Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rochmadony Trisandi Sanjaya
"[ ABSTRAK
“Otaku” adalah istilah yang dipakai untuk orang-orang yang tenggelam dalam subkultur budaya modern Jepang.
Dalam kesehariannya “otaku” membeli barang yang berkaitan dengan subkultur tersebut demi memuaskan
dirinya. Izumi Konata adalah karakter dalam karya “manga” berjudul “Lucky Star” yang dibuat oleh Yoshimizu
Kagami. Manga tersebut kemudian diadaptasi menjadi sebuah “anime” yang dibuat oleh Kyoto Animation pada
tahun 2007. Dalam karya tersebut Konata digambarkan sebagai seorang “otaku” yang mampu bersosialisasi
dengan lingkungannya. Makalah ini meneliti tentang sifat otaku yang ada dalam diri tokoh Konata dengan
berpegang kepada enam prinsip perilaku seorang otaku.

ABSTRACT
“Otaku” is a term used to called people who drown in modern Japanese subculture. In their everyday lives
“otaku” buy goods which have connection with that subculture to satisfy themselves. Izumi Konata is a character
in manga titled “Lucky Star”, which created by Yoshimizu Kagami. The manga later then adapted into an
“anime” which created by Kyoto Animation in 2007. In that work Konata described as an “otaku” that could
socialize with her environment. This paper researching about “otaku” character that exist inside Konata by
refering into six principal “otaku” behavior.;“Otaku” is a term used to called people who drown in modern Japanese subculture. In their everyday lives
“otaku” buy goods which have connection with that subculture to satisfy themselves. Izumi Konata is a character
in manga titled “Lucky Star”, which created by Yoshimizu Kagami. The manga later then adapted into an
“anime” which created by Kyoto Animation in 2007. In that work Konata described as an “otaku” that could
socialize with her environment. This paper researching about “otaku” character that exist inside Konata by
refering into six principal “otaku” behavior., “Otaku” is a term used to called people who drown in modern Japanese subculture. In their everyday lives
“otaku” buy goods which have connection with that subculture to satisfy themselves. Izumi Konata is a character
in manga titled “Lucky Star”, which created by Yoshimizu Kagami. The manga later then adapted into an
“anime” which created by Kyoto Animation in 2007. In that work Konata described as an “otaku” that could
socialize with her environment. This paper researching about “otaku” character that exist inside Konata by
refering into six principal “otaku” behavior.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Divika Nur Fadhilah
"[ ABSTRAK
Film Prayers for Bobby (2009) mengangkat permasalahan mengenai homoseksualitas dan proses
pengakuan diri. Dengan menggunakan metode analisis film, penulis menganalisis bagaimana institusi
berpengaruh terhadap kondisi psikologis karakter homoseksual selama proses pengakuan diri. Hingga
saat ini, belum terdapat banyak penelitian yang menganalisis hubungan dalam institusi sosial, seperti
keluarga, agama, dan masyarakat yang memberikan tekanan dalam pembentukan identitas karakter
homoseksual. Penelitian ini menggunakan teori Weeks mengenai seksualitas (1986) dan teori Hill
mengenai tahapan-tahapan dalam proses pengakuan diri (2002) sebagai kerangka teori. Hasil utama
penelitian ini menunjukkan bahwa karakter homoseksual di dalam film gagal untuk melewati seluruh
tahapan proses pengakuan diri karena adanya pengekangan dari institusi. Kegagalan pengakuan diri
tersebut menyebabkan karakter utama untuk bunuh diri, yang juga mencerminkan ketidakstabilan
kondisi psikologisnya.
ABSTRACT Prayers for Bobby (2009) raises the issue of homosexuality and the coming out process. Using film
analysis, the author analyzes how institutions affect the psychological condition of a homosexual
character during the process of coming out. There has not been a lot of research that see the relation
among institutions, such as family, religion, and society in repressing the identity formation of
homosexuals. This research uses Weeks? sexuality (1986) and Hill?s stages of coming out process
(2002) as the frameworks. The major findings show that the homosexual character in the film fails to
pass the stages of coming out process due to the repression by the institutions. This failure of coming
out has caused the main character to commit suicide, which in fact reflects his unstable psychological
condition., Prayers for Bobby (2009) raises the issue of homosexuality and the coming out process. Using film
analysis, the author analyzes how institutions affect the psychological condition of a homosexual
character during the process of coming out. There has not been a lot of research that see the relation
among institutions, such as family, religion, and society in repressing the identity formation of
homosexuals. This research uses Weeks’ sexuality (1986) and Hill’s stages of coming out process
(2002) as the frameworks. The major findings show that the homosexual character in the film fails to
pass the stages of coming out process due to the repression by the institutions. This failure of coming
out has caused the main character to commit suicide, which in fact reflects his unstable psychological
condition.]"
2015
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benito Calvin Alexander Manope
"An Elephant Sitting Still (Dà xiàng xídì'érzuò) merupakan film pertama sekaligus film terakhir karya Hu Bo (胡波), seorang produser dan novelis Cina terkenal. Film ini yang dirilis pada 2018 ini mengisahkan tentang kehidupan empat tokoh utama yaitu Yu Cheng, Wei Bu, Huang Ling, dan Kakek Wang Jin yang tinggal di wilayah kumuh dan penuh dengan permasalahan. Terlepas dari berbagai masalah yang dihadapi, mereka semua melakukan perjalanan ke kota Cina utara untuk melihat gajah yang duduk di Manzhouli. Pada akhirnya mereka tetap tidak dapat melihat gajah tersebut. Penelitian ini akan membahas mengenai pemaknaan gajah yang duduk di Manzhouli dan keterkaitannya dengan alur pada film An Elephant Sitting Still (Dà xiàng xídì'érzuò). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gajah yang duduk film ini merupakan sebuah simbolisasi yang lebih mendalam dari sekedar harapan.

An Elephant Sitting Still (Dà xiàng xídì'érzuò) is the first and last film by Hu Bo (胡波), a famous Chinese producer and novelist. The film, released in 2018, tells the story of the lives of the four main characters Yu Cheng, Wei Bu, Huang Ling, and Grandpa Wang Jin who live in a slum and are full of problems. Despite their problems, they all travel to a northern Chinese city to see the elephant sitting in Manzhouli. In the end, they still cannot see the elephant. This research will discuss the meaning of the elephant sitting in Manzhouli and its relationship with the plot in the film An Elephant Sitting Still (Dà xiàng xídì'érzuò). In this research, the method used is qualitative method with data collection method in the form of literature study. The results of this study show that the film's sitting elephant is a symbolisation that is deeper than just hope."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"[ ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang konflik ibu dan anak dalam film J?ai Tué Ma Mère karya Xavier Dolan. Artikel ini menggunakan teknik penelitian kualitatif dengan data studi kepustakaan. Data yang digunakan dalam analisis meliputi aspek naratif dan aspek sinematografis dalam film. Analisis menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara tokoh ibu dan anak dalam film ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan, kesulitan berkomunikasi, dan adanya keputusan sepihak orang tua tokoh utama.
ABSTRACT This article examines the conflict between mother and son in Xavier Dolan?s film J?ai Tué Ma Mère. This article uses qualitative method with a document review method. The data examined in the analysis include narrative elements and cinematography in film. The analysis shows that the conflict between mother and son in the film is provoked by several causes; personal differences, communication problems, and one-sided decisions made by the parents.;This article examines the conflict between mother and son in Xavier Dolan?s film J?ai Tué Ma Mère. This article uses qualitative method with a document review method. The data examined in the analysis include narrative elements and cinematography in film. The analysis shows that the conflict between mother and son in the film is provoked by several causes; personal differences, communication problems, and one-sided decisions made by the parents., This article examines the conflict between mother and son in Xavier Dolan’s film J’ai Tué Ma Mère. This article uses qualitative method with a document review method. The data examined in the analysis include narrative elements and cinematography in film. The analysis shows that the conflict between mother and son in the film is provoked by several causes; personal differences, communication problems, and one-sided decisions made by the parents.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Hotulinii Elizabeth
"Brave adalah film fantasi animasi tahun 2012 yang diproduksi oleh Pixar Animation Studios. Film ini menyajikan penggambaran yang bernuansa dan kompleks dari protagonis wanita feminis pertama, Merida, melampaui narasi tingkat permukaan dan menantang norma gender tradisional. Studi ini menganggap bahwa metode Merida menangani konfliknya dapat diterapkan dalam menggambarkan perubahan masyarakat dalam peran perempuan saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Pixar merepresentasikan tokoh protagonis perempuan dengan nilai feminis melalui tanda-tanda dan simbolisme dalam film animasi Brave (2012). Kajian ini menggunakan pendekatan analisis semiotik, yang mengacu pada metodologi analisis film David Bordwell dan kerangka analisis semiotik Roland Barthes. Analisis ini berfokus pada adegan signifikan, pengembangan karakter, dialog, dan citra visual untuk mengungkap cara bernuansa feminisme dikomunikasikan melalui tanda-tanda dan simbolisme. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Brave (2012) memasukkan rangkaian tanda-tanda dan simbolisme yang memperlihatkan prinsip-prinsip feminis, antara lain rambut merah Merida yang merepresentasikan simbol penting atas otonomi dirinya, kekuatan dan independensi Merida dalam menantang konsep tradisional feminitas diilustrasikan dengan busur dan panah sebagai motif utamanya, dan dialog serta interaksi antar karakter menyoroti diskusi feminis dengan menguraikan nilai tekad diri sendiri dan penghapusan harapan patriarkal.

Brave is a 2012 animated fantasy film produced by Pixar Animation Studios. The film presents a nuanced and complex portrayal of the first feminist female protagonist, Merida, going beyond surface-level narratives and challenges traditional gender norms. The study suggests that the methods in which Merida deals with such conflict can be applicable in illustrating societal shifts in women's roles today. This study aims to examine how Pixar represents female protagonists with feminist values through signs and symbolism in the animated film Brave (2012). The study employs a semiotic analysis approach, drawing on David Bordwell's film analysis methodologies and Roland Barthes' semiotic analysis framework. The analysis focuses on key scenes, character development, dialogue, and visual motifs to uncover the nuanced ways in which feminism is communicated through signs and symbolism. The results of the study reveal that Brave (2012) incorporated an array of symbols and signs that highlight feminist principles, including Merida's red hair, which represents a strong symbol of her autonomy, Merida's strength and agency are illustrated with archery as the key motive, challenging traditional concepts of femininity, and the dialogue and interactions between characters highlight feminist discourse by outlining the value of self-determination and the eradication of patriarchal expectations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Wilyan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang perilaku konsumsi dan produksi anime otaku dalam novel ringan Saenai Heroine no Sodatekata yang berbeda dari perilaku produksi dan konsumsi sebagaimana dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Menggunakan teori narration-driven consumption oleh Eiji Otsuka dan database-driven consumption oleh Azuma Hiroki, penulis mengkaji novel ringan ini dengan metode deskriptif analisis, membandingkan bagaimana perilaku anime otaku ditampilkan dalam novel ini dengan anime otaku dalam dunia nyata dan bagaimana perilaku mereka berbeda dari masyarakat pada umumnya.

ABSTRACT
This thesis explains about consumption and production behaviour of anime otaku in light novel series Saenai Heroine no Sodatekata. The writer analyses the consumption and production behaviour of Japanese geek and its differences from normal form of consumption and production. Utilising narration driven consumption theory by Eiji Otsuka and database driven consumption theory by Azuma Hiroki, the writer applies these theories to the light novel and compared it with real life anime otaku behaviour, furthermore shows the differences of consumption behaviour between casual people compared with anime otaku. "
2017
S68115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Kadek Agus Sujiro Putra
"ABSTRACT
I Nyoman Cerita adalah seniman sekaligus akademisi seni pertunjukan khususnya seni tari di Bali yang berasal dari Banjar Sengguan, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Beliau telah mampu membangun sebuah upaya pengembangan kesenian khususnya tari di Bali. Berbagai karya-karya yang hingga kini telah memberikan catatan penting terhadap perkembangan sent tari, I Nyoman Cerita mampu menciptakan karya tari dengan cara Nyeraki. Istilah Nyeraki
yaitu serba ada atau serba bisa. Kemampuan Nyeraki yang dimaksud disini adalah kemampuan Nyoman Cerita yang dapat menyelesaikan segalanya dengan kemampuan yang serba bisa. Nyoman Cerita mampu menciptakan tabuh (musik iringan tari), mampu menciptakan gerak tari, serta mampu menciptakan konsep kostum. Kemampuan Nyeraki sangat jarang dimiliki oleh seniman tari pada umumnya
Tujuan dari penelitian ini menghasilkan sebuah karya tulis tentang tokoh I Nyoman Cerita seniman tari asal Gianyar, menghasilkan karya tulis yang mampu digunakan sebagai informasi tentang tokoh inovatif dalam mencipta tari Bali, ada tiga pokok permasalahan yang akan dikaji yaitu bagaimanakah latar belakang kehidupan I Nyoman Cerita, bagaimanakah proses kreatif I Nyoman cerita sebagai tokoh inovatif dalam mencipta Tari Bali, bagaimanakah kontribusi karya I Nyoman Cerita dalam perkembangan seni tari di Bali? teori yang digunakan untuk membedah ketiga Iatar belakang tersebut yaitu: teori biograifi, teori motivasi,teori Estetika.
Inovatif karya I Nyoman Cerita yaitu beliau mampu memunculkan ide-ide bar seperti pengolahan properti tari yang digunakan dalam berbagai fungsi. Sebagai contohnya adalah properti pajeng dapat di fungsikan sebagai tombak, roda kereta, dan simbol awan, sedangkan properti kipas dapat digunakan sebagai gada dan kereta kencana kontribusi karya-karya Tari Bali beliu menjadi bahan ajar di sanggar dan sebagai sajian seni pertunjukan pariwisata."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asaa Anyahdiyani Robbi
"Menerjemahkan subtitles pada film merupakan pekerjaan yang rumit karena penerjemah dihadapi dengan peraturan yang membatasi mereka dalam menerjemahkan suara aktor, terlebih jika terdapat culture-specific items atau istilah-istilah yang sarat budaya. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi strategi penerjemahan subtitle yang digunakan di film Sang Kiai atau The Clerics dan mengamati ideologi penerjemahan yang diaplikasikan oleh penerjemah selama proses penerjemahan. Metode penelitian yang diterapkan adalah metode campuran antara kualitatif dan deskriptif. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa Retention adalah strategi penerjemahan yang paling banyak digunakan. Akan tetapi, ideologi peneremahan yang dominan adalah domestikasi. Dapat dikatakan bahwa penerjemah berusaha untuk membuat film ini semudah mungkin untuk dipahami pembaca bahasa target dengan membuat peneremahannya setia kepada bahasa target.

Translating subtitles for movies is a complicated task as the translators are faced with certain restrictions that limit them in translating the actors’ voices, especially if culture-specific items are involved. This study aims to conduct an investigation on the subtitling strategies found in the movie The Clerics or Sang Kiai and later attempt to observe the type of translation ideology employed by the translator during the subtitling. The method applied in conducting this study is a mixed-method between quantitative and descriptive qualitative methods. The study finds that Retention is the most used subtitling strategy. However, the dominant translation ideology found throughout the subtitle is domestication. It can be said that the translator attempted to make this movie as comprehensible as possible for the target audience by making it faithful to them."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Fajrina Djuanda
"[ABSTRAK
Meskipun sejak tahun 1973 status homoseksualitas tidak lagi dianggap sebagai ketidakwarasan, kehadiran masyarakat homofobia masih tak terhindarkan sampai saat ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di dunia queer setelah adanya gay rights movements. Menerapkan teori Hall mengenai identitas budaya dan teori Butler mengenai performativitas, melalui film An Englishman in New York (2009), makalah ini menunjukkan bahwa queer diaspora menciptakan identitas baru bagi penduduk asli dan imigran. Karya ini juga memperlihatkan bahwa sesungguhnya alasan mengapa queer pada era 1970 suka menunjukkan identitas gender mereka dengan queer fashion adalah karena tekanan dari masyarakat homofobi.
ABSTRACT
Although since 1973 the status of homosexuality is no longer considered as insanity, the presence of homophobic society is still inevitable until now. This study, then, aims to see what was actually happening in queer worlds after gay rights movements. Applying Hall?s cultural identity and Butler?s performativity theories through the movie An Englishman in New York (2009), this paper shows that queer diaspora creates new identities for both the indigenous people and the immigrants. This piece also reveals that the reason why 1970s queers liked to show their gender identities with queer fashion was because of the pressure from homophobic society., Although since 1973 the status of homosexuality is no longer considered as insanity, the presence of homophobic society is still inevitable until now. This study, then, aims to see what was actually happening in queer worlds after gay rights movements. Applying Hall’s cultural identity and Butler’s performativity theories through the movie An Englishman in New York (2009), this paper shows that queer diaspora creates new identities for both the indigenous people and the immigrants. This piece also reveals that the reason why 1970s queers liked to show their gender identities with queer fashion was because of the pressure from homophobic society.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Diah Asyanti
"Istilah Indo mengacu pada orang yang terlahir dari perkawinan pribumi dan bangsa pendatang di Hindia-Belanda. Salah satu film yang membahas mengenai kehidupan orang Indo di Hindia-Belanda adalah film Bumi Manusia. Film ini hadir di bioskop pada tahun 2019 dan merupakan hasil karya dari seorang sutradara kenamaan, Hanung Bramantyo. Penelitian ini membahas representasi orang Indo yang ada dalam film Bumi Manusia (2019) melalui tokoh kakak-beradik Annelies dan Robert Mellema. Dalam proses analisis, peneliti menggunakan metode kualitatif yang didukung oleh teori semiotika Roland Barthes dan konsep pemikiran Stuart Hall mengenai identitas budaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada film Bumi Manusia, terdapat perbedaan penggambaran orang Indo melalui kedua tokoh. Perbedaan penggambaran tersebut disebabkan oleh perkembangan identitas dari kedua tokoh. Annelies yang awalnya seorang Indo, ingin dianggap sebagai pribumi dengan berperilaku baik dan tidak mengkotak-kotakan manusia sesuai rasnya. Di sisi lain, Robert yang ingin dianggap sebagai Belanda totok cenderung berperilaku kasar dan bertindak semena-mena pada pribumi.

The term Indo refers to people born from marriages of natives and immigrants in the Dutch East Indies. One of the films that discusses the life of the Indos in the Dutch East Indies is Bumi Manusia. This film arrived in theaters in 2019 and is the work of a well-known director, Hanung Bramantyo. This study looks at how Indo people are portrayed in the film Bumi Manusia, specifically through the characters Annelies and Robert Mellema. This paper used the descriptive methods in the analysis, which were aided by Roland Barthes' semiotic theory and Stuart Hall's concept of cultural identity. This study reveals that there are differences in the depiction of the Indo in the film Bumi Manusia through the two characters. The difference in depiction is due to the two characters' desire for different identities. Annelies who want to be considered Natives tends to be well-behaved and does not divide humans based on race. On the other hand, Robert, who wanted to be considered a full-blooded Dutchman, acted rudely and arbitrarily toward natives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>