Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"In recent years, Ragunan zoo is always crowded with visitors, especially during the holidays. This study aims to determine the visitor arrangement in Ragunan Zoo and its influence to visitor comfortness using variables derived from parks and benefits (2013). Research conducted through distributing questionnaires to Ragunan Zoo is applied only in aspects of visitor zone arrangement, providing tour guide, and developing appropriate marketing strategies."
JTDA 2:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Achmad
"Upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Taman margasatwa Ragunan harus didasari pada kebutuhan para wisatawan dalam memperoleh kepuasan pada obyek daerah tujuan wisata baik berupa fasilitas, kebutuhan informasi atau promosi, dan juga variasi atraksi satwa yang menjadi suguhan bagi para wisatawan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fasilitas, aset satwa dan promosi Taman Margasatwa Ragunan terhadap tingkat kunjungan wisatawan dan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode statisik dengan analisis regresi berganda metode stepwise dan observasi. Analisis statistik digunakan untuk mengukur pengaruh fasilitas, aset satwa dan promosi Taman Margasatwa Ragunan terhadap tingkat kunjungan wisatawan.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui : observasi yaitu penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi penelitian, studi kepustakaan dilakukan guna memahami sejumlah teori yang berhubungan dengan teknis penelitian dan kuesioner penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data primer dari para responden. Teknik analisis/pengolahan data menggunakan perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik, Uji t, Koefesien Determinasi dan Uji F, kemudian dilakukan analisis regresi linear. Semua uji telah dilakukan dan memenuhi semua persyaratan.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa fasilitas (utama, khusus, dan pendukung) dan aset satwa secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap tingkat kunjungan dan memberikan sumbangan sebesar 85,1%. Sedangkan untuk faktor promosi tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kunjungan. Dengan demikian untuk lebih meningkatkan kunjungan wisatawan agar pengelola Taman Margasatwa Ragunan lebih meningkatkan fasilitas (khusus, utama, pendukung) dan aset satwa sehingga akan menambah tingkat kunjungan wisatawan.

Any efforts to increase tourist visit in the Ragunan Zoo should be based on need of tourists to obtain satisfaction in tourism objects either in terms of facility, information or promotion, and also variation of animal attraction which becomes an interesting entertainment served for tourists.
This study is aimed at identifying the influence of facility, assets of animals and promotion in the Ragunan Zoo in regard to the level of tourist visit and identifying the most influential factor thereof.
In this study, the writer adopts statistic and multifarious regression analysis, stepwise and observation method. Statistic analysis is used to measure influence of facility, assets of animal and promotion of Ragunan Zoo (Wildlife Park) in regard to the level of tourist visit.
Data collection is made through: observation, to wit, the writer performs direct observation to study location, literature study is performed to understand a number of theory in relation to study implementation and questionnaire aiming at obtaining primary data from respondents. Data analysis/processing adopts the Validity and Reliablity Test, Classic Assumption Test, t test, Determination Coefficient and F test, and then linear regression analysis will be made. The entire tests performed already fulfill requirements.
Analysis finding indicates that facilities (main, special, and suppoting facilities) and assets of animal will jointly have influence in regard to the level of visit and give contribution of 85.1%. However, the promotion factor does not give influence in regard to the level of visit. Therefore, in order to increse tourist visit, the management of Ragunan Zoo (Wildlife Park) should exert its best to improve facilities (main, special, and supporting facilities) and assets of animal so as to be able to increase the level of tourist visit."
2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Lisa Meilanda
"Aktivitas pengunjung dapat memberikan dampak pada perilaku satwa di kebun binatang. Telah dilakukan penelitian pengaruh aktivitas pengunjung terhadap perilaku diurnal harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) hasil pertukaran di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku adaptasi harimau hasil pertukaran dikaitkan dengan aktivitas pengunjung. Fokus penelitian yaitu pada dua ekor harimau hasil pertukaran yang dibandingkan dengan dua ekor harimau TMR sebagai kontrol. Keempat harimau berjenis kelamin jantan dengan rentang usia yang tidak jauh berbeda. Penelitian dilakukan pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi DKI Jakarta, yaitu selama delapan pekan dari Juli sampai September 2020 mulai pukul 08.00—13.00 WIB. Metode yang digunakan ialah continuous focal sampling dan ad libitum dengan interval waktu 15 menit tanpa jeda. Perilaku yang diamati terbagi menjadi lima kategori, yaitu aktif, marking, lokomosi, istirahat, dan Abnormal Repetitive Behaviour (ARB). Kondisi pengunjung dibagi menjadi tiga kategori, yaitu aktivitas, kepadatan, dan kebisingan. Terdapat perbedaan kondisi pengunjung yang terjadi pada tiga kategori kondisi hari berbeda, yaitu hari libur kebun binatang, hari kerja, dan akhir pekan. Hasil pengamatan menggunakan uji t independen dengan α = 0,050 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara harimau baru dan harimau lama pada perilaku aktif dan istirahat di ketiga kategori kondisi hari. Hal tersebut diasumsikan bahwa perilaku aktif dan istirahat harimau baru telah teradaptasi dengan lingkungan kandang TMR. Perbedaan yang signifikan muncul pada perilaku ARB saat hari libur kebun binatang, perilaku marking dan lokomosi saat hari kerja, dan perilaku marking, lokomosi, dan ARB saat akhir pekan. Perbedaan tersebut muncul karena adanya perbedaan kondisi kandang dan kemunculan kondisi pengunjung yang berbeda pada setiap kandang.

Visitor’s activities can have an impact on animal’s behaviour in the zoo. Research about the effects of zoo visitors on the diurnal behaviour of exchanged Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) program at Taman Margasatwa Ragunan (TMR) has been studied. The aim of this research is to identify the behavioral adaptation of two exchanged Sumatran tigers related to the zoo visitors’ activity. The main subjects of this research are the two (2) exchanged Sumatran tigers compared with two (2) TMR’s tigers as the control. All of them are male tigers which short-age differences. The Research has been studied while the transition of Mass Social Distancing or Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) in DKI Jakarta enforced and lasted for eight (8) weeks from July until September 2020 start from 08.00—13.00 WIB (Western Indonesian Time). Continous focal sampling and ad libitum methods with fifteen (15) minutes interval without pause was used for this research. The focused behaviours were divided into five (5) categories: active, marking, locomotion, resting, and Abnormal Repetitive Behaviour (ARB). The visitor’s conditions were divided into three (3) categories: activity, density, and intensity. There were three conditions that represented zoo visitors: the closed day zoo, the weekdays, and the weekend. Based on the independent samples t-test with α = 0,050, it was shown, there were no significant difference between the exchanged and the control tigers in their active and resting behaviour on all conditions. Because of these, it could be assumed that the active and resting behaviour of new tigers have been adapted with TMR’s captive environment. The significant difference occurred on ARB when the closed day zoo, marking and locomotion behaviour on the weekdays, and marking, locomotion, and ARB on the weekend. It was because the difference of captive condition and the presence of zoo visitors on each captive."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reidira Sindaresta
"Skripsi ini membahas tentang risiko K3 yang terlibat dalam aktivitas pemelihara harimau Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, observatif dan eksploratif dengan desain deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas kerja beserta gambaran tahapannya, potensi bahaya pada setiap proses kerja, kejadian tak terduga, besaran nilai probabilitas dan konsekuensi dari setiap kejadian serta tingkat risikonya. Hasil penelitian menemukan bahwa pemelihara harimau Sumatera memiliki aktivitas kerja yang berisiko rendah, sedang hingga tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan metode kerja yang dilakukan oleh penjaga hewan serta pengawasan perawat hewan dalam bekerja sesuai standar yang berlaku. Selain itu, perlu adanya pemeliharaan fasilitas dan fasilitas di dalam kawasan enclosure oleh pengelola kebun binatang.

This thesis discusses the K3 risks involved in keeping Sumatran tigers at Ragunan Zoo in 2019. This research is a qualitative, observative and exploratory study with a descriptive design. The purpose of this study was to determine the work activities along with the description of their stages, potential hazards in each work process, unexpected events, the magnitude of the probability value and the consequences of each event and the level of risk. The results of the study found that Sumatran tiger keepers had low, medium to high risk work activities. The results of this study indicate that there needs to be an improvement in the work methods carried out by animal carers and the supervision of animal carers in working according to applicable standards. In addition, it is necessary to maintain facilities and facilities in the enclosed area by zoo managers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsya Ramadina Semudi
"Harimau sumatra merupakan salah satu spesies endemik Indonesia yang keberadaannya terancam punah (critically endangered) menurut IUCN sehingga diperlukan upaya konservasi. Konservasi harimau sumatra dilakukan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) beserta IUCN melalui program GSMP (Global Species Management Plan) yang dilakukan secara collaborative breeding. Collaborative breeding dilakukan dengan memasangkan betina asal TMR dengan jantan hasil pertukaran dengan Medan Zoo untuk mencegah inbreeding. Pemasangan harimau harus melalui proses introduksi dan interaksi keduanya perlu diamati. Oleh karena itu, penelitian dilakukan terhadap pasangan harimau sumatra untuk menganalisis perilaku sosial yang terjadi antara harimau sumatra jantan dan betina yang mungkin mengarah ke perilaku reproduksi. Metode scan sampling dan ad libitum digunakan dalam penelitian selama tiga jam perhari dengan total pengulangan sebanyak 23 kali dari Januari hingga Maret 2024. Pengambilan data dilakukan dengan mengamati perilaku sosial dan reproduksi harimau sumatra jantan dan betina di kandang dalam Zona Harimau 1 Taman Margasatwa Ragunan. Hasil dari penelitian ini didominasi oleh perilaku sosial berupa perilaku saling mendekati (♀ 26,29%; ♂ 21,58%). Perilaku chuffing, head rubbing dan sniffing lebih sering dilakukan kedua harimau sumatra dibandingkan dengan perilaku growl dan aggression. Jantan dan betina juga melakukan perilaku reproduksi, yaitu flehmen, sedangkan mating call dan sniffing genitalia hanya dilakukan oleh jantan. Penelitian ini menunjukkan adanya perilaku sosial harimau sumatra yang mengarah pada perilaku reproduksi, yaitu perilaku chuffing, head rubbing, body rubbing, flehmen dan sniffing genitalia.

The sumatran tiger is one of Indonesia's endemic species that is critically endangered according to the IUCN so that conservation efforts are needed. Sumatran tiger conservation is carried out by Ragunan Zoo (TMR) and IUCN through the GSMP (Global Species Management Plan) by doing collaborative breeding. Collaborative breeding is done by pairing female from TMR with male from Medan Zoo to prevent inbreeding. The pairing of tigers must go through an introduction process and their interactions need to be observed. Therefore, research was conducted on pairs of sumatran tigers to analyze the social behaviors that occurs between male and female sumatran tigers that may lead to reproductive behavior. Scan sampling and ad libitum methods were used in the study for three hours per day with a total of 23 repetitions from January to March 2024. Data were collected by observing the social and reproductive behavior of male and female sumatran tigers in sleeping cages, Tiger Zone 1 of Ragunan Zoo. The results of this study were dominated by social behavior in the form of approaching behavior (♀ 26,29%; ♂ 21,58%). Chuffing, head rubbing and sniffing behaviors were more often performed by both sumatran tigers compared to growl and aggression behaviors. Male and female sumatran tigers also perform reproductive behaviors, such as flehmen, while mating calls and genitalia sniffing are only done by male. This study shows the existence of social behavior of sumatran tigers that lead to reproductive behavior, such as chuffing, head rubbing, body rubbing, flehmen and sniffing genitalia."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmas Ghita Ladia
"Pengelompokkan sosial dan kondisi lingkungan yang tercipta di kebun binatang dapat memengaruhi perilaku reproduksi gajah sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis perilaku reproduksi tahap pre-copulatory sebagai perilaku diurnal pada gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) jantan adolescence di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di DKI Jakarta. Waktu pengamatan dimulai pukul 08.00—14.00 WIB dengan interval waktu 15 menit selama 60 hari. Metode pengamatan yang digunakan adalah continuous focal sampling dan ad libitum untuk mengamati perilaku pre-copulatory meliputi flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, dan attempt mount. Penelitian pula dilakukan untuk mengamati perilaku harian dan perilaku interaksi sosial. Hasil penelitian menunjukkan perilaku harian dan interaksi sosial tertinggi gajah sumatra jantan adolescence di TMR yaitu makan (55,26%) dan conspecific play (0,96%). Gajah sumatra jantan adolescence hanya menunjukkan perilaku flehmen kepada gajah betina yang dikandangkan bersama dengan persentase sebesar 0,114% (0,107%: alpha female; 0,007%: betina subordinat). Perilaku flehmen ditunjukkan oleh gajah jantan adolescence saat betina urinasi di hari ke-11 hingga 14. Peneliti menyimpulkan bahwa gajah sumatra jantan adolescence yang terdapat di TMR sudah melewati inisiasi pubertas dengan menunjukkan perilaku reproduksi pre-copulatory yaitu flehmen kepada gajah betina dewasa.

Social groupings and environmental conditions in zoos can affect the reproductive behaviour of elephant. This study evaluated the pre-copulatory behaviour as diurnal pattern of adolescent male sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) at Taman Margasatwa Ragunan. Observations have been carried out sixty days during the implementation of the third level of community activity restrictions during the COVID-19 pandemic in the DKI Jakarta province, starting from 8 a.m. to 2 p.m. with an interval of 15 minutes. Continuous focal sampling and ad libitum were employed as study methods to observe the pre-copulatory behaviour, including flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, and attempt mount. Furthermore, the researcher observed daily and social interaction behaviour. Daily behaviour and social interaction behaviour of adolescent male sumatran elephant in TMR dominated by feeding (55.26%) and conspecific play (0.96%). The results showed that adolescent male sumatran elephant only performed flehmen behaviour to female elephant, caged together with 0.114% (0.017%: alpha female; 0.007%: subordinate female). Flehmen’s behaviour was shown by an adolescent male sumatran elephant when a female elephant urinated on days 11—14. Thus, this study reports that adolescent male sumatran elephant passed the initial of puberty by showing flehmen as precopulatory behaviour to female elephant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuan Achda Arbinery
"Telah dilakukan penelitian pada Macaca nigra di penangkaran. Penelitian dilakukan untuk mengetahui strategi adaptasi yaki yang hidup di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta melalui pengamatan perilaku makan. Penelitian pada empat individu yaki (1 jantan dan 3 betina) dilakukan selama bulan April 2013--Mei 2013 menggunakan metode scan animal sampling dan ad libitum sampling. Jumlah jam pengamatan setiap hari adalah 4 jam sehingga total pengamatan selama 20 hari adalah 80 jam. Jumlah titik sampel per harinya berjumlah 48 sampel sehingga total titik sampel selama 20 hari adalah 960 titik sampel. Tabulasi data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis secara deskriptif. Rerata aktivitas makan harian masing-masing individu menunjukkan bahwa Jenny (betina dewasa usia 8 tahun) merupakan individu dengan rerata aktivitas makan tertinggi (60.32 ± 0.08%), diikuti dengan Nonik (betina dewasa usia 14 tahun) (58.06 ± 0.11%), Rani (betina muda usia 2 tahun) (55.05 ± 0.08%), dan Ramos (jantan dewasa usia 13 tahun) (45.27 ± 0.07%). Perbedaan frekuensi aktivitas makan antara kelompok yaki di penangkaran dengan kelompok yaki di alam menunjukkan adanya strategi adaptasi tersendiri pada kelompok yaki tersebut terhadap habitatnya.

It has been done research on Macaca nigra in captivity. A study on adaptation strategies of yaki whose living in Schmutzer Primate Center, Ragunan Zoo, Jakarta through observation of feeding behavior. Research on four individuals yaki (1 male and 3 females) have been done during April 2013--May 2013 using the scan animal sampling and ad libitum sampling methods. The number of hours of observation each day is 4 hours so the total observation period of 20 days is 80 hours. Tabulation of the data presented in tables and graphs and analyzed descriptively. The mean of daily feeding activity of each individual showed that Jenny (8 years old adult female) is an individual with the highest mean feeding activity (60.32 ± 0.08%) followed by Nonik (14 years old adult female) (58.06 ± 0.11%), Rani (2 years old young female) (55.05 ± 0.08%), and Ramos (13 years old adult male) (45.27 ± 0.07%). The difference of feeding behaviour frequencies between yaki group in captivity and nature shows distinct adaptation strategy toward their habitat.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldi Ednin Vernia
"ABSTRAK Tingginya permintaan jalak putih (Acridotheres melanopterus) di pasaran tidak diiringi dengan populasi yang melimpah di alam. Jalak putih pada saat ini sudah sulit ditemukan di alam liar dengan status Critically Endangered atau kritis (IUCN). Oleh karena itu manusia mulai melakukan penangkaran terhadap burung ini untuk memenuhi kebutuhan pasar ataupun sebagai usaha pelestarian. Banyaknya penangkaran yang bermunculan tidak dibarengi dengan cukupnya pengetahuan penangkar mengenai jalak putih. Kenyataan bahwa jalak putih terbagi kedalam tiga spesies tidak banyak diketahui oleh penangkar dalam mengawinkan jalak putih. Hal ini mengakibatkan banyaknya perkawinan silang baik sengaja ataupun tidak disengaja antar spesies jalak putih di penangkaran. Fenomena hibridisasi yang terjadi di penangkaran dapat menuntun jalak putih menuju kepunahan dikarenakan spesies murni perlahan hilang. Jalak Putih hibrida secara langsung dapat diketahui dari ciri-ciri morfologinya yang berbeda dengan spesies murni jalak putih. Secara morfologi, pengamatan langsung dapat dilakukan untuk mengidentifikasi ciri-ciri jalak putih hibrida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ciri utama yang membedakan jalak putih hibrida dengan murni terdapat pada bagian bulu punggung. Jalak putih hibrida memiliki bulu abu-abu di bagian punggung sedangkan jalak putih murni berwarna putih bersih. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa manajemen penangkaran jalak putih di Indonesia masih banyak didasarkan pada pengalaman. Belum ada penelitian yang secara khusus meneliti fenomena hibridisasi pada jalak putih sehingga hasil penelitian ini juga sangat penting untuk menghasilkan dasar-dasar pengetahuan mengenai jalak putih hibrida yang akan sangat bermanfaat bagi usaha pelestarian burung ini di masa depan.

ABSTRACT
The high demand for black-winged myna (Acridotheres melanopterus) on the market is not accompanied by an abundant population in the nature. Black-winged myna is now difficult to find in the wild with critical endangered or critical (IUCN) status, therefore humans began to capture these birds for the market needs or as a conservation programs. The number of captive breeding is not accompanied by sufficient knowledge of the breeders about the black-winged myna. The fact that black-winged mynas are divided into three species is not known by many breeders in mating the black-winged myna. This is making the risk of cross-breeding or hibridization higher whether intentionally or not between the species of black-winged myna in captivity. The hybridization phenomenon that occurs in captivity can lead the black-winged myna to extinction after the pure species are replaced by the hybrids. Hybrid black-winged myna can be identified directly from the different morphological characteristics compared to pure white starlings. Morphologically, direct observations can be made to identify the characteristics of hybrid black-winged myna. The results of the study show that the main features that belongs to the hybrids is can be found on the back feathers. Hybrid black-winged myna is having gray feather on the back while pure white starlings are pure white. The results also show that the management of black-winged myna captive breeding in Indonesia is still have a lot of tings to be fixed. There are no studies specifically for the hybridization phenomenon in the black-winged myna. The results of this study are also very important as a base to produce the basics management and information that will be very helpful for the conservation program of the birds in the future.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T52129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Helmanto
"Saurauia merupakan salah satu marga tumbuhan dari suku Actinidiaceae. Marga tumbuhan ini tersebar alami di beberapa dataran tinggi daerah tropis dan subtropis, termasuk kawasan Gunung Slamet di Indonesia. Beberapa spesies Saurauia berpotensi sebagai obat tradisional untuk mengobati diabetes, kanker dan kolesterol. Saat ini populasi Saurauia di Indonesia mulai berkurang. Beberapa spesies Saurauia masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi populasi, preferensi habitat dan menyusun strategi konservasi Saurauia spp. di kawasan Gunung Slamet. Penelitian dilakukan di 4 lokasi pada lereng yang berbeda di Gunung Slamet pada elevasi 900--2400 mdpl. Pengambilan data populasi dilakukan dengan purposive sampling mengikuti jalur pendakian yang sudah ada. Plot ukur seluas 20x20 m2 dibuat pada lokasi ditemukannya Saurauia spp. Data yang diambil meliputi spesies, jumlah, tinggi dan diameter. Beberapa parameter lingkungan dicatat seperti elevasi, kemiringan lereng, arah lereng, tutupan kanopi, pH, kelembapan relatif tanah, suhu dan kelembapan relatif udara. Analisis faktor habitat dilakukan dengan metode Principle Component Analysis (PCA). Pemodelan distribusi spasial dilakukan menggunakan maxent v3.3. Hasil penelitian ditemukan 636 individu Saurauia dalam 103 plot ukur. Jumlah tersebut terdiri dari 4 spesies Saurauia, yaitu S. nudiflora DC. (90 individu), S. pendula Blume (382), S. microphylla de Vriese (145) dan S. bracteosa DC. (19). Struktur populasi Saurauia yang ditemukan didominasi oleh fase anakan sekitar 63,99 % dan fase dewasa 36,01 %. Hasil PCA menunjukkan bahwa faktor elevasi sangat berpengaruh terhadap sebaran Saurauia di Gunung. Faktor-faktor pengganggu pertumbuhan populasi Saurauia spp antara lain faktor alam (patah, epifit dan liana) dan faktor antropogenik (penebangan dan perubahan fungsi lahan selain hutan). Beberapa strategi konservasi perlu dilakukan antara lain mempertahankan fungsi hutan lokasi sebaran Saurauia spp., konservasi ex-situ S. nudiflora dan S. bracteosa, dan reintroduksi S. nudiflora dan S. bracteosa di kawasan Gunung Slamet.

Saurauia belongs to Actinidiaceae family. These genus is naturally distributed in tropical and subtropical highlands, including Mount Slamet in Indonesia. Some species of Saurauia have potential use as traditional medicines for diabetes, cancer and cholesterol. Currently, the population of Saurauia in Indonesia has begun to decrease. Some species of Saurauia are included in the IUCN Red List. This research aims to determine the population conditions and habitat preference as well as to develop conservation strategy of Saurauia spp. in Mount Slamet. This research was conducted at 4 locations on different slopes of Mount Slamet with the elevation range of 900--2400 m above sea level. Population data collection was carried out by following an existing climbing path using the purposive sampling method. Measuring plots of 20x20 m2 were made at the locations where Saurauia spp were located. The data taken included the species types, number of individual, height and diameter of Saurauia. Several environmental parameters were also recorded in each plot, including elevation, slope, aspects, canopy cover, soil pH, soil Rh, temperature and humidity. Analysis of habitat factor was done by Principle Component Analysis (PCA) using SPSS software. Spatial distribution model was performed using maxent v 3.3. The results of study showed that there were 636 Saurauia individuals in a total of 103 measuring plots. These individuals consisted of 4 species namely S. nudiflora DC. (90 individuals), S. pendula Blume (382), S. microphylla de Vriese (145) and S. bracteosa DC. (19). The Saurauia population structure was dominated by juvenile phase with approximately 63.99 %, whereas the mature phase was onlys 36.01 % from the total population. PCA results showed that the elevation factor affects the distribution of Saurauia in Mount Slamet. The threatening factors of Saurauia spp. population include natural factors (stem broken, epiphytes, liana) and anthropogenic factors (logging and land use conversion). Several conservation strategies need to be done i.e. preserve the forest function on Saurauia spp. natural distribution area on Mount Slamet, ex-situ conservation on S. nudiflora and S. bracteosa, and reintroduction program on  S. nudiflora and S. bracteosa  in Mount Slamet area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>