Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusuf Tri Wicaksono
"Pada pengecoran Besi Tuang Dinding Tipis terjadi fenomena unik, yaitu terbentuknya lapisan kulit. Lapisan tersebut menjadi pusat stress konsentrasi untuk terjadinya retak material. Salah satu cara untuk meminimalisir terbentuknya lapisan kulit adalah menjaga kecepatan pendinginan pada keadaan optimum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketebalan isolator glasswool terhadap kecepatan pendinginan dalam pembentukan lapisan kulit. Variasi modifikasi cetakan yang digunakan adalah tanpa isolator (P4M1), isolator glasswool tebal 40mm sebelah kiri benda dan 50mm sebelah kanan benda(P5M1), dan isolator ketebalan 50mm dikedua sisi benda(P7M1). Dilakukan karakterisasi metalografi non etsa dan etsa, uji mekanis berupa uji tarik, dan uji kecepatan pendinginan pada plat urutan ketiga masing-masing benda cor.
Hasil menunjukkan bahwa adanya pengaruh ketebalan isolator terhadap kecepatan pendinginan benda cor. Kecepatan pendinginan tertinggi hingga terendah adalah 21,59⁰C/menit, 3,75⁰C/menit, dan 3,61⁰C/menit. Lapisan kulit ketebalan rata-rata yang didapat P7M1 324μm, P4M1 105μm dan P5M1 71μm. Jumlah nodul tertinggi hingga terendah P4M1 1121 nodul/mm2, P7M1 916 nodul/mm2, dan P5M1 801 nodul/mm2. Nodularitas yang didapat P4M1 78%, P5M1 75% dan P7M1 64%. Nilai tensile strength yang didapat dengan nilai 287MPa, 288MPa sampai 383 MPa. Matriks yang didapat adalah full ferit.

Thin wall ductile iron has unique phenomena in manufacturing called skin effect. Skin effect becomes stress concentration to form crack initiation. One of many methods to decrease skin effect is providing optimum cooling rate. This research used the influence of glasswool isolator thickness leading to different cooling rate as variable. Variation of casting also investigated which are molding without isolator (P4M1), molding using isolator glasswool with thickness 40mm on the left side and 50mm on the left side of plate (P5M1) and the last is molding using isolator glaswool with 50mm on both of sides (P7M1). Samples were characterized using metallograpy technique (etching and non etching), mechanical testing especially tensile test and cooling rate testing.
The result shows that thickness of isolator glasswool has influences on cooling rate. The cooling rate varies from fastest to slowest which are 21,59⁰C/minutes, 3,75⁰C/minutes, and 3,61⁰C/minutes. The skin thickness is produced from the thickest to thinnest on the mold using 50mm thickness glaswool isolator, the mold without glasswool isolator and the mold using 40mm glasswool isolator on left side and 50mm glasswool isolator on the right side. High nodul counting resulted from the mold without isolator, the mold using 50mm glasswool isolator and the mold using 40mm glasswool isolator on left side and 50mm glasswool isolator on the right side. Highest nodularity was produced on the mold without isolator which is 78%, the mold using isolator glasswool 40mm and 50mm thickness produced 75% nodularity dan the mold using glasswool isolator 50mm produced 64% nodularity. Tensile test showed tensile strength alter from 287MPa, 288MPa until 383 MPa. The matrix obtains full ferritic
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Nur Rachman
"Pada proses pembuatannya, pengecoran besi tuang nodular dinding tipis (TWDI) sering terjadi permasalahan terbentuknya lapisan kulit. Lapisan kulit ini adalah grafit berbentuk serpih yang dapat menurunkan sifat mekanis hasil pengecoran. Penyebab terbentuknya lapisan kulit ini diduga akibat dari kecepatan pendinginan dan terikatnya magnesium dengan sulfur. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan nodulizer Fe-Si-5%Mg dan Fe-Si-6%Mg terhadap struktur mikro, lapisan kulit dan sifat mekanis dari hasil pengecoran TWDI.
Hasil pengecoran TWDI tersebut dilakukan pengujian struktur mikro, perhitungan jumlah nodul, nodularitas dan ketebalan lapisan kulit menggunakan NIS element serta pengujian tarik untuk mengetahui sifat mekanisnya. Hasil pengujian struktur mikro dan perhitungan menggunakan NIS element menunjukan pada penambahan nodulizer 5%Mg akan didapatkan nilai nodularitas sebesar 78%, jumlah nodul 1172 nodul, diameter rata-rata nodul 11,57 μm dan ketebalan lapisan kulit 44,1 μm. Sedangkan pada penambahan nodulizer 6%Mg akan didapatkan nilai nodularitas 69,45%, jumlah nodul 870 nodul, diameter rata-rata 14,61 μm dan ketebalan lapisan kulit 37,47 μm.
Dilihat dari sifat mekanisnya, pada penambahan nodulizer 5%Mg akan didapatkan nilai UTS sebesar 33 kg/mm2 dan elongasi 2,75%. Sedangkan pada penambahan nodulizer 6%Mg akan didapatkan nilai UTS sebesar 40 kg/mm2 dan elongasi 1,25%. Kemudian dari matriks yang terbentuk didapatkan fasa ferrite dan karbida di kedua sampel, dimana pada penambahan nodulizer 6%Mg akan didapatkan karbida yang lebih banyak dibandingkan penambahan nodulizer 5%Mg.

In the manufacturing process, skin effect formed in thin wall ductile iron (TWDI) casting as common problem. This skin effect is graphite flakes which can degrade the mechanical properties of casting result. Skin effect formation is influence of cooling rate and dependent magnesium with sulfur. This study was investigated to see the effect Fe-Si-5%Mg and Fe-Si-6%Mg nodulizer addition on microstructure, skin effect, and mechanical properties of TWDI casting result. That TWDI casting was tested by microstructure, calculating of the nodule counts, nodularity and thickness of skin effect using NIS element, and tensile testing to determine the mechanical properties.
The test result of microstructure and calculating using NIS element indicates addition 5%Mg nodulizer produced nodularity 78%, nodule count 1172 nodules/mm2, nodule diameter average 11,57 μm and thickness of skin effect 44,1 μm. In other hand, addition 6%Mg nodulizer produced nodularity 69,45%, nodule count 870 nodules, nodule diameter average 14,61 μm, and thickness of skin effect 37,47 μm.
From the mechanical properties, addition 5%Mg nodulizer can produce yield strength 33 kg/mm2 and elongation 2,75%. Beside that, addition 6%Mg can produce yield strength 40 kg/mm2 and elongation 1,25%. And then, ferrite phase and carbide was produced in both of matriks sample, addition 6%Mg nodulizer formed carbide more than addition 5%Mg nodulizer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iman Utama
"Kebutuhan penghematan energi dunia menuntut untuk melakukan peminimalisasian energi tak terlepas di bidang pengecoran. Penggunaan TWADI (Thin Wall Austempered Ductile Iron) yang didapatkan dari heat treatment TWDI (Thin Wall Ductile Iron) menjadi kandidat yang paling menarik karena ketangguhannya yang sangat tinggi serta biaya lebih murah dan tentunya lebih hemat energi dibandingkan aluminium. Dalam Pemrosesan TWDI menemui masalah yaitu perubahan grafit nodul menjadi flakes atau yang dikenal sebagai skin effect dimana skin akan menurunkan sifat mekanis dari TWDI.
Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan kadar nodulizer terhadap terbentuknya skin serta pengaruhnya terhadap sifat mekanis. Skin yang didapat pada penambahan 1,1 % nodulizer dengan tebal 40 μm lebih tipis dibandingkan 1 % nodulizer yang memiliki tebal skin 45 μm. Nilai UTS yang didapat oleh penambahan 1,1% nodulizer yaitu 416,5 MPa, lebih tinggi dibandingkan 1 % nodulizer sebesar 387,54 MPa, dimana hal tersebut sejalan dengan nodularitas yang lebih tinggi dengan penambahan 1,1 % nodulizer. Nilai elongasi kedua sampel tidak mencapai 10 % yang dikarenakan terbentuknya kolumnar karbida yang terbentuk dari berlebihnya kadar mangan pada kedua sampel.

Recent world energy condition obligates people to reduce quantity of energy useement especially ini casting process. Uses of Thin Wall Austempered Ductile Iron (TWADI), which is a heat treatment material from Thin Wall Ductile Iron (TWDI) , become a best candidate to replace aluminium in industry due to the fact of its high quality toughness and another mechanical properties, with low producing cost and also low energy production. One of the most issue that have been met in processing TWDI is a phenomenon that nodular graphites turn into flakes shape which will decrease large amount of mechanical properties.
This research is studying about the enhacement of content nodulizer for reducing skin thickness and also to increase mechanical properties. The addition of 1,1 % nodulizer that obtained shown an effective result with reducing 11 % thickness of skin compared to the thickness of addition 1 % nodulizer. The thickness of skin with addition 1,1% nodulizer is 40 μm, while with addition 1 % nodulizer is 45 μm. The UTS number that has been reached by 1,1 % nodulizer is 416,5 % MPa, which is bigger than the UTS of 1 % nodulizer in the amount of 387,54 MPa which also as a result of grater nodularity of 1,1 % nodulizer. The elongation of both sample have elongation below 10 %, as result of carbides that have been formed in the microstructure, because of excessive number of manganese.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Chaidir
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriati Djaprie
"ABSTRAK
Besi tuang nodular (BTN) adalah salah satu jenis besi tuang, dan merupakan bahan baku teknik yang memiliki potensial untuk dikembangkan penggunaannya di dalam negeri. Sesuai dengan tujuan pemakaian, BTN harus memiliki karakteristik mudah diproses, mudah diolah dalam permesinan, memiliki sifat mekanik mencakup kekuatan tarik, keuletan, ketangguhan, ketahanan aus, ketahanan fatik, yang baik.
Untuk meningkatkan sifat mekanik BTN tersebut, dapat dilakukan usaha perlakuan panas austemper.
Sifat mekanik yang didapatkan melalui austemper tergantung pada variabel proses metalurgi tersebut, termasuk temperatur dan waktu austenitisasi, serta temperatur dan waktu austemper. Efek dari variabel metalurgi terhadap struktur dan sifat mekanik dibahas dalam penelitian ini."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhlis Nahwi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetiadi Pamungkas
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiagus Ismail Hamzah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rony Trianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Dino Rahman
"Besi Tuang Nodular adalah salah satu jenis tuang yang mempunyai grafik berbentuk bulat (nodule). Untuk membulatkan grafik digunakan nodulizer yaitu bernpa unsur magnesium (Mg) alau cerium (Ce). Nodulizer ditambahkan pada saat besi cair dituangkan ke dalam ladel. Besi Tuang Nodular tipe FCD 60 adalah besi tuang yang mempunyai kekuatan tarik minimal 60 kg/mm2 dan regangan minimal 3 % serta kekerasan antara 192 sampai 269 BHN. Untuk memperoleh sifat mekanis Besi Tuang Nodular yang lebih baik, pada Besi tuang Nodular dilakukan proses parlakuan panas austemper yang bertujuan untuk memperbaiki struktur matriks Besi Tuang Nodular tersebut, sehingga dihasilkan Besi Tuang Nodular Austempered atau lebih dikenal dengan nama ADI (Austempared Ductile Iron). ADI mempunyai sifat mekanis yang lebih baik dari Besi Tuang Nodular as-cast Penelitian ini rnelakukan proses perlakuan panas austemper, yaitu dengan pamanasan austenisasi pada temperatur 800°C dan 950°C dengan waktu tahan 30 menit. Kemudian dHkuti dengan prosses temper dengan temperatur celup 300°C-350°C, dan 400°C dengan waktu tahan 30 dan 60 menit. Dari hasil akhir yang diperoleh. sampel dengan austenisasi pada temperatur 800°C regangannya meningket, tetapi kekuntan tarik dan kekerasannya menurun. Sedangkan sampel dengan austenisasi 950°C kekuatan tarik dan kekerasannya meningkat, tetapi regangannya menurun. Dan pada foro struktur mikro terlihat pada temperatur celup 300°C diperoleh matriks bairut bawah dan pada temperatur celup 350°C dan 400°C diperoleb matriks bainit atas. Foto mikro struktur dapat terlihat jelas pada foto mikro struktur sampel dengan austenisasi 950°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>