Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Faktor yang paling dominan terhadap kejadian TBC adalah lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti ventilasi, pencahayaan yang buruk, kelembaban, suhu, jenis lantai, pembagian ruangan, kepadatan hunian, jenis dinding. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian penyakit Tuberkulosis paru (BTA positif) di wilayah UPT Puskesmas Majenang I 9satu) pada tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan casecontrol. Jumlah sampel adalah sebanyak 68 responden terdiri dari 34 responden kelompok kasus dan 34 responden kelompok kontrol. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling potensial terhadap kejadian Tuberkulosis paru adalah jenis dinding rumah dengan nilai signifikansi ,002 (p<0,25), kelembaban dengan nilai signifikansi 0,039 (p<0,25). Kesimpulan dari penelitian adalah faktor yang berpengaruhh terhadap kejadian TB paru adalah dinding rumah dan kelembaban rumah.
"
JUKEKOI 7 : 2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrudin Ali Achmad
"ABSTRAK
Untuk mengetahui hubungan antara variabel demografi, geografi, iklim, sosial ekonomi, fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis dan tenaga kesehatan terlatih dengan jumlah kasus TB paru BTA positif, perlu dilakukan penelitian di Jakarta Selatan tahun 2007-2009 dengan studi ekologi melalui pendekatan spasial dan menggunakan data sekunder. Data diolah secara statistik dengan uji korelasi Pearson, dan analisis spasial dengan tehnik Overlay. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik tidak ada korelasi antara variabel yang diteliti, sedangkan secara spasial variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis berpengaruh terhadap jumlah kasus TB paru BTA positif di Kecamatan Tebet, dan di kecamatan lain variabel tidak berpengaruh.

ABSTRACT
To determine the relationship between demographic variables, geography, climate, socio-economic, microscopic health facilities and health personnel trained with the number of BTA positive pulmonary TB cases, need to do research in South Jakarta in 2007-2009 with a spatial approach to ecological studies and to use secondary data. Data was statistically analyzed by Pearson correlation test, and spatial analysis techniques Overlay. The results showed no statistically significant correlation between the variables studied, whereas the spatially variable population density, poor families and microscopic health facilities effect on the number of BTA positive pulmonary TB cases in the District of Tebet, and in other districts did not influence the variables.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Rahma Izzati
"Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain melalui droplet yang ditransmisikan melalui udara. Tingginya angka kasus penyakit TB dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor kepadatan penduduk, cakupan rumah sehat, serta iklim (suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan) terhadap angka proporsi kasus TB paru BTA Positif di Kota Surabaya pada tahun 2015-2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistika dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan metode studi ekologi time trend dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel kepadatan penduduk (p = 0,000; r = 0,308), cakupan rumah sehat (p = 0,000; r = -0,363), serta kelembaban udara pada lag time 1 tahun (p = 0,014; r = 0,949) dengan proporsi TB paru BTA positif. Sementara untuk faktor suhu udara serta curah hujan menunjukkan hubungan yang tidak signfikan dengan proporsi TB paru BTA Positif. Berdasarkan peta analisis spasial, didapatkan pola yang jelas bahwa angka proporsi yang tinggi terdapat pada wilayah kecamatan yang memiliki cakupan rumah sehat yang rendah, namun pada faktor kepadatan penduduk tidak terlihat pola yang jelas. Oleh karena itu, disarankan untuk dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TB paru terutama pada wilayah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan juga melalui upaya pengembangan rumah sehat yang optimal.

Pulmonary tuberculosis or pulmonary TB is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. This disease is transmitted from one person to another through droplets that are transmitted through the air. The high number of TB cases can be caused by various factors, one of which is environmental factors. This study aims to determine the relationship between population density, healthy housing coverage, and climate factors (air temperature, relative humidity, and rainfall) to the proportion smear-positive pulmonary TB cases in Surabaya city in 2015-2019. This study uses secondary data from the Central Bureau of Statistics and the Surabaya City Health Office with time trend ecological study methods and spatial analysis. The results showed that there was a significant relationship between population density (p = 0.000; r = 0.308), healthy house coverage (p = 0.000; r = -0.363), and humidity at a 1 year lag time (p = 0.014; r = 0.949) with the proportion of smear-positive pulmonary TB. Meanwhile, the air temperature and rainfall factors showed a non-significant relationship with the proportion of smear-positive pulmonary TB. Based on the spatial analysis map, a clear pattern is found that the high proportion is found in sub-districts that have low coverage of healthy homes, but on the population density factor there is no clear pattern. Therefore, it is recommended to prevent and control pulmonary TB disease, especially in sub-districts that have a high population density and also through efforts to develop optimal healthy homes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audia Jasmin Armanda
"Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mikrobakterium Tuberkulosis. Kasus TB paru di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada tahun 2015 ditemukan 203 penderita dengan BTA (Basil Tahan Asam) (+). Penelitian ini bertujuan agar diketahuinya faktor yang mempengaruhi (meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, status gizi, pendidikan, status merokok, jumlah rokok yang dihisap, pengetahuan, sikap, perilaku, kepadatan hunian, pencahayaan, ventilasi, suhu, dan kelembaban) terhadap kejadian TB paru BTA(+) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan studi kasus-kontrol, sampel penelitian adalah penderita TB Paru BTA(+) yang berobat di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada April-Mei 2016 sebagai kasus, dan pasien non-TB sebagai kontrol. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner teruji. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat (uji regresi logistik).
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian TB paru BTA+ adalah Status gizi (p=0,000, adjusted OR=6,329), dan Sikap (p=0,003, adjusted OR=4,529). Disarankan agar responden memperoleh asupan gizi seimbang setiap harinya.

Tuberculosis disease is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. There were 203 new cases of AFB (Acid-Fast Bacilli) (+) pulmonary TB in Pesanggrahan District Community Health Centers in 2015. The purpose of study was to known the factors influenced (which include age, sex, occupation, income, nutritional status, education, smoking, number of smoked, knowledge, attitude, behaviour, populous household, house lights, ventilation, room temperature, and humidity) the incidence of AFB(+) pulmonary TB in Pesanggrahan District Community Health Centers, South Jakarta, in 2016.
The method used in this study was a case-control study, have done within April-May 2016, the cases is AFB(+) pulmonary TB patients registered in Pesanggrahan District Community Health Centers, with other non-TB patients as the control. The data was collected with interview using tested questionnaires. Data analysis was performed with univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis (logistic regression test).
Multivariate analysis shows that variables with significant impact on AFB(+) pulmonary TB are nutritional status (p=0,000, adjusted OR=6,329), and attitude (p=0,003, adjusted OR=4,529). Recommended to respondent get nutrition that contain balanced nutrition every day.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65202
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwan NS
"Latar Belakang : Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung )yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Lahir dari 90% kasus TB Paru ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia penyakit TB Paru masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Di Kecamatan Tebet jumlah penderita TB Paru pada tahun 2006 adalah 262 kasus meningkat menjadi 284 kasus pada tahun 2007. Peranan fuktor llnglamgan fisik dalam rumah menentukan penyebaran penyakit TB Paru, sehingga dalam penanggulangan TB Pary yang komprehensif harus memperhatikan fuktor lingkungan fisik dalam rumah. Pada tahun 2007, cakupan rumah sehat di Kecamatan Tebet hanya 40-50o/o, hal ini diduga memperbesar timbulnya penularan TB Paru.
Tujuan : Penelitian ini untuk. melihat hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kecamatan Tebet Kota Administrasi Jakarta Selatan tahwt 2008.
Metode : Desain studi kasus control dengan 50 kasus )'!lng diambil deri peoderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas Kecamatan Tebet dan 50 kontrol yang diambil dari penderita TB Paru BTA (-).
Hasil : Analisis multivariate lingkungan fisik dalam rumah )'!lng berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah : kelembaban dalam rumah <40% atau >70% (OR :3,25 95% Cl 1,29-8,21). Dari faktor resiko kebiasaan perilaku penghuni didalam rumah hanya lama merokok > I 0 tahun yang bermakna (OR:4,09 95% CI 1,24-13,51).
Kesimpulan: faktor lingkungan fisik rumah yang paling dominan terbadap kejadian TB Paru BTA (+) di Kecamatan Tebet Kota Adrninistrnsi Jakarta Selatan tabun 2008 adalah lama merokok > I 0 tahun setelah dikontrol dengan kelembahan dalam rumah.
Saran : Kerjasama lintas sektoral dalam penataan desain dan konstruksi rumah sehat bila ada penataan ulang perumahan serta melakukan penyuluhan menganai rumah sehat.

Background : Pulmonary Tb, is an infective-contagious disease caused by Mycobacterium tubercoulosis. More than 90% of global pulmonary TB cases occw: in the developing countries.TB remains an important public health problem in Indonesia. The occurrence of pulmonary TB in Municipality of South Jakarta in the year of 2006 are 262 cases and increase to 284 cases in 2007. Physical Environment condition of the house i:s one factor that playing important role in Pulmonary TB spreading, especially the coverage of healthy housing in City of South Jakarta only 40-50".4 in 2007.
Objectives : to investigate the relation between physical environment of the house with occurrence of pulmonary TB in municipality of South Jakarta.
Methods ; this case-control study design used 50 cases aed 50 controls. Those respondents had been taken from Public Health CentO£ ofTebet Subdistrict.
Results : Based on multivariate analysis housing conditions that influenced the risk of pulmonary TB are: the level of humidity of the house less than 40% or more than 70% (OR; 3,25 95%CI 1,29·8,21). In addition, of daily habit factors only 1ength consumption of smoke more than 10 years is significant associated (OR ; 4,09 95%Cll,24-13,51).
Suggestion : TB control progrmn in Tebet Subdistrict should coordinates with other department to improve housing design and give health promotion activities about healthy house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20970
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Primasari
"MPHTB merupakan masalah darurat global karena menyebabkan lebih banyak kematian dibandingkan penyakit menular lainnya. Berdasarkan WHO Global Tuberculosis 2016 menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222, menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi didunia.Timbulnya penyakit tuberculosis TBC di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko determinan, salah satunya kurangnya sinar matahari masuk kedalam rumah. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pencahayaan alami dalam rumah dengan kejadian TB paru BTA positif pada usia ge;15 tahun keatas di Kota Solok Sumatera Barat pada tahun 2017. Desain Penelitian ini adalah case control dengan melakukan wawancara, obeservasi dan pengukuran terhadap pencahayaan dan kelembaban. Penelitian ini dilakukan pada bulan April s/d Mei 2018. Hasil Peneilitian ini Pencahayaan yang dalam rumahyang < 60 lux beresiko terkena TB Parur 3,732 kali 95 CI 1,584-8,793 setelah di kontrol oleh variabel Kepadatan Hunian dan Status Gizi.

MPH Tuberculosis is a global emergency issue because it causes more deaths than other infectious diseases. According to WHO Global Tuberculosis 2016 states that Indonesia with a population of 254,831,222, occupies the second position with the highest burden of TB in the world. The incidence of tuberculosis TB in the community is influenced by several determinant risk factors, one of which is the lack of sunlight into the house. The purpose of this research is to know the relationship between natural light in the house with the incidence of positive smear pulmonary tuberculosis at age ge 15 years and above in Solok city of West Sumatera in 2017. Design This research is case control by conducting interview, obeservasi and measurement to lighting and humidity. This study was conducted from April to May 2018. The results of this study The in house lightings "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeaneria Rushadi
"Penyakit Tuberkulosis paru (TB Paru) masih menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia, termasuk Indonesia. Angka penemuan kasus TB paru di Kota Sukabumi berada di urutan ke-3 tertinggi yang ada di Provinsi Jawa Barat, yaitu mencapai 75,83%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang mempengaruhi kejadian TB paru di Kota Sukabumi.
Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol. Kriteria kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita baru TB Paru yang berusia minimal 15 tahun dan dinyatakan positif berdasarkan konfirmasi laboratorium Puskesmas, sudah diobati dengan OAT selama sekitar 4 minggu serta bertempat tinggal di Kota Sukabumi, sedangkan kriteria kontrolnya adalah tetangga terdekat dari rumah kasus yang tidak menderita TB paru, tidak memiliki gejala klinis mirip TB paru berdasarkan konfirmasi dari petugas puskesmas, berusia minimal 15 tahun dan bertempat tinggal di Kota Sukabumi. Jumlah sampel kasus adalah 58 responden, dan kontrol 58 responden.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian TB paru di Kota Sukabumi adalah jenis kelamin (OR 7,28; 95% CI 3,161-16,782), kepadatan hunian (OR 3,24; 95% CI 1,401-7,477), pencahayaan (OR 4,06; 95% CI 1,850-8,916), keberadaan sinar matahari di dalam ruangan (OR 3,05; 95% CI 1,206-7,687), dan kebiasaan merokok (OR 7,53; 95% CI 3,227-17,564). Hasil analisis multivariat dengan menggunakaan pemodelan regresi logistik menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki, dan pencahayaan rumah kurang dari 60 lux berhubungan dengan terjadinya TB paru. Faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi kejadian TB paru di Kota Sukabumi berdasarkan analisis multivariat adalah jenis kelamin laki-laki (OR 5,85; 95% CI 2,384-13,821).

Pulmonary Tuberculosis remains a major cause of morbidity and mortality in the world, including Indonesia. Case Detection Rate (CDR) of pulmonary tuberculosis in Sukabumi is the 3rd highest among the cities in West Java Province, as the value reaches 75.83%. The aim of this study is to analyze the risk factor that affected pulmonary tuberculosis incident in Sukabumi in 2014.
This study used a case control design, as the criteria of the case used were new pulmonary TB patients with at least 15 years old age, are sputum smear positive confirmed by the health care laboratory, has been treated with Anti-Tuberculosis Medications for about 4 weeks, and live in Sukabumi City, whereas the control criteria were nearest neighbors of the cases that neither did suffer from pulmonary tuberculosis nor have clinical symptoms similar to pulmonary tuberculosis based on the confirmation of the clinic staff, with at least 15 years old age, and live in Sukabumi City. The number of case samples and control samples were 58 respondents, respectively.
The results of this study showed that the risk factors affecting the incidence of pulmonary tuberculosis in Sukabumi were gender (OR 7.28; 95% CI 3.161-16.782), housing density (OR 3.24; 95% CI 1.401-7.477), lighting (OR 4.06; 95% CI 1.850-8.916), sunlight existence inside the house (OR 3.05; 95% CI 1.206-7.687), and smoking habit (OR 7.53; 95% CI 3.227-17.564). Multivariate analysis using multiple logistic regression model indicated that the male gender and the house lighting less than 60 lux were associated with the occurrence of pulmonary tuberculosis. The most dominant risk factor affecting the incidence of pulmonary tuberculosis in Sukabumi was male gender (OR 5.85; 95% CI 2.384-13.821).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putih Ayu Perani
"TB paru merupakan salah satu prioritas nasional di Indonesia, karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian (Riskesdas, 2013). Di Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara tahun 2013, jumlah penderita TB paru sebanyak 54 orang dan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2013, dari 9.649 rumah masih terdapat 2.588 rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit tuberkulosis.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara. Selain itu, melihat pengaruh faktor karakteristik individu (umur, pendidikan, status gizi dan jenis kelamin) terhadap kejadian TB paru.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah kasus control. Subjek penelitian pada kelompok kasus adalah penderita TB paru BTA (+) yang berusia 15 tahun keatas yang terdata dalam register Puskesmas (Januari-Desember 2013). Sedangkan, kelompok kontrol adalah sebagian tetangga kelompok kasus yang mempunyai riwayat tidak menderita TB paru dengan karakteristik yang kurang lebih sama dengan kelompok kasus seperti usia, jenis kelamin.
Hasil : Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kondisi lingkungan rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru adalah ventilasi (p = 0,011, OR = 5,464), pencahayaan (p = 0,043, OR = 4,030), kelembaban (p = 0,002, OR = 8,143) dan kepadatan hunian (p = 0,043, OR = 4,030). Sedangkan, karakteristik individu yang mempengaruhi kejadian TB paru adalah pendidikan (p = 0,048, OR = 3,778).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kondisi lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan kepadatan hunian dengan kejadian TB paru. Selain itu, pendidikan juga memiliki hubungan dengan kejadian TB paru.

Pulmonary tuberculosis is one of the national priorities in Indonesia, because the wide-ranging impact on quality of life and economy, and often result in death. Based on data from Health Center Bogor Utara in 2013, there were 54 people suffered pulmonary tuberculosis and based on the data of Bogor City Health Department in 2013, from 9649 there is still 2,588 houses that not qualify as healthy houses, where it is a risk factor for pulmonary tuberculosis.
Objective : This study aims to determine the relationship between environmental conditions of house (house ventilation, temperature and humidity of house, residential density of house, lighting and type of wall and floor) with the incidence of pulmonary tuberculosis in the work area of Health Center Bogor Utara. Researcher also relates some covariate factors such as characteristics of individual (age, education, nutritional status and gender) to the research.
Method : The design study is a case control with subjects in cases group are patients with pulmonary TB aged above 15 years were recorded in the register data The Health Center (January-December 2013). Meanwhile, the control group are neighbors case’s group who didn’t have a history of suffering from pulmonary TB with more or less have the same characteristics with cases such as age and gender.
Result : From the research found that the environmental conditions of house is at risk on the occurrence of pulmonary tuberculosis is ventilated house (p = 0,011, OR = 5,464), lighting (p = 0,043, OR = 4,030), humidity (p = 0,002, OR = 8,143) and residential density of house (p = 0,043, OR = 4,030).
Conclusion : This study concluded that there is a relationship between the environmental conditions of house (ventilation, lighting, humidity and residential density of house) with pulmonary tuberculosis incidence. Moreover, education also has a relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Eka Saputri
"Tuberkulosis paru merupakan sebuah penyakit yang menular sehingga mengakibatkan kesehatan buruk dan juga salah satu dari sepuluh penyebab kematian paling atas di dunia. Penyebab penyakit tuberkulosis paru yakni Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis paru masih menjadi salah satu masalah Kesehatan di kota bogor dari tahun 2020-2022. Tujuan: Menganalisis hubungan cakupan rumah sehat, cakupan rumah tangga ber PHBS, fasilitas kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kasus tuberkulosis paru di Kota Bogor pada tahun 2020-2022. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi ekologi berbasis waktu. Hasil: Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa Rumah sehat (p=0,256), Rumah ber-phbs (p=-0,257), Fasilitas Kesehatan (p=0,338), Kepadatan penduduk (p=-0,943) terhadap kejadian tuberkulosis paru. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara fasilitas Kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kejadian tuberkulosis. Dan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara rumah sehat dan rumah tangga ber-phbs terhadap kejadian tuberkulosis paru.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease that causes poor health and is also one of the top ten causes of death in the world. The cause of pulmonary tuberculosis is Mycobacterium tuberculosis. Pulmonary tuberculosis is still one of the health problems in Bogor City from 2020-2022. Objective: To analyze the relationship between healthy home coverage, PHBS household coverage, health facilities and population density with pulmonary tuberculosis cases in Bogor City in 2020-2022. Method: This study is a quantitative study with a time-based ecological study design. Results: The results of the correlation analysis showed that Healthy houses (p = 0.256), PHBS houses (p = -0.257), Health facilities (p = 0.338), Population density (p = -0.943) on the incidence of pulmonary tuberculosis. Conclusion: There is a significant relationship between health facilities and population density on the incidence of tuberculosis. And there is an insignificant relationship between healthy houses and PHBS households on the incidence of pulmonary tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Rahmawati
"ABSTRACT
Angka penemuan kasus (Case Detection Rate) di Kota Sukabumi merupakan tertinggi ketiga di Provinsi Jawa Barat yaitu 75,83% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kota Sukabumi tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi unmatched case control. Sampel penelitian sebanyak 116 responden yang terdiri dari 58 kasus dan 58 kontrol dan tercatat dalam buku register bulan Februari-April 2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data variabel independen diperoleh dengan wawancara, observasi dan mengukur.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pencahayaan (p-value: 0,000; OR: 4,222; 95%CI: 1,943-9,176), kepadatan rumah (p-value: 0,009; OR: 3,237; 95%CI: 1,401-7,477), jenis kelamin (p-value: 0,000; OR: 7,283; 95% CI: 3,161-16,782), status gizi (p-value: 0,000; OR: 10,667; 95% CI: 4,426-25,705) kejadian TB Paru BTA (+), sedangkan kelembaban, suhu, ventilasi, kepadatan kamar, umur dan pengetahuan tidak berhubungan dengan kejadian TB paru.

ABSTRACT
Case Detection Rate of Sukabumi City is the third highest in West Java Province 75,83% in 2013. The purpose of this study is to determine quality of home environment with the incidence of pulmonary TB BTA (+) in Sukabumi City in 2014. This study used unmatched case-control design. The sample 116 people consists of 58 cases and 58 control recorded in the register book of February-April 2014. Sampling technique in this research using purposive sampling which is appropriate with the criteria of inclusion and exclusion. All of the data and informations in this research are collected using interviews, observations and variables measurement.
The result of bivariat analysis showed that there were correlation between lighting (p-value: 0,000; OR: 4,222; 95%CI: 1,943-9,176), housing density (p-value: 0,009; OR: 3,237; 95%CI: 1,401-7,477), sex (p-value: 0,000; OR: 7,283; 95% CI: 3,161-16,782), nutrition status (p-value: 0,000; OR: 10,667; 95% CI: 4,426-25,705) with the incidence of pulmonary TB. While other variables like humidity, temperature, ventilation, room density, age and knowledge have no correlation with the incidence of pulmonary TB."
2014
S55216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>