0.06-0.88; p = 0.026). Overall, the differencesin dietary pattern and physical activity between FDR and non-FDR were not significant.
The results of this study encourage the evaluation of national programs to address T2DM in at-risk groups and the increase of efforts in health promotion and disease prevention to improve the health of the general public.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Yuneva
"Saat ini, banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dengan aktivitas fisik yang minimal dalam durasi yang cukup lama. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab munculnya sindroma metabolik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan aktivitas fisik antara karyawan FKUI dengan dan tanpa sindroma metabolik. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang. Data penelitian diambil dari medical check-up tahun 2012 dan pengisian kuesioner Bouchard pada April-Mei 2015. Hasil analisis menunjukan tidak adanya perbedaan bermakna aktivitas fisik antara kedua kelompok (p>0,050). Dapat disimpulkan bahwa sindroma metabolik merupakan penyakit multifaktorial yang dapat disebabkan kurangnya aktivitas fisik dan faktor-faktor metabolik lainnya.

These days, there are plenty jobs that involve mild physical activity for long periods of time. It can be one of the causes of metabolic syndrome. This research was done to find out whether the physical activity between employees of FMUI with and without metabolic syndrome were different using cross-sectional method. The data were collected from medical check-up results in 2012 and filled-out questionnaire in April-May 2015. The analysis results showed that the physical activity between the two groups (p>0.050). It was concluded that metabolic syndrome is a multifactorial illness caused by the lack of physical activity, as well as another metabolic factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Sayogo Putri
"Obesitas merupakan salah satu masalah utama di perkotaan, yang dapat menyebabkan banyak komplikasi. Aktivitas fisik merupakan pergerakan badan yang diproduksi kontraksi otot rangka yang meningkatkan konsumsi energi diatas level basal. Obesitas dipengaruhi oleh ketidakseimbangan energi masuk dan energi keluar. Untuk mengetahui perbandingan tingkat aktivitas fisik pada kasus obesitas dan non-obesitas, dilakukan perekaman aktivitas fisik selama 2 hari kerja dan 1 hari libur pada 44 karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2015 dengan obesitas dan tanpa obesitas. Perekaman dilakukan dengan kuesioner Bouchard yang dimodifikasi dan anamnesis subjek. Aktivitas fisik subjek digolongkan dalam 4 kategori: sedenter, ringan, sedang, dan berat. Hasil analisis data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara tingkat aktivitas fisik pada subjek obesitas dan non-obesitas (p=1). Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak menjadi variabel tunggal dalam menyebabkan obesitas.

Obesity remains a big problem in an urban life, leading to complications. Physical activity is defined as bodily movement produced by skeletal muscle which increases energy expenditure above basal level. An inequilibrium of energy intake and expenditure leads to obesity. To investigate the level of physical activity between obese employees and non-obese employees of Medical Faculty of University of Indonesia (2015), their physical activities during 2 weekday and 1 weekend were recorded in modified Bouchard questionnaire and anamnesis was performed. The physical activities of the subject were classified into 4 categories: sedentary, mild, moderate, and vigorous. The result of data analysis using Kolmogorov-Smirnov test showed that there was no significant difference of physical activities level of the subjects (p=1). This research shows that physical activity level is not the only contributing factor of obesity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agasjtya Wisjnu Wardhana
"Gangguan motilitas kandung empedu merupakan salah satu faktor terjadinya batu kolesterol kandung empedu. Pada penyandang OM terjadi gangguan motilitas kandung empedu, sehingga meningkatkan insidens batu kandung empedu 2 sampai 3 kali lipat. Di luar negeri insidens timbulnya batu kandung empedu sebanyak 30,2 %. Kematian akibat komplikasi pad a batu kandung empedu berkisar 25 % sampai dengan 45 %. Saat ini belum ada data dismotilitas kandung empedu pada penyandang DM tipe 2 di RSUPNCM. Serta faktor risiko yang berperan dalam terjadinya dismotilitas KE. Telah dilakukan penelitian untuk mengukur motilitas kandung empedu terhadap penyandang DM tipe 2 di Poliklinik sub bagian Metabolik Endokrin Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta periode Agustus 2000 sampai Januari 2001. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kekerapan dismotilitas kandung empedu pada penyandang OM tipe 2 serta menekan faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya dismotilitas kandung empedu meliputi: lama OM, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh, Kendali Glukosa Darah (HbA Ie), kadar serum Trigliserida dan Neuropati autonom.

Impaired gallbladder motility is one of the factors in the occurrence of gallbladder cholesterol stones. In people with OM, there is a impaired gallbladder motility, thereby increasing the incidence of gallbladder stones 2 to 3 times. Abroad, the incidence of gallbladder stones is 30.2%. Deaths due to complications of gallbladder stones range from 25% to 45%. Currently, there is data on gallbladder dismotility in people with type 2 DM at RSUPNCM. As well as risk factors that play a role in the occurrence of KE dysmotility. A study has been conducted to measure gallbladder motility in patients with type 2 diabetes at the Polyclinic of the Metabolic Endocrine Subdivision of Internal Medicine, Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital in Jakarta for the period of August 2000 to January 2001. The study aimed to determine the frequency of gallbladder dysmotility in people with type 2 OM and reduce risk factors that play a role in the occurrence of gallbladder dysmotility including: length of OM, gender, Body Mass Index, Blood Glucose Control (HbA Ie), serum triglyceride levels and autonomic neuropathy"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>