Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Methods of treatment in which the application of physical forces are known as operation units. Methods of treatment in which the removal of contaminants which is brought by chemical or biological processes are known as unit processes. At the present time, unit operations and processes are grouped together to provide what is known as primary, secondary and tertiary treatment.
In primary treatment, physical operations such as screebing and sedimentation are used to remove the floating and settleable solids from the wastewater. In secondary treatment, chemical and biological processes are used to remove most of organics matter. In tertiary treatment, the combination of unit operations and processes are used to remove other constituents, such as nitrogen and phoshphorus, which are not removed by secondary treatment.
The hospital's wastewater has a specific characteristic that is the infectious wastewater. The phosphorus contain in Sleman's Public Hospital wastewater is larger than the maximum standard, so it need tertiary treatment adding on the Sleman's Public Hospital wastewater plant treatment. "
MTUGM 30:4 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Nur Rosana
"Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan obat-obatan, antibiotik, dan bahan kimia. Hal tersebut menyebabkan air limbah yang dihasilkan cenderung bersifat infeksius sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Pergub DKI Jakarta No. 69 Tahun 2013. Namun, IPAL juga dapat menjadi sumber pencemaran lain, berupa pencemaran udara mikrobiologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi bakteri dan fungi akibat keberadaan IPAL serta menganalisis jeni bakteri yang ada melalui pewarnaan Gram. Pengambilan sampel udara menggunakan alat EMS E6 sesuai pedoman AIHA. Hasil pengukuran menunjukan konsentrasi rata-rata bioaerosol pada IPAL rumah sakit sekitar 1.100-3.200 CFU/m3 untuk bakteri dan 1.500-2.700 CFU/m3 untuk fungi dengan konsentrasi bakteri dan fungi tertinggi pada bak ekualisasi, sekitar 3.200 CFU/m3, dan pada bak aerasi, sekitar 2.680 CFU/m3. Hasil tersebut telah melebihi nilai background, yaitu 80 CFU/m3 untuk bakteri dan 440 CFU/m3 untuk fungi. Tingginya konsentrasi bioaerosol dapat dipengaruhi oleh faktor teknis IPAL maupun lingkungan disekitarnya. Selain itu, hasil pewarnaan Gram menunjukan 94% merupakan bakteri Gram negatif yang cenderung bersifat patogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya pencegahan paparan bioaerosol bagi kesehatan maupun lingkungan, seperti mengisolasi IPAL dengan membangun dinding beton dan ventilasi, pemilihan teknologi unit pengolahan yang digunakan, dan penggunaan APD untuk pekerja di IPAL.

Hospital is one of health facilities associated to drugs, antibiotics, and chemicals. Those cause wastewater tends to be infectious so that must be processed to comply with the quality standard based on DKI Jakarta Governor Regulation No. 65 of 2013. However, WWTP can also be other sources of pollution, such as microbiology air pollution. The objective of this research are to determine bacteria and fungi concentration due to the presence of the WWTP and to analyze the types of bacteria that exist through Gram staining. Microbial air samples were taken by using EMS E6 according to AIHA guideline. The measurements showed that the average of bioaerosol concentration at hospital WWTP about 1.100-3.200 CFU/m3 for bacteria and 1.500-2.700 CFU/m3 for fungi, with the highest concentration of bacteria and fungi is found in equalization tank, about 3.200 CFU/m3, and aeration tank, about 2.680 CFU/m3. These results exceed the background value, about 80 CFU/m3 for bacteria and 440 CFU/m3 for fungi. The high concentration of bioaerosol can be affected by technical factors of WWTP and the surrounding area. Identification of Gram staining showed that 94% of bacteria found are Gram-negative that tend to be pathogenic. Therefore, it is necessary to prevent bioaerosol exposure to health and the surrounding environment, such as to build concrete walls and ventilation which surround WWTP, to specify technology of treatment plant used, and the use of PPE for workers at WWTP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara
"Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang berfungsi untuk menghilangkan kontaminan pada air limbah memiliki potensi sebagai sumber pengemisi bioaerosol ke udara. Undang-Undang RI No.44/2009 mengharuskan tiap rumah sakit untuk memiliki IPAL yang dapat berfungsi dengan baik, sehingga rumah sakit yang memiliki IPAL juga memiliki risiko pencemaran bioaerosol. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kualitas udara mikrobiologis, menganalisis pengaruh faktor teknis IPAL dan parameter fisik lingkungan terhadap konsentrasi bioaerosol, dan menganalisa hubungan konsentrasi bakteri mesofilik di air limbah yang diolah dengan konsentrasi bioaerosol pada udara IPAL RSUD Budhi Asih Jakarta. Pengambilan sampel udara mikrobiologis dilakukan berpedoman pada standar AIHA menggunakan alat EMS Single Stage Bioaerosol Sampler dengan menggunakan media TSA (Oxoid, 2011) untuk bakteri mesofilik dan MEA (Oxoid, 2011) untuk jamur. Pengambilan sampel udara dilakukan di lima titik secara triplo sementara sampel air limbah diambil dari bak ekualisasi dan bak aerasi. Hasil pengukuran sampel udara menunjukkan bahwa udara di dalam ruang IPAL telah tercemar oleh bioaerosol dengan nilai rerata angka kuman sebesar 17.405 ± 5.116 CFU/m3 yang melebihi baku mutu yang tertera pada Kepmenkes RI No.1045/2002 yaitu 700 CFU/m3. Faktor teknis yang dapat mempengaruhi diantara lain adalah jenis mesin aerator yang digunakan, penggunaan exhaust fan pada sistem ventilasi ruangan, dan variasi debit air limbah yang diolah. Sementara parameter fisik lingkungan seperti temperatur dan kelembaban relatif dapat mempengaruhi kondisi optimum pertumbuhan mikroorgnisme di udara. Hasil pengukuran konsentrasi bakteri mesofilik di udara dan air limbah diuji secara statistik dengan perhitungan statistik parametris korelasi pearson product moment. Uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan berbanding lurus yang kuat diantara keduanya dengan nilai korelasi pada bak ekualisasi dan aerasi berturut-turut sebesar +0,808 dan +0,659. Pencegahan pencemaran bioaerosol di IPAL dapat dilakukan dengan menggunakan aerator yang menghasilkan gelembung udara yang lebih kecil dan menutup area bukaan unit yang terbuka sehingga luas paparan air limbah dapat dikurangi.

Waste water treatment plant (WWTP) that is made to eliminate contaminants in wastewater has the potential as a source of bioaerosol emission. Undang-Undang RI No.44/2009 states that every hospital must have a functional WWTP, so any hospital that has a WWTP also has a risk of bioaerosol pollution. The purposes of this research is to identifiy the microbiological air quality, analize the effect of technical factors as well as environmental parametres, and analyze the correlation between mesophilic bacteria found in wastewater and the air of WWTP in RSUD Budhi Asih Jakarta. The collection of air samples performed by using AIHA Standard with EMS Single Stage Bioaerosol Sampler and TSA and MEA medium (Oxoid, 2011) as a growth media for mesophilic bacteria and fungi, respectively. Air samples are taken from five points while wastewater samples come from equalization and aeration basin. Air samples measurement show that air quality in WWTP room has been polluted by bioaerosol with bacterial value average worth 17.405 ± 5.116 CFU/m3 that exceeds the standard stated in Kepmenkes RI No.1045/2002 which is 700 CFU/m3. Technical factors that can affect bioaerosol are the type of aerator utilized, the use of room ventilation system, and wastewater flow variations. Meanwhile environmental parameters such as room temperature and relative humidity can affect the optimum condition for microbiological growth in air. Mesophilic bacteria concentrations in the air and wastewater is tested statistically by using parametric statistical method which is a pearson product moment correlation. The correlation test shows there is a strong correlation between the two parameters tested, with correlation value in equalization and aeration basin respectively are +0,808 and +0,659. The prevention of bioaerosol pollution in WWTP can be done by using an aerator that produces smaller air bubble and covering the open spaces of WWTP?s units so that the exposure area of wastewater can be minimized."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Setiawan
"Semua pencegahan terhadap penyakit haruslah diupayakan, sebab tidak adanya pencegahan penyakit bisa menyebabkan sesuatu yang fatal, seperti contohnya penyakit muntah berak yang sering menjadi wabah akibat dari tidak memadainya kebersihan air minum dan juga tidak terkontrolnya sistim pembuangan limbah.
Sebagai tindak penoegahan di Indonesia pada saat ini sudah waktunya diupayakan suatu jaringan saluran air limbah yang menyalurkan air limbah rumah tangga.
Studi ini akan merencanakan jaringan saluran air limbah rumah tangga di Kotamadya Tuban yang pereneanaannya disesuaikan dengan RDTRK 1993-2005.
Daerah studi perencanaan menitik beratkan pada kawasan padat penduduk dan kawasan ekonomi menengah keatas yang hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah yang ada.
Kegunaan dari Studi ini adalah sebagai bahan masukan bagi DPU dan PEMDA Kodya Tuban dalam upaya penyehatan lingkungan pemukiman pada Kotamadya Tuban."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahampun, Hery Syamsius
"Skripsi ini membahas pelaksanaan prosedur tetap pengelolaan limbah cair RSUT Tangerang Tahun 2009 dilihat dari sisi kepatuhan petugas Instalasi Pengolahan Air Limbah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pengelolaan limbah cair Rumah Sakit Umum Tangerang telah berjalan dengan baik namun belum sepenuhnya maksimal. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kinerja dan menjaga konsistensi perilaku kepatuhan petugas
Instalasi Pengolahan Air Limbah yaitu dengan mengintensifkan koordinasi antar petugas Instalasi Pengolahan Air Limbah saat, mengadakan diskusi antar petugas Instalasi Pengolahan Air Limbah, evaluasi di awal dan akhir pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah cair."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diamah Dewi Salma
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah (COD, BOD, TDS,TSS, Amoniak, Coliform, dan Minyak Lemak) Rum ah Sakit X, Y, dan Z di Cilegon tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X, Y, Z Kota Cilegon menggunakan data sekunder dari data arsip Rumah Sakit X, Y, Z dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon secara deskriptif observasional. Data tersebut diolah dengan menghitung persentase efektivitas IPAL dan uji wilcoxon untuk melihat ada atau tidaknya perubahan sebelum dan sesudah pengolahannya.Berdasarkan uji wilcoxon, hasil penelitian menemukan bahwa IPAL Rumah Sakit X sudah efektif dalam memperbaiki kualitas air limbah, IPAL Rumah Sakit Y belum efektif dalam memperbaiki nilai TDS air limbah, dan IPAL Rumah Sakit Z belum efektif dalam memperbaiki nilai BOD air limbah.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah (COD, BOD, TDS,TSS, Amoniak, Coliform, dan Minyak Lemak) Rum ah Sakit X, Y, dan Z di Cilegon tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X, Y, Z  Kota Cilegon menggunakan data sekunder dari data arsip Rumah Sakit X, Y, Z dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon secara deskriptif observasional. Data tersebut diolah dengan menghitung persentase efektivitas IPAL dan uji wilcoxon untuk melihat ada atau tidaknya perubahan sebelum dan sesudah pengolahannya.Berdasarkan uji wilcoxon, hasil penelitian menemukan bahwa IPAL Rumah Sakit X sudah efektif dalam memperbaiki kualitas air limbah, IPAL Rumah Sakit Y belum efektif dalam memperbaiki nilai TDS air limbah, dan IPAL Rumah Sakit Z belum efektif dalam memperbaiki nilai BOD air limbah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ansellia Septarini
"ABSTRAK
Pada tahun 2030, Indonesia memiliki target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6.2 untuk mencapai akses sanitasi yang memadai dan merata serta mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS). Sebanyak 94% rumah tangga di Kota Bekasi menggunakan sanitasi setempat dengan fasilitas penampungan tinja berupa tangki septik dan cubluk, namun sebagian besar belum memenuhi standar teknis dan perawatan yang ditetapkan. Hal ini dapat memengaruhi kualitas penampungan tinja dalam mengolah limbahnya, sehingga berpotensi mengkontaminasi air tanah dan tanah, serta berbahaya terhadap kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi penampungan tinja rumah tangga dan pengaruhnya terhadap kualitas efluen di Kota Bekasi. Survei sosial dan teknik dilakukan melalui kuesioner dan observasi langsung terhadap 260 rumah tangga di tiga kelurahan, yaitu Jatiluhur, Sumurbatu, dan Jatirangga, sedangkan pengujian kualitas air limbah penampungan tinja dilakukan pada 8 rumah tangga. Survei sosial dan teknik menilai aspek desain, konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan, sedangkan parameter pada pengujian kualitas efluen air limbah adalah COD, BOD, TSS, amonia, dan E. coli. Data dianalisis dengan statistik deskriptif, Uji Shapiro Wilk, Uji T Paired, serta uji korelasi non-parametrik Somers. Hasil menunjukkan bahwa fasilitas sanitasi di tiga kelurahan termasuk dalam kategori 0,76% dikelola dengan aman; 660% layanan sanitasi dasar 2,29% layanan sanitasi terbatas 29,4%sanitasi tidak berkembang dan 1,53% BABS. Rata-rata efluen melebihi baku mutu, kecuali BOD dengan nilai 10,9±4,14 mg/L. Jumlah pengguna penampungan tinja merupakan faktor yang memiliki hubungan kuat dengan kandungan TSS (p<0,05; d: 0,750) dan amonia (p<0,05; d: 0,818), serta umur penampungan tinja berhubungan kuat dengan kandungan BOD efluen (p<0,05; d: -0,667). Rata-rata parameter efluen melebih baku mutu keculi BOD (10,9±4,14 mg/L). Rasio BOD/COD yang kecil yaitu 3,11×10-2±2,3×10-2 menunjukkan biodegradibilitas rendah dan mengindikasikan efektivitas penampungan tinja dalam mengolah tinja telah menurun. Melalui penelitian ini diidentifikasi kondisi penampungan tinja yang dapat diimplementasikan sebagai dasar dalamupaya peningkatan layanan fasilitas sanitasi dan perencanaan kebijakan di daerah miskin.

By 2030, Indonesia has a target of the Sustainable Development Goal 6.2 to achieve access to adequate and equitable sanitation and hygiene for all and end open defecation (OD). A total of 94% households in Bekasi uses on-site sanitation with septic tank and pour-flush latrine as fecal containment, but compliance with the technical and maintenance standards is still low. Failing and unmanaged containment may affect its performance in treating fecal waste, thus contaminating groundwater and soil and threatening human health. This study is aimed to determine the condition of household fecal containment and the impact on effluent quality in Bekasi City. The social and technical survey were conducted through questionnaires and observations to 260 households in three poor urban village of Jatiluhur, Sumurbatu, and Jatirangga, to obtain the data of design, construction, operation and maintenance. Effluent sample was collected from 8 households to test the quality of chemical oxygen demand (COD), biological oxygen demand (BOD), total suspended solid (TSS), ammonia, and E. coli through laboratory testing. Data were analyzed with descriptive statistics, Shapiro Wilk Test, Paired T-Test, and Somers non-parametric correlation test. Results showed sanitation facilities in three villages are categorized as: 0,76% safely managed; 66% basic sanitation service; 2,29% limited sanitation service; 29,4% unimproved sanitation and 1,53% OD. The average effluent exceeded the quality standard, except BOD with a value of 10,9±4,14 mg/L. The number of fecal containment users was factor that stronglycorrelated with TSS (p<0,05; d: 0,750) and ammonia (p<0,05; d: 0,818), while the age of fecal containment is strongly related to effluent BOD ( p<0.05; d: -0,667). Additionaly, BOD/COD ratio of 3,11×10−2±2,3×10−2 showed low biodegradiability and indicated the performance of fecal containment in treating fecal sludge has decreased. This study can be implemented as a baseline to improve the condition of sanitation facility in poor area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ticoalu, G.A.
Jakarta: Rajawali, 1984
363.739 6 TIC w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Atastina Sri Basuki
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>