Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Prevalensi cacing-cacing yang ditularkan melalui tanah, khususnya pada anak sekolah di Jakarta masih tinggi. Demikian juga dengan hasil studi ini yaitu 73,72% dan 78,10% pada 2 kelompok murid sekolah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Jakarta. Pada penelitian ini digunakan antihelmintikalbendazol dan mebendazol khusus untuk mempelajari efektivitasnya terhadap trikuriasis. Albendazol diberikan kepada 312 murid (kelompok I) sebagai dosis tunggal, 400 mg selama 3 hari berturut-turut, sedangkan mebendazol diberikan kepada 169 murid (kelompok II) dengan dosis 2 kali sehari, 100 mg, 3 hari berturut-turut. Terjadi penurunan prevalensi pada kelompok I yaitu 62,50% menjadi 15,32% dan 15,00%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan trikuriasis dengan albendazol dan mebendazol memberikan hasil yang sangat memuaskan bilamana diberikan 3 hari berturut-turut dengan dosis seperti di atas. "
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam pemberantasan cacing yang ditularkan melalui tanah dipakai obat cacing berspektrum luas terutama bila ada infeksi campuran dengan T.trichuria. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat potensi trasmisi A.lumbricoides dan T.trichuria pada murid sekolah dasar. Cara Kato-Katz digunakan dalam pemeriksaan tinja 684 murid SD. Murid yang terinfeksi diobati dengan oksantel pirantel pamoat (OPP) atau mebendazol (MBZ) dosis tunggal. Biakan tinja pada genting steril yang direndam dalam formalin 1,0% dilakukan pada 15 anak kelompok OPP dan 15 anak kelompok MBZ. Angka penyembuhan dan angka penurunan telur pada askariasis sangat baik, sedangkan pada trikuriasis diperoleh angka penyembuhan dan angka penurunan telur yang lebih kecil. Hambatan pertumbuhan telur A.lumbricoides ditemukan 2 hari pasca pengobatan OPP. Pada kelompok MBZ, hambatan pertumbuhan telur ditemukan pada hari ke-5 pasca pengobatan, dan ditemukan telur yang degenerasi pada tinja 2 hari dan 5 hari pasca-pengobatan MBZ. Angka transmisi pada kelompok OPP dan MBZ tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh obat terhadap angka transmisi maupun pertumbuhan telur T.trichuria."
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian di daerah kampus UI, Depok untuk mengetahui jenis-jenis cacing endoparasit pada saluran pencernaan bangkong (Bufo spp.) dan jenis-jenis bangkong yang terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 ekor bangkong yang tertangkap ada 2 jenis, yaitu Bufo melanostictus 25 ekor (terinfeksi 24 ekor) dan Bufo bipocartus 5 ekor (terinfeksi semua). Cacing endo parasit terdiri dari 58 ekor Oxyuride dari kelas Phasmidia dan 149 ekor Acanthocephalus sp. filum dari Acanthocephala. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai keragaman fauna cacing parasit pada Amphibia, khususnya pada bangkong di Indonesia. "
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan pada murid sekolah dasar di Jakarta. Murid yang terinfeksi T.trichuria dibagi menjadi dua kelompok (masing-masing n=15). Kelompok I diobati dengan mebendazol (MBZ), sedangkan kelompok II dengan oksantel-pirantel pamoat (OPP). Tinja pada masing-masing kelompok dibiak dalam bejana Stoll dengan medium larutan formalin 1%, sebelum pengobatan, 2 hari, 5 hari, dan 30 hari setelah pengobatan. Masing-masing biakan diinkubasi selama 4-8 minggu. MBZ dan OPP dapat menghambat perkembangan telur T.trichuria pada 2 dan 5 hari setelah pengobatan. Selain itu, MBZ dan OPP dapat mempengaruhi perubahan bentuk telur T.trichiura. Setelah 30 hari pengobatan tidak ditemukan pengaruh obat terhadap perkembangan telur tersebut."
MPARIN 11 (1) 1998
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberantasan infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah pada murid sekolah dasar (SD) peserta program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) setelah program tersebut berjalan selama 2 tahun. Pemeriksaan tinja dilakukan di SD Selagalas dan SD Cakranegara, Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. SD Selagalas adalah peserta program PMTAS, sedangkan SD Cakranegara belum pernah mendapat baik program PMTAS maupun program pemberantasan penyakit cacing. Data bobot dan tinggi badan diambil dari data usaha kesehatan sekolah (UKS) dan data tentang ada tidaknya jamban serta kebiasaan mereka buang air besar diambil melalui kuesioner. Hasil studi menunjukkan bahwa prevalensi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura untuk SD Selagalas berturut-turut 78,53% dan 63,90% , sedangkan untuk SD Cakranegara berturut-turut 72,63% dan 60,00%. Reinfeksi untuk A.lumbrucoides dan T.trichiura di SD Selagalas berturut-turut 28,,30% dan 51,90%, sedangkan di SD Cakranegara berturut-turut 19,44% dan 50,00%. Reinfeksi di SD Selagalas adalah sesuai dengan kebiasaan anak-anak sekolah yang buang air besar, yaitu 76,00% buang air besar di selokan atau sungai. Bobot dan tinggi badan murid SD Selagalas meningkat setelah 3 bulan pengobatan, sedangkan di Cakranegara terjadi penurunan bobot badan sesudah pengobatan, namun masih dalam batas status gizi baik."
MPARIN 12 (1-2) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan pada sebuah sekolah dasar negeri di Jakarta. Dari 265 murid yang tinjanya diperiksa ternyata 261 contoh tinja (98,4%) yang positif dengan telur cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Prevalensi trikuriasis 94,7%, askariasis 81,8% dan infeksi cacing tambang 0,37%. Murid yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian ini hanya 232 anak dan mereka diberi pengobatan dengan 400 mg Albendazol dosis tunggal selama 2 hari berturut-turut. Penurunan jumlah telur yang tinggi dapat menyebabkan berkurangnya pencemaran tanah dengan telur-telur tersebut sehingga kejadian infeksi baru dan reinfeksi dapat menurun. Pengobatan Albendazol selama 2 hari, dosis tunggal terhadap askariasis dan trikuriasis ternyata memberikan hasil yang tidak banyak berbeda bila dibandingkan dengan pengobatan 1 hari 400 mg dosis tunggal."
MPARIN 6 (1-2) 1993
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan pemeriksaan terhadap lebih dari 450 sampel tinja dan darah sapi potong yang diambil di rumah pemotongan hewan (RPH) Kotamadya Bogor. Tinja diperiksa teradap adanya telur cacing, sedangkan darah diperiksa terhadap nilai PCV, kadar Hb, jumlah sel darah merah dan darah putih serta diferensiasi lekosit. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa jumlah telur dalam satu gram tinja (EPG) sangat bervariasi antara 20-3.140 untuk telur cacing trematoda. Demikian juga hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa variasi yang cukup berarti. Hasil sepenuhnya akan didiskusikan di dalam makalah lengkap. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam pengamatan selama setahun terlihat adanya puncak produksi telur cacing nematoda, yakni pada bulan November dan April. Namun, gambaran pada telur cacing trematoda tidak begitu jelas (terjadi tiga titik puncak dan tertinggi pada bulan Juli). Gambaran ini tidak diikuti oleh gambaran darahnya."
MPARIN 6 (1-2) 1993
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian untuk menentukan prevalensi dan tingkat keparahan serangan cacing mata Thalezia sp. dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan terhadap 240 ekor Sapi Bali pada dua daerah, yang satu terletak di dataran tinggi dan yang lain di dataran rendah Kabupaten Badung Bali. Prevalensi serangan cacing mata Thalezia sp. pada sapi Bali di kabupaten Badung adalah 33,7%, dengan tingkat keparahan serangan ringan 73,8% dan 26,1% bersifat sedang. Serangan yang parah sifatnya tidak ditemukan dalam penelitian ini. "
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit cacing Nematoda saluran pencernaan (NSP) pada ruminansia sangat merugikan peternak kecil. Untuk penanggulangannya dilakukan beberapa cara, yaitu pengobatan dengan antelmintika yang diikuti dengan perbaikan manajemen peternakan dan kontrol biologi (biokontrol) dengan kapang atau kumbang kotoran. Pengobatan dengan antelmintika dilaporkan telah menimbulkan resistensi agen penyakit dan meningkatkan residu bahan kimia pada produk ternak dan lingkungan. Kontrol biologi dengan menggunakan kapang nematofagus, terutama dari genus Arthrobotrys dan Duddingtonia, dapat menurunkan infeksi larva infektif NSP dari golongan Trikhostrongilid pada tinja dan padang penggembalaan. Iklim Indonesia yang tropis basah sangat mendukung pertumbuhan kapang nematofagus, sehingga kontrol biologi terhadap cacing NSP dengan kapang ini mempunyai prospek yang baik di masa mendatang. "
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek mebendazol dan oksantel pirantel pamoat (OPP) terhadap telur T. trichiura yang diproduksi oleh cacing setelah pengobatan. Pemeriksaan tinja dilakukan pada 762 murid sekolah dasar dengan cara Kato Katz dan Harada Mori. Murid yang terinfeksi cacing diobati dengan OPP 10 mg per kg berat badan atau mebendezol 500 mg dosis tunggal. Angka penyembuhan, angka pengurangan telur, dan angka reinfeksi diamati pada murid yang diobati OPP. Kelompok telur T.trichiura pada kelompok mebendazol lebih lambat dari kelompok OPP. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>