Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173718 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Gudang obat Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kefarmasian yang perlu diperhatikan dalam upaya penyimpanan obat untuk menjamin mutu obat. Tulisan ini bertujuan untuk Keseha ketersediaan dan kelayakan gudang menganalisis obat Puskesmas di Indonesia, berdasarkan lokasi puskesmas secara geografi dan topografi. Metode Buletin Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder 2014 Riset Fasilitas Kesehatan(Rifaskes) tahun 2011 yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas di 33 Propinsi di diba Indonesia Hasil: Ketersediaan gudang obat pada Puskesmas di Indonesia berdasarkan geografi dan topografi sudah diatas 90%, kecuali Puskesmas pada daerah sangat terpencil (89,7%). Komponen Met fasilitas gudang obat di Indonesia, yang paling tinggi adalah fasilitas pencatatan dan ketersediaannya penataan obat yaitu catatan keluar masuk obat tahun 2010, dan paling rendah adalah fasilitas pendukung di 3 Ketersediaan narkotikapsikotropik. berupa lemari sarana tersebut semakin rendah pada daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Kelayakan dan gudang obat Puskesmas di Indonesia, menunjukkan sebagian besar dalam kategori layak, dan proporsinya semakin rendah pada daerah terpencil, perbatasan dala tena dan kepulauan. Hasil uji statistik(Mann Whitney dan menunjukkan, kelayakan gudang dala korelasi (Spearman) obat berhubungan signifikan dengan geografi dan yang topografi kepulauan dan keterpencilan Kesimpulan Ketersediaan dan kelayakan gudang obat Puskesmas di Indonesia, sebagian besar sudah tersedia dalam Peke kategori layak, dan proporsinya semakin rendah Pen pada daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. saran: Pemerintah Daerah dan Pusat wajib untuk pusk meningkatkan sarana dan prasarana gudang obat melalui peningkatan anggaran kesehatan, untuk menjamin penyimpanan yang tepat dan sesuai standar."
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Pengelolaan obat LASA penting dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan risiko tingkat kesalahan pengambilan obat. Dalam melakukan penyimpanan terhadap obat-obat LASA, dapat digunakan Tall Man lettering untuk menekankan perbedaan pada obat yang memililki nama atau pengucapan suara yang sama. Tall Man lettering digunakan pada penulisan nama obat untuk menyoroti bagian perbedaan utamanya dan membantu membedakan nama-nama yang mirip. Sistem penyimpanan obat di Puskesmas Ciracas sudah memenuhi ketentuan penyimpanan obat LASA sesuai dengan Permenkes RI dan menerapkan metode Tall Man lettering pada obat LASA dengan baik.

Management of LASA drugs is important as an effort to reduce the risk of drug taking errors. In storing LASA drugs, Tall Man lettering can be used to emphasize differences in drugs that have the same name or sound pronunciation. Tall Man lettering is used in writing drug names to highlight their main differences and help distinguish similar names. The drug storage system at the Ciracas Health Center complies with the provisions for storing LASA drugs in accordance with the Indonesian Minister of Health and applies the Tall Man lettering method to LASA drugs properly."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nur Fathiya
"Penyimpanan obat bertujuan untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, mengendalikan persediaan, dan memudahkan pencarian serta pengawasan. Studi ini membahas mengenai manajemen penyimpanan obat di Unit Farmasi Klinik Satelit Universitas Indonesia Makara Depok tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran manajemen penyimpanan obat di klinik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif melalui observasi langsung, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menemukan bahwa unsur input dan proses telah dijalankan dengan cukup baik, namun masih terdapat beberapa ketidaksesuaian pengaturan penyimpanan obat berdasarkan ketentuan. Studi ini menyarankan untuk mengadakan pelatihan bagi SDM dan pengaturan penyimpanan obat perlu diperbaiki.\

Drug storage aims to maintain the quality of drugs, avoid irresponsible use, control supplies, and facilitate search and supervision. This study discusses the management of drug storage at Klinik Satelit Universitas Indonesia Makara Depok in 2019. The purpose of this research is to know the overview of drug storage management in clinics. This research is a qualitative study with descriptive design through direct observation, in-depth interviews, and document study. The results found that the input and process elements had been executed quite well, but found some inconsistency in the drug storage arrangement based on provisions. This study suggests to conduct training for human resources and drug storage arrangements need to be repaired."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Majority of health service rooms available at health centers were generally clinics (inpatients = 97,4%, outpatient = 95,8%), whereas the most eligible was dental clinics. The eligible of service rooms, majority in the common areas (64,5-85,5%) than remote (25,3-66%) or very remote areas (24-56,6%), in non-island areas (37,2%), than in island areas (29,3-67,5%) and in non-neighboring areas (36,8-81,5%) compared to the neighboring areas, in area with population of >30.000 people (45,3-90,4%) compared to <30.000 people (31,6-74,6%) and urban (46,6-89,3%) than in rural areas (33.2-79%). There were significant associations between eligibility of health service related to topography, demography, and geography."
BULHSR 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Sejak tahun 2004 sampai 2010 Badan Litbang Kesehatan mengadakan rangkaian survei harga dan ketersediaan obat. Hasilnya adalah lebih dari 90% obat yang ada di Indonesia harganya masih di atas International Reference Price. Ketersediaan obat di sektor swasta lebih baik dari sektor publik dan masih cukup banyak obat generik & esensial pada fasilitas kesehatan yang ketersediaanya lebih kurang 3 bulan. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui harga dan ketersediaan obat terkini di rumah sakit, puskesmas dan apotek. Studi dilakukan di enam (6) wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Metode: Studi mengikuti metode baku dari World Health Organization dan Health Action International. Sampel adalah 22 jenis obat esential dan lokasi pengumpunan sampel di rumah sakit, puskesmas dan apotek. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur yang tertera pada kuesioner. Analisis data secara statistik deskriptif. Hasil: secara umum harga obat di Indonesia masih lebih tinggi dari International Reference Price dan beberapa diantaranya dapat mencapai > 100 kali. Belum banyak perubahan pola harga obat jika dibandingkan dengan hasil studi tahun 2010 dan 2004. Kesimpulan: Terdapat variasi harga yang cukup lebar antara harga obat antar puskesmas, antar RS pemerintah, yaitu 83,3% vs 80,6% (swasta) vs 57% (puskesmas). Saran: Pemerintah perlu melakukan pengaturan harga obat agar lebih rasional dan terjangkau serta meningkatkan ketersediaan obat di puskesmas. "
BULHSR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dinar Meltiara
"Salah satu aspek terpenting dari pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan penggunaan obat, yang termasuk penyimpanan untuk menjamin keamanan dan keefektifan saat pengambilan dan pendistribusian obat. Sistem pergudangan dikatakan baik apabila mampu memanfaatkan untuk penyimpanan barang-barang secara efektif dan efisien, dimana diharapkan dapat meningkatkan produktivitas barang yang ada di Perusahaan. Perawatan dan penataan gudang perlu menerapkan prinsip 5R, yaitu ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin. Melalui prinsip 5S/5R gudang akan menghasilkan jasa layanan dan produk yang berkualitas bagi konsumen. Penerapan prinsip 5R sendiri sudah sering dilakukan dan terbukti efektif untuk memperbaiki produktivitas kerja dan mencegah dispensing error, yaitu kekeliruan dalam pengambilan obat. Dalam rangka menjamin efisiensi pergudangan, Puskesmas Kecamatan Ciracas melakukan evaluasi sistem penyimpanan secara rutin. Pada periode Februari 2023, dilakukan pembaharuan sistem penamaan locater pada rak obat dan pencetakan ulang label-label yang telah usang sesuai dengan persyaratan yang berlaku sehingga dapat mempermudah personil dalam mencari, mengidentifikasi dan mengambil obat, serta memberikan nilai estetika yang lebih baik.

One of the most important aspects of pharmaceutical services is optimizing drug use, which includes storage of products to ensure safety and effectiveness during drugs dispensing. Warehouse system are determined good if it is able to be used to store products effectively and efficiently, which is expected to increase the productivity in the company. Warehouse maintenance and arrangement needs to apply the 5R principles, namely concise, neat, tidy, well cared and diligent. Through the 5S/5R principles, the warehouse will produce quality services and products for consumers. The application of the 5R principle itself has often been carried out and proven to be effective in improving work productivity and preventing dispensing errors, namely mistakes when taking medication. In order to ensure warehousing efficiency, the Ciracas District Health Center regularly evaluates the storage system. During February 2023, the system for locaters sign on drug shelves will be changed as well as and reprinting obsolete labels in accordance with applicable requirements in order to make personnel easier to find, identify and taking medicines (dispensing), as well as provide better aesthetic value."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Latar Belakang: Klinik swasta di provinsi Bali seharusnya hal tersebut menjadi melayani wisatawan, tanggung jawab pemerintah. Di sisi lain kelayakan ketersediaan Puskesmas Wisata Pantai berdasar sarana dan prasarana termasuk sumber daya manusia dengan pelayanan kesehatan yang tersedia belum diketahui dengan rinci Metode: Analisis Puskesmas kelayakan ini ingin membandingkan Wisata Pantai (PWP) dan Puskesmas Non Wisata Pantai (PNWP) di Provinsi Bali. Data diperoleh dari data sekunder Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes 2011) semua Puskesmas di Provinsi Bali. Dibedakan antara Puskesmas Wisata Pantai dan Puskesmas Non Wisata Pantai, jumlah sampel Puskesmas yang dianalisis sebanyak 114 buah Puskesmas. Variabel penelitian terdiri dari sarana, prasarana, sumber daya manusia serta program pelayanan kesehatan. Analisis dilakukan dengan memberikan nilai (bobot) dari masing-masing variabel, selanjutnya dilakukan skoring masing-masing variabel baik pada Puskesmas Wisata Pantai maupun Puskesmas Non Wisata Pantai. Ditribusi hasil perkalian antara nilai (bobot) dengan skor digunakan untuk mengetahui kelayakan dari masing-masing variabel dengan cara menghitung rerata (x) dan standar deviasi (SD). Perbandingan puskesmas Wisata Pantai dan Puskesmas Non Wisata Pantai dilakukan dengan membedakan rerata (x) masing-masing puskesmas dengan uji beda t-test. Hasil: Tidak ada perbedaan kelayakan antara Puskesmas Wisata Pantai dengan Puskesmas Non Wisata Pantai."
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>