Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Isu krisis energi selama beberapa dasawarsa ini telah mendorong beragam kegiatan penelitian untuk mencari terobosan baru, khususnya dalam pengembangan sumber energi alternatif dan terbarukan. Salah satu teknologi sumber energi terbarukan yang banyak menarik perhatian adalah sel bahan bakar oksida padatan, Solide Oxide Fuel Cells (SOFC). Salah satu keunggulan SOFC dibandingkan tipe fuel cell lainnya adalah hidrogen dan CO dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahkan hidrokarbon (diesel, gas alam, gasoline, alkohol, dll) dapat juga digunakan dalam SOFC. Namun, masih tingginya temperatur operasi antara 800-1000°C menjadi salah satu faktor penghambat aplikasi dan komersialisasi teknologi ini."
MRS 1:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rakhmawan
"Sampai saat ini cara penyambungan antar konduktor dengan menggunakan selongsong tekan adalah cara yang paling banyak digunakan. Dalam konduktor dan sambungan akan timbul kalor yang dihasilkan oleh aliran arus listrik yang melaluinya serta dapat direpresentasikan oleh perubahan nilai temperaturnya. Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas sambungan tersebut adalah panjang bidang kontak antara selongsong penyambung dengan konduktor. Tesis ini menyampaikan tiga langkah penelitian yang saling mendukung, yaitu pertama menentukan persamaan empiris panjang sambungan akibat dari variasi teknik penyambungan, kedua menentukan persamaan empiris hubungan temperatur terhadap waktu melalui pengujian arus pada sambungan tersebut serta ketiga melakukan analisis pengaruh teknik penyambungan terhadap temperatur sambungan. Sebagai parameter kualitas sambungan adalah temperatur dan parameter variabelnya adalah panjang sambungan dan arus uji. Variabel panjang sambungan merupakan fungsi dari variasi teknik penyambungan. Dari hasil pengujian, teknik penyambungan dari sisi ujung ke bagian tengah selongsong tekan menghasilkan sambungan lebih panjang dan mempunyai nilai temperatur setimbang yang paling tinggi dibandingkan dua cara lainnya. Namun demikian ketiga teknik penyambungan selongsong tekan yang diuji masih menghasilkan sambungan yang berkinerja baik.

Until now the connection method between the conductor by using the compression splice is the method that often was used. In the conductor and jointing will emerge heat that was produced by the electric current that went through it as well as could represented by the change of the temperature. One of the factors that affect the quality of this jointing is the contact lenght field between the cover of the connector and the conductor. This thesis gaves three steps in the supportive research mutually, the first is determined the empirical equality of jointing lenght resulting from the variation of the connection technique, second determined the empirical equality of temperature relations towards time through the current testing in this jointing as well as, and the third carried out the analysis influence of the jointing technique on the temperature connection. As the quality parameter of jointing was the temperature and its variable parameter was jointing lenght and the current test. The lenght variable jointing was the function from the variation of the connection technique. From the testing results, the connection technique from the side of the tip to the cover middle pressed produced longer jointing and had the value of the balanced temperature was highest compared by two other methods. Nevertheless the three techniques of the connection pressed that was tested still have good performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24375
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nikmatin
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T39810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JURFIN 4:13 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohan Permata
"Sistem transmisi yang handal dan mempunyai reliabilitas yang tinggi akan selalu menjadi pilihan yang utama dalam perancangannya. Saluran udara sebagai salah satu pilihan alternatif untuk menditribusikan energi listrik haruslah memiliki kemampuan yang optimum dalam penyaluran daya tersebut.
Konduktor merupakan komponen utama sistem transmisi saluran udara. Media penghantar yang terbuat dari berbagai bahan yang bersifat konduktif ini menyalurkan arus listrik dari tempat ke tempat lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya secara parameter mekanis dan listrik.
Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, parameter mekanis dan elektris konduktor dapat dioptimalkan seperti yang telah digunakan pada Saluran Udara Tegangan Tinggi Durikosambi-Cengkareng. Konduktor ACSR Dove yang dipasangkan pada saluran udara menunjukkan kehandalannya baik secara parameter mekanis maupun listrik. Parameter mekanis meliputi panjang saluran, andongan dan tinggi saluran di atas permukaan dan parameter mekanis berupa resistansi, reaktansi induktifdan reaktansi kapasitif saluran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhin Cakrabuana
"Tingginya konsumsi ayam meningkatkan pembuangan limbah bulu ayam, yang mengandung sekitar 90% keratin, menyebabkan pencemaran lingkungan. Keratin, protein struktural utama dalam jaringan hewan, berfungsi untuk berbagai aplikasi biomedis dan memerlukan ekstraksi ramah lingkungan. Penelitian ini mengoptimasi ekstraksi keratin dari bulu ayam menggunakan cairan ionik 1-Butyl-3-Methylimidazolium Asetat ([Bmim]-Asetat) dengan bantuan ultrasonic bath. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode panas dengan waktu 120 menit menghasilkan yield keratin tertinggi sebesar 78.20% dibandingkan metode optimasi ultrasonik dan metode ultrasonik tanpa optimasi. Karakterisasi FTIR menunjukkan spektra konsisten dengan struktur keratin, dan uji Bradford menunjukkan konsentrasi protein tertinggi pada metode panas dengan 112.42 mg/mL dibandingkan metode ultrasonik 120 menit dan optimasi ultrasonik 120 menit yang menghasilkan 12.13 mg/mL dan 8.834 mg/mL masing-masing. Analisis SDS-PAGE memastikan keberadaan protein keratin pada sampel hasil ekstraksi dengan berat molekul yang terlihat sebesar 10 kDa. Kombinasi gelombang ultrasonik dan suhu 90 oC dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi dan pemulihan keratin dari limbah bulu ayam, menjadikannya metode yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

The high consumption of chicken increases the disposal of chicken feather waste, which contains about 90% keratin, leading to environmental pollution. Keratin, the main structural protein in animal tissues, serves various biomedical applications and requires environmentally friendly extraction methods. This study optimizes the extraction of keratin from chicken feathers using the ionic liquid 1-Butyl-3-Methylimidazolium Acetate ([Bmim]-Acetate) with the assistance of an ultrasonic bath. The results show that the heat method with a duration of 120 minutes produced the highest keratin yield of 78.20%, compared to the optimized ultrasonic method and the non-optimized ultrasonic method. FTIR characterization indicated spectra consistent with the structure of keratin, and the Bradford assay revealed the highest protein concentration in the heat method at 112.42 mg/mL, compared to 12.13 mg/mL and 8.834 mg/mL in the 120-minute ultrasonic and optimized ultrasonic methods, respectively. SDS-PAGE analysis confirmed the presence of keratin protein in the extracted samples with a visible molecular weight of 10 kDa. The combination of ultrasonic waves and a temperature of 90°C can enhance the efficiency of keratin extraction and recovery from chicken feather waste, making it a more efficient and environmentally friendly method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magfirawaty
"ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan perancangan random number generator RNG berbasis discrete time DT chaos dengan menggunakan modifikasi chaos satu dimensi sebagai fungsi deterministik pada proses destilasi. Sistem chaos satu dimensi 1D merupakan sistem dinamik sederhana yang banyak diterapkan dalam pembangkitan bilangan acak. Pada penelitian awal, kami telah mengkombinasikan ring oscillator RO sebagai sumber entropi dari RNG dengan logistic map sebagai fungsi deterministik. Telah dilakukan beberapa penelitian terkait dengan menggunakan sistem chaos 1D, yang mampu menghasilkan rangkaian bit acak secara statistik. Pada penelitian ini kami melakukan modifikasi logistic map yang akan diaplikasikan sebagai RNG berbasis DT chaos. Logistic map merupakan sistem chaos yang sering diterapkan pada sistem kripto. Selain karena mudah diimplementasikan pada perangkat keras, logistic map juga memiliki tingkat keamanan yang lebih baik dibandingkan sistem chaos fungsi nonlinier lainnya. Modifikasi menghasilkan dua persamaan deterministik baru yaitu MLP I dan MLP II, yang mampu mengolah data real, -1, 1 untuk menghasilkan luaran berupa bilangan potisif dan negatif, -1, 1 . Dengan menggunakan pembuktian secara empiris dan teoritis, didapatkan fungsi ekstraktor dengan nilai tertentu untuk mengubah bilangan real yang dihasilkan oleh fungsi deterministik menjadi rangkaian bit dengan nilai entropi tinggi. Hasil uji keacakan dengan menggunakan NIST 800-22 menunjukkan bahwa rangkaian bit yang diperoleh dinyatakan acak dengan nilai proporsi yang dihasilkan untuk seluruh uji berada pada interval 0.9804-0.9994 dengan P-value>. Jika dibandingkan dengan zigzag map sebagai fungsi deterministik pada RNG berbasis DT chaos, MLP II mampu menghasilkan rangkaian bit yang lebih acak dibandingkan zigzag map tanpa post-processing. Pengujian keacakan menggunakan uji DieHard menunjukkan bahwa 80 Mbit output MLP II dinyatakan acak dengan P-value = 0, 1 . Implementasi metode RNG berbasis DT chaos dengan fungsi MLP II menggunakan ZedBoard Zynq 7000 memperlihatkan jumlah source yang digunakan lebih efisien dibandingkan RNG berbasis DT chaos dengan fungsi zigzag map yaitu look up tables LUT sebanyak 2 , flip flop FF sebanyak 1 dan digital signal processing DSP sejumlah 4.5 .

ABSTRACT
This research designs a discrete time DT chaos based random number generator RNG , which uses one-dimension chaos modification as deterministic function in the destillation process. One-dimensional chaos 1D is a simple dynamic system, which is widely applied to generate random numbers. In the preliminary research, we have combined ring oscillator RO as the RNG entropy source with logistic map as a deterministic function. We have done some related research using a 1D chaos system, which is capable to generate random bits statistically. Our work modifies logistic map that will be applied as DT chaos-based RNG. The logistic map is a chaotic system that is usually applied in the cryptosystem. In addition to easy hardware implementation, the logistic map also has a better level of security than other nonlinear chaos function. The modification performed yields two new deterministic equations, namely MLP I and MLP II, which are capable to process data of real numbers, -1, 1 , and generate positive and negative numbers, -1, 1 . Through empirical and theoretical verification the extractor function is obtained with a certain value to convert the real number that is generated by a deterministic function into a sequence of bits which has high entropy value. Through NIST 800-22 randomness test it is revealed that the obtained bit sequence is random with the proportion values at intervals 0.9804-0.9994 and P-value > ? . Comparing with the zigzag map as a deterministic function in the DT chaos-based RNG, MLP II map generates more random bit sequence than the zigzag map. Furthermore as much as 80Mbit MLP II output passed the Diehard test with P-value = 0, 1 . Implementation of the DT chaos-based RNG method with the MLP II function using ZedBoard Zynq 7000 shows the number of sources used more efficient than the DT chaos-based RNG with the zigzag map function of 2 look up tables LUT , flip flop FF as much as 1 and digital signal processing DSP of 4.5 ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2501
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilal Sidqi Rabbani
"Indonesia merupakan negara yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi dan cuaca yang cukup panas, oleh karena itu negara Indonesia membutuhkan alat pengering udara agar kelembaban dapat turun sampai titik nyaman untuk manusia. Sistem pengering udara lebih ramah lingkungan sebagai teknologi alternatif untuk proses penurunan kelembaban, terutama dalam kasus dengan muatan laten yang tinggi untuk menjaga kualitas udara. Teknologi ini lebih efisien di iklim panas dan lembab seperti Indonesia. Penelitian ini melakukan penyelidikan eksperimental untuk mengetahui rasio kelembapan terhadap udara untuk mengetahui karakteristik cairan ionik menggunakan alat pengering udara. Cairan ionik dalam percobaan ini akan melewati bilah kayu yang berfungsi sebagai alat penukar kalor, cairan ionik akan bersirkulasi selama kurang lebih dua jam. Eksperimen ini memvariasikan laju aliran cairan ionic dari 200 sampai 600 L/h dan didapatkan juga hasil rasio kelembaban yaitu -0.10 sampai -0.56 g/kg. Setiap kenaikan laju aliran besarannya juga akan semakin meningkat. Konsumsi energi di dunia meningkat setiap tahunnya, terutama dalam industri dan sektor transportasi. Konsumsi energi yang besar ini menghasilkan emisi karbon dioksida yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu cara untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon dioksida adalah dengan menggunakan sistem HVAC yang efisien.  Saat ini, banyak penelitian dilakukan untuk mencari solusi sistem HVAC yang lebih efisien. Salah satu solusi yang sedang dikembangkan adalah penggunaan liquid desiccant. Liquid desiccant dapat digunakan untuk menghilangkan kelembaban dari udara, yang dapat mengurangi beban pada sistem pendingin ruangan dan menghemat energi.  Namun, penggunaan liquid desiccant masih belum banyak digunakan di sektor HVAC.

Indonesia is a country with relatively high humidity and hot weather, therefore, it requires air drying equipment to reduce humidity to a comfortable level for humans. Air drying systems are more environmentally friendly as an alternative technology for humidity reduction, especially in cases with high latent loads to maintain air quality. This technology is more efficient in hot and humid climates like Indonesia. This research conducted experimental investigations to determine the humidity ratio to air to understand the characteristics of ionic liquid using an air drying apparatus. In this experiment, the ionic liquid will pass through wooden blades that function as a heat exchanger, and the ionic liquid will circulate for approximately two hours. The experiment varied the flow rate of the ionic liquid from 200 to 600 L/h, and the resulting humidity ratio ranged from -0.10 to -0.56 g/kg. With an increase in the flow rate, the magnitude of the humidity ratio also increased. Energy consumption worldwide is increasing every year, especially in industries and the transportation sector. This high energy consumption results in harmful carbon dioxide emissions that negatively impact the environment and human health. One way to reduce energy consumption and carbon dioxide emissions is by using efficient HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) systems. Currently, extensive research is being conducted to find more efficient HVAC system solutions. One promising solution being developed is the use of liquid desiccants. Liquid desiccants can remove moisture from the air, reducing the load on the room's cooling system and saving energy. However, the use of liquid desiccants is still not widely adopted in the HVAC sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Axel Pangloli
"Astaxanthin merupakan karotenoid xantofil yang ditemukan pada banyak mikroorganisme dan hewan laut yang praktis tidak larut dalam air. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memformulasikan dan mengkarakterisasi nanopartikel astaxanthin dari oleoresin astxanthin dengan menggunakan kitosan taut silang kasein metode gelasi ionik sehingga astaxanthin dapat lebih terdispersi di dalam air. Seluruh formula nanopartikel astaxanthin dievaluasi secara organoleptis, ukuran partikel, zeta potensial, FT-IR, efisiensi penjerapan, mikrograf TEM, dan uji aktivitas antioksidan menggunakan ABTS. Semua formula menunjukkan astaxanthin lebih terdispersi setelah dibuat menjadi nanopartikel. Enkapsulasi nanopartikel telah berhasil dibuktikan dengan hasil TEM yang menunjukkan enkapsulasi telah terjadi. Ukuran partikel nanopartikel astaxanthin di luar batas yang diinginkan dengan hasil F1(356,10±259,02), F2(687±123,23), F3(663,60±121,77), dan F4(317±30,55). Astaxanthin berhasil dijerap dengan hasil evaluasi efisiensi penjerapan adalah F1 (36,21%), F2(31,95%), F3(47,44%), dan F4(36,21%). Nilai %Inhibisi tiap formula adalah F1(37,69±12,09), F2(35,48±9,53), F3(29,80±8,21), dan F4(32,95±4,04) yang menunjukkan astaxanthin tetap memiliki kemampuan aktivitas antioksidan setelah dienkapsulasi.

Astaxanthin is a xanthophyll carotenoid found in many microorganisms and marine animals that is practically insoluble in water. The purpose of this study was to formulate and characterize astaxanthin nanoparticles from astaxanthin oleoresin using cross-linked chitosan-casein by ionic gelation method, thereby improving its dispersibility in water. The entire formulation of astaxanthin nanoparticles was evaluated organoleptically, for particle size, zeta potential, FT-IR, encapsulation efficiency, TEM micrographs, and antioxidant activity using ABTS. All formulations showed improved dispersibility of astaxanthin after conversion into nanoparticles. Encapsulation of nanoparticles was confirmed with TEM results showing successful encapsulation. The particle size of astaxanthin nanoparticles exceeded the desired limits with results as follows: F1 (356,10±259,02 nm), F2 (687±123,23 nm), F3 (663,60±121,77 nm), and F4 (317±30,55 nm). Astaxanthin has successfully entrapped with evaluation of encapsulation efficiency yielded: F1(36,21%), F2(31,95%), F3 (47,44%), and F4 (36,21%). The %Inhibition values for each formula were: F1 (37,69±12,09), F2(35,48±9,53), F3(29,80±8,21), and F4(32,95±4,04), indicating that astaxanthin retained its antioxidant activity after encapsulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>