Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Jahe merah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Evaluasi sifat toksik jahe merah sangat penting untuk mengetahui dampak negatif (yang membahayakan) terhadap kesehatan pasien. Oleh karena itu, sebelum dikonsumsi oleh manusia, perlu dilakukan penelitian toksisitas akut oral jahe merah pada mencit. Rimpang tipis jahe merah dalam kemasan plastik poli etilen diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 10 kGy dengan laju dosis 10 kGy/jam. Ekstrak etanol dari jahe merah yang tidak diiradiasi maupun yang diiradiasi lalu diuji toksisitas akut oral menggunakan metode OECS Guideline test. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sepanjang 14 hari perlakuan terdapat perubahan pola perilaku, gejala klinis dan berat badan mencit kontrol dan perlakuan kelompok. Pemeriksaan histopatologi sampai dosis kurang dari 1250 mg/kg berat badan (bb) menunjukkan normal dan tidak ada efek samping yang signifikan diamati pada ginjal, jantung, hati, paru-paru dan limpa. Kerusakan vena central dan berkurangnya jumlah sel hepatosit pada mencit jantan terjadi pada kelompok dosis uji lebih kurang 2000 mg/kg bb, sedangkan pada mencit betina terjadi pada kelompok uji dosis lebih kurang 1250 mg/kg bb.
"
AIDR 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Lucy Handayani
"ABSTRAK
Rimpang dari tanaman jahe (Zingiber officinale Koscoe) sering digunakan sebagal bahan obat-obatan tradisional atau pun pemberi aroma serta rasa pada makanan, minuman dan parfum. Perbanyakan tanaman ini pada umumnya menggunakan potongan rimpang, paling sedikit dengan 3 mata tunas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bibit rimpang bermata tunas 1, 2, dan 3 serta pengaruh pemberian IAA pada bibit rimpang dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dengan kontrol akuades, terhadap kecepatan tumbuh tanaman jahe.
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penanaman jahe dengan bibit rimpang bermata tunas 1 dan 3 ternyata lebih baik daripada menggunakan bibit bermata tunas 2. Hal ini terlihat dari perlarabahan tinggi tanaman pada umur 3 bulan dan 4 bulan. Demikian pula dari berat basah tanaman pada
umur 5 bulan. Dari perlakuan IAA pada bibit rimpang didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap kecepatan tumbuh tanaman jahe dibandihgkan kontrol, untuk semua parameter pertumbuhan yang diamati.
Dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menanam jahe, bibit yang paling efektif adaiah bibit rimpang bermata tunas 1, dipandang dari pemakaian jumlah bibit dan produktivitas tanaman yang dihasilkan. Selain itu dapat diketahui bahwa perendaman bibit rimpang jahe di dalam larutan IAA tidak efektif dalam memacu kecepatan tumbuh tanaman jahe."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Nova Kusumaningtyas
"Jahe merah telah lama dimanfaatkan sebagai salah satu obat tradisional untuk mengurangi peradangan atau inflamasi. Namun, herbal rimpang seperti jahe merah dilaporkan mengandung cemaran mikroorganisme yang relatif tinggi. Sehingga diperlukan metode sterilisasi untuk mendekontaminasi cemaran mikroorganisme tersebut. Iradiasi gamma sering menjadi pilihan untuk dekontaminasi, tetapi belum diketahui dosis yang efektif membunuh mikroorganisme dan tidak mempengaruhi kadar senyawa bioaktif serta aktivitas biologis jahe merah. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh iradiasi gamma terhadap cemaran mikroorganisme, kadar senyawa 6-gingerol, 8-gingerol,10-gingerol, dan 6-shogaol serta aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 70% jahe merah. Serbuk rimpang jahe merah terlebih dahulu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% 1:5. Ekstrak jahe merah kemudian diiradiasi dengan dosis 0, 5, 7,5, 10, dan 15 kGy. Evaluasi cemaran mikroba angka lempeng total dan angka kapang khamir dilakukan dengan metode tuang. Evaluasi kadar bioaktif dianalisis dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas antiinflamasi diukur dengan metode penghambatan denaturasi protein BSA dengan spektrofotometer UV-Vis. Efektivitas iradiasi sinar gamma dalam menurunkan angka cemaran mikroorganisme meningkat seiring meningkatnya dosis iradiasi (p<0,05). Kadar bioaktif 6-gingerol menunjukkan kadar yang paling tinggi diantara tiga senyawa bioaktif lainnya. Namun, secara keseluruhan dosis iradiasi gamma yang diberikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kandungan 6-gingerol,8-gingerol,10-gingerol dan 6-shogaol dalam ekstrak etanol 70% jahe merah (p>0,05). Aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 70% jahe merah juga tidak berbeda signifikan setelah di iradiasi dengan dosis 0-15 kGy (p>0,05).

Red ginger has long been used as a traditional medicine to reduce inflammation. However, rhizome herbs such as red ginger are reported to contain relatively high levels of contamination by microorganisms. So a sterilization method is needed to decontaminate the microorganisms. Gamma irradiation is often an option for decontamination, but it is not yet known which dose is effective in killing microorganisms and does not affect the levels of bioactive compounds or the biological activity of red ginger. This study aims to evaluate the effect of gamma irradiation on contamination of microorganisms, levels of compounds 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, and 6-shogaol, and the anti-inflammatory activity of a 70% ethanol extract of red ginger. Red ginger rhizome powder was first extracted by the maceration method using 70% ethanol at 1:5. The red ginger extract was then irradiated at doses of 0, 5, 7.5, 10, and 15 kGy. The evaluation of microbial contamination of the total plate count and yeast mold count was carried out by the pouring method. The evaluation of bioactive levels was analyzed using the high-performance liquid chromatography method. Anti-inflammatory activity was measured by inhibiting BSA protein denaturation with a UV-Vis spectrophotometer. The effectiveness of gamma irradiation in reducing the number of microorganisms contaminating the environment increased with increasing irradiation dose (p 0.05). The level of bioactive 6-gingerol showed the highest level among the other three bioactive compounds. However, overall, the dose of gamma irradiation given had no significant effect on the content of 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, and 6-shogaol in the 70% ethanol extract of red ginger (p > 0.05). The anti-inflammatory activity of the 70% ethanol extract of red ginger was also not significantly different after irradiation with dose 0-15 kGy (p > 0.05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellynia Tri Sugiarti
"Model tikus hiperlipidemia yang diberikan high fat diet dapat mengalami aktivasi platelet akibat plak aterosklerosis yang ruptur dan dapat berkembang menjadi penyakit kardiovaskular. Kandungan 6-Shogaol dan 6-Gingerol pada jahe merah serta brazilin pada ekstrak secang terbukti secara in vitro berperan sebagai zat antiplatelet. Penelitian ini bertujuan untuk menguji khasiat jahe merah dan secang secara in vivo dengan parameter waktu pendarahan pada model tikus hiperlipidemia. Delapan belas ekor tikus dibagi ke dalam enam kelompok, yakni kelompok kontrol normal serta kelompok hiperlipidemia yang terdiri atas kelompok kontrol negatif, kontrol positif, varian dosis 1, 2, dan 3. Pemberian high fat diet yang terdiri dari 50% lemak kambing, 15% mentega, 20% fruktosa, 2% kolesterol murni, 0,5% asam kolat, dan 12,5% minyak kelapa diberikan pada kelompok induksi hiperlipidemia hingga minggu ke-10 dan diberikan dosis sesuai jenis kelompok di minggu ke-8 induksi. Kadar kolesterol total dan trigliserida mencapai cut off pada kelompok tikus hiperlipidemia di minggu ke-8 induksi dengan berbeda bermakna (p < 0,05). Waktu pendarahan yang dihasilkan semakin meningkat seiring peningkatan dosis ekstrak, dimana durasi terlama waktu pendarahan terjadi pada dosis 3 dengan perbandingan jahe merah dan secang sebesar 800 mg : 200 mg per 200 gram BB tikus, yakni selama 15,99 menit.

Hyperlipidemic rat model given high fat diet can experience platelet activation due to ruptured atherosclerotic plaque and develop into cardiovascular disease. 6-Shogaol and 6-Gingerol in red ginger and brazilin in sappan extract was proven in vitro to act as antiplatelet substances. This study aims to examine the efficacy of red ginger and sappan in vivo with bleeding time parameters in hyperlipidemic rat model. Eighteen rats were divided into six groups, namely the normal control group and the hyperlipidemic group consisting of negative control group, positive control group, dose variants 1, 2, and 3. The administration of high fat diet consisting of 50% goat fat, 15% butter, 20% fructose, 2% pure cholesterol, 0.5% cholic acid, and 12.5% ​​coconut oil were given to the hyperlipidemic group until the 10th week and given the dose according to the type of group at the 8th week of induction. Total cholesterol and triglyceride levels reached the cut off in the group of hyperlipidemic rats at the 8th week of induction with significantly different (p < 0.05). The resulting bleeding time increased with the increase in the dose of the extract, where the longest duration of bleeding time occurred at dose 3 with a ratio of red ginger and sappan of 800 mg: 200 mg per 200 grams of body weight of rats, which was 15.99 minutes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mahmudi Wicaksono
"Secang (Caesalpinia sappan L.) dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) adalah dua tanaman obat tradisional yang sering dimanfaatkan di Indonesia dan keduanya memiliki kandungan senyawa fenolik. Secang telah menunjukkan aktivitas inhibisi agregasi platelet yang kemungkinan berasal dari kandungan brazilin dan brazilein, yang keduanya telah menunjukkan aktivitas antitrombotik. Secara umum, jahe (Zingiber officinale) juga telah menunjukkan efek antiagregasi platelet yang dikaitkan dengan kandungan gingerol dan shogaol, namun belum ada evaluasi serupa untuk jahe merah secara spesifik. Di sisi lain, jahe telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang dikaitkan dengan kandungan senyawa [6]-gingerol, [6]-shogaol, dan gingerdione, yang ketiganya memiliki konsentrasi lebih tinggi dalam jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian variasi kombinasi secang dengan jahe merah terhadap aktivasi platelet pada hewan uji, diamati dari perubahan pada biomarker tromboksan B2 (TxB2). Kadar TxB2 dari kelompok yang diberikan intervensi berupa campuran ekstrak secang dan jahe merah dalam variasi dosis 1 (50 mg secang dan 200 mg jahe merah/200 gram berat badan) dan dosis 2 (100 mg secang dan 400 mg jahe merah/200 gram berat badan) secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (dosis 1 p=0,013; dosis 2 p=0,004). Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa campuran ekstrak secang dan jahe merah dengan variasi dosis 1 dan 2 memiliki efek inhibisi aktivasi platelet jika diamati melalui parameter TxB2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara efek variasi dosis 1 dan dosis 2 terhadap kadar TxB2 pada hewan uji.

Secang (Caesalpinia sappan L.) and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) are two traditional medicinal plants that are often used in Indonesia and both contain phenolic compounds. Secang has shown platelet aggregation inhibitory activity which is probably due to its content of brazilin and brazilein, both of which have shown antithrombotic activity. In general, ginger (Zingiber officinale) has also shown an antiplatelet aggregation effect associated with gingerol and shogaol content, but there has been no similar evaluation for red ginger specifically. On the other hand, ginger has been shown to have antioxidant activity which is attributed to the content of compounds [6]-gingerol, [6]-shogaol, and gingerdione, all of which have higher concentrations in red ginger. This study aims to determine the effect of the variation of the combination of secang with red ginger on platelet activation in test animals, observed from changes in the biomarker of thromboxane B2 (TxB2). TxB2 levels from the intervention group in the form of a mixture of secang and red ginger extracts in varying doses of 1 (50 mg secang and 200 mg red ginger/200 gram body weight) and dose 2 (100 mg secang and 400 mg red ginger/200 gram body weight). ) was significantly smaller than the negative control group (dose 1 p=0.013; dose 2 p=0.004). Therefore, it can be concluded that a mixture of secang and red ginger extracts with variations in doses 1 and 2 has an inhibitory effect on platelet activation when observed through the TxB2 parameter. There was no significant difference between the effects of variations in dose 1 and dose 2 on TxB2 levels in test animals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah
"Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas yang tinggi di Indonesia. Salah satu faktor utama penyebabnya yaitu hiperlipidemia yang juga berkaitan dengan aktivasi platelet yang memicu pembentukan trombus. PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin 9) diketahui terlibat dalam metabolisme lipid karena mampu mendegradasi reseptor LDL (Low Density Lipoprotein Cholesterol) sehingga mempengaruhi kadarnya dalam plasma. Penelitian terkait PCSK9 juga telah menghasilkan adanya hubungan langsung antara PCSK9 dengan aktivasi platelet. Rimpang jahe merah dan kulit kayu secang merupakan tanaman yang dikenal khasiatnya turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah ada ditemukan potensi ekstrak jahe merah dan secang sebagai antiplatelet. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi efek pemberian 3 kombinasi ekstrak jahe merah secang terhadap kadar PCSK9 sebagai marker aktivasi platelet dengan heman model hiperlipidemia yang diinduksi HFD (High Fat Diet). Kadar kolesterol total dan trigliserida dari 18 ekor sampel plasma tikus Wistar jantan pada minggu ke-8 diukur dengan spektro UV kemudian diperoleh hasil signifikan (p<0,05) dibanding kelompok normal. Pada minggu ke-8 hingga 10 tikus tetap diinduksi HFD dan juga diberikan perlakuan berbeda setiap kelompoknya dengan tambahan pemberian CMC 0,5% pada kelompok normal dan negatif, aspirin dosis 81 mg/KgBB pada kelompok positif dan tiga variasi dosis kombinasi ekstrak jahe merah dan secang. Pada minggu ke-10 kadar PCSK9 plasma diukur dan diperoleh bahwa dosis 3 ekstrak jahe merah-secang (800:200 mg/200 g BB tikus) memberikan hasil kadar PCSK9 terendah secara deskriptif dan berbeda signifikan dengan kadar PCSK9 kelompok negatif (p<0.05).<

Cardiovascular disease is one of the diseases with high morbidity in Indonesia. One of the main factors causing hyperlipidemia is also related to platelet activation that triggers thrombus formation. PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin 9) is known to be involved in lipid metabolism because it is able to degrade LDL (Low Density Lipoprotein Cholesterol) receptors so that it affects its plasma levels. Studies related to PCSK9 have also shown a direct relationship between PCSK9 and platelet activation. Red ginger rhizome and sappan wood are plants that are known for their usefulness from generation to generation by the people of Indonesia. Based on existing research, it was found the potential of red ginger extract and secang as an antiplatelet. In this study, an evaluation of the effect of giving 3 combinations of red ginger and sappan wood extract of PCSK9 levels as a marker of platelet activation was carried out with the HFD (High Fat Diet) induced hyperlipidemia animal model. Total cholesterol and triglyceride levels from 18 male Wistar rat plasma samples at week 8 were measured by UV spectrophotometer. Then, significant results were obtained (p<0.05) compared to the normal group. At week 8 to 10 the rats were still induced by HFD and also given different treatment for each group with the addition of 0.5% CMC in the normal and negative groups, aspirin dose of 81 mg/Kg BW in the positive group and three variations of the dose of red ginger and sappan wood extract combination. At week 10, plasma PCSK9 levels were measured and it was found that a dose 3 of red ginger and sappan wood extracts (800:200 mg/200 g BW rats) gave the lowest PCSK9 levels descriptively and significantly different from PCSK9 levels in the negative group (p<0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahmi Zaenal Abidin
"ABSTRAK
Jahe memiliki kandungan oleoresin yang di dalamnya terdapat senyawa fenolik. Senyawa fenolik pada jahe umumnya digunakan di bidang Farmasi dan penambah rasa pada industri pangan, agen anti oksidan dan antimikroba. Namun potensi pengembangan senyawa fenolik pada jahe dibatasi oleh karakteristik alaminya. Senyawa fenolik pada jahe diketahui memiliki kelarutan rendah pada saluran pencernaan dan sensitif terhadap panas. Salah satu upaya untuk menangani masalah tersebut adalah pembuatan nanoemulsi O/W dari ekstrak jahe dalam minyak nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi nanoemulsi ekstrak jahe yang stabil dengan variasi minyak nabati dan konsentrasi surfaktan. Variasi minyak nabati yang digunakan adalah Virgin Coconut oil (VCO) dan minyak kelapa sawit, sedangkan variasi konsentrasi surfaktan tween 80 yang digunakan adalah 2%, 3%, dan 4%. Kadar ekstrak jahe yang didapatkan adalah 10142.11 mg/kg. Hasil uji karakteristik fisik menunjukan bahwa sampel 3 (carrier oil VCO dan surfaktan 4%) menghasilkan ukuran droplet terkecil yaitu 222.5 nm. Uji stabilitas fisik menunjukan sampel 3 memiliki stabilitas terbaik selama 28 hari pada suhu ruang. Efisiensi enkapsulasi tertinggi yaitu 79.73% untuk sampel 3.

ABSTRAK
Phenolic compounds in ginger are commonly used in the pharmaceutical field and flavorings for the food industry, antioxidants and antimicrobial agents. However, the potential development of phenolic compounds in ginger is limited by its natural characteristics. Phenolic compounds in ginger are known to have low solubility in the gastrointestinal tract and sensitive to heat. One effort to deal with the issue is the fabricating nanoemulsion O / W of ginger extract in vegetable oil. This study aimed to get formulations nanoemulsion stable ginger extract with a variety of vegetable oils and surfactant concentration.Variations of vegetable oil are Virgin Coconut Oil and palm oil, while variations in the concentration of surfactant tween 80 are 2, 3, and 4 %. Concentration of ginger extract is 10142,11 mg / kg. The test results show that the physical characteristics of the sample 3 (carrier oil VCO and surfactant 4 %) yielded the smallest droplet size is 222,5 nm. Physical stability test showed the sample 3 has the best stability for 28 days at room temperature. The highest encapsulation efficiency is 79.73 % for samples "
2016
S63603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihana Izzatinisa
"Peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman herbal yang sering digunakan di Indonesia sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap profil lipid pada model hewan hiperlipidemia. Untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap profil lipid plasma, hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok; kelompok normal (CMC Na 0,5%) dan kelompok negatif (CMC Na 0,5%), kelompok positif (Aspirin), dan kelompok kombinasi ekstrak dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jahe merah-secang menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida secara signifikan (p<0,05) pada semua kelompok dosis dari pekan ke-8 hingga 10. Selain itu, kadar kolesterol total dan trigliserida pada pekan ke-10 menunjukan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok kontrol negatif terhadap kelompok kontrol positif, dosis I, dosis II, dan dosis III. Kelompok positif pada pekan ke-10 menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (p<0,05) terhadap kelompok dosis I, dosis II, dan dosis III. Dengan demikian, tiga variasi komposisi ekstrak jahe merah-secang mampu menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida dalam darah, dengan dosis III (800 mg : 200 mg/200 g BB) menghasilkan penurunan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida paling tinggi.

Elevated levels of total cholesterol and triglycerides are risk factors for cardiovascular disease. Red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) and secang (Caesalpinia sappan L) are herbal plants that are often used in Indonesia as medicine. This study aimed to examine the effect of red ginger extract (Zingiber officinale var. Rubrum) and secang (Caesalpinia sappan) on lipid profiles in hyperlipidemic animal models. To analyze the effect of red ginger extract (Zingiber officinale var. Rubrum) and secang (Caesalpinia sappan L) on plasma lipid profile, the test animals were divided into 6 groups; the normal group (CMC Na 0.5%) and the negative group (CMC Na 0.5%), the positive group (Aspirin), and the combination group extract dose 1, dose 2, and dose 3. The results of the analysis showed that the administration of red ginger extract -Secang reduced total cholesterol and triglyceride levels significantly (p<0.05) in all dose groups from week 8 to 10. In addition, total cholesterol and triglyceride levels at week 10 showed a significant difference (p<0 0.05) between the negative control group and the positive control group, dose I, dose II, and dose III. The positive group at week 10 showed no significant difference (p<0.05) against the dose I, dose II, and dose III groups. Thus, three variations of the composition of red ginger-secang extract were able to reduce total cholesterol and triglyceride levels in the blood, with dose III (800 mg: 200 mg/200 g BW) resulted in the highest reduction in total cholesterol and triglyceride level."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baginda Sati Pituanan
"ABSTRAK
Tablet cepat hancur merupakan tablet yang hancur dan / terlarut di dalam mulut sehingga dapat membantu pasien yang memiliki permasalahan dalam proses menelan. Ekstrak jahe dengan kandungan gingerol secara umum sudah dikenal dapat memberikan efek antiemetik. Tujuan penelitan ini adalah untuk memperoleh eksipien koproses pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan gom akasia (GA) yang kemudian digunakan sebagai eksipien dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur ekstrak jahe. Pada penelitian ini, dibuat lima jenis eksipien koproses PPS-GA dengan lima perbandingan berbeda yaitu 5:5, 6:4, 7:3, 8:2 dan 9:1. Kelima eksipien koproses tersebut dilakukan karakterisasi meliputi bentuk partikel, distribusi ukuran partikel, kadar air, derajat keasaman, sifat alir, dan indeks mengembang. Selanjutnya, eksipien koproses PPS-GA 9:1, koproses PPS-GA 8:2 dan koproses PPS-GA 7:3 digunakan dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur ekstrak jahe. Tablet cepat hancur ekstrak jahe yang diperoleh dievaluasi kekerasan, keregasan, waktu pembasahan dan waktu hancurnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat alir dan daya mengembang eksipien koproses PPS-GA 9:1 lebih baik daripada eksipien koproses PPS-GA lainnya. Tablet cepat hancur ekstrak jahe yang menggunakan eksipien koproses PPS-GA 9:1 memiliki kekerasan 0,7 kp, keregasan 2,12 %, waktu pembasahan 93 detik dan waktu hancur 134 detik. Dapat disimpulkan bahwa eksipien koproses PPS-GA 9:1 memiliki potensi sebagai pengikat, penghancur dan pengisi dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur.

ABSTRACT
Fast disintegrating tablets (FDTs) are tablet that disintegrate and/or dissolve rapidly in the mouth, hence it can help patients, who have problem of swallow drugs. Ginger extract, which is containing gingerol, generally has known acting as anti-emetic. The purposes of this study were to obtain coprocessed excipients of pregelatinized cassava starch (PCS) with acacia gum (AG), and then apply them in FDT formulations of ginger extract. In this research, five kinds of the coprocessed excipient of PCS-AG were prepared in the ratio of 5:5, 6:4, 7:3, 8:2, and 9:1. Furthermore, the coprocessed excipient of PCS-AG were characterized in term of morphology, particle size distribution, moisture content, pH, flow properties and swelling index. Moreover, the coprocessed excipients of PCS-AG 9:1, PCS-AG 8:2, and PCS-AG 7:3 were used in FDT formulation of ginger extract. In addition, the FDTs of ginger extract were examined for the tablet hardness, the tablet friability, the wetting time and the disintegration time. The results show that the coprocessed excipient of PCS-AG 9:1 was the selected excipient, since it revealed good flow properties and swelling index. The FDTs of ginger extract, which was using the coprocessed excipient of PCS-AG 9:1, had have the tablet hardness of 0,7 kp, the tablet friability of 2,12%, the wetting time of 93 seconds, and the disintegration time of 134 seconds. In conclusion, the coprocessed excipient of PCS-AG 9:1 might be a potential excipient as binder, disintegrant, and filler for the FDT formulation."
2016
S65418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Bachtiar
"Jahe diyakini memiliki efek antiinflamasi dan antirematik. Namun bukti-bukti ilmiah masih sedikit dan kontradiktif. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak jahe terhadap tanda dan gejala osteoartritis. Penelitian menggunakan desain Randomised Control Clinical Trials. Penelitian dilakukan dari tanggal 12 April hingga 28 Mei 2010 di puskesmas Pandanwangi kota Malang. Sampel berjumlah 24 responden. Data dikaji dengan Indeks Womac.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh ekstrak jahe terhadap rasa nyeri osteoartritis (p-value 0,013), namun tidak terhadap kekakuan sendi (p-value 0,477) dan gangguan fungsi (p-value 0,835). Maka, jahe dapat digunakan sebagai salah satu terapi alternatif dan komplementer melengkapi pengobatan standart untuk meredakan nyeri osteoartritis.

Ginger is believed to have anti inflammatory and anti rheumatic effects. However, scientific evidences are still less and contradictory. This study aimed to investigate the effects of ginger extract on the signs and symptoms of osteoarthritis. It used Randomized Control Clinical Trials design. It was conducted from April 12 until May 28, 2010 in Pandanwangi Public Health Center, Malang city. The samples consisted of 24 respondents. The data were collected by WOMAC Index.
The results showed that there was the effect of ginger extract on pain relief in patients with osteoarthritis (p-value 0,013), but none on joint stiffness (p-value 0,477) and dysfunction (p-value 0,835). Thus, ginger can be used as an alternative and complementary therapy to standard medication to relieve the pain of osteoarthritis."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28484
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>