Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"[Dalam penelitian ini dilakukan proses ozonasi berbasis minyak bunga matahari yang berfungsi sebagai desinfektan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Proses ini dilakukan selama 36 dan 72 jam dengan pengambilan sampel setiap 12 jam. Proses ozonasi minyak bunga matahari dilakukan menggunakan ozonator komersial hasil rancangan serta reaktor yang terbuat dari bahan stainless steel dengan kapasitas 2,2 L dilengkapi dengan pressure gauge, termokopel, pengaduk, cooling jacket, dan kaca pengintip. Reaksi ozon dengan ikatan rangkap akan menghasilkan senyawa ozonida, trioksolan, peroksida. Kondisi reaksi dijaga pada suhu 15-22oC. Hasil pengujian parameter kualitas ozonolisis dilakukan dengan metode bilangan iod sebesar 130,5;126;120,5 pada 0, 36 dan 72 jam. Metode bilangan asam sebesar 0,490;3,153;3,780 pada 0, 36, dan 72 jam, metode bilangan peroksida sebesar 0;8,7077;13,965 pada 0, 36, dan 72 jam. Pengukuran viskositas pada 0, 36, dan 72 jam adalah 44,26;66,64;75,95. Pengukuran pH pada 0, 36, dan 72 jam adalah 6;1;1 masing-masing. Analisis FT-IR menghasilkan penurunan %T untuk setiap gugus fungsi. Hasil yang diperoleh minyak bunga matahari terozonasi memiliki efek desinfektan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan menghasilkan zona hambat sebesar 9,79 mm., This research, based on ozonation process sunflower oil that serves asa a desinfectant against bacteria Pseudomonas aeruginosa. This process is carried out for 36 and 72 hours with sampling every 12 hours. Sunflower oil ozonation process is done using a commercial ozonator as well as the design of the reactor is made of stainless steel with a capacity of 2.2 L equipped with a pressure gauge, thermocouple, stirrer, cooling jacket, and glass peeping. The reaction of ozone with doube bonds will produce compounds ozonida, trioksolan, peroxides. The reaction conditions are maintained at a temperature of 15-19oC. Ozonolysis quality testing results conducted by the method of iod number is 130.5, 126, 120.5 at 0, 36, and 72 hours respectively. Methode of acid value is 0.490, 3.153, 3.780 at 0, 36, and 72 hours respectively, method of peroxide value is 0, 8.707, 13.965 at 0, 36 and 72 hours respectively. Viscosity measurement at o, 36 and 72 hours is 44.26, 66.64, 75.95 respectively. pH measurement at o, 36 and 72 hours is 6, 1, 1 respectively. FT-IR analysis resulted in a decrease % T for each functional group. The results obtained are sunflower oil ozonated has a desinfectant effect against bacteria Pseudomonas aeruginosa at 72 hours with resulted in inhibition zone of 9,79 mm.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Residue of methanolic extraxt of egyption jatropha cureas contains bioactive substances such as phenolic compounds, which succeded to be used natural antioxidants for the protection of oils and their corresponding biodisel againts oxidative deteration...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Giffari Rachmat
"Biodiesel adalah bahan bakar alternatif sebagai solusi dari krisis solar konvensional. Namun pabrik biodiesel di Indonesia saat ini masih menggunakan teknologi proses produksi dengan efisiensi yang rendah. Ketidakefisienan ini mengakibatkan pemborosan dari segi energi, bahan baku, air, dan emisi karbondioksida yang besar. Sehingga pada waktu yang akan datang akan mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Proses produksi yang tidak efisien ini juga mengakibatkan biaya produksi yang mahal dan kurang menguntungkan dari segi ekonomi. Untuk mengatasi kekurangan dari pabrik biodiesel ini, maka perlu diterapkan konsep industri hijau. Penerapan konsep industri hijau dilakukan menggunakan bantuan program simulator dimana akan dibandingkan dan dianalisa antara skema proses produksi konvensional dan skema proses produksi termodifikasi.

Biodiesel is an alternative fuel as a solution to the risis of conventional diesel. However, biodiesel plants in Indonesia are still using production process technology with low efficiency. This inefficiency results in wastage in terms of energy, raw materials, water, and high level of carbon dioxide emission. So that in the future would interfere with environmental sustainability. Inefficient production processes also resulted in expensive production costs and a less favorable economic terms. Waste and emissions from the plant has not been handled properly due to lack of attention from the management company. To overcome the shortcomings of this biodiesel plant, it is necessary to apply the concept of green industry. The implementation of green industry concept will be done by using simulator program then will be compared and analysed between conventional production process scheme and modificated production process scheme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Letti Annasari
"Ozonasi merupakan proses yang sudah banyak digunakan dalam pengolahan air. Proses ini memanfaatkan sifat ozon sebagai oksidator kuat dan kemampuan ozon dalam melakukan disinfeksi. Kekurangan dari penggunaan ozon adalah kelarutan dan stabilitasnya di air yang relatif rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kelaruran ozon dalam air adalah dengan kavitasi. Kavitasi merupakan teknik pembangkitan gelembung berukuran mikro.
Pada penelitian ini dilakukan studi perpindahan massa pada proses gabungan ozonasi dan kavitasi atau selanjutnya disebut dengan ozonasi gelembung mikro, dengan menggunakan kolom gelembung pada aliran searah. Dari penelitian yang dilakukan, harga pada penggunaan gelembung mikro 2,45 kali lebih besar dari penggunaan gelembung konvensional.

Ozonation has widely used in water treatment process. This process using ozone characteristic as a strong oxidator and ozone ability as a disinfectant agent. The weaknesses of this process were about its solubility and stability in water. Cavitation, a technique to generate micro-bubbles, can be used to increase ozone solubility in water.
Mass transfer study in this ozonation−cavitation hybrid process, or in the following will be called as micro-bubbles ozonation was done, using bubble column on co-current mode. The result showed that value if micro-bubbles used was 2,45 times higher than conventional bubbles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52217
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Zaki Muhammad
"

Indonesia sebagai salah satu negara tropis terbesar di dunia dengan hutan seluas 125.922.474 hektar memiliki sumber daya hutan yang melimpah termasuk berbagai sumber minyak nabati salah satunya adalah lemak tengkawang. Lemak dari tengkawang ini bernilai cukup tinggi karena kandungan asam lemaknya, nilai ekonominya pun  jauh meningkat apabila buah tersebut diolah menjadi lemak daripada hanya dijual dalam bentuk buah kering. Lemak tengkawang dapat berperan sebagai pengganti lemak kokoa karena sifatnya yang serupa. Metode yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk mendapatkan mentega tengkawang ini masih tradisional sehingga kualitas produksinya belum dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian yang ada menunjukkan bahwa parameter SNI yang belum dapat dicapai adalah asam lemak bebas dan warna tengkawang. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar beta karoten pada lemak tengkawang dalam rangka mendapatkan warna yang sesuai SNI dan menurunkan bilangan peroksida pada lemak tengkawang dengan penambahan adsorben bentonit teraktivasi termal pada proses pemucatan. Penelitian ini melakukan purifikasi mentega tengkawang dengan melalui tiga langkah yaitu praperlakuan lemak tengkawang, aktivasi bentonit serta analisis RSM. Praperlakuan lemak tengkawang ini terdiri dari degumming dan netralisasi. Proses pemucatan dilakukan dengan bentonit yang diaktivasi secara termal pada variable tertentu. Variabel yang diamati adalah pengaruh suhu aktivasi, waktu aktivasi dan rasio bentonit:lemak tengkawang.. Analisis RSM digunakan untuk melihat signifikasi pengaruhi variable tersebut terhadap kadar beta-karoten dan bilangan peroksida pada lemak tengkawang. Didapatkan bahwa penambahan bentonit teraktivasi termal pada proses pemucatan lemak tengkawang terbukti menurunkan kadar beta karoten dari 114 μg/mL menjadi 13 μg/mL, dan menurunkan bilangan peroksida dari 9.7 mek O2/kg sampek menjadi 4.87 mek O2 kg sampel. Meskipun begitu variasi yang dilakukan pada variabel terikat tidak memiliki efek signifikan terhadap perubahan kandungan beta karoten dan bilangan peroksida

 


Indonesia is one of the largest tropical countries in the world with 125,922,474 hectares of forest having abundant forest resources including a source of vegetable oil, one of which is tengkawang fat. The fat content of tengkawang is quite high because of its fatty acid content, its economic value is far increased compared to the fruit processed into fat from only being sold in the form of dried fruit. The fat can be consumed as cocoa fat because of its similar nature. The method used by the local community to obtain tengkawang butter is still traditional so that the quality of the product does not meet the Indonesian National Standard (SNI). Existing research shows that SNI parameters that have not been achieved are free fatty acids and tengkawang colors. This study tried to reduce the levels of beta carotene in tengkawang fat in order to obtain the appropriate color of SNI and reduce the peroxide number in tengkawang fat by increasing the adsorbent of thermally activated bentonite in the bleaching process. This study purified tengkawang butter with three steps, namely pretreatment of tengkawang fat, activating bentonite and RSM analysis. This treatment of tengkawang fat consists of degumming and neutralization. The bleaching process is carried out with thermal bentonite with certain variables. The variables are the activation temperature, activation time and bentonite-tengkawang fat ratio. RSM analysis is used to see the significance of influencing this variable on beta-carotene levels and peroxide numbers in tengkawang fat. It was found that replacing thermal bentonite in the tengkawang fat bleaching process was shown to reduce beta carotene levels from 114 μg / mL to 13 μg / mL, and reduce peroxide numbers from 9.7 meq O2 / kg to 4.87 meq of O2 kg sample. Even so the variations carried out in the bound variable do not have a significant effect on changes in the content of beta carotene and peroxide numbers

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Ari Prabowo
"[ABSTRAK
Dalam penelitian ini dilakukan sintesis minyak terozonasi dari minyak bunga matahari dengan reaksi ozonolisis secara semi-kontinu selama 12 – 72 jam. Ozonolisis dilakukan pada tiga variasi tekanan operasi (atmosferik, bertekanan, dan vakum) menggunakan reaktor semi-batch khusus berbahan stainless steel berpengaduk turbin dan berjaket pendingin. Ozonator yang digunakan adalah rancangan sendiri dengan laju alir udara masukan sebesar 540 L/jam dan konsentrasi ozon keluaran sebesar 520 mg/jam. Kondisi reaksi dijaga pada suhu 15 – 22 °C. Pengujian kualitas hasil ozonasi dilakukan dengan metode bilangan asam, bilangan peroksida, bilangan iod, analisis viskositas, dan analisis FT-IR. Berdasarkan hasil penelitian, kecepatan pengadukan terbaik adalah 150 RPM dengan pola aliran transisi dan tekanan operasi terbaik untuk sintesis minyak terozonasi dari minyak bunga matahari adalah tekanan atmosferik (1 atm).

ABSTRACT
In this study, synthesis of ozonated vegetable oil was made ftom sunflower oil with semi-continue ozonolysis for 12 – 72 hours. Ozonolysis was done in three variation of operation pressure (atmospheric, pressurized, and vacuum) by using particular strirred semi-batch reactor from stainless steel with cooling jacket. Ozonator used was self-designed with input air flowrate of 540 L/h and ozone concentration output of 520 mg/h. The reaction condition maintained at temperature of 15 – 22 oC. Minyak terozonasi product testing was done with several methods such as analysis of acidic value, peroxide value, iodin value,
viscosity, and FT-IR. Based on this research, the best stirrer speed is 150 RPM and the best pressure condition for minyak terozonasi synthesis from sunflower oil is atmospheric pressure (1 atm).;In this study, synthesis of ozonated vegetable oil was made ftom sunflower oil
with semi-continue ozonolysis for 12 – 72 hours. Ozonolysis was done in three
variation of operation pressure (atmospheric, pressurized, and vacuum) by using
particular strirred semi-batch reactor from stainless steel with cooling jacket.
Ozonator used was self-designed with input air flowrate of 540 L/h and ozone
concentration output of 520 mg/h. The reaction condition maintained at
temperature of 15 – 22 oC. Minyak terozonasi product testing was done with
several methods such as analysis of acidic value, peroxide value, iodin value,
viscosity, and FT-IR. Based on this research, the best stirrer speed is 150 RPM
and the best pressure condition for minyak terozonasi synthesis from sunflower
oil is atmospheric pressure (1 atm)., In this study, synthesis of ozonated vegetable oil was made ftom sunflower oil
with semi-continue ozonolysis for 12 – 72 hours. Ozonolysis was done in three
variation of operation pressure (atmospheric, pressurized, and vacuum) by using
particular strirred semi-batch reactor from stainless steel with cooling jacket.
Ozonator used was self-designed with input air flowrate of 540 L/h and ozone
concentration output of 520 mg/h. The reaction condition maintained at
temperature of 15 – 22 oC. Minyak terozonasi product testing was done with
several methods such as analysis of acidic value, peroxide value, iodin value,
viscosity, and FT-IR. Based on this research, the best stirrer speed is 150 RPM
and the best pressure condition for minyak terozonasi synthesis from sunflower
oil is atmospheric pressure (1 atm).]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Hafiza Vivadinar
"Pada penelitian ini, dilakukan analisis aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi pada proses produksi Hydrogenated Vegetable Oil (HVO) dengan hidrogen dari Steam Methane Reforming (SMR), Gasifikasi Biomassa (BG), Elektrolisis dengan Pembangkit Listrik Panas Bumi (GEO-E), dan Elektrolisis dengan Pembangkit Listrik Panel Surya (PV-E). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan efisiensi energi, faktor emisi, serta biaya produksi HVO dari teknologi hidrogen yang berbeda-beda. Seluruh teknologi disimulasikan menggunakan Aspen Plus® dengan fluid package Peng-Robinson. HVO diproduksi menggunakan dua reaktor, yaitu reaktor hydrotreating dan reaktor hidroisomerisasi dan menghasilkan tiga produk, yaitu HVO, green naphtha, dan bio-jet fuel. Proses produksi hidrogen menggunakan BG menggunakan bahan baku empty fruit bunch (EFB). Sedangkan pasokan listrik untuk elektrolisis didapat dari GEO-E dengan sitem kombinasi ORC dan Flash. Pasokan listrik untuk elektrolisis dengan PV-E dilengkapi dengan baterai. Analisis teknik dilakukan dengan menghitung efisiensi energi produksi HVO. Analisis ekonomi dilakukan dengan menghitung biaya produksi HVO dengan metode Levelised Cost of Energy (LCOE). Analisis lingkungan dilakukan dengan menghitung emisi CO2-e dengan metode Life Cycle Analysis. Hasil analisis memperlihatkan bahwa produksi HVO dengan efisiensi terbaik didapat dari hidrogen hasil SMR dengan efisiensi 55,67%, yang diikuti oleh BG (31,47%), PV-E (9,34%), dan GEO-E (7,89%). LCOE terendah juga masih membutuhkan produksi hidrogen dari SMR dengan LCOE sebesar $15,79/GJ-HVO, yang diikuti oleh BG ($16,37/GJ-HVO), GEO ($22,83/GJ-HVO), dan PV ($27,29/GJ-HVO). Akan tetapi, produksi HVO yang paling ramah lingkungan menggunakan GEO-E sebagai teknologi produksi hidrogen dengan faktor emsisi sebesar 1,63 kgCO2-e/kg HVO, yang diikuti oleh PV-E (1,86 kgCO2-e/kg HVO), SMR (5,57 kgCO2-e/kg HVO), dan BG (16,52 kgCO2-e/kg HVO).

Study is done from the perspective of technicality, environment, and economical for Hydrogenated Vegetable Oil (HVO) production with hydrogen from Steam Methane Reforming (SMR), Biomass Gasification (BG), Geothermal Electrolysis (GEO-E), and Solar Photovoltaic Electrolysis (PV-E). The purpose of this study is to evaluate the energy efficiency, emission factors, and cost production of HVO production from various hydrogen production technologies, mentioned above. Every production technology is simulated using Aspen Plus® using the Peng-Robinson fluid package. HVO is produced by two reactors, which are hydrotreating reactor and hydroisomerisastion reactor. The process produces three main products, HVO, green naphtha, dan bio-jet fuel. Feedstock to produce hydrogen from BG is Empty Fruit Bunch (EFB). Electricity production via geothermal for electrolysis uses combination of Organic Rankine Cycle (ORC) and flash system. While the electricity produced using Solar Photovoltaic is equipped with battery. Technical analysis is done by calculating the energy efficiency from overall system energy flow. Production cost is calculated using the Levelised Cost of Energy (LCOE) to analyse the economical aspect. CO2-e emission is determined using the Life Cycle Analysis (LCA) method to analyse the environmental aspect. Study has shown that HVO production with SMR as the hydrogen production technology has the highest energy efficiency (55,67%), which then followed by BG (31,47%), PV-E (9,34%), and GEO-E (7,89%). The lowest LCOE can be obtained if the hydrogen is obtained from SMR aswell (15,78/GJ-HVO), which is followed by BG ($16,37/GJ-HVO), GEO ($22,83/GJ-HVO), and PV ($27,29/GJ-HVO). However, HVO production with the lowest emission factor is equipped with GEO-E (1,63 kgCO2-e/kg HVO), which followed by PV-E (1,86 kgCO2-e/kg HVO), SMR (5,57 kgCO2-e/kg HVO), and BG (16,52 kgCO2-e/kg HVO)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Atiqah Amanda
"Persaingan dalam penggunaan terus meningkat, sementara daya dukung bumi tidak bertambah. Salah satu jalan keluar yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti minyak nabati. Minyak ini, yaitu minyak kelapa sawit di Indonesia, dianggap sebagai komoditas potensial untuk memenuhi kebutuhan pangan dan energi global. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan meningkat pesat karena karakteristiknya yang unik dan sifatnya yang multifungsi. Namun sayangnya, tingkat produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih rendah. Oleh karena itu, inisiatif untuk intensifikasi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Pilihan yang paling efisien untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan mengoptimalkan lahan yang ada dengan melakukan penanaman kembali (peremajaan) kelapa sawit yang juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat kesediaan petani untuk membayar (willingness-to-pay/WTP) dan preferensi mereka untuk melakukan peremajaan, baik untuk petani swadaya maupun petani plasma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa WTP petani belum memenuhi dana minimum yang diperlukan untuk melakukan peremajaan, bahkan setelah menerima dukungan dari pemerintah. Namun, beberapa masalah lainnya penting untuk diatasi terlebih dahulu agar kebijakan intensifikasi di Indonesia bisa berjalan sesuai dengan harapan.

The competition of land use is unavoidably increasing while the earths carrying capacity is impossible to expand. One of the feasible solutions is the utilization of available resources, vegetable oil. This oil, particularly palm oil in Indonesia, is presumed as potential commodities to meet global food and energy needs. In the last few years, the demand is increasing rapidly due to its unique feature of interchangeability for most purposes. However, the productivity level in Indonesia remains low. Therefore, the initiative for intensification is critical to meets future demand. An efficient option to increase this productivity is by optimizing the existing land by undertaking palm oil replanting which also aim to improve productivity. This study aims to elicit smallholders willingness-to-pay and their preferences for undertaking replanting, both for independent and plasma farmers. The result of this study shows that the smallholder farmers willingness-to-pay has not met the minimum fund required for implementing replanting even after receiving support from the government. However, overcoming several noteworthy issues are perceived as critical to push the intensification policy trajectory in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhito Triahmadi Gunawan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang proses pembuatan keputusan pemerintah Malaysia untuk mengembangkan komoditas biodiesel sawitnya dengan membuat kebijakan National Biofuel Policy NBP pada tahun 2006. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data sekunder. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pembuatan keputusan tersebut didasarkan kepada dua bentuk pengaruh yang ada, yaitu social learning dan external inducement. Kedua bentuk pengaruh tersebut telah berhasil mendorong Malaysia dalam membuat keputusannya dan mulai merumuskan kebijakan NBP pada 2005 hingga terbentuk pada tahun 2006. Pada akhirnya, kebijakan ini cukup berhasil dalam mewujudkan tujuan awal dibuatnya. Kebijakan NBP berhasil mendorong adanya pembentukan standar biodiesel sawit yang kemudian setara dengan standar biodiesel internasional. Kebijakan NBP juga berhasil mendorong ekspor biodiesel sawit, terlebih lagi setelah standar internasional tersebut tercapai.

ABSTRACT
This research discussed the Malaysian government decision making process in developing its palm oil biodiesel commodity by formulating the National Biofuel Policy NBP in 2006. To analyze it, qualitative method and secondary data were used . The findings on this research showed that the decision making process is based on two forms of influences, namely social learning and external inducement. Those influences succeeded in affecting Malaysia rsquo s decision making process, which led Malaysia to formulating NBP in 2005 to its completion. In the end, the policy is successful enough in accomplishing its initial goals. NBP succeeded in pushing the formation of a palm oil biodiesel standard which is on compliance with the international biodiesel standard. NBP also succeeded in promoting palm oil biodiesel export, especially after international standard had been met.
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octo Adhi Widodo Pryhanto
"ABSTRAK
Pencemaran oleh limbah cair industri yang mengandung senyawa fenolik
memerlukan penanganan khusus sebelum aman dibuang ke lingkungan Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengurangi konsentrasi senyawa fenolik dalam limbah
cair tersebut adalah pengolahan dengan metode ?oksidasi cepat dan intensif?
menggunakan oksidator kuat, yaitu ozon. Senyawa-senyawa fenolik tersebut akan
teroksidasi oleh ozon menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak berbahaya bagi
lingkungan seperti karbondioksida, asam asetat, asam oksalat dan asam-asam
organik lainnya.
Dalam penelitian ini, dilakukan penyisihan senyawa fenolik dengan teknik
ozonasi dalam kolom sistem injeksi ozon berganda (multi injection ozonarion
column, MOC). Senyawa-senyawa fenolik yang digunakan adalah fenol dan 4-
klorofenol dengan konsentrasi sekitar 20 mg/L yang diharapkan dapat mewakili
kondisi limbah cair yang sebenamya dan industri. Kondisi urnpan senyawa fenolik
tersebut dibuat pada suasana basa (pH 9-10 dan 10-I I) sesuai dengan kondisi pH
optimal untuk reaksi oksidasi senyawa fenolik yaitu pada pH 3-11 (Tomiyasu er al.
Langlais el a1.,l991; Ledon @m_ Sawyer & Martell, 1992; Freshour er al.
1996). Larutan yang mengandung senyawa fenolik dialirkan 560313 kontinyu dalam
reaktor kolom selama 12 jam dengan laju alir 12 L/hari atau 0,5 L/jam. Konsentrasi
senyawa fenolik keluaran reaktor kolom dianalisis menggunakan metode
aminoantipirin dengan spektofotometer.
Hasil uji reaksi penyisihan senyawa-senyawa fenolik selama 12 jam, baik
untuk fenol atau 4-klorofenol didapatkan penunman konsentrasi, yaitu dari
konsentrasi I8-23 mgL pada awal percobaan menjadi sekitar 0,13-0,26 mg,/L pada
aknir peraobaan. Penurunan konsentrasi senyawa fenolik diikuti oleh penurunan pH
larutan sebagai akibat terbentuknya senyawa-senyawa antara yang bersifat asam,
selain itu diikuti pula kenaikan kadar oksigen terlarut. Percobaan penyisihan 4-
klorofenol menggunakan ozon menghasilkan besar % penyisihan pada akhir
percobaan yang relatif lebih kecil dibandingkan pada penyisihan fenol. Untuk dua
variasi pH 9-10 dan pH 10-ll didapatkan penyisihan fenol masing-masing sebesar
99,252 % dan 99,28l% sedangkan larutan 4-klorofenol didapatkan masing-masing
sebesar 98,786 % dan 98,998%_"
2000
S50816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>