Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa
"Skripsi ini membahas tentang teknologi senjata logam pada masa lampau. Penelitian ini menggunakan metode analisis kandungan unsur (x-ray fluroscence) dan tingkat kekerasan (skala Mohs) pada 11 senjata logam dari Museum Tosan Aji. Senjatasenjata tersebut berupa keris, pedang, dan mata tombak. Hasil analisis unsur memperlihatkan bahwa dari 11 senjata yang dianalisis tidak terdapat senjata dengan kandungan unsur dan trace element yang sama, selain itu tidak ditemukan hubungan antara hiasan pamor pada senjata dengan kandungan unsur. Sementara pengukuran tingkat kekerasan menunjukkan adanya perbedaan tingkat kekerasan pada jenis dan tipe senjata tertentu, serta adanya hubungan antara tingkat kekerasan dengan proses pembuatan pada senjata keris.

The focus of this study is about ancient technology of metal weapons. This research use element analysis (x-ray fluroscence) and hardness test (Mohs scale) method to analyze 11 weapons from Tosan Aji Museum. Those weapons are kerises, sword, and spear tips. Based on element analysis result, there is no similar element composition and trace element in 11 metal weapons. Furthermore, element analysis proof that weapon’s pamor and it’s element composition is unrelated. Other method, hardness test result shows there is hardness level difference in various kind and type of weapons. Hardness test result also shows there is relation between hardness level and forging processes in keris."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S57844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa
"Jurnal ini membahas tentang teknologi senjata logam pada masa lampau. Penelitian ini menggunakan metode analisis kandungan unsur (x-ray fluroscence) dan tingkat kekerasan (skala Mohs) pada 11 senjata logam dari Museum Tosan Aji. Senjata-senjata tersebut berupa keris, pedang, dan mata tombak. Hasil analisis unsur memperlihatkan bahwa dari 11 senjata yang dianalisis tidak terdapat senjata dengan kandungan unsur dan trace element yang sama, selain itu tidak ditemukan hubungan antara hiasan pamor pada senjata dengan kandungan unsur. Sementara pengukuran tingkat kekerasan menunjukkan adanya perbedaan tingkat kekerasan pada jenis dan tipe senjata tertentu, serta adanya hubungan antara tingkat kekerasan dengan proses pembuatan pada senjata keris.

The focus of this study is about ancient technology of metal weapons. This research use element analysis (x ray fluroscence) and hardness test (Mohs scale) method to analyze 11 weapons from Tosan Aji Museum. Those weapons are kerises, sword, and spear tips. Based on element analysis result, there is no similar element composition and trace element in 11 metal weapons. Furthermore, element analysis proof that weapon?s pamor and it's element composition is unrelated. Other method, hardness test result shows there is hardness level difference in various kind and type of weapons. Hardness test result also shows there is relation between hardness level and forging processes in keris."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Babad Tawangalun berbentuk tembang macapat (h.1-96; 12 pupuh) dan teks tentang wesi aji berbentuk prosa dan macapat (h.97-102; 1 pupuh). Teks Babad Tawangalun mengisahkan tentang kerajaan Kedawung, Banyunagara. Raden Tawangalun mendirikan kerajaan Macan Putih, dan berdirinya kerajaan Balambangan. Juga menceritakan hubungan kerajaan-kerajaan tersebut dengan Mataram, Bali (Klungkung, Mengwi, Karangasem, Buleleng). Dilanjutkan dengan kisah Raden Wiryahadikusuma menjadi bupati Banyuwangi dengan gelar Adipati Wiryadanuadiningrat dan patihnya bernama Raden Pringgakusuma. Babad Tawangalun ini disebutkan dalam Pigeaud 1970:408 dengan judul Tawang Alun of Blambangan; Girardet/21210; Juynboll 11:401 (Babad Blambangan); Brandes 1:133 (Babad Blambangan). Teks kedua berisi uraian tentang wesi aji. Menerangkan sifat-sifat dan kegunaan wesi aji dalam 5 hal, yaitu: untuk perang, bepergian, berdagang, bertani, atau disimpan di rumah. Diterangkan juga khasiat pamor atau cahaya wesi aji tersebut yang terbagi dalam beberapa warna, yaitu: hijau, kuning, merah, hitam, dan putih. Teks dilengkapi dengan gambar keris berikut nama-nama dari Mas Logo, Cirebon. Naskah diterima Pigeaud di Banyuwangi pada tahun 1927. Telah dibuatkan salinan ketik oleh Mandrasastra, yaitu pada FSUI/SJ.169."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.168-NR 37
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi contoh gambar senjata sebanyak 504 buah, terdiri dari jenis tombak, senjata bertangkai panjang, senjata yang diayunkan (jenis martil), gada, senjata genggam, pedang, sabet, jenis parang, limpung, tameng, keris, senapan dll. Beberapa di antara senjata pusaka yang digambarkan mengandung candrasengkala memet. Tafsiran candrasengkala tertera di bawah gambarnya. Berdasarkan sketsa-sketsa yang ada, terdapat beberapa ilustrasi yang masih merupakan imajinasi, atau bahkan khayalan belaka. Naskah merupakan salinan dari naskah induk yang tidak diketahui keberada-annya. Penyalinan dilakukan di Panti Boedaja, Yogyakarta, pada tahun 1943, atas perintah Dr. Tjan Tjoe Siem. Naskah MSB/F.37 yang terdapat di koleksi Museum Sonobudoyo, Yogyakarta merupakan tembusan karbon dari ketikan asli ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
UK.5-G 182
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Prasida Wibawa
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008
R 739.72 PRA w
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkyanno Rahmadhan Abdi
"Papan PCB merupakan bahan penyusun utama dari perangkat elektronik. Seiring berjalannya waktu perkembangan perangkat listrik semakin tinggi dan meningkat hal ini juga berkaitan terhadap limbah yang dihasilkan terhadap lingkungan. Limbah papan PCB dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai nanopartikel. Papan PCB disintesis menjadi nanopartikel dengan melakukan beberapa tahap diantaranya leaching menggunakan HCL 1 M selama 24 jam, Pirolisis dilakukan dengan gas flow 5L/menit pada suhu 500oC menggunakan gas argon, dan Dry milling selama 20 jam. Setelah disintesis dilakukan karakterisasi pada sebelum dan sesudah proses menggunakan pengujian XRF pada proses leaching, pengujian XRD pada proses pirolisis, dan pengujian PSA pada proses milling. Nanofluida disintesis dengan variabel kombinasi dari 0%, 0,1%, 0,3%, dan 0,5% nanopartikel dan 0%, 3%, 5%, dan 7% surfaktan. Hasil pendinginan cepat menggunakan nanofluida didapatkan dengan penambahan 0,3% nanopartikel tanpa surfaktan dimana mikrostruktur yang terbentuk didominasi oleh fasa martensite dengan beberapa fasa bainite. Sedangkan kekerasan yang didapat dengan nilai tertinggi yaitu 55 HRC pada penggunaan 0,5% nanopartikel tanpa surfaktan. Sedangkan nilai kekerasan terendah didapat dengan kombinasi 0,5% nanopartikel dan 5% surfaktan dengan nilai kekerasan 34 HRC. Penambahan surfaktan CTAB pada nanofluida sebagai aplikasi media pendinginan cepat kurang efektif dikarenakan karakteristik sifat CTAB yang sensitive terhadap panas menjadi gumpalan.

PCB board is the main constituent of electronic devices. As time goes by, the development of electrical devices is getting higher and increasing, this is also related to the waste they produce on the environment. PCB board waste can be used as nanoparticles. PCB boards were synthesized into nanoparticles by carrying out several steps including leaching using 1 M HCL for 24 hours, pyrolysis was carried out with a gas flow of 5L/minute at 500oC using argon gas, and dry milling for 20 hours. After being synthesized, characterization was carried out before and after the process using XRF testing in the leaching process, XRD testing in the pyrolysis process, and PSA testing in the milling process. The nanofluids were synthesized with variable combinations of 0%, 0.1%, 0.3%, and 0.5% nanoparticles and 0%, 3%, 5%, and 7% surfactants. Fast cooling results using a nanofluids were obtained by adding 0.3% nanoparticles without surfactants where the microstructure formed was dominated by the martensite phase with several bainite phases. While the hardness obtained with the highest value is 55 HRC using 0.5% nanoparticles without surfactants. While the lowest hardness value was obtained with a combination of 0.5% nanoparticles and 5% surfactants with a hardness value of 34 HRC. The addition of CTAB surfactants to nanofluids as fast cooling media applications is less effective due to the characteristics of CTAB which are sensitive to heat to form agglomerates."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilah Aisyi
"Museum hadir di Eropa berawal dari aktivitas mengoleksi individu dalam sebuah ruang yang disebut dengan cabinet of curiosities. Sesuai dengan artinya, cabinet of curiosities menggambarkan ruang dengan rasa ingin tahu yang berkembang menjadi suatu bentuk penyampaian dan penghargaan terhadap seni serta ilmu pengetahuan. Menempatkan, mengatur, dan mengkomposisikan objek dalam ruang menjadi hal penting yang dilakukan untuk menyampaikan objek yang dipamerkan pada cabinet of curiosities. Komposisi objek koleksi pada cabinet of curiosities dan museum terbentuk atas objek-objek yang diatur secara seimbang, menghadirkan kesatuan, dan menarik perhatian mata manusia untuk melihat dan memahami cerita yang ingin disampaikan. Karakteristik ruang yang berbeda antara cabinet of curiosities dan museum memberikan persepsi yang berbeda dalam memahami cerita yang ingin disampaikan lewat komposisi tersebut sehingga kemungkinan komposisi objek koleksi pada museum telah berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Komposisi objek koleksi dan ruang lebih terarah dan menekankan objek sebagai suatu hal yang utama dalam sebuah ruang museum sehingga pengunjung museum saat ini memahami cerita yang disampaikan dengan mudah.

A museum, viewed as a technology of behavior management, serves to educate people and the need to collect important objects by an organization of space and objects arrangement. Museums in Europe was established from collecting activities in a space is called ?cabinet of curiosities? where objects arranged in and filled up all parts in space. The meaning is about wondering was developed to communicate value or knowledge from objects. The placement, arrangement, and composition of objects in space become important communicating the story behind and the aim of collecting the objects. Both composition of object in cabinet of curiosities and museum are similar through the principle of balance, unity, contrast, that seduced our eyes to see and understand the story behind the objects, are also some difference between cabinet of curiosities and museum, in relation to the composition of objects in space and the perception of the viewers. This paper discusses how the development of objects composition in cabinet of curiosities and museum in relation to composition principle and knowledges supporting. Objects dealed with space elements become the composition that is experienced visually, where is gave choices what objects will be saw first and next to understand the story. In contrast to museum, the composition is more directional and offers objects as a highlight to be understood easily by viewers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Wibowo
"Makalah proyek akhir ini menganalisis pengaruh crowdsourcing (selanjutnya disebut urun daya) dan representasi terhadap kredibilitas infomasi museum di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh urun daya terhadap kredibilitas, mengidentifikasi pengaruh representasi terhadap kredibilitas, mengidentifikasi pengaruh urun daya dan representasi terhadap kredibilitas. Metode penelitian ini adalah survei dengan menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data. Data penelitian dianalisis dengan SPSS 26. Jumlah responden sebanyak 65 pengelola museum yaitu kepala museum, kurator, dan humas (media sosial). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara urun daya dengan kredibilitas pada museum di Indonesia, terdapat pengaruh secara signifikan representasi terhadap kredibilitas, urun daya dan representasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kredibilitas. Kesimpulan penelitian ini adalah 3 variabel yang telah ditentukan semuanya secara langsung dan tidak langsung berpengaruh signifikan antara variabel satu dengan yang lainnya. Dapat dipastikan bahwa urun daya dan representasi koleksi mempengaruhi kredibilitas informasi koleksi museum di Indonesia. Penelitian ini menyarankan agar museum yang telah menerapkan konsep urun daya dapat merancang platform urun daya untuk meningkatkan sosialisasi online sehingga partisipasi serta kontribusi orang banyak (crowd) untuk proyek urun daya warisan dokumenter akan stabil dan meningkat. Kedua adalah dengan mengoptimalkan keterampilan teknis pengelola museum, memungkinkan museum dengan keterbatasan dana untuk menggunakan media sosial guna menekan biaya. Ketiga adalah koefisein determinasi dari urun daya dan representasi secara simultan terhadap kredibilitas sebesar 0,475 masih tergolong rendah, sehingga perlu ditingkatkan dengan penambahan variabel.

This final project paper analyzes the effect of crowdsourcing and representation on the kredibilitas of museum information in Indonesia. The purpose of this study is to identify the effect of urun daya on kredibilitas, identify the effect of representativeness on kredibilitas, identify the effect of urun daya and representativeness on kredibilitas. This research method is a survey using a questionnaire for data collection. Research data were analyzed using SPSS 26. The number of respondents was 65 museum managers, namely museum heads, curators, and public relations (social media). Based on the results of the study it can be concluded that there is a positive and significant influence between urun daya and kredibilitas in museums in Indonesia, there is a significant influence of representativeness on kredibilitas, urun daya and representativeness simultaneously have a significant effect on kredibilitas. The conclusion of this study is that the 3 variables that have been determined directly and indirectly have a significant effect between one variable and another. It is certain that crowdsourcing and collection representation affect the kredibilitas of information on museum collections in Indonesia. This research suggests that museums that have implemented the concept of crowdsourcing can design crowdsourcing platforms to increase online socialization so that the participation and contribution of the crowd to crowdsourced documentary heritage projects will be stable and increase. The second is by optimizing the technical skills of museum managers, enabling museums with limited funds to use social media to reduce costs. Third, the coefficient of determination of urun daya and representativeness simultaneously on kredibilitas of 0,475 is still relatively low, so it needs to be increased by adding variables."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
R. Syarifah Alwiyah
"R. Syarifah Alwiyah, 079403022A, Analisis pedang masa kolonial koleksi Museum Sejarah Jakarta dan Museum Negeri Sri Baduga Bandung (Di bawah bimbingan Wanny Rahardjo W. M. Hum), Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Pedang adalah salah satu contoh senjata penyerang dengan bentuk seperti pisau panjang yang bersifat universal. Pedang selain sebagai senjata sering pula diperuntukan sebagai simbol status seseorang. Sebagai peninggalan masa kolonial, beberapa pedang koleksi Museum Sejarah Jakarta dan Museum Negeri Sri Baduga Bandung cukup menunjang untuk dijadikan bahan penelitian karena memperlihatkan keanekaragaman bentuk, ukuran dan hiasan. Pada penelitian ini, upaya pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan berdasarkan ciri atributnya yang diarahkan kepada pembentukan tipe-tipe untuk kemudian di analisis. Pengungkapan masalah berdasarkan dimensi bentuk ini dikarenakan hanya aspek tersebut yang cukup lengkap terdapat pada data. Bentuk-bentuk dasar yang diperoleh dari basil pengamatan sebagai tahap awal klasifikasi adalah bilah, gagang, sarung, hiasan dan ukuran. Bentuk dasar bilah terbagi atas empat bentuk. Sedangkan bentuk gagang terdiri dari bagian grips, knuckle bow, quillon, pommel, langet dan backstrap. Penentuan atribut kuat untuk menghasilkan type-type didasarkan kepada perbedaan bentuk dasar bilah. Setelah dilakukan penganalogian dengan berbagai literatur, dapat disimpulkan suatu perkiraan mengenai kronologi data. Hal ini ditunjang oleh adanya angka tahun yang terdapat pada empat buah bilah pedang. Sedangkan berdasarkan analogi kegunaan, dapat diperoleh lima jenis kegunaan pedang yaitu pedang untuk bermain anggar, pedang eksekusioner, pedang berburu, pedang untuk berperang dan pedang sebagai pelengkap busana pria untuk acara-acara tertentu"
2000
S11981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A. MUSEUM
1. PENGANTAR
Masih banyak orang belum mengetahui arti museum secara benar. Orang memandang museum sebagai tempat menyimpan benda bekas, tempat yang angker dan menyeramkan. Oleh karena itu sejak dini anak harus diberikan pengertian yang benar mengenai arti museum.
2. PENGERTIAN
Museum merupakan tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda warisan budaya yang bernilai panting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
TUJUAN
3.1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelajaran ini diharapkan siswa memiliki pemahaman dan pengertian secara benar mengenai arti museum, sehingga tumbuh apresiasinya kepada museum.
3.2. Tujuan Khusus
Siswa diharapkan tumbuh kepeduliannya terhadap museum, sehingga memandang museum sebagai kebutuhan yang penting bagi usaha pengembangan pengetahuannya.
ALAT PERAGA YANG DIPERLUKAN
Alat peraga yang disiapkan antara lain : foto gedung museum, foto ruang pameran, foto ruang gudang koleksi, foto petugas sedang merawat koleksi di laboratorium (konservasi/restorasi koleksi), foto rombongan siswa sedang dibimbing oleh pemandu dan lain-lain.
MUSEUM NEGERI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari enam daerah tjngkat II yaltu Kabupaten Kota Waringin Barat, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara, dan Kota Hadya Palangkaraya. Diantara empat provinsi di Kalimantan, Kalimantan Tengah termasuk sedikit suku bangsa atau kelompok etnis yang tinggal di wilayah ini.
Suku bangsa atau kelompok etnis di Kalimantan Tengah yang terbesar dan tersebar luas di wilayah Kalimantan Tengah adalah orang Ngaju. Orang Maamyan mendiami daerah Barito. Selain itu ada kelompok orang Punan, kelompok orang Tamanan dan masih banyak lagi kelompok etnis yang lain oleh karena itu penduduk Kalimantan Tengah memiliki banyak ragam budaya daerah, sehingga banyak terdapat peninggalan warisan budaya.
Untuk melestarikan benda-benda peninggalan warisan budaya memerlukan tempat yang disebut museum. Museum adalah suatu tempat menyimpan, merawat, dan mengamankan benda warisan budaya untuk dilestarikan. Selain itu, museum berarti pula tempat pemanfaatan benda warisan budaya.
Museum yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah hanya satu buah dan terletak di Kotamadya Palangkaraya. Museum tersebut dikenal dengan nama Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah "Balanga". Alamatnya: Jalan Tjilik Riwut Km. 2,5 Palangkaraya. Setiap orang Kalimantan Tengah harus mengerti tentang anti museum itu. Setiap orang dapat memanfaatkan museum untuk kepentingan memajukan kehidupannya, khususnya di bidang ilmu pengetahuan. Jadi orang Kalimantan Tengah dan murid-murid sekolah akan mempelajari warisan budaya suku bangsanya dapat pergi ke museum.
Warisan budaya yang disimpan di museum disebut koleksi . Benda warisan budaya di simpan di museum untuk dilestarikan. Benda itu dilestarikan karena berguna bagi semua orang yang akan mempelajari budaya bangsanya. Selain itu benda yang dilestarikan dapat dilihat oleh siapa pun pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Pemerintah menyelenggarakan atau mendirikan museum untuk kepentingan masyarakat atau rakyatnya. Tetapi pemerintah juga mengijinkan badan swasta atau masyarakat menyelenggarakan dan mendirikan museum."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 157
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>