Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lady Chair Raza
"Proses produksi industri perminyakan terdiri dari proses primer dan proses sekunder yang menghasilkan limbah dengan kandungan fenol dan COD tinggi dengan konsentrasi berkisar antara 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorpsi merupakan salah satu alternatif pengolahan fisik untuk mengurangi zat pencemar di dalam air limbah yang memiliki desain sederhana dan mudah dalam pengoperasiannya. Pada penelitian ini, percobaan adsorpsi dilakukan secara batch dan kontinyu. Dari hasil penelitian, adsorpsi secara batch dapat mengurangi konsentrasi fenol dan COD mencapai 99,93% dan 94,49% dengan kombinasi dosis adsorben dan waktu kontak optimum 40 g/L dan 95 menit. Pada percobaan kontinyu didapatkan persentase penyisihan fenol 100-56%, COD 97-48%, amonia 100-71%, sulfida 100-5% dalam waktu operasi 235 jam. Efisiensi regenerasi dengan ethanol 100% untuk fenol dan 70% untuk COD. Data equilibrium adsorpsi fenol dan COD menunjukkan kecocokan dengan model isotherm Langmuir dan Freundlich. Data kinetika adsorpsi menunjukkan kecocokan dengan pseudo-second order model dengan nilai laju kinetika kfenol=1,247 g/mg/menit dan kCOD=0,0082 g/mg/menit. Aplikasi di lapangan membutuhkan 2 unit kolom adsorpsi dan 1 unit cadangan, dengan diameter 2 m dan tinggi total 6,5 m.

The production process of petroleum industry consists of primary processing and secondary processing that produce waste with a high content of phenol and COD concentrations ranging between 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorption is a physical treatment alternative for reducing pollutants in wastewater which has a simple design and easy in operation. In this study, the adsorption experiments performed in batch and continuous. From the result of this research, batch adsorption can reduce the concentration of phenol and COD in wastewater of petroleum industry up to 99,93% and 94,49% with a combination of adsorbent dosage and optimum contact time each of 40 g/L and 95 minutes. he continuous experiments removed 100-56% of phenol, 97-58% of COD, 100-71% of ammonia, 100-5% sulfide in 235 hours operation. Efficiency of regeneration using ethanol up to 100% of phenol and 70% of COD. Adsorption equilibrium data of phenol and COD were best fitted by Langmuir and Freundlich isotherm models. Adsorption kinetics data were best fitted by the pseudo-second order kinetics model with a rate value kfenol=1,247 g/mg/menit and kCOD=0,0082 g/mg/menit. Applications in the field required 2 column adsorption units and 1 reserve unit with a diameter of 2 m and a total height of 6,5 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa
"Meningkatnya air limbah minyak bumi, maka diperlukan pengolahan yang baik. Proses fotolisis merupakan pengolahan yang tepat dan penambahan katalis TiO2 untuk mempercepat prosesnya. Objek studi penelitian ini adalah Air limbah produksi minyak bumi dan gas pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di PT. Pertamina (Persero) RU III, Plaju, Sumatera Selatan. Penelitian eksperimental dilakukan pada skala laboratorium. Proses ini dilakukan dengan menyinari sampel air limbah dengan lampu UV dan ditambahkan katalis TiO2. Katalis TiO2 memiliki ukuran partikel hingga mencapai 5 μm, tingkat disperse rendah, dan tingkat kemurnian 100%. Air limbah produksi memiliki debit 40 m3/jam dengan kualitas influen rata-rata COD 1035,7 mg/l; Fenol 246,6 mg/l; Suhu 28,8oC; pH 8,95; Amonia 0,076 mg/l; Sulfida 246,6 mg/l; dan tidak terkandung Minyak dan Lemak didalamnya. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini dosis katalis, waktu kontak, dan pH. Konstanta degradasi COD pada hubungan waktu kontak tehadap removal COD yaitu k = 0,0074 min-1 pada pH 4. Kondisi optimum pengolahan berada pada pH 4, dosis optimum100,8 ppm, dan waktu kontak 150 menit mencapai removal 69,154%.

The increase of petroleum wastewater needs the better treatment. Photolysis is the proper processing with catalyst TiO2 to accelerate the process. The object study is Wastewater of Oil and gas Refinery Production at Waste Water Treatment Plant (WWTP) at PT. Pertamina (Persero) RU III, Plaju, South Sumatera. This experimental research conducted in laboratory scale. This process is carried out by irradiating the sample by UV rays which has been added TiO2 catalyst. The size of catalyst TiO2 is up to 5 μm, has low disperse, and 100% purity. Wastewater discharge production has 40 m3/day with the quality of influent COD 1035.7 mg/l, Phenol 246.6 mg/l, Temperature 28.8oC, pH 8.95, Ammonia 0.076 mg/l, Sulfide 246.6 mg/l, and there wasn't oil in it. This process is carried out by irradiating the sample by UV rays which has been previously added TiO2 catalyst. Variations to be conducted in this study is the catalyst dosage, contact time, and pH. The constant degradation of COD on the relationship of time contact against the removal of COD that is k =0.0074 min-1 at pH 4. Treatment optimum condition at pH 4, catalyst dosage 100,8 ppm, and contact time 150 minutes has reached 69.154% of COD removal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aisyah Al Anbiya
"Sekitar 40-60% air bersih yang digunkan pada proses pengolahan minyak bumi menjadi limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis efisiensi dan kinetika penyisihan COD, fenol, sulfida, amonia limbah cair industri perminyakan pada pengolahan adsorpsi karbon aktif tempurung kelapa dan biofilter serabut kelapa. Air limbah berasal dari PT.Pertamina RU-III. Pada percobaan batch adsorpsi, didapatkan waktu kontak optimum 95 menit dengan dosis adsorben 40 g/l serta kinetika penyisihan COD dan fenol yakni kCOD=0,00696 g/mg.min dan kfenol=1,243 g/mg.min. Adsorpsi dapat menyisihkan COD 97-48%, fenol 100-56%, amonia 100-71%, sulfida 100-5,15% dalam waktu operasi 235 jam. Sementara itu, pengolahan biofilter dapat menyisihkan COD 52-87%%, fenol 45- 99%, amonia 100%, sulfida 100% dengan HLR 3,65 m3/m2.day. Hasil permodelan kinetika menunjukkan bahwa HLR berpengaruh pada pengolahan biofilter. Sedangkan pada penggabungan npengolahan adsorpsi-biofilter, biofilter tidak menunjukkan hasil optimum karena rentang optimal OLR biofilter yaitu 0,4-2,6 kg COD/m3.day.

Approximately 40%-60% of raw water is wasted into wastewater in oil refinery that can be hazardous to the environment. The purpose of this research was to analyze the efficiency and kinetic study of COD, phenol, sulfide, ammonia degradation in refinery wastewater by using coconuts shell activated carbon in adsorption unit and coconut fiber in biofilter unit. Wastewater sample was conducted from PT.Pertamina RU-III. By the end of research, the optimum condition of batch adsorption obtained which hit 95 minutes in contact time and 40 g/l in adsorption dose. Moreover, the kinetic of COD and phenol degradation consecutively sat on kCOD=0,00696 g/mg.min and kfenol=1,243 g/mg.min. Furthermore, column adsorption that operated for 235 hours removed 97%-48%of COD, 100%-56% of phenol, 100%-71% of ammonia, 100%-5,15% of sulfide. In addition, biofilter unit could eliminate 52-87% of COD, 45-99% of phenol, 100% of ammonia and sulfide by using 3,65 m3/m2.day as the HLR. Based on the kincetic model, HLR have influence in biofilter COD and phenol removal. However, in the combination of adsorption and biofilter process, the biofilter unit could not achieve the optimum outcome because the OLR not in the range of 4-2,6 kg COD/ m3.day.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okla: PennWell Publishing , 1990
R 690 INT
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dumanauw, Peter A.L.
"Dalam pasal 33 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai pemegang hak milik atas kekayaan alam, minyak dan gas bumi yang terkandung dalam bumi dan air wilayah Indonesia, yang merupakan wilayah hukum pertambangan Indonesia memberikan kekuasaan kepada negara untuk mengatur dan memanfaatkan kekayaan nasional tersebut sebaik-baiknya agar tercapai masyarakat yang adil dan makmur. Dengan demikian negara mempunyai hak penguasaan atas kekayaan nasional tersebut dengan menyerahkan penyelenggaraan dan pelaksanaannya kepada perusahaan milik negara, yaitu Pertamina (Perusahaan Tambang Minyak Negara) berupa kuasa pertambangan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi, pemurnian, pengelolahan, pengangkutan dan penjualan. Tetapi pada kenyataannya didalam pelaksanaan pekerjaan penambangan minyak di Indonesia, ada pekerjaan yang dapat dilakukan sendiri oleh Pertamina dan ada pula yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh Pertamina. Salah satu faktor yang menyebabkan tidak dapatnya Pertamina melakukan penambangan sendiri adalah disebabkan semakin tingginya teknologi yang diperlukan untuk melakukan penambangan di Indonesia dikarenakan sulitnya medan penambangan dan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang semaksimal mungkin. Faktor biaya yang sangat besar dengan resiko yang tinggi juga merupakan faktor diadakannya kerjasama dengan pihak swasta. Pekerjaan penambangan minyak yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh Pertamina dilakukan melalui kerjasama antara Pertamina dan kontraktor asing, yaitu dalam bentuk Kontrak Production Sharing (Production Sharing Contract). Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut diatas, maka penulis bermaksud membahas Kontrak Production Sharing yang dilakukan oleh Pertamina dan Atlantic Riechfield Indonesia Inc., yang mana penulis mendapatkan hal-hal yang menarik untuk dibahas dalam kontrak ini, seperti diantaranya mengenai 'Apakah kontrak Production Sharing itu, dan apa saja yang diatur didalamnya?' Bagaimana menyelesaikan masalah dalam hal terjadi perselisihan diantara mereka dan juga apakah teori-teori perjanjian yang ada sesuai dengan prakteknya atau terdapat perbedaan-perbedaannya. Atas dasar inilah penulis memberanikan diri untuk menyusunnya dalam sebuah skripsi dengan judul 'Kontrak Production Sharing Antara Pertamina dan Atlantic Richfield Indonesia Inc . Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1991
S20432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tehupuring, Dan
"Pertamina adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk berdasarkan UU No. 81 1971, bergerak dibidang usaha pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Dalam menjalankan kegiatan usaha disektor hilir yang berupa kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi dari minyak dan gas bumi pada suatu wilayah kerja pertambangan tertentu, Pertamina mengadakan kerjasama dengan mitra usaha baik asing maupun nasional (Kontraktor Production Sharing 1 KPS) dalam bentuk Production Sharing Contract (PSC). Semua biaya pengembangan lapangan migas (investasi maupun operasi) oleh KPS yang telah mendapat persetujuan Pertamina, selalu dibebankan sebagai cost recovery sesuai ketentuan PSC yang telah disepakati bersama.
Dalam menjalankan kegiatan operasinya, pengadaan dan pengelolaan material memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan operasi perusahaan. Kondisi saat ini memberikan indikasi adanya material surplus yang cukup signifikan baik dalam jumlah item maupun dalam jumlah nilai US $, sehingga diperlukan terobosan-terobosan baru untuk penghematan dan pemanfaatannya.
Penelitian dilakukan untuk 5 KPS yang mewakili 27 KPS yang kini beroperasi di Indonesia dengan dasar Surplus Ratio yang tinggi dan kelengkapan data material surplus yang dimiliki. Data-data dikumpulkan berdasarkan data historis selama 5 tahun terakhir dibantu dengan kuesioner yang dirancang untuk keperluan ini. Analisa diadakan atas data-data yang ada dengan mempergunakan diagram sebab-akibat dikaitkan dengan teori pengendalian persediaan (inventory control). Peninjauan dilakukan atas aspek Metode, Material, Peralatan, Sumber Daya Manusia, Finansial, dan Lingkungan.
Hasil kajian, menghasilkan usulan strategi dalam pengelolaan material surplus yang secara garis besarnya meliputi perbaikan dari sistem pengadaan dengan memperkenalkan beberapa metode pemesanan baru dalam menghadapi era persaingan global, menggalakkan pemanfaatan material surplus dengan menggunakan transfer material antar KPS, pembuatan data base material surplus, dan substitusi. Disamping itu mengusulkan percepatan serta penyederhanaan prosedur dari proses penghapusan dan penyisihan material surplus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta: Amerasian, 1972
665.5 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ekananda
"Industri pengolahan minyak bumi merupakan industri yang sangat kompetitif dimana margin produksi yang sangat ketat memaksanya untuk selalu berupaya meminimalkan produksi produk yang bernilai rendah. Petroleum coke atau sering pula disebut sebagai green coke merupakan produk yang dihasilkan oleh unit delayed coker di dalam suatu kompleks pengolahan minyak bumi. Isu lingkungan yang terkait dengan pemanfaatannya menjadikan produk ini memiliki nilai jual yang relatif rendah. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai jualnya, salah satunya adalah dengan memanfaatkan proses gasifikasi. Di dalam penelitian ini, dilakukan analisa keekonomian pemanfaatan petroleum coke melalui proses gasifikasi autotermis dan alotermis untuk menghasilkan metanol.
Dari hasil studi yang telah dilakukan, diperoleh perbandingan indikator keekonomian dari kedua konfigurasi tersebut yakni untuk autotermis dan alotermis secara berurutan, NPV 239,93 juta US$, 220,59 juta US$; IRR 19,11%, 20,07%; PBP 8,74, 8,21 tahun. Disamping itu, dari hasil analisa sensitifitas diperoleh kesimpulan bahwa nilai keekonomian proyek akan sangat bergantung pada variasi harga jual produk metanol.

Petroleum processing industry is a highly competitive industry where margins are very tight production forced him to always seek to minimize the production of low-value products. Petroleum coke or sometimes referred to as green coke is a product produced by a delayed coker unit in petroleum refinery complex. Environmental issues associated with their use has a direct impact on the low economic value of this product. Several ways can be done to increase the economic value, one of which is to utilize the gasification process. In this study, an economic analysis is conducted for the use of petroleum coke autothermic and allothermic gasification process to produce methanol.
From the study, the economic indicator is concluded for the autohtermic and allothermic configuration subsequently, NPV 239.93 million US$, 220.59 million US$, IRR 19.11%, 20.07%, PBP 8.74, 8.21 years. From the sensitivity anlaysis, it is also conluded that both project are sensitive to the price of the methanol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochtar Kusumaatmadja
Depok: Universitas Indonesia, 1994
553.282 958 MOC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Erawati Pranoedjoe
"Kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi dan air wilayah Indonesia adalah hak bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional untuk di pergunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Oleh karena minyak dan gas bumi mempunyai sifat-sifat khusus dan penting untuk hajat hidup orang banyak, maka pengusahaannya hanya dapat di selenggarakan oleh negara. Sedangkan pelaksanaan pengusahaannya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan negara Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara yang lebih di kenal dengan sebutan PERTAMINA. Ini di maksudkan agar kemanfaatan bahan galian minyak dan gas bumi dapat selalu terjamin dalam rangka penggalangan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui pembangunan Indonesia. Akan tetapi, oleh karena perindustrian minyak dan gas bumi memerlukan keahlian yang permodalan yang amat mendalam dan meluas, besar disamping maka diberikan kemungkinan bagi perusahaan asing untuk bekerja di Indonesia sebagai kontraktor dari perusahaan negara, tentu saja dengan syarat-syarat yang lebih menguntungkan bagi Indonesia. Perusahaan dapat mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk " Production Sharing Contract " untuk mengembangkan sumber minyak dan gas bumi terutama di daerah yang mengandung resiko tinggi dan biaya mahal. Dalam mengadakan Contract beritahukan kerjasama ini, setiap Production Sharing (PSC) di setujui oleh Presiden serta di kepada Dewan Perwakilan Rakyat, agar dapat di ketahu i oleh rakyat pemi lik sumbe r daya alam. Jelas disini bahwa modal asing hanyalah bersifat sebagai komplementer, temperer dan dengan syarat yang lebih menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Sehubungan dengan mengadakan kerjasama tersebut, perlulah pula di tinjau dari segi hukumnya. Hal-hal yang akan di bahas antara lain, mengenai struktur hukum Production Sharing Contract yang mengatur hak dan kewajiban para pihak, kedudukan para pihak dalam kontrak itu serta membahas pula mengenai masalah sistem pembagian produksi berdasarkan bagi hasilnya agar dapat menunjang program pembangunan pemerintah untuk jangka panjang. Selain itu produk-produk hukum manakah yang akan di berlakukan dalam melaksanakan perjanjian dan dalam hal timbulnya suatu sengketa atau permasalahan. Juga perlu di tinjau mengenai pertanggungjawaban para kontraktor melalui pembukuan dan pemeriksaan keuangan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis merasa terdorong untuk memilih judul daripada skripsi mengenai "SUATU TINJAUAN YURIDIS PRODUCTION SHARING CONTRACT ANTARA PERTAMINA DENGAN TEIKOKU OIL CO., LTD. Dengan harapan agar alih teknologi di bidang pertambangan minyak dan gas bumi dapat cepat terlaksana."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
S20428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>