Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hillun Vilayl Napis
"[ ABSTRAK
Fungsi sepeda yang awalnya sebagai alat transportasi mengalami pergeseran menjadi hobi yang selanjutnya menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan. Adanya berbagai komunitas sepeda, fun bike dan car free day turut berperan dalam menjadikan bersepeda sebagai gaya hidup. Hal tersebut terjadi melalui interaksi antara orang-orang yang bersepeda dalam acara fun bike, car free day atau acara komunitas. Sebagai gaya hidup, bersepeda dijadikan kegiatan untuk menunjukkan tidak hanya mengekspresikan perbedaan, tetapi juga membangun perbedaan. Bersepeda dianggap sebagai hal yang keren dan mempunyai nilai gengsi tinggi. Keinginan untuk memiliki sepeda dengan harga mahal demi gaya hidup membuat seseorang melakukan pengorbanan yang besar untuk sebuah konsumsi yang fungsinya tidak terlalu berarti. Logika konsumsi yang mereka lakukan bukan lagi karena kebutuhan (need), tetapi karena hasrat (desire). Masyarakat tidak hanya mengonsumsi objek, tetapi juga makna sosial yang ada di balik objek tersebut. Dalam masyarakat ini, simbol bisa mengubah suatu barang yang fungsinya sama menjadi berbeda. Gaya hidup seperti ini membuat mereka membeli sepeda dengan harga mahal bahkan mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini pada akhirnya menimbulkan konsumerism

ABSTRACTBike’s function initially as a mode of transportation shifted into hobby and then urban lifestyle. The existence of various bike community, fun bike and car free day down a role in making cycling as a lifestyle. This occurs through interaction between people who cycling in fun bike, car free day or community event. As a lifestyle, cycling not only used to show the difference, but also build up the difference. Cycling regarded as cool and has a high prestige value. The desire to have a bike with an expensive price for the sake of lifestyle make people do a great sacrifice for a consumption that function’s not very meaningful. Consumption logic that they do is no longer because of need but because of desire. People are not only consume the object, but also the social meaning behind the object. In this society, a symbol can change an item that have same function to be different. This lifestyle makes them buy a bike with high price even in tens of millions rupiahs. This eventually lead to consumerism.;Bike’s function initially as a mode of transportation shifted into hobby and then urban lifestyle. The existence of various bike community, fun bike and car free day down a role in making cycling as a lifestyle. This occurs through interaction between people who cycling in fun bike, car free day or community event. As a lifestyle, cycling not only used to show the difference, but also build up the difference. Cycling regarded as cool and has a high prestige value. The desire to have a bike with an expensive price for the sake of lifestyle make people do a great sacrifice for a consumption that function’s not very meaningful. Consumption logic that they do is no longer because of need but because of desire. People are not only consume the object, but also the social meaning behind the object. In this society, a symbol can change an item that have same function to be different. This lifestyle makes them buy a bike with high price even in tens of millions rupiahs. This eventually lead to consumerism., Bike’s function initially as a mode of transportation shifted into hobby and then urban lifestyle. The existence of various bike community, fun bike and car free day down a role in making cycling as a lifestyle. This occurs through interaction between people who cycling in fun bike, car free day or community event. As a lifestyle, cycling not only used to show the difference, but also build up the difference. Cycling regarded as cool and has a high prestige value. The desire to have a bike with an expensive price for the sake of lifestyle make people do a great sacrifice for a consumption that function’s not very meaningful. Consumption logic that they do is no longer because of need but because of desire. People are not only consume the object, but also the social meaning behind the object. In this society, a symbol can change an item that have same function to be different. This lifestyle makes them buy a bike with high price even in tens of millions rupiahs. This eventually lead to consumerism.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Desira
"Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan gaya hidup nongkrong remaja di 7-Eleven, yang diantaranya adalah faktor sosialisasi keluarga dan konformitas terhadap peer group. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survey terhadap 100 responden. Penelitian ini dilakukan di 6 gerai 7-Eleven yang berlokasi di Jakarta Selatan dengan teknik penarikan sampel purposive sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah kebiasaan nongkrong yang dimiliki remaja Jakarta di 7-Eleven dapat terbentuk menjadi gaya hidup dengan dipengaruhi oleh sosialisasi yang tinggi dari keluarga mengenai kebiasaan nongkrong serta konformitas yang tinggi terhadap peer group mereka yang memiliki kebiasaan nongkrong. Berdasarkan status sosial ekonomi, mereka pada kelompok SSE rendah cenderung lebih signifikan untuk memiliki gaya hidup nongkrong di 7-Eleven disbanding dengan kelompok menengah dan atas.

This research aimed to find out the factors that influence the formation of teenagers hangout lifestyle in 7-Eleven, which include family socialization factors and conformity to peer group. This research uses quantitative approach with survey data collection method to 100 respondents. This research take place at six 7-Eleven stores, which is located in South Jakarta with purposive sampling technique.
The research findings show that the teenagers’ habit of hanging out at 7-Eleven can be formed into a lifestyle, influenced by high family socialization regarding their habits to hang out, and conformity high against their peer group who have a habit of hanging out. Based on socio-economic status, those who belong to low status group tend to be more significant to have a lifestyle of hanging out at the 7-Eleven compared with the middle and upper status group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bela Larasati
"Skripsi ini menginvestigasi bagaimana gaya hidup dan faktor demografis masyarakat Jakarta mempengaruhi persepsi nilai terhadap merek serta melihat bagaimana persepsi ini mempengaruhi dorongan atau keinginan untuk membeli produk Old dan New Luxury kategori pakaian dan alas kaki khususnya pada kelompok umur 14 hingga 30 tahun atau yang biasa disebut dengan Generasi Y. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design deskriptif. Hasil penelitian memberi masukan kepada pengusaha produksi atau retail produk luxury untuk menggali potensi pasar laki-laki , pasar Jakarta Selatan serta kelas menengah.

The focus of this study is to investigates how lifestyle and demographic factors influence brand perception value of the people of Jakarta and to see how this perception affects purchase intention of Old and New Luxury in Apparek and Footwear category, particularly in the age group 14 to 30 years or commonly referred to as Y Generation. This research is a quantitative and descriptive with design. The results provide inputs to production or retail entrepreneurs to explore the potential of luxury men market, South Jakarta market as well as the middle class market."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koko Srimulyo
"Kemunculan kafe dengan berbagai konsep merupakan respon alas perubahan yang lerjadi di masyarakat urban dewasa ini. Perubahan yang dimaksud ialah gaya hid up masyarakat urban yang semakin modern. Makin tingginya pola gaya hidup masyarakat urban mengakibatkan bisnis kafe turut lerdorong naik. Sebagai respon perubahan gaya hid up masyarakat urban, kini banyak bermunculan kafe tematik. Salah salunya kafe dengan lema perpuslakaan yaitu kafe Libreria Eatery yang ada di Surabaya. Libreria Eatery memadukan kafe sebagai tempal makan dan perpustakaan untuk memberikan informasi dan wahana rekreasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif ditinjau dari sudul pandang culture studies, penelitian ini akan melihat latar belakang pelaku bisnis kafe yang mengkomodifikasi perpustakaan ke dalam bentuk libcafe sebagai dampak perubahan gaya hidup urban. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa (1) perpustakaan digunakan sebagai pemanis desain interior kafe, (2) perpusakaan sebagai supporting bisnis utama, (3) pencitraan perpustakaan sebagai pusat informasi modern yang rekreatif."
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2017
020 VIS 19:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurzakia
"Obesitas yang merupakan faktor risiko penyakit degeneratif di negara berkembang. Hal ini terjadi akibat perubahan gaya hidup masyarakat antara lain aktifitas fisik dan pola makan akibat perkembangan status sosial ekonomi masyarakat perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini bertujuan mengetahui cut-off point status gizi obese berdasarkan indikator IMT
(Indeks Massa Tubuh). Hasil penelitian menemukan bahwa prevalensi obese berdasarkan indikator PLT (Proporsi Lemak Tubuh) (35%), indikator IMT Depkes (22,7%) dan indikator IMT (40,8%). Faktor risiko obesitas yang paling dominan berdasarkan kategori PLT adalah tempat tinggal (OR=2,51;CI 95%:1,24-5,08); berdasarkan kategori IMT Depkes adalah
tempat tinggal (OR=2,11;CI 95%:1,16-3,85); sedangkan berdasarkan kategori IMT sampel adalah asupan karbohidrat (OR=3,32;CI 95%:1,38-7,99). Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memvalidasi cut off point IMT menurut jenis kelamin sebagai tindakan skrining obese serta penyebarluasan informasi tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang khususnya asupan karbohidrat pada masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
KESMAS 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muti Syahidah
"Skripsi ini membahas tentang pilihan mengikuti event lari yang menjadi gaya hidup masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Event lari pada awalnya bersifat kompetitif (Sport Run), kini beralih menjadi event lari semi kompetitif (Fun Run). Memiliki kegiatan yang komplit di dalamnya, seperti perlombaan, hiburan dan sosial menjadikan event Olahraga lari ini diikuti oleh mayarakat menengah kota Jakarta. Dilihat dari pola pilihan aktivitas saat waktu luang, pola pemaknaan dan pola konsumsi bahwa mengikuti event olahraga lari adalah gaya hidup masyarakat kota Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara informan, observasi dan survey ringkas. Melalui metode kualitatif, menjelaskan proses terbentuknya aktivitas mengikuti event lari menjadi pilihan gaya hidup masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Penelitian ini juga memperlihatkan peran dari peer group, komunitas, media dan swasta dalam pemilihan dan pengembangan event lari ini menjadi gaya hidup dan tren di kalangan masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Namun, peran komunitas kurang sifnifikan karena tidak semua peserta lari masuk kedalam komunitas.

This thesis discuse the selection of being in a run event as a middle-class society lifestyle in Jakarta. Run event which is competitive (Sport Run), now become semi-competitivr (Fun Run). As a complete activity such as race, entertainment, and social makes this event a a Jakarta society lifestyle. This research use qualitative method explains how a run event become choice of Jakarta’s middleclass society lifestyle. This rearch also shows the role of peer group, community, media, and privat company in selection and development this run event as a lifestyle and trend in Jakarta’s middle class society. Yet, the role of community, is not significant enough because the lack of runner as a community member."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S61409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chalila Sharifi Bahwal
"Tesis sarjana ini bertujuan untuk mengeksplorasi intervensi arsitektur yang berkelanjutan
yang menangani masalah keberlanjutan baik lingkungan maupun sosial di kawasan Bowen Hills, Brisbane, Australia. Sebelumnya, kawasan ini terutama merupakan kawasan perumahan dengan penggunaan komersial atau kantor yang terbatas. Namun, sebagai bagian dari program pemerintah daerah untuk menyeimbangkan pembangunan di kawasan tersebut, fungsi bangunan baru sedang diubah untuk menarik lebih banyak orang bekerja dan menghabiskan waktu di Bowen Hills. Ini dianggap sebagai cara untuk mempromosikan dan menyeimbangkan perekonomian di Brisbane, yang sebelumnya terpusat di kota. Intervensi arsitektural yang diusulkan adalah sebuah gedung campuran yang disebut "Sandang Pangan Papan", yang akan memiliki fungsi komersial dan kantor. Gedung ini dirancang menggunakan konsep midrise lifestyle hub, yang merupakan fasilitas yang efisien dan serbaguna yang dapat melayani berbagai fungsi. Gedung ini bertujuan untuk menangani tantangan keberlanjutan dan masalah kontekstual dalam masyarakat. Secara khusus, gedung ini bertujuan memberikan solusi untuk kebutuhan akan ruang yang lebih berkelanjutan dan layak huni yang dapat mendukung pembangunan ekonomi kawasan. Secara keseluruhan, tujuan dari proyek ini adalah untuk membantu pembangunan berkelanjutan dan ekonomi kawasan Bowen Hills melalui pembuatan gedung campuran yang menangani masalah keberlanjutan baik lingkungan maupun sosial. Dengan menyediakan beragam fungsi dan fasilitas, gedung ini bertujuan untuk menarik lebih banyak orang bekerja dan menghabiskan waktu di kawasan tersebut, dan juga mempromosikan rasa kebersamaan.

This undergraduate thesis aims to explore a sustainable architectural intervention that addresses both environmental and social sustainability issues in the Bowen Hills area of Brisbane, Australia. Previously, this area was primarily residential with limited commercial or office use. However, as part of a local government program to equalise development in the area, the function of new buildings is being changed in order to attract more people to work and spend time in Bowen Hills. This is seen as a way to promote and level the economy in Brisbane, which has historically been centred around the city centre. The proposed architectural intervention is a mixed-use building called "Sandang Pangan Papan," which will have both commercial and office functions. It is designed using the concept of a mid rise lifestyle hub, which is intended to be an efficient and versatile facility that can serve a variety of functions. This building aims to address sustainability challenges and contextual problems within the community. In particular, it is intended to provide a solution to the need for more sustainable spaces that can support the economic development of the area. Overall, the goal of this project is to contribute to the sustainability and economic development of the Bowen Hills area through the creation of a mixed-use building that addresses both environmental and social sustainability issues. By providing a range of functions and amenities, this building aims to attract more people to work and spend time in the area, while also promoting a sense of community."
2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pratomo
"Konsumsi telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat kelas menengah perkotaan yang ditujukan sebagai salah satu cara membentuk ruang gaya hidup yang diinginkan. Dewasa ini kalangan menengah perkotaan menghubungkan kegiatan konsumsi dengan kesadaran terhadap suatu barang bermerek (brand awareness) yang sekaligus menjadi sarana pembentukan identitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pembentukan identitas dan gaya hidup masyarakat perkotaan melalui pemaknaan terhadap produk sepatu kickers. Studi penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik melakukan wawancara mendalam terhadap tujuh informan. Hasil penelitian menunjukkan kesadaran terhadap brand awareness pada kelas menengah perkotaan ditujukan sebagai suatu kebutuhan bukan lagi mengikuti keinginan.

Consumption has been the important part in life for middle class urban people, as a process of forming their own lifestyle based on their desire. At present the middle class urban people relate their consumption activity with the brand awarenes as a part of their identity. The purpose of this research is to find the identity and lifestyle of the urban people through their consumption of the kickers shoes. The qualitative methods was carried out with indepth interview to seven informants. The results revealed that the brand awareness among the middle class serves more as the answer to their need of quality in consumpted goods, rather than suply as a pure answer to their desires."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lorenzia Chrisanty Astari
"Kehidupan di kota besar tidaklah mudah, banyak tekanan yang dapat menimbulkan ketegangan yang bisa berdampak kurang baik terhadap kondisi fisik maupun psikologis. Rutinitas sehari-hari yang menjenuhkan ini membuat orang pada umumnya akan mencari aktivitas-aktivitas yang dapat mengurangi atau menghilangkan kejenuhan tersebut yang biasanya dilakukan pada saat waktu luang. Salah satu pilihan aktivitas waktu luang di kota besar adalah clubbing.
Clubbing adalah berbagai aktivitas yang dilakukan di tempat-tempat hiburan malam seperti diskotek, bar, pub, lounge, dan kafe dengan musik hidup atau suasana yang dibuat menyerupai klub malam. Clubbing sebetulnya sudah ada sejak dulu, namun zaman sekarang perkembangannya semakin marak ditunjang oleh tempat hiburan malam yang semakin menjamur.
Di masa krisis ekonomi seperti sekarang, tempat-tempat hiburan malam masih ramai pengunjung. Fenomena ini dapat mengindikasikan bahwa hiburan dan rekreasi, dalam hal ini yang didapat dari clubbing memang telah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat tertentu dan bisnis tempat hiburan malam masih menjanjikan. Persaingan yang cukup ketat dalam menarik pengunjung membuat para pengelola tempat hiburan malam perlu mehgetahui karakteristik segmen pasarnya.
Clubbing memiliki bermacam manfaat, namun di sisi lain juga memunculkan sejumlah atribut negatif bagi para pelakunya. Clubbing dipilih dari sekian banyak pilihan memanfaatkan waktu luang dan uang Gaya hidup seseorang ditunjukkan oleh bagaimana ia memanfaatkan waktu dan uangnya yang terwujud dalam aktivitas, minat, dan opininya.
Dalam penelitian ini yang ingin dilihat adalah gaya hidup para pelaku clubbing, khususnya gaya hidup pelaku clubbing yang menganggap clubbing relevan dengan kebutuhan, nilai, dan minat yang ada di dalam dirinya, atau dengan kata lain responden yang memiliki tingkat keterlibatan tinggi terhadap clubbing.
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran gaya hidup pelaku clubbing. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi tentang gaya hidup di kota besar.
Penelitian ini menggunakan subjek pelaku clubbing, dengan teknik pengambilan sampel nonpnobability sampling dengan bentuk incidental sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini dilakukan terhadap 156 orang subjek.
Hasil dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran 4 profil gaya hidup dari pelaku clubbing. Ke-4 gaya hidup tersebut adalah gaya hidup 1 "perduli sosial", gaya hidup 2 "cuek", gaya hidup 3 "gaul", dan gaya hidup 4 "biang pesta"."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Raditya
"Jumlah pengguna internet di lndonesia semakin lama semakin bertambah. Hingga bulan April 1999 jumlah pengguna Internet di Indonesia sudah mencapai 617.000 orang (Bisnis Indonesia, 29 Juni 1999). Para pengguna Internet tersebut dapat dipandang sebagai suatu pasar yang potensial. Penulis melihat ini sebagai peluang bisnis yang sangat bagus, tetapi sayangnya belum pernah diteliti di Indonesia. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti tentang segmentasi di Internet, dalam hal ini segmentasi internet di Indonesia.
Segmentasi di Internet memang sulit untuk dilakukan. Pada pasar tradisional, yang dibatasi geografi, atau demografi, segmen pasarnya jeIas. Segmen-segmen pasar tersebut dapat diteliti, diamati dan dikenali karakteristiknya. Hal seperti itu tidak dapat dilakukan dengan mudah di Internet. Kita dapat menghitung berapa jumlah orang yang mengunjungi homepage kita, namun kita tidak dapat mengetahui siapa mereka. Dengan mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi ini, maka penulis akan mencoba meneliti segmentasi di Internet dengan cara melihat gaya hidup dari pengguna internet itu sendiri.
Dalam pemasaran, segmentasi gaya hidup dipakai karena dipercaya memberi gambaran yang Iebih utuh dan lebih kaya tentang berbagai kelompok dalam populasi dibandingkan bila hanya menggunakan data demografis saia. Ini dikarenakan data demografis saja tidak cukup untuk menjawab pertanyaan ini.
Subyek yang dipilih dalam skripsi ini adalah mahasiswa. Dipilihnya mahasiswa diasumsikan bahwa sebagian besar pengguna Internet di Indonesia adalah para mahasiswa. Mereka sering menggunakan lnternet untuk mencari bahan untuk tugas-tugas kuliah, jurnal, maupun untuk sekedar ngobrol (chatting).
Adapun pendekatan gaya hidup yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah pendekatan khusus, karena penelitian terdahulu yang terlalu umum. Langkah pertama adaiah dengan cara melakukan wawancara dengan 9 pengguna lnternet yang terdiri dari pengguna yang pemakaian lnternetnya sangat minim hingga heavy user dan yang kedua adalah dengan memodifikasi kuesioner iVALS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pengguna lnternet dapat dikelompokkan ke dalam 6 segmen. Masing-masing tipe gaya hidup ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tetapi karakteristik tersebut tidak seluruhnya berbeda, karena pada aspek-aspek gaya hidup tertentu ada persamaan karakteristik yang mereka miliki.
Untuk penelitian berikutnya studi gaya hidup akan jauh lebih baik apabila diiringi dengan metode kualitatif (wawancara) secara mendalam terhadap beberapa subyek yang mewakili masing-masing segmentasi untuk melihat kesahihan segmentasi. Saran yang kedua adalah dengan melakukan teknik discriminant analysis. Teknik ini memungkinkan untuk melakukan validasi silang untuk mengecek kestabilan sistem tipologi dan juga bila sistem tipologi terbukti baik, kuesioner gaya hidup yang digunakan bisa diberikan untuk pasar atau produk yang berbeda (Susianto, 1993)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>