Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9775 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Qingming Festival is a great festival and tradition for Chinese to commemorate their ancestors. This activity is considered necessary to do by Chinese nation. Qingming festival reflects xiaoxin which means devotion toward the elderly or ancestor and is regarded as an educational culture. This tradition is well preserved until now. This study is objected to compare the Qingming festival held in Bengkalis City, Riau, and one held in Sungailiat, Bangka. By visiting directly those places and interviewing some Chinese people there,  we will study and conclude some comparison on this subject. "
LINCUL 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marcenda Pangestuti
"ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis komodifikasi upacara ruwatan rambut gimbal yang merupakan warisan budaya Dieng dalam festival tahunan kebudayaan masyarakat Dieng bernama Dieng Culture Festival (DCF) yang dimulai sejak tahun 2010 di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Seiring pesatnya perkembangan industri pariwisata budaya di Indonesia, upacara ruwatan rambut gimbal dikembangkan menjadi sebuah ?spectacle? (tontonan) yang bertujuan untuk menarik wisatawan. Upacara ruwatan yang bernilai sakral kini berubah menjadi sesuatu yang profan, dari tuntunan bergeser menjadi tontonan belaka sebagai dampak dari pengembangan pariwisata. Keistimewaan anak gimbal sebagai objek ruwatan tersebut kini dimaknai dan diperlakukan berbeda oleh pelaku wisata hingga pemerintah setempat. Proses komodifikasi dikuatkan melalui proses pemasaran melalui media online. Skripsi ini menggunakan konsep utama ?Spectacle? dari Guy Debord, dilengkapi dengan konsep komodifikasi dalam isu ekonomi politik pariwisata yang dikemukakan oleh beberapa ilmuwan kepariwisataan (tourism scholar)mulai dari Kevin Fox Gotham, Melanie K. Smith, dan John Urry. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya komodifikasi budaya upacara ruwatan rambut gimbal dalam Dieng Culture Festival yang berdampak terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat Dieng. Dampak sosial terkait dengan adanya ketegangan yang terjadi di dalam masyarakat sebagai bentuk resistensi terhadap komersialisasi budaya. Sedangkan dampak kultural lebih terkait dengan isu keaslian (authenticity) budaya dimana dalam ruwatan festival terjadi beberapa pengubahan pelaksanaan ritual rambut gimbal yang dilakukan oleh penyelenggara Dieng Culture Festival.

ABSTRAK
This paper analyzes the commodification of dreadlocks hair children?s ritual ceremony in Dieng Culture Festival at the Dieng Plateau, Central Java. With the rapid development of cultural tourism industries, those ritual developed into a spectacle that aims to attract tourists in the annual cultural festival named Dieng Culture Festival which began in 2010. The sacred value of ritual now being transformed by the social actors, including Dieng Culture Festival organizer, local government with the use of online media into something profane. The dreadlock hair children as main objects of ritual now is being understood and treated differently. This paper uses the ?Spectacle? from Guy Debord as a main concept and concept of commodification in the political economy of tourism discussed and developed by three tourism scholar; Kevin Fox Gotham, Melanie Smith, and John Urry. The result indicates the existence of cultural commodification of dreadlocks hair children?s ritual ceremony in Dieng Culture Festival which is causes both social and cultural impact. The social impacts relate to the tensions between local people who confront with the rise and dominanve of tourism development within Dieng Culture Festivaland the cultural impact is focuson the issue of cultural authenticity because there are some increments and alterations of dreadlocks hair children?s ritual.
"
2016
S63604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Cesira Putri
"Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder dari beberapa website dan studi dokumen yang sudah ada. Data terdiri dari penjelasan singkat terhadap komponen musik festival di Indonesia yang terdiri dari konten, struktur media, non-mainstream dan analisis ekonomi. Data ini dibentuk dengan proses pencarian studi kasus mengenai industrialisasi musik festival yang telah ada. Metodepenelitian yang dipakaiadalahStudi dokumen untuk memperoleh data sekunder dan Forum Group Discussion (FGD) untuk data pendukung. Padaindustrialisasi musik festival di Indonesia penulis menjelaskan bahwa prediksi Theodor Adorno dalam teori Industri Budaya yang diungkapkannya, belum berlaku secara menyeluruh di semua genre musik yang ada. Musik festival non-mainstream menunjukkan adanya hasil karya seni murni yang tidak mengikuti arus industri media genre musik lainnya. Dengan adanya komunitas dan pergelaran musik festival independen, musik non-mainstream semakin memperkuat bahwa tidak semua musik dapat di industrialisasi di Indonesia. Dibuatnya jurnal iniiniadalahuntuk kepentingan memperluas dan memperkaya studi dokumen mengenai Teori Industri Budaya milik Theodor Adorno dan, informasi mengenai industri media khususnya musik, dan proses industrialisasi itu sendiri.

In this study, the authors used secondary data from multiple websites and study of existing documents. The data consist of a brief description of the components of the music festival in Indonesia, which consists of content, media structure, non ? mainstream, and economic analysis. These data formed the search process case studies on industrialization music festival that has been there.The research method used is the study of documents to obtain secondary data and Focus Group Discussion ( FGD ) for supporting data. At the music festival in Indonesia industrialization author explains that the predictions of Theodor Adorno Culture Industry in theory it expresses, not apply fully in all genres of music available. Non - mainstream music festival showed works of fine art that does not follow the flow of other musical genres of the media industry. With the community festivals and musical performances of independent, non-mainstream music reinforces that not all music can be in industrialization in Indonesia. This journal is made for the benefit of expanding and enriching the study of documents belonging to the Cultural Industry Theory made by Theodor Adorno and, information about the media industry, especially music, and the process of industrialization itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Brisbania Ayu Saraswati Bhakti
"Kemiripan pada dua kebudayaan dalam satu negara yang sama kerap terjadi, namun hal tersebut berbeda dengan kemiripan yang terdapat dalam festival Nebuta dan festival Ogoh-ogoh. Skripsi ini meneliti tentang dua negara yang berbeda dan bahkan berjauhan letaknya memiliki kemiripan kebudayaan. Penelitian dipusatkan pada masyarakat Aomori di Jepang dan Bali di Indonesia, tempat kedua festival tersebut dilaksanakan tiap tahunnya. Kedua festival ini merupakan ritual pembersihan diri. Uniknya, tujuan pembersihan diri serta bentuk prosesi yang berupa arak-arakan boneka raksasa dari kedua festival ini memiliki kemiripan satu sama lain. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dengan berlandasan konsep kebudayaan, hasil penelitian dapat mengklasifikasikan persamaan dan perbedaan yang terdapat pada Festival Nebuta dan Festival Ogoh-ogoh.

The similarities between two cultures in the same country often happens, however it is different from that contained in the similarity of Nebuta festival and Ogoh-ogoh festival. This thesis examines two different countries and even farther apart who have similarities of culture. The study focused on the people of Aomori in Japan and Bali in Indonesia, where the festival is held annually. Both of these festivals is a cleansing ritual of self. Interestingly, self-purifying purposes and form of the procession which is cavalcade giant puppets in both festivals has similarities to one another. This study is a descriptive qualitative research. By using the concept of culture, the results can classify the similarities and the differences found in Nebuta Festival and Ogoh-ogoh Festival.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Beauty Nide
"Genshin Impact (原神) merupakan sebuah permainan video yang dikembangkan oleh perusahaan permainan video asal Shanghai, Cina, miHoYo Co., Ltd. (米哈游网络科技股份有限公司) yang dirilis secara resmi pada tanggal 28 September 2020. Permainan ini berfokus pada kisah “Pengembara” yang pergi berkeliling dunia bernama Teyvat (提瓦特), untuk mencari saudara kembarnya. Setiap tahunnya, permainan ini terdapat sebuah festival bernama Festival Lantern Rite (海灯节). Festival ini terinspirasi dari dua perayaan besar di Cina, yaitu perayaan Tahun Baru Cina (春节) dan Festival Lampion (元宵节). Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Festival Lantern Rite dalam Genshin Impact diadakan dengan menyamakan waktu pelaksanaan perayaan Tahun Baru Cina dan Festival Lampion dalam masyarakat Cina, serta lebih banyak mengadaptasi mengenai asal-usul dan kebiasaan yang dilakukan daripada dekorasi yang digunakan.

Genshin Impact (原神) is a video-game developed by a Shanghai-based video-game company, miHoYo Co., Ltd. (米哈游网络科技股份有限公司), released on September 28th 2020. This game focused on the story of “Traveler” who goes around a world called Teyvat (提瓦特) in search of their twin-sibling. Every year, there is an event that is playable called Lantern Rite Festival (海灯节). This event inspired by two big events in China, Chinese New Year (春节) and Lantern Festival (元宵节). This research was conducted using qualitative research methods and using a comparative approach. The result of this research indicate that the date used in Lantern Rite Festival in Genshin Impact is the same as the ones in Chinese New Year and Lantern Festival in Chinese Communities, and adapted more of the history and the traditions rather than the decorations used in the festival."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ares Albirru Amsal
"Pariwisata merupakan sektor terpenting bagi beberapa negara karena memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Festival sebagai bagian acara pariwisata dapat digunakan sebagai penarik kedatangan turis. Untuk kesuksesan festival, beberapa persyaratan harus dipenuhi seperti pengalaman yang berkesan, kepribadian festival yang menarik dan reputasi yang baik. Pine dan Gilmore 1998 mendeskripsikan terdapat empat dimensi dari pengalaman ekonomi experience economy yaitu; edukasi, hiburan, pelarian dan estetika. Dengan Structural Equation Modeling SEM pada data Festival Makanan Kampoeng Tempo Doeloe 206 sampel, studi ini ditujukan untuk menemukan dampak dari empat dimensi pengalaman terhadap kepribadian festival, lalu menganalisa pengaruh kepribadian festival pada reputasinya. Hasil penelitian menunjukan hiburan, edukasi dan estetika secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepribadian festival. Hasil lainnya juga menunjukan bahwa kepribadian festival berpengaruh positif secara signifikan pada reputasi festival. Penelitian ini berguna bagi pemerintah maupun pengelola acara pariwisata dalam mengelola festival.

Tourism is one of the most essential sector for several countries because it affects the economic growth. Festival, as a part of event tourism, can be used as tourist attraction. To achieve success in festival, some conditions have to be fulfilled i.e memorable experience of festival, keen festival personality and its reputation. Pine and Gilmore 1998 described four dementionals of experience economy which are education, entertainment, escapism and esthetic. Using Structural Equation Modeling SEM on Festival Makanan Kampoeng Tempo Doeloe 206 samples, this study conducted to determine the effect of four experience dementions on festival personality and the influence of festival personality towards reputation. The result are showed that entertainment, education and esthetic have the significant positive effect on the festival personality. This study also reveals that festival personality have a significant positive influence on reputation. This research can be useful for government or tourism event organiser while organising festivals.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Prahesty
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai produksi dan konsumsi Festival Java Jazz di Indonesia yang diselenggarakan oleh PT. Java Festival Production. Penelitian ini bertujuan menunjukkan bagaimana sebuah produksi budaya dimaknai oleh produsen, konsumen, sponsor dan media, dan konstruksi sosial (gender, kelas, cita rasa) yang dibangun. Sumber data adalah AXIS Jakarta International Java Jazz Festival 2010 dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, seperti produsen, konsumen, dan media. Landasan pemikiran yang dipakai adalah konsep pemaknaan (signifikasi). Pendekatan Cultural Studies diterapkan melalui kajian kritis terhadap hasil observasi, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Festival Java Jazz merupakan ruang pertarungan berbagai kepentingan, khususnya kepentingan kapital yang mendukung konstruksi sosial yang membangun citra femininitas dan membedakan cita rasa kelas menengah atas.

This thesis is based on a research on the production and consumption of Java Jazz Festival in Indonesia, which was organized by PT. Java Festival Production. The research is aimed at describing how a cultural event production was constructed by producers, consumers, sponsors and media, as well as the social construction (gender, class, flavor) created. The sources of data are AXIS Jakarta International Java Jazz Festival 2010 and the parties involved in the event, such as producers, consumers, and media. The underlying idea applied in this research is the concept of signification. Cultural Studies approach is applied through critical assessment of the results of the observation, interviews and Focus Group Discussion (FGD). The results of this research indicate that Java Jazz Festival was a battlefield for various interests, especially the interests of the capital supporting a social construction that creates a feminine image and segregates a flavor for the uppermiddle class."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27883
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Kinanti Rizadi
"Aljazair memiliki cukup banyak kebudayaan dan sebagiannya mereka rayakan dengan mengadakan festival. Salah satu festival tahunan yang rutin diadakan di Aljazair adalah festival FiSahara. FiSahara didirikan pada 2003 oleh sahrawi bersama dengan aktivis solidaritas Spanyol dan pembuat film dari Spanyol yang mengunjungi kamp Sahrawi di Aljazair. Penelitian ini mengkaji permasalahan tentang isu Hak Asasi Manusia dalam festival FiSahara. Dalam mewujudkan penelitian ini, penulis menggunakan teori hak asasi manusia dan kebudayaan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa festival FiSahara adalah festival film Hak Asasi Manusia di Aljazair. Sahrawi memperjuangkan hak asasi manusia orang-orang Sahara Barat melalui festival FiSahara. Pemutaran film-film karya Sahrawi di festival FiSahara bertujuan untuk meningkatkan kesadaran internasional tentang krisis hak asasi manusia yang terlupakan. Festival FiSahara melatih dan mendukung para aktivis dan orang Sahrawi untuk menggunakan video secara aman, etis, dan efektif untuk mengungkap pelanggaran hak asasi manusia dan memperjuangkan perubahan hak asasi manusia.

Algeria has quite a lot of culture and part of it they celebrate by holding festivals. One of the annual festivals that are regularly held in Algeria is the FiSahara festival. FiSahara was founded in 2003 by sahrawi together with Spanish solidarity activists and filmmakers from Spain who visited the Sahrawi camp in Algeria. This study examines the issue of human rights in the FiSahara festival. In realizing this research, the author uses the theory of human rights and culture. The method used is a qualitative method using a literature study approach. The results showed that the FiSahara festival is a Human Rights film festival in Algeria. Sahrawi fights for the human rights of the Western Sahara people through the FiSahara festival. The screening of Sahrawi's films at the FiSahara festival aims to raise international awareness about the forgotten human rights crisis. The FiSahara Festival trains and supports activists and Sahrawi people to use video safely, ethically and effectively to expose human rights abuses and fight for human rights change."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pekanbaru: Yayasan Sagang, 2011
808.8 SOU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pekanbaru: Yayasan Sagang, 2011
808.8 BEC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>